BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama tahun 2006, 2007, 2008, 2009, 2010, dan 2011

dokumen-dokumen yang mirip
AGRICULTURE EDUTAINMENT PARK UNTUK ANAK-ANAK DI BANTUL

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Tabel Jumlah Penduduk per Kabupaten di DIY Tahun Kabupaten / Kota Gunung-

Taman Rekreasi Edukatif Saving Mother Earth di Sleman BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas lingkungan hidup di Indonesia sekarang ini mulai sangat

BAB I PENDAHULUAN TAMAN BACAAN DI PATI

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke Taman Pintar Tahun

Bab I PENDAHULUAN April :51 wib. 2 Jum'at, 3 Mei :48 wib

BAB I PENDAHULUAN STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. 1 Kebutuhan Belut Beberapa Negara

*terdiri dari kolam/empang/tebat, tanah kuburan, jalan, dan lapangan.

PUSAT PERBELANJAAN DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak saja dalam rangka meningkatkan penerimaan devisa Negara, diharapkan. pekerjaan baru juga untuk mengurangi pengangguran.

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Tabel 1.1. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Provinsi D.I. Yogyakarta Tahun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di

-BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

MUSEUM SAINS & TEKNOLOGI di YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola. baik di daerah pedesaan dan perkotaan. Dualisme kota dan desa yang terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Apartemen di D.I. Yogyakarta. Tabel 1. 1 Jumlah Penduduk DIY menurut Kabupaten/Kota Tahun (000 jiwa)

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB 1 PENDAHULUAN Kondisi Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan waktu pertumbuhan penduduk yang cepat. fungsi. Masalah pertanahan akan selalu timbul dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2016

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.

Perpustakaan Anak di Yogyakarta BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kebijakan Otonomi Daerah yang diterapkan oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangan

BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan. manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk

BAB I PENDAHULUAN. tempat ini ramai dikunjung oleh wisatawan baik dari dalam maupun dari luar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 2015 *)

HOTEL RESORT DI PARANGTRITIS

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik

BALAI PELATIHAN KERJA DI KLATEN

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek. Pusat Penitipan dan Pendidikan Anak Usia Dini di Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur ( Tugas Akhir Periode 96)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pengadaan Proyek

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA AGUSTUS 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG. I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Selain itu bambu memberikan kesan alami yang eksotis dan indah sehingga akan mempengaruhi karakter orang yang tinggal di dalamnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1 diakses tanggal 25 Juni 2009.

DI PURWOKERTO BAB I PENDAHULUAN

Pusat Rekreasi dan Pengenalan Profesi bagi Anak di Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. i Solo B ru

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor Pertanian memegang peranan yang cukup strategis bagi sebuah

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pengadaan Proyek

Taman Imaginasi Di Semarang 126/48

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi geografis kota Magelang berada pada jalur transportasi kota

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan.

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS 2015

Wahana Wisata Biota Akuatik BAB I PENDAHULUAN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1 P e n d a h u l u a n

1 Survey melalui kuesioner pola kegiatan belajar di Perpustakaan dan Kota Depok, 2013 via Google Drive

BAB I PENDAHULUAN I.1.

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

MUSEUM SEPEDA MOTOR HONDA DI YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TAMAN HIBURAN TEMATIK (THEME PARK) DI YOGYAKARTA

tersebut hanya ¼ dari luas lahan yang dimiliki Thailand yang mencapai 31,84 juta ha dengan populasi 61 juta orang.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek

PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN REKREASI PANTAI KARTINI REMBANG Penekanan Desain Waterfront

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama yang mutlak dari setiap individu-individu di bumi ini.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek Tabel 1. 1 Pertumbuhan Jumlah Pelajar di Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB III METODELOGI PERANCANGAN. Dalam Perancangan Hotel Resort Wisata Organik ini terdapat kerangka

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Pertanian (SIPP) yaitu: terwujudnya sistem pertanianbioindustri

