BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada siswa, khususnya di tingkat dasar dan menengah. Pada jenjang sekolah dasar, mata pelajaran IPS diajarkan mulai dari kelas 1 sampai dengan kelas 6. Mata pelajaran IPS sangat bersentuhan langsung dengan kehidupan siswa, baik di sekolah maupun di lingkungan rumah. Dengan mempelajari IPS siswa dapat memahami berbagai gejala atau masalah-masalah sosial dalam kehidupan sehari-hari, kegiatan kemasyarakatan, kegiatan perekonomian, dan juga menumbuhkan kepedulian sosial dan lingkungan. Tujuan mata pelajaran IPS dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, (2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, (3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Sedangkan Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut : (1) manusia, tempat, dan lingkungan, (2) waktu, keberlanjutan, dan perubahan, (3) sistem sosial dan budaya, (4) perilaku ekonomi dan kesejahteraan (Permendiknas No 22 Tahun 2006). Agar tujuan mata pelajaran IPS dapat tercapai diperlukan model pembelajaran yang cocok dan mengaktifkan siswa, yang di dalamnya terdapat situasi belajar mengajar yang interaktif antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa (Winataputra, 2009: 9.6). Model pembelajaran interaktif merujuk kepada bentuk diskusi dan saling berbagi antar peserta didik. Dengan demikian, 1
2 kedudukan siswa dalam proses pembelajaran memiliki peran aktif, aktivitasnya dapat diukur melalui kegiatan memperhatikan, mencatat, bertanya, menjawab, mengemukakan pendapat, dan mengerjakan tugas baik tugas kelompok ataupun tugas individu. Guru harus merancang pembelajaran aktif yang berarti pembelajaran yang terpusat pada siswa (student centered), yang dalam proses pembelajarannya siswa dilibatkan secara aktif dalam rangka pengembangan berbagai potensi siswa (Sa dun, 2010: 237). Beberapa model pembelajaran inovatif yang interaktif dalam rumpun sosial antara lain: investigasi kelompok, bermain peran, jurisprudensial inkuiri, kooperatif, IPS terpadu, sosial science inquiry dan model pembelajaran lainnya yang dibangun untuk pendidikan nilai dan karakter (Sa dun, 2010: 186). Model-model tersebut dianggap sangat tepat karena sesuai dengan substansi dan karakteristik pendidikan IPS. Namun, proses pembelajaran IPS yang terjadi di sekolah dasar belum sejalan dengan tujuan mata pelajaran IPS itu sendiri. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Yohana Putri Andianti pada siswa kelas V SD Negeri Salatiga 08 Kecamatan Sidorejo pada tahun 2013 menyatakan bahwa kenyataan yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa siswa masih mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi dan kurang tertarik terhadap mata pelajaran IPS yang dinilai hanya hafalan dan membuat bosan. Hal ini disebabkan guru masih menggunakan metode ceramah yang tidak bervariasi serta siswa tidak banyak melakukan aktivitas belajar yang mampu membuat mereka memaknai pembelajaran dan materi pelajaran dengan baik. Dengan demikian, siswa cenderung menerima pelajaran dari apa yang disampaikan guru, mencatat dan menghafal semua yang diajarkan, serta tidak mempunyai usaha untuk mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri melalui berfikir kritis. Keadaan tersebut menjadikan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan sangat kurang dan berdampak pada rendahnya nilai ulangan harian dan tes yang diperoleh pada semester 2 tahun 2012/2013. Terbukti dari 33 siswa tercatat hanya 10 siswa (30,30%) mendapat nilai tuntas, dan 23 siswa (69,69%) mendapat nilai di bawah KKM dengan rata-rata kelas 59,30. Sedangkan, dari hasil UTS mata pelajaran IPS di kelas 4 SD Negeri 5 Ngraji Kecamatan Purwodadi Kabupaten
3 Grobogan yang berdasar pada buku administrasi hasil tes semester I dari 33 siswa tercatat 15 siswa (45%) yang mendapat nilai di atas KKM, sedangkan 18 siswa (55%) masih belum mencapai KKM. Dengan nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) 70. Dari data yang diperoleh tersebut maka, perlu sekali dilaksanakan kegiatan pembelajaran yang inovatif dengan penggunaan model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar IPS di SD Negeri 5 Ngraji. Permasalahan mengenai proses pembelajaran dan hasil belajar IPS yang masih rendah tersebut merupakan masalah yang sangat penting, maka perlu dicari alternatif pemecahan masalahnya guna memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar IPS di SD Negeri 5 Ngraji. Peneliti berinisiatif menetapkan alternatif tindakan dengan menerapkan model pembelajaran yang inovatif yang diharapkan dapat meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar. Model pembelajaran yang inovatif mengutamakan peran guru sebagai fasilitator, motivator, dan evaluator disamping informator. Selain itu, selama proses pembelajaran diharapkan siswa dapat belajar secara konstruktivis yaitu menemukan pengetahuannya sendiri melalui lingkungan sebagai sumber belajar, dan dapat mengembangkan keterampilan bertanya atau diskusi. Salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat mengatasi masalah tersebut adalah dengan menerapkan Model Cooperative Learning Tipe Mind Mapping dalam pembelajaran IPS. Dengan menggunakan model Cooperative Learning Tipe Mind Mapping diharapkan siswa kelas 4 SD Negeri 5 Ngraji dapat lebih memahami pembelajaran IPS, karena model ini membantu siswa untuk mengidentifikasi dengan jelas dan kreatif apa yang telah mereka pelajari. Selain itu, model ini juga dapat membantu siswa mengatasi kesulitan, mengetahui apa yang hendak ditulis, serta bagaimana mengorganisasikan gagasan yang dimiliki siswa. Model pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbedabeda (tinggi, sedang, dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan
