10 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan gigi dan mulut masih menjadi permasalahan yang butuh perhatian serius di beberapa negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia. Karies gigi dan penyakit periodontal merupakan penyakit gigi dan mulut yang paling umum diderita, dan menggambarkan masalah kesehatan masyarakat yang besar karena prevalensi dan insidensinya yang tinggi di hampir semua tempat didunia, dampaknya pada individu, masyarakat serta biaya pengobatan (Kwan dkk., 2005). Data menunjukkan bahwa penyakit gigi dan mulut menyerang hampir tiap orang di dunia. Di negara berkembang, penyakit karies gigi telah meningkat karena adanya peningkatan asupan gula (Moynihan, 2005). Penyakit periodontal prevalensinya sangat tinggi didunia terutama pada anak-anak dan remaja yang mencapai 80% baik di negara maju maupun negara berkembang (Kwan dkk., 2005). Di Indonesia, kesehatan gigi dan mulut masih sering terabaikan oleh masyarakat. Sekitar hampir 80 persen penduduk Indonesia memiliki gigi rusak karena berbagai sebab, namun yang paling banyak ditemui adalah karies atau gigi berlubang dan penyakit periodontal atau kerusakan jaringan pendukung gigi (Mangoenprasodjo, 2004). Data statistik yang memperkuat pernyataan ini menunjukkan persentase penduduk Indonesia yang berperilaku benar menyikat gigi masih sangat rendah yaitu 7,3 persen dan penduduk yang peduli akan kebersihan giginya hanya 13,3 persen (Depkes RI, 2007). Di provinsi DIY insidensi penyakit gigi dan mulut masih cukup tinggi. Selain itu, kesadaran
11 masyarakat untuk rutin memeriksakan gigi terbilang relatif rendah. Ini membuktikan bahwa masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia membutuhkan penanganan yang lebih serius. Beberapa upaya-upaya perlu dilakukan untuk menurunkan tingginya prevalensi penyakit gigi dan mulut ini, yaitu : kuratif, rehabilitatif, promotif dan preventif. Upaya kuratif dan rehabilitatif umumnya dilakukan di unit-unit pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit baik pemerintah maupun swasta, dan puskesmas. Upaya kuratif dan rehabilitatif ini terbatas cakupannya karena keterbatasan sumber daya dan pembiayaan pengobatan yang relatif mahal. Oleh karena itu, perlu ditingkatkan upaya-upaya promotif dan preventif. Menurut Axelsson (2000), kelompok remaja muda usia 11 14 tahun merupakan kelompok umur dengan predikat prioritas tertinggi, hal ini dikarenakan pada usia 11-14 tahun merupakan masa periode gigi bercampur. Pada periode gigi bercampur, gigi-gigi permanen sedang dalam proses erupsi yang sempurna serta pematangan lapisan email. Lapisan email yang dalam proses pematangan ini sangat rentan akan kontaminasi asam yang di hasilkan oleh bakteri plak sehingga mudah terjadi demineralisasi. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya-upaya preventif yang maksimal pada kelompok usia ini. Upaya-upaya preventif dapat dilakukan dengan bantuan tenaga kesehatan maupun secara individual. Salah satu cara atau upaya preventif yang dapat dilakukan secara individual adalah menyikat gigi dan benang floss. Upaya ini bertujuan untuk mengurangi suasana asam di mulut, mencegah karang gigi, serta mengurangi akumulasi plak dan jumlah bakteri di