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Jumlah petani Indonesia berdasarkan data BPS tahun 2011 mencapai 39.328.915 orang. Jumlah tersebut menempati presentase sekitar 39% dari seluruh jumlah pekerja Indonesia di segala sektor. Meskipun jumlah pekerja di bidang pertanian di Indonesia masih dominan, namun jumlah petani di Indonesia mengalami penurunan. Dari data BPS tahun 2011 jumlah petani mengalami penurunan sekitar 3,1 juta orang (7,42%). Tabel 1.1 Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama tahun 2006, 2007, 2008, 2009, 2010, dan 2011 No Lapangan Pekerjaan 2006 2007 2008 2009 2010 2011 1 Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan 40.136.242 41.206.474 41.331.706 41.611.840 41.494.941 39.328.915 2 Pertambangan dan Penggalian 947.097 994.614 1 070 540 1 155 233 1 254 501 1 465 376 3 Industri Pengolahan 11.578.141 12.368.729 12 549 376 12 839 800 13 824 251 14 542 081 4 Listrik, Gas, dan Air 207.102 174 884 201 114 223 054 234 070 239 636 5 Bangunan 4 373 950 5 252 581 5 438 965 5 486 817 5 592 897 6 339 811 1

6 Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan, dan Hotel 18.555.057 20 554 650 21 221 744 21 947 823 22 492 176 23 396 537 7 Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi 5.467.308 5 958 811 6 179 503 6 117 985 5 619 022 5 078 822 8 Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah, dan Jasa Perusahaan 1.153.292 1 399 940 1 459 985 1 486 596 1 739 486 2 633 362 9 Jasa Kemasyarakata n, Sosial dan Perorangan 10.571.965 12 019 984 13 099 817 14 001 515 15 956 423 16 645 859 Total 95.177.102 99.930.217 102.552.750 104.870.663 108.207.767 109.670.399 Sumber: BPS - Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama tahun 2006, 2007, 2008, 2009, 2010, dan 2011. Selain jumlah petani yang menurun, ada beberapa hal lain yang menghawatirkan perkembangan pertanian Indonesia. Petani di Indonesia didominasi oleh pekerja dengan usia lebih dari 40 tahun, rata-rata usia mereka 45 tahun. Sementara pertanian lebih banyak dikelola secara tradisional dengan jumlah lahan yang sempit. Setengah petani di Indonesia merupakan petani gurem atau petani yang memiliki lahan kurang dari 0,5 ha, bahkan sebagian besar bekerja sebagai buruh tani dan buruh perkebunan. 1 1 Edy Muspriyanto, Petani Menipis di Negeri Agraris, Suara Merdeka, 11 Maret, 2012, hal. 9. 2