4 gender (Hosnan, 2014: 234). Cooperative learning menuntut adanya kerja sama dalam satu kelompok untuk membantu dalam belajar. Interaksi saat Cooperative Learning ini berlangsung dapat memberikan motivasi dan rangsangan bagi siswa untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang. Salah satu tipe atau variasi dalam model pembelajaran Cooperative Learning adalah Mind Mapping. Menurut Shoimin (2014:105), Mind Mapping merupakan teknik pemanfaatan seluruh otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan. Dengan mencatat secara kreatif, efektif, dan secara harfiah akan memetakan pikiran-pikiran kita. Dengan meminta siswa untuk membuat peta pikiran memungkinkan mereka mengidentifikasi dengan jelas dan kreatif mengenai apa yang mereka pelajari. Mind Mapping juga membantu guru memahami macam-macam konsep yang ditanamkan di topik lebih besar yang diajarkan. Pemetaan yang jelas dapat membantu menghindari misskonsepsi yang dibentuk oleh siswa. Kelebihan Model Mind Mapping yaitu: (1) cara ini cepat, (2) dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul dalam pemikiran, (3) proses menggambar diagram dapat memunculkan ide-ide yang lain, (4) diagram yang sudah terbentuk dapat menjadi panduan untuk menulis (Shoimin, 2014: 107). Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti akan mengkaji masalah tersebut dengan melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul Peningkatkan Proses dan Hasil Belajar IPS melalui Model Cooperative Learning Tipe Mind Mapping pada Siswa Kelas 4 SD Negeri 5 Ngraji Semester II Tahun Ajaran 2015/2016. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut: 1) Hasil belajar siswa yang masih rendah dengan persentase siswa yang tidak tuntas mencapai 55% dari KKM kelas materi pelajaran IPS yaitu 70.
5 2) Guru dalam pembelajaran IPS masih menggunakan metode pembelajaran konvensional yang tidak bervariasi. 3) Siswa terbiasa menerima informasi yang disampaikan guru lalu mencatat dan menghafal semua yang disampaikan oleh guru. Hal ini mengakibatkan siswa kurang aktif sehingga berpengaruh pada hasil belajarnya. 1.3 Pembatasan Masalah Agar fokus penelitian ini terarah maka dilakukan pembatasan masalah yaitu peningkatan proses dan hasil belajar pada siswa kelas 4 SD mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial KD 2.2 Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan KD 2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya melalui model Cooperative Learning Tipe Mind Mapping SD Negeri 5 Ngraji semester II tahun ajaran 2015/2016. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, didapatkan hal-hal yang menjadi alasan kurang berhasilnya pembelajaran IPS. Yang akan menjadi fokus perumusan masalah yaitu: 1) Bagaimana menerapkan model Cooperative Learning Tipe Mind Mapping dalam meningkatkan proses pembelajaran IPS pada siswa kelas 4 SD Negeri 5 Ngraji Semester II Tahun Ajaran 2015/2016? 2) Apakah peningkatan proses pembelajaran melalui model Cooperative Learning Tipe Mind Mapping dapat meningkatkan hasil belajar IPS secara signifikan pada siswa kelas 4 SD Negeri 5 Ngraji Semester II Tahun Ajaran 2015/2016? 1.5 Tujuan Penelitian bertujuan: Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan maka penelitian ini
6 1) Menerapkan model Cooperative Learning Tipe Mind Mapping untuk meningkatkan proses pembelajaran IPS pada siswa kelas 4 SD Negeri 5 Ngraji semester II tahun ajaran 2015/2016. 2) Meningkatkan hasil belajar IPS secara sigifikan melalui peningkatan proses pembelajaran dengan menerapkan model Cooperative Learning Tipe Mind Mapping pada siswa kelas 4 SD Negeri 5 Ngraji semester II tahun ajaran 2015/2016. 1.6 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik yang bersifat teoretis dan praktis. 1.6.1 Manfaat Teoretis Manfaat teoretis merupakan manfaat yang diambil untuk mendapatkan teori baru tentang peningkatan proses pembelajaran dan hasil belajar IPS melalui penerapan model Cooperative Learning Tipe Mind Mapping, sehingga dapat menambah wawasan berpikir untuk dijadikan dasar bertindak bagi pendidik dan dunia kependidikan. 1.6.2 Manfaat Praktis 1) Bagi Guru Implementasi model Cooperative Learning Tipe Mind Mapping diharapkan dapat menjadi acuan oleh guru sebagai sarana di dalam monitoring dan evaluasi pembelajaran yang sudah berlangsung, selain itu dapat dijadikan upaya dalam memberikan tambahan wawasan, keterampilan, dan pengalaman dalam proses pembelajaran. 2) Bagi Siswa Siswa dapat memaknai pembelajaran dan memahami materi pelajaran melalui model Cooperative Learning Tipe Mind Mapping sehingga hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dapat meningkat secara signifikan. 3) Bagi Sekolah Memberikan sumbangan kepada pihak sekolah agar memanfaatkan hasil penelitian ini untuk peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Salah satunya
7 dengan menerapkan model pembelajaran yang lebih bervariatif, contohnya ialah model Cooperative Learning Tipe Mind Mapping. Melalui peningkatan mutu pendidikan maka akan berdampak pada meningkatnya kepercayaan diri masyarakat terhadap kualitas sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan.