HUBUNGAN NILAI ANKLE BRACHIAL INDEX (ABI) DENGAN KUALITAS HIDUP PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI PERSADIA CABANG KOTA SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Prevelensi Diabetes Melitus (DM) setiap tahunnya semakin. meningkat, berdasarkan data dari World Health Organization / WHO

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

ABSTRACT ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Arteri Perifer (PAP) adalah suatu kondisi medis yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia yang serius. World Health Organization (WHO) merupakan yang tertinggi di dunia (Wild, et al., 2009).

ABSTRAK. Gambaran Ankle-Brachial Index (ABI) Penderita Diabetes mellitus (DM) Tipe 2 Di Komunitas Senam Rumah Sakit Immanuel Bandung

*Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Muhamamdiyah Klaten

BAB 1 PENDAHULUAN. degeneratif dan salah satu penyakit tidak menular yang meningkat jumlahnya

BAB I PENDAHULUAN. syaraf) (Smeltzer & Bare, 2002). Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi baik ketika

PENGARUH SENAM KAKI TERHADAP NILAI ANKLE BRACHIAL INDEX (ABI) PADA PASIEN DM TIPE II DI PERSADIA UNIT DR. MOEWARDI TAHUN 2015

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN KOMPLIKASI CHRONIC KIDNEY DISEASE DI RSUP SANGLAH DENPASAR

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

BAB I PENDAHULUAN. (DM) merupakan salah satu penyakit Non-Communicable Disease

BAB I PENDAHULUAN. menurun dan setelah dibawa ke rumah sakit lalu di periksa kadar glukosa

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik

Tingkat depresi berdasarkan derajat ulkus diabetik pada pasien ulkus diabetes melitus yang berobat di rsud kota semarang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

DAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian...

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA

BAB 1 PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan

ABSTRAK. Kata kunci: nilai ABI pada pasien DM, ulkus diabetic foot. vii

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

DAFTAR ISI. Halaman Halaman Judul... Halaman Pengesahan. Pernyataan.. Abstrak... Abstract.. Kata Pengantar... Daftar Isi. Daftar Tabel...

BAB I PENDAHULUAN. untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, dan pankreas dapat menghentikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PERAWATAN KAKI PADA DIABETES MELLITUS. Di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr.

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KEPATUHAN OLAHRAGA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI KELOMPOK PERSADIA RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan. Disusun oleh : ANGGIT YATAMA EMBUN PRIBADI

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya dan memerlukan

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMAMPUAN SELF-CARE PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

HUBUNGAN ANTARA PERAWATAN KAKI DENGAN RISIKO ULKUS KAKI DIABETES DI RUANG RAWAT INAP RSU KABUPATEN TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Ankle Brachial Pressure Index Di Poli Penyakit Dalam RSUP. Dr. M Hoesin Palembang Tahun 2012 ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang timbul karena kelainan metabolisme yang disebabkan oleh tidak bekerjanya

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. masyarakat. Menurut hasil laporan dari International Diabetes Federation (IDF),

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado

Hubungan Usia Penyandang Diabetes Melitus Tipe 2 dan Disfungsi Ereksi

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. mampu menggunakan insulin yang dihasilkan oleh pankreas (Word Health

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kaki diabetik merupakan komplikasi dari diabetes melitus (DM) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. DM suatu penyakit dimana metabolisme glukosa yang tidak normal, yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. irritabilitas, poliuria, polidipsi dan luka yang lama sembuh (Smeltzer & Bare,

PENGARUH SENAM DIABETIK TERHADAP PENURUNAN RESIKO ULKUS KAKI DIABETIK PADA PASIEN DM TIPE 2 DI PERKUMPULAN DIABETIK

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes saat ini menjadi masalah besar di seluruh. dunia dengan insidensi yang diperkirakan akan meningkat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta. RS Jogja terletak di

INTISARI GAMBARAN KUALITAS HIDUP DAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN PASIEN MELAKUKAN KONTROL LUKA ULKUS DIABETIK DI PUSKESMAS KUTA I KABUPATEN BADUNG

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (lebih dari 60 tahun) diperkirakan mengalami peningkatan pada tahun 2000 hingga

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

Pola Komplikasi Kronis Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RS. Dr. M. Djamil Padang Januari Desember 2012

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S 1 Keperawatan. Disusun Oleh : Rina Ambarwati J.

Tedy Candra Lesmana. Susi Damayanti

HUBUNGAN KARAKTERISKTIK PASIEN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN DALAM MENJALANI TERAPI DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS TEMBUKU 1 KABUPATEN BANGLI BALI 2015

BAB I PENDAHULUAN. DM adalah penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik (kadar gula

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

Hubungan Lama Sakit Diabetes Melitus dengan Pengetahuan Perawatan Kaki pada Pasien Diabetes Melitus Non Ulkus. (Studi Awal)

Pengetahuan dan Kepatuhan Kontrol Gula Darah Sebagai Pencegahan Ulkus Diabetikum

*Korespondensi Penulis, Telp: , ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. memerlukan upaya penanganan tepat dan serius. Diabetes Mellitus juga

BAB I PENDAHULUAN. hidup yaitu penyakit Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) merupakan

GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MELITUS TENTANG PENANGANANNYA DI RUMAH SAKIT PAHLAWAN MEDICAL CENTER KANDANGAN, KAB

ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi aorta dan cabang arteri yang berada di perifer terutama yang memperdarahi

Transkripsi:

HUBUNGAN NILAI ANKLE BRACHIAL INDEX (ABI) DENGAN KUALITAS HIDUP PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI PERSADIA CABANG KOTA SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Program Studi Strata I Pada Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh: LIANA SAFITRI J 210 151 022 PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

HUBUNGAN NILAI ANKLE BRACHIAL INDEX (ABI) DENGAN KUALITAS HIDUP PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI PERSADIA CABANG KOTA SURAKARTA Abstrak Latar Belakang. Salah satu komplikasi dari Diabetes Melitus Tipe 2 yang mempengaruhi sistem saraf perifer yaitu Peripheral Arthery Disease (PAD) merupakan suatu kondisi dimana terdapat lesi di pembuluh darah sehingga menyebabkan aliran darah dalam arteri yang mensuplai darah ke ekstremitas menjadi terbatas. Kondisi tersebut akan menyebabkan pembuluh darah perifer menjadi lebih mudah mengalami penebalan dan sklerotik yang memicu terjadinya penyakit pembuluh darah perifer. Hal tersebut dapat dideteksi dengan melakukan pemeriksaan nilai Ankle Brachial Index (ABI). PAD dikaitkan dengan kemampuan fisik berkurang dan penurunan fungsional. Kondisi ini dapat menyebabkan berkurangnya kualitas hidup seseorang dibandingkan dengan penyakit kardiovaskular karena sakit, gangguan tidur dan mengurangi mobilitas. Tes diagnostik PAD dengan akurasi ABI yang lebih besar kemungkinan mencerminkan perubahan dalam kualitas hidup seseorang terkait dengan kondisi yang dialami. Tujuan. Penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara nilai ABI dengan kualitas hidup penderita DM. Metode. Jenis penelitian ini adalah analitik (survey) dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu 44 pasien DM tipe 2 di persadia cabang kota surakarta. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Instrumen yang digunakan untuk mencatat data menggunakan kuisioner, sphygmomanometer dan stetoskop. Hasil. Analisis yang digunakan adalah uji Chi-Square, diperoleh nilai p= 0,010 (p<0,05) yang diartikan bahwa Ha diterima. Simpulan. Dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara nilai ABI dengan Kualitas hidup penderita DM di persadia Cabang Kota Surakarta. Kata Kunci : Diabetes Melitus, Ankle Brachial Index, Kualitas Hidup Abstract Background. One of complications found in Diabetes Mellitus Type 2 affecting peripheral nerves is Peripheral Artery Disease (PAD). The disease is a condition in which lesions found in blood vessel are limiting arterial blood flow supplying extremities. The condition will cause blood vessel to be thickening and sclerotic easily triggering peripheral blood vessel disease. The condition can be detected by examining score of Ankle Brachial Index (ABI). PAD has been associated with reduced physical and functional capabilities. The condition has been causing decreased life quality of patient (Health Related Quality of Life) compared to cardiovascular diseases because of ill, sleep disturbance and reduced mobility. Diagnostic test of PAD with greater accuracy of ABI will likely to reflect changed quality of life of a person related to condition suffered. Purpose. Purpose of the research was to know relationship between ABI score and quality of life of patient with DM. Research Methods. The research was analytical (survey) one with cross-sectional approach. Sample of the research was 44 patients with DM type 2 in Persadia of Surakarta City branch. The sample was taken by using purposive sampling. Instruments of the research were questionnaire, sphygmomanometer and stethoscope. Bivariate result was obtained indicating that respondents with normal scores of ABI and good quality of life were 59.3% respondents and those with normal scores of ABI 1