Bekerja sebagai petani dewasa ini kurang diminati. Dari sedikitnya jumlah SMK Pertanian di Indonesia juga bisa dilihat betapa kurangnya minat siswa belajar pertanian. Jumlah SMK Pertanian hanya 210 sekolah dari sekitar 8000 jumlah SMK yang ada. 2 Di Daerah Istimewa Yogyakarta sendiri hanya terdapat 11 SMK yang menyediakan jurusan di bidang yang berkaitan dengan pertanian dari 205 SMK yang terdaftar di Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Kementrian Pendidikan Nasional. Kurangnya minat untuk bertani juga dapat dilihat dari semakin menyempitnya luas lahan akibat konversi daerah pertanian menjadi industri dan perumahan yang cukup memprihatinkan. Hasil sensus lahan oleh Kementerian Pertanian (Kementan), lahan sawah pada 2010 susut menjadi 3,5 juta hektare (ha) dari 4,1 juta ha pada 2007. Dalam rentang waktu tiga tahun, konversi lahan mencapai 600 ribu hektar. 3 Peran pemerintah dalam masalah pengembangan pertanian masih belum terlihat, hal tersebut dapat dilihat dari minimnya anggaran yang dialokasikan untuk pertanian. Jika melihat anggaran kementrian pertanian tahun 2012 yang hanya Rp 18 triliun, jumlah yang jauh di bawah anggaran kementrian agama Rp 37 triliun. 4 Menurut Wakil Presiden Budiono, anggaran penelitian dan pengembangan sektor pertanian di Indonesia dinilai paling rendah dibanding negara-negara ASEAN lainnya. 5 Hal tersebut sangat ironis mengingat Indonesia dikenal sebagai negara agraris. Saat ini perlu adanya sebuah langkah untuk memacu minat dan bakat generasi muda dalam pertanian. Mereka perlu diperkenalkan betapa menyenangkannya bertani. Mereka yang telah diperkenalkan diharapkan akan tumbuh minat dan bakat untuk bercocok tanam, sehingga kelak jumlah petani yang handal bisa meningkat. 2 Edy Muspriyanto, Petani Menipis di Negeri Agraris, Suara Merdeka, 11 Maret, 2012, hal. 9. 3 Ibid. 4 Detik Finance, Rista Rama Dhany, Bukan Lagi Agraris, Kini RI Jadi Negara Agama dalam www.detik.finace.com. 5 Republika Online, Ramdhan Muhaimin, Budiono: Anggaran Penelitian Pertanian RI Terendah di ASEAN dalam www.republika.co.id. 3

Agriculture Edutainment Park diharapkan mampu menarik pengunjung untuk belajar tentang pertanian. Di sini akan dikenalkan hal-hal yang berkaitan dengan pertanian melalui berbagai media yang menghibur, seperti video, games, atau robot. Pengunjung juga dapat berinteraksi secara langsung dengan tanaman yang dikelola di sini. Fasilitas Agriculture Edutainment Park ditujukan untuk anak-anak terutama anak-anak masa Sekolah Dasar. Menurut Kartono (1995), pada masa sekolah dasar daya kemauan anak belum berkembang penuh, karena itu anak-anak mudah untuk dipengaruhi oleh ajakan-ajakan. Semua kegiatan yang dilakukan anak pada masa tersebut akan merangsang pembentukan kemauan anak. 6 Kegiatan anak-anak di Agriculture Edutainment Park diharapkan akan menumbuhkan kemauan anak-anak untuk bertani. Ingatan anak pada usia 8-12 tahun mencapai intensitas paling besar 7. Anak-anak pada masa ini mampu memuat jumlah materi ingatan paling banyak. Kemampuan tersebut akan mendukung penerimaan materi-materi yang disampaikan mengenai bercocok tanam selama beraktivitas di Agriculture Edutainment Park. Di D.I. Yogyakarta, jenis tempat rekreasi yang bersifat edukatif sangat diminati. Hal tersebut dapat ditinjau dari jumlah wisatawan yang berkunjung ke Taman Pintar. Kepala Kantor Pengelola Taman Pintar, Ita Rustanti mengatakan, pada akhir pekan biasa jumlah kunjungan berkisar 8.000 sampai 9.000 orang, namun pada hari Sabtu 19 Mei 2012 kunjungan mencapai ada 13.600 orang yang kebanyakan datang secara berombongan. 8 Taman hiburan Kids s Fun juga tidak kalah ramai dikunjungi saat libur sekolah. Agriculture Edutainment Park di Yogyakarta sangat berpeluang besar untuk dikunjungi anak-anak untuk belajar dan bermain. Kabupaten Bantul dipilih sebagai lokasi proyek ini karena penyusutan lahan pertanian di Bantul cukup tinggi akibat ekspansi perumahan. Meski petani bisa meningkatkan produktivitas pertaniannya, namun penyusutan tidak sebanding dengan peningkatan produksi pertanian. 6 Kartini Kartono. Psikologi Anak (Bandung: Penerbit Mandar Maju), 1995, hal. 144-145 7 Ibid, hal. 138 8 Kedaulatan Rakyat Online, Denny Hermawan, Jumlah Pengunjung Taman Pintar Membludak dalam www.krjogja.com. 4