12 dalam mulut sehingga akan mencegah terjadinya karies gigi dan penyakit periodontal. Secara klinis yang disebut plak adalah suatu lapisan tipis yang berwarna kuning keabu-abuan yang melekat erat pada permukaan jaringan keras gigi, maupun pada restorasi dan alat prostetik (Gehrig dan Willmann, 2008). Penumpukan bakteri plak pada permukaan gigi merupakan penyebab utama penyakit periodontal. Bakteri tersebut mampu bersintesis yang menghasilkan suatu produk yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan epitel dan jaringan ikat serta sel-sel didalamnya (Carranza, 2008). Sikat gigi merupakan alat yang dapat diandalkan secara mekanis untuk melepaskan plak mikrobial dan mencegah penumpukan plak pada gigi dan gusi yang berlekatan dengan gigi. Ada beberapa jenis sikat gigi yang sedang berkembang di masyarakat saat ini, yaitu sikat gigi manual dan sikat gigi elektrik (Sriyono, 2009). Menurut Rosema dkk (2008), Sikat gigi elektrik sekarang umumnya dianggap lebih efisien daripada penggunaan sikat gigi dalam menghilangkan plak dan mempertahankan atau meningkatkan kondisi gingiva. Meskipun sikat gigi merupakan alat mekanis yang efektif untuk membersihkan plak gigi, namun tidak cukup efektif untuk membersihkan plak di daerah interdental (Sriyono, 2009). Akibatnya, di daerah interdental sering terjadi gingivitis yang parah karena pengambilan plak oleh sikat gigi kurang menjangkau daerah interdental tersebut. Maka, plak di daerah interdental ini harus dibersihkan dengan alat mekanis lainnya, antara lain dental floss, dental tape dan interdental brushes (Daniel, 2004).
13 Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas, disimpulkan bahwa belum ada hasil yang konklusif dalam pembersihan plak yang efektif. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan meneliti perbandingan efektivitas upaya preventif secara individual menggunakan sikat gigi manual, sikat gigi elektrik dan sikat gigi manual dengan dental floss dalam pencegahan akumulasi plak. B. Permasalahan Berdasarkan latar belakang tersebut maka timbul masalah : Bagaimanakah perbandingan efektivitas upaya preventif individual menggunakan sikat gigi manual, sikat gigi elektrik dan sikat gigi manual dengan dental floss terhadap pencegahan akumulasi plak? C. Keaslian Penelitian Penelitian sejenis sebelumnya sudah dilakukan di negara maju seperti yang dilakukan oleh Rosema dkk (2008) di Amsterdam, Belanda yang berjudul Comparison of the Use of Different Modes of Mechanical Oral Hygiene in Prevention of Plaque and Gingivitis dengan cara pemeriksaan secara random pada tiga kelompok paralel dalam periode 9 bulan. Perbedaan dengan penelitian ini adalah lokasi penelitian yaitu di kota Yogyakarta dan perbedaan periode waktu serta subyek penelitian yang digunakan. Ada beberapa penelitian hampir serupa yang sudah dilakukan di Yogyakarta antara lain, penelitian yang dilakukan oleh Ferdiastuti (2005) di Yogyakarta yang berjudul Efektivitas Penyikatan Gigi secara Manual dan Elektrik dalam Penurunan Plak dan Gingivitis Ringan pada
14 Wanita Hamil Trimester I. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada variabel terpengaruh yang dilakukan pada subyek usia 13 14 tahun serta tambahan variabel pengaruh dengan penggunaan dental floss. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Angelin (2009) di Yaketunis Yogyakarta dengan judul Perbedaan Pengaruh Penggunaan Sikat Gigi Manual dan Sikat Gigi Elektrik dalam Pembersihan Plak pada Anak Tuna Netra. Perbedaan dengan penelitian ini terdapat pada variabel terpengaruh yang mana penelitian tersebut dilakukan pada anak tuna netra sedangkan pada penelitian ini dilakukan pada anak normal usia 13 14 tahun serta dengan tambahan variabel pengaruh penggunaan dental floss. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui perbandingan efektivitas upaya preventif individual menggunakan sikat gigi manual, sikat gigi elektrik dan sikat gigi manual dengan dental floss terhadap pencegahan akumulasi plak. E. Manfaat Penelitian Berdasarkan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Sebagai sumbangan informasi dalam bidang ilmu kedokteran gigi 2. Dapat memberikan pengetahuan pada masyarakat tentang alternatif pilihan dalam memilih upaya preventif yang tepat dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut.