LAMPIRAN V KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN. Kualitas yang diharapkan

dokumen-dokumen yang mirip
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN BAB - VIII

PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KABUPATEN SINJAI

BAB VI RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN

HIRARKI IV ZONASI. sub zona suaka dan pelestarian alam L.1. sub zona sempadan lindung L.2. sub zona inti konservasi pulau L.3

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

TENTANG PEDOMAN DAN STÁNDAR TEKNIS UNTUK PELAYANAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA. Keserasian Kawasan. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KATA PENGANTAR. Demikian Laporan Akhir ini kami sampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih. Medan, Desember 2012

Kata Pengantar. Yogyakarta, Desember Tim Penyusun. Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayui

LAPORAN AKHIR KATA PENGANTAR

PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007)

KETENTUAN PRASARANA DAN SARANA MINIMAL

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO,

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB V RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN

Pengendalian pemanfaatan ruang

Syarat Bangunan Gedung

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TINJAUAN HUKUM PENDIRIAN BANGUNAN PADA JALUR HIJAU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEMENTERIAN NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tam

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI WILAYAH KOTA SUKABUMI

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

7.1. KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pranata Pembangunan Pertemuan 1 Pembangunan di Kawasan Hijau. Sahid Mochtar, S.T., MT. Ratna Safitri, S.T., M.Ars.

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA...

PEMERINTAH KOTA CIREBON BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

Rangkuman tentang Muatan. Rencana Rinci

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

Sistematika Rancangan Peraturan Presiden tentang RencanaTata Ruang Pulau/Kepulauan dan RencanaTata Ruang Kawasan Strategis Nasional

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

TATA LAKSANA PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PERENCANAAN KOTA

Pelaksanakan survai dan pengolahan data adalah untuk memperoleh data dan informasi tentang kondisi awal kawasan perencanaan.

PEMERINTAH PROVINSI RIAU

W A L I K O T A P A D A N G PROVINSI SUMATERA BARAT

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

KAJIAN ASPEK TEKNIS DAN ASPEK EKONOMIS PROYEK PACKING PLANT PT. SEMEN INDONESIA DI BANJARMASIN

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Disajikan oleh: LIA MAULIDA, SH., MSi. (Kabag PUU II, Biro Hukum, Kemen PU)

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

VII. TATA LETAK PABRIK

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGESAHAN RENCANA TAPAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 17 TAHUN 2006 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA HAURGEULIS KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 48 TAHUN : 2008 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 111 TAHUN 2008 TENTANG

RENCANA RINCI RENCANA UMUM RTRW NASIONAL RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL RENCANA TATA RUANG PULAU /KEPULAUAN RTRW PROPINSI

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BOGOR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PERENCANAAN BLOK PLAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

BUPATI PELALAWAN PROVINSI RIAU

Jakarta, 1 November 2011 DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PROVINSI ACEH KABUPATEN ACEH BARAT DAYA QANUN KABUPATEN ACEH BARAT DAYA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG BANGUNAN GEDUNG

3.1 TUJUAN PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA MEDAN

TAHUN 2006 NOMOR 2 SERI E

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DAN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

- 1 - BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG BANGUNAN GEDUNG

WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI

BAB 2 LANDASAN TEORI. kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

Bab VII Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

DRAFT RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PINRANG NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PINRANG,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2002 TENTANG BANGUNAN GEDUNG

WALIKOTA PALEMBANG PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG BANGUNAN GEDUNG

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SEDERHANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAKA ESA

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

Kecamatan Kalisat Kabupaten Jember Studio Perencanaan Kota 2014 EXECUTIVE SUMMARY

Ketentuan Umum Istilah dan Definisi

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, kawasan industri, jaringan transportasi, serta sarana dan prasarana

BAB IV GAMBARAN LOKASI

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN DI KABUPATEN TAPIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI TAPIN,

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

PERATURAN TATA BANGUNAN

Transkripsi:

LAMPIRAN V KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN Zona (berdasarkan Kawasan Lindung Kawasan Hutan Manggrove (Hutan Bakau Sekunder); Sungai, Pantai dan Danau; Rel Kereta Api pelindung ekosistim bakau dan berfungsi sebagai hutan kota diperuntukan bagi sungai, pantai dan danau serta jalur hijau serta dapat diperuntukan bagi sungai, pantai dan danau serta jalur hijau serta dapat Terlindunginya fungsi mangrove sekunder dan tersedianya ruang terbuka hijau hutan ruang terbuka sebagai kawasan lindung yang terintegrasi pula dan didukung oleh wisata terbatas untuk fungsi rekreasi dan pendidikan keamanan sungai dan fungsi keamanan rel api dan fungsi Tersedianya akses jalan sejajar rel pada kawasa-kawasan tertentu sebagai alternatif KDB maksimum 5% khusus untuk bangunan wisata mangrove dan batal penelitian/ serta fasilitas strategis. KLB maksimum 0,1 KDH mimimum 95% pendukung tidak boleh mengganggu keberadaan mangrove Penggunaan mangrove harus mendapat persetujuan Badan Lingkungan Hidup setelah didahului kajian AMDAL atau Ukl/UPL penunjang wisata, sungai, sarana ibadah, oleh raga, kepelabuhan dan dermaga KLB maksimum 0,2 KDH minimum 80% Penggunaaan fungsi pendukung tidak boleh mengganggu keberadaan fungsi utama dan kepentingan inspeksi Penggunaan pendukung harus mendapat persetujuan Badan Lingkungan Hidup setelah dihahului kajian AMDAL atau UKL/UPL Harus disediakan jalan inspeksi dengan lebar sesuai ketentuan tiap jenisnya Sempadan pantai 100 m, sempadan danau 50 m, sempadan sungai 15 m pendukung keselamatan dan serta stasiun kereta api KLB minium 1,5 KDH minimum 60% GSB samping dan belakang 2 m Sempadan kereta api ratarata 18 m dan As Rel KA

SUTET/SUTT Kawasan Budidaya Kawasan Perumahan Kawasan Komersial (Jasa dan Perdagangan saluran listrik dan keselamatan bangunan sekitar serta jalur hijaunya serta dapat tempat tinggal atau hunian serta fungsi pendukung pemukiman jasa perniagaan atau non hunian yang kompetitif dan terintegrasi permasalahan lalu lintas keamanan rel kereta api dan lalu lintas kereta api dan fungsi Tersedianya akses jalan sejajar SUTET/SUTT pada kawasan-kawasan tertentu sebagai alternatif permasalahan lalu lintas pengembang hunian hunian yang sehat, nyaman, asri yang didukung oleh prasarana, sarana dan utilitas minimum pengembang jasa dan perdagangan skala kota dan regional serta internasional perniagaan yang terluar, untuk sempadan yang lebih kecil harus mendapat persetujuan dari otorita perkeretaapian. KDB maksimum 50% wisata mangrove dan balai penelitian/ serta fasilitas strategi KLB maksimum 1 KDH minimum 50% Tingginya bangunan minimal 12 meter; Khusus untuk bangunan yang mengandung zat mudah terbakar arau meledak maka sempadan 25 m dari As SUTT/SUTET KDB maksimum 60% KLB maksimum 2,4 KDH minimum 20% GSB belakang 1,5m;GSB samping 1,5 m; dan GSB depan tergantung aturan GSB jalan. bangunan ideal adalah ½ x Rumija + 1) tetapi pakir dan estetika KDB maksimum 70% untuk bangunan single unit skala besar dan 90% untuk bangunan ruko; KLB maksimum 35 untuk bangunan single unit skala besar (high building) dan 4,5 untuk bangunan ruko; KDH minimum 20% baik ditanah maupun roof top Untuk bangunan ruko diterapkan rencana gang kebakaran minimal 3 meter tanpa GSB yang memiliki akses keluar masuk ke badan jalan terdekat

sehat, nyaman, asri dan ekonomia yang didukung oleh prasarana, sarana dan utilitas yang berkualitas serta lingkunagn GSB samping dan belakang minimal 2-3 m untuk jasa dan perdagangan yang bersifat single unit dengan ketinggian lebih dari 5 lantai sesuai hasil analisis kelayakan dan keselamatan pendukung perdagangan dan jasa diperkenankan tetapi tidak boleh lebih dari 10% dari total Blok Perumahan; Bangunan ideal adalah (1/2 x Rumija + 1) tetapi parkir dan estetika; yang ditetapkan; Bangunan dapat melebihi KLB jika disertai kajian oleh badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah; Zona (berdasarkan Kawasan Budidaya Kawasan Industri industri dan pergudangan yang kompetitif dan industri yang mampu menyerap tenaga kerja dan sebagai penggerak perekonomian KDB maksimum 50% KLB maksimum 1,5 KDH maksimal 30% GSB belakang samping dan belakang minimal 3 m untuk kepentingan keselamatan kebakaran menyediakan industri yang unggul dan ekonomis yang didukung oleh prasarana, sarana dan utilitas yang berkualitas serta. pendukung industri seperti perdagangan skala lokal dan permukiman buruh diperkenankan tetapi tidak boleh lebih dari 10% dari total Blok Peruntukan Bangunan Ideal adalah (1/2 x Rumija + 1) dan minimal 10 meter

Kawasan Fasilitas Pelayanan Kawasan Khusus fasilitas umum dan sosial perkotaan yang bersifat khusus untuk kepentingan strategis seperti pertahanan dan keamanan, sosial budaya, dan ekonomi fasilitas pelayanan yang mampu melayani kebutuhan masyarakat metropolitan dan wilayah sekitar fasilitas pelayanan yang sehat, nyaman, asri serta dapat diakses masyarakat luas yang didukung oleh prasarana, sarana dan utilitas yang berkualitas serta. menyediakan lahan khusus dan strategis untuk mendukung kegaiatan metropolitan dan kepentingan Nasional kawasan-kawasan khusus tersebut dengan fungsional perkotaan lainnya Untuk bangunan industri tertentu diwajibkan dokumen pengelolaan sebagai persyaratan kecuali yang berada di kawasan berikat yang ditetapkan terutama untuk truk dan bongkar muat KDB maksimum 60% KLB maksimum 2,4 KDH minimum 30% GSB belakang samping dan belakang minimal 1,5 m untuk rumah kopel dan tunggal serta tanpa GSB samping untuk bangunan deret Garis sempadan muka bangunan ideal adalah (1/2 rumija + 1) tetapi parkir dan estetika yang ditetapkan KDB maksimum 40% KLB maksimum 1,2 KDH minimum 50% GSB samping dan belakang 2 m pendukung kawasan khusus seperti karyawan diperkenankan tetapai harus memenuhi persyaratan keselamatan Bangunan Ideal adalah (1/2 x Rumija + 1) dan minimal 10 meter

Kawasan RTH, termasuk di dalamnya Taman dan Lapangan Olahraga, Hutan Kota, TPU dan wisata maupun non hijau kota RTH yang sebagai ruang publik tempat interaksi sosial dan keseimbangan wisata, fasilitas strategis dan fungsi pendukung RTH KLB maksimum 0,2 KDH minimum 80% Untuk bangunan yang bersifat sosial harus mendapat rekomendasi dari instansi terkait.