Menurut pakar pertanian dari Universitas Gadjah Mada, Jamhari,petani di wilayah Kabupaten Bantul, merupakan paling miskin dibanding petani Daerah Istimewa Yogyakarta 9. Salah satu indikator kemiskinan bisa dilihat dari luas lahan yang dimiliki, dan rata-rata petani Bantul memang luas lahannya lebih kecil dibanding lahan petani di Kabupaten Sleman, dan Kulon Progo. Rata-rata petani di Bantul hanya memiliki seluas 0,2 hektare lahan pertanian, atau sekitar 2.000 meter persegi. Petani daerah lainnya mempunyai luas lahan rata-rata sedikit lebih luas, berkisar 0,3 ha sampai 0,4 ha dan sedikit yang mencapai 0,5 ha. Keberadaan Agriculture Edutainment Park di Bantul diharapkan akan menghambat laju konversi lahan pertanian di sekitar lokasi proyek. Para petani sekitar dan lahan mereka dapat turut diberdayakan untuk kepentingan edukasi mengenai pertanian. Kerjasama yang terjalin antara Agriculture Edutainment Park dan petani sekitar diharapkan membantu meningkatkan kesejahteraan petani sekitar sehingga petani tidak mengkonversi lahannya karena menganggap lahan pertanian kurang menguntungkan secara ekonomi. Selain untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi petani sekitar, kerjasama yang terjalin antara Agriculture Edutainment Park dan petani sekitar juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran ekologi petani dalam mengelola lahan pertanian. Para petani akan dikenalkan mengenai isu-isu lingkungan yang sedang terjadi dan materi tentang pertanian berkelanjutan. 1.1.2. Latar Belakang Permasalahan Agriculture Edutainment Park merupakan suatu tempat yang menyajikan informasi tentang pertanian yang bersifat edukatif dan rekreatif. Di dalam Agriculture Edutainment Park para pengunjung diharapkan turut aktif untuk mendapatkan informasi mengenai pertanian, tidak hanya mendengarkan informasi secara pasif. Ada dua macam kunjungan yang akan ditawarkan, yaitu kunjungan singkat dan kunjungan menginap. Dalam kunjungan singkat, pengunjung diperkenalkan mengenai pertanian melalui museum pertanian dengan berbagai media yang menghibur, seperti video, games, dan robot. Setelah itu pengunjung juga bisa berkeliling di lahan pertanian ditemani oleh pemandu. Dalam kunjungan menginap, selama beberapa hari pengunjung akan mengikuti workshop 9 Republika Online, Taufik Rachman, Petani Bantul Paling Miskin se-diy, dalam www.republika.co.id 5

mengenai pertanian. Anak-anak secara langsung terjun ke sawah atau kebun untuk melakukan aktivitas pertanian. Di Agriculture Edutainment Park, anak-anak juga akan dikenalkan mengenai urban farming. Anak-anak yang telah diperkenalkan tentang hal tersebut diharapkan bisa menerapkan bercocok tanam di sekolah atau rumah meskipun dengan lahan sempit. Kegiatan yang berkelanjutan nantinya diharapkan akan menyadarkan anak akan pentingnya lahan pertanian dan kecintaan terhadap lingkungan. Suasana yang ingin dibangun di dalam Agriculture Edutainment Park adalah menyenangkan. Program kegiatan yang dilakukan oleh pengunjung dibuat interaktif untuk menghindari rasa bosan pengunjung. Dalam mencegah rasa bosan pengunjung selain pemilihan jenis kegiatan yang ditawarkan juga perlu disiasati dengan elemen arsitektur yang dinamis. Elemen arsitektural yang edukatif dan rekreatif akan ditekankan pada penataan ruang dan bentuk bangunan. Ruang dalam selain dinamis juga harus mewadahi interaksi antara pengunjung dengan pemandu, alat peraga, dan antar pengunjung sendiri. Sirkulasi yang dinamis juga menjadi pertimbangan agar pengunjung serasa berada di dalam petualangan yang menyenangkan. Agriculture Edutainment Park yang edukatif dan rekreatif akan dirancang dengan pendekatan ekologis. Isu-isu lingkungan seperti global warming, lahan pertanian yang kritis, dan pencemaran limbah menjadi pertimbangan dalam pendekatan perancangan tersebut. Pengunjung secara langsung maupun tidak langsung akan dididik untuk peduli terhadap kelestarian lingkungan. Kesadaran akan kelestarian lingkungan perlu ditanamkan sejak masih anak-anak, sehingga isu-isu lingkungan dewasa ini dapat ditanggulangi. Kondisi lahan sawah di Indonesia dalam kondisi kritis, selain karena luas lahan yang semakin berkurang, tingkat kesuburan tanah juga turut berkurang. Pada tahun 2004 Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Teknologi, Ahmad Syafruddin Karama telah mengambil sampel tanah sawah di seluruh Indonesia. Hasilnya, sekitar 66 persen dari tujuh juta hektare lahan sawah di seluruh Indonesia dalam kondisi kritis. Kekritisan lahan diakibatkan oleh unsur hara pada tanah 6

terus menipis, meningkatnya pencemaran dari limbah industri dan pemakaian pupuk anorganik atau kimia secara berlebihan dan terus-menerus. 10 Industri konstruksi merupakan salah satu industri yang paling mencemari bumi. Dalam proses kontruksi masalah tidak hanya timbul dengan transportasi material, persediaan air, energi, dan limbah yang dihasilkan tetapi juga merenggut ekosistem dan lahan hijau pertanian yang berharga. 1.2. Rumusan Permasalah Bagaimana rancangan Agriculture Edutainment Park untuk anak-anak di Bantul yang edukatif dan rekreatif melalui tata ruang dan tata bentuk dengan pendekatan arsitektur ekologis? 1.3. Tujuan dan Sasaran 1.3.1. Tujuan Terwujudnya rancangan Agriculture Edutainment Park di Yogyakarta yang edukatif dan rekreatif melalui tata ruang dan tata bentuk dengan pendekatan arsitektur ekologis. 1.3.2. Sasaran a. Terwujudnya pemahaman mengenai pengertian dan esensi Agriculture Edutainment Park untuk anak-anak b. Terwujudnya konsep programatik Agriculture Edutainment Park untuk anak-anak di Bantul c. Terwujundnya konsep tata bentuk dan tata ruang yang edukatif dan rekreatif di dalam Agriculture Edutainment Park untuk anak-anak di Bantul d. Terwujudnya konsep ekologis yang diterapkan pada Agriculture Edutainment Park di Bantul 10 Saiful Bachri, 66 Persen Lahan Sawah Kritis, Suara Merdeka, 28 September 2004, hal. 9. 7

1.4. Lingkup Studi 1.4.1. Materi Studi a. Lingkup Spatial Bagian-bagian dari Agriculture Edutainment Park di Bantul yang akan diolah sebagai penekanan studi adalah tata ruang dan tata bentuk dengan pendekatan arsitektur ekologis. b. Lingkup Substansial Perencanaan dan Perancangan Agriculture Edutainment Park di Bantul dibatasi oleh elemen pembatas ruang, elemen pengisi ruang, serta elemen pelengkap ruang. c. Lingkup Temporal Rancangan ini diharapkan akan dapat menjadi penyelesaian ruang dan sirkulasi dalam Agriculture Edutainment Park di Bantul untuk kurun waktu 15 tahun mendatang. 1.4.2. Pendekatan Studi Penyelesaian penekanan studi akan dilakukan dengan pendekatan arsitektur ekologis yang diterapkan pada pengolahan site, pengelolaan energi, pengelolaan air, penggunaan material bangunan, aklitimasi ruang, dan pengolahan limbah. 1.5. Metode Studi 1.5.1. Pola Prosedural Pengumpulan data dilakukan dengan cara: a. Studi Literatur Mempelajari sumber-sumber tertulis mengenai edutainment sebagai sarana belajar anak, pertanian berkelanjutan, mempelajari referensi mengenai penerapan potensi alam, budaya, bangunan, tata ruang dan bentuk dari buku dan majalah arsitektur. b. Studi Site Lapangan Menggunakan hasil pengamatan langsung di lapangan untuk melihat potensi, kecenderungan dari kondisi lingkungan sekitar yang diperkuat dengan pendokumentasian tapak, dan mengambil foto udara guna melengkapi kondisi sekitarnya. 1.5.2. Pola Pikir Perancangan 8

BAB I. PENDAHULUAN Semakin menurunnya minat bertani di Indonesia Kebutuhan tempat untuk memperkenalkan anak-anak tentang pertanian Tempat rekreasi sekaligus edukasi sangat diminati di D.I. Yogyakarta LATAR BELAKANG PENGADAKAN PROYEK Pengadaan Agriculture Edutainment Park di Bantul LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Taman rekreatif dan edukatif sebagai pembelajaran yang tidak membosankan bagi anak-anak. Anak serasa bermain dalam menerima materimateri tentang pertanian. Lahan pertanian yang semakin kritis akibat pencemaran limbah dan penggunaan pupuk berlebihan Industri konstruksi merupakan salah satu industri yang paling mencemari bumi. proses kontruksi masalah tidak hanya timbul dengan transportasi material, RUMUSAN PERMASALAHAN Bagaimana landasan konseptual rancangan Agriculture Edutainment Park di Bantul yang rekreatif dan edukatif dengan pendekatan Arsitektur Ekologis? BAB IV. TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIKAL BAB III. TINJAUAN WILAYAH BAB II. TINJAUAN UMUM Teori pengolahan elemen arsitektur yang edukatif dan rekreatif Teori tentang Arsitektur Ekologis Tinjauan Geografis, Klimatologis, Penduduk, Perrtanian, Pariwisata, dan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Tinjauan Agriculture Edutainment Park BAB V. ANALISIS Pengolahan tata ruang dan bentuk yang edukatif dan rekreatif dengan pendekatan arsitektur ekologis. ANALISIS PROGRAMATIK Analisis perencanaan Analisis perancangan BAB VI. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KONSEP PERANCANGAN AGRICULTURE EDUTAINMENT PARK DI BANTUL Konsep programatik Konsep penekanan Desain KONSEP PERENCANAAN AGRICULTURE EDUTAINMENT PARK DI BANTUL 9

1.6. Sistematika Penyajian Bab I : Pendahuluan Berisi latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan dan sasaran, lingkup pembahasan, metoda pembahasan serta sistematika penyajian. Bab II : Tinjauan Umum Agriculture Edutainment Park Berisi mengenai tinjauan Agriculture Edutainment Park secara umum. Bab III: Tinjauan Wilayah Bantul sebagai Lokasi Agriculture Edutainment Park Memuat kondisi wilayah Kabupaten Bantul yang kaitannya dengan perencanaan dan perancangan Agriculture Edutainment Park di Bantul Bab IV : Landasan Teoritis Bab ini berisi tinjauan pustaka yang membahas tentang teori perancangan ruang edukatif dan rekreatif serta arsitektur ekologis yang akan diterapkan. Bab V : Analisis Perencanaan dan Perancangan Memuat analisis perencanaan dan perancangan yang terdiri dari analisis programatik dan analisis penekanan studi Bab VI : Konsep Memuat konsep site, penekanan desain, pencahayaan, penghawaan, akustika, system struktur dan utilitas. 10