and less good quality of life were 35.3%. p value = 0.010 (p<0.05) meaning that Ha was accepted. Congclusion. Congclusion of the research showed that a relationship between score of ABI and quality of life of patient with DM type 2 in Persadia of Surakarta city branch was found. Keywords: Diabetes mellitus, Ankle Brachial Index, Quality of life 1. PENDAHULUAN Prevelensi Diabetes Melitus setiap tahunnya semakin meningkat, berdasarkan data dari World Health Organizaton (WHO) penderita DM di dunia tahun 2000 berjumlah 171 juta dan diprediksikan meningkat menjadi tiga kali lipatnya, yaitu sekitar 366 juta penderita di tahun 2030. Di Indonesia sendiri jumlah penderita DM mencapai 8.4 juta dan akan meningkat menjadi 21.2 juta pada tahun 2030 (WHO, 2012). Peningkatan prevalensi data penderita DM di atas salah satunya yaitu Provinsi Jawa Tengah yang mencapai 152.075 kasus (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2011). Angka kejadian DM di Persadia cabang Surakarta beranggotakan 200 orang dan yang menderita DM tipe 2 sebanyak 80 orang (Buku Register Persadia Surakarta). Penderita DM tipe 2 memiliki resiko komplikasi yang tidak jauh berbeda dengan DM tipe 1 (Smeltzer & Bare, 2008). Komplikasi DM secara umum di bagi menjadi 2 (dua), yaitu komplikasi akut (hipoglikemi, hiperglikemia ketoasidosis dan hiperglikemia hyperosmolar nonketotik) serta komplikasi kronis (Penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskular, hipertensi, infeksi, penyakit vaskular perifer, penyakit arteri perifer, neuropati, retinopati, dan ulkus kaki diabetik) (Black & Hawks, 2009). Salah satu komplikasi dari Diabetes Melitus Tipe 2 yang mempengaruhi sistem saraf perifer yaitu Peripheral Arthery Disease (PAD) merupakan suatu kondisi dimana terdapat lesi di pembuluh darah sehingga menyebabkan aliran darah dalam arteri yang mensuplai darah ke ekstremitas menjadi terbatas dan penyakit ini juga sangat ditakuti karena mempengaruhi kualitas hidup dan fungsi sosial penderitanya (Williams & Wilkins, 2011). Keterlibatan vaskular sedikit unik dimana tersering pada pembuluh darah dibawah lutut dan hampir selalu disertai dengan neuropati. Oleh sebab itu, sering tanpa gejala atau hanya merasakan keluhan yang tidak jelas tidak seperti gejala klasik PAD seperti klaudikasio intermiten. Sehingga sebagai konsekuensi dari adanya neuropati, sering penderita PAD dan diabetes datang terlambat dan sudah dengan gejala rest pain, ulkus sampai gangren (ADA, 2015). 2

Pemeriksaan lanjutan yang diperlukan pada kecurigaan adanya PAD adalah pengukuran Ankle Brachial Index (ABI) yang merupakan rasio tekanan darah pada ankle dan brachial. Nilai ABI dianggap normal apabila 1.0 sedangkan nilai ABI 0.9 dapat membantu menegakkan diagnosis PAD (Williams & Wilkins, 2011). PAD dikaitkan dengan kemampuan fisik berkurang dan penurunan fungsional. Kondisi ini dapat menyebabkan berkurangnya kualitas hidup seseorang (Health Related Quality Of Life) dibandingkan dengan penyakit kardiovaskular karena sakit, gangguan tidur dan mengurangi mobilitas fisik. Tes diagnostik PAD dengan akurasi ABI yang lebih besar kemungkinan mencerminkan perubahan dalam kualitas hidup seseorang (HRQOL) terkait dengan kondisi yang dialami (Sonter & Chuter, 2016). Berdasarkan hasil observasi di Persadia Cabang Surakarta pada 6 angggota Persadia, didapatkan 3 orang memiiki nilai ABI 0.92; 2 orang memiliki nilai ABI 0, 86 ; dan 1 orang memiliki nilai ABI 0.85. Masing-masing anggota mempunyai keluhan yang sama yaitu dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri namun sering muncul tanda-tanda klaudikasio intermiten apabila melakukan aktivitas yang berlebih seperti nyeri pada kaki, kesemutan, cepat lelah serta pucat pada ekstremitas bawah. Permasalahan inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Ankle Brachial Index (ABI) dengan Kualitas Hidup Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Persadia Cabang Kota Surakarta. 2. METODE PENELITIAN Rancangan penelitian ini adalah analitik (survey), yang menggunakan pendekatan penelitian cross sectional di mana data yang menyangkut variabel bebas dan variabel terikat akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan. Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 sebanyak 80 orang. Sampel penelitian ini adalah penderita Diabetes Melitus tipe 2 di Persadia Cabang Kota Surakarta tahun 2017 dengan jumlah 44 penderita. Penelitian ini menggunakan nonprobability sampling dengan jenis pengambilan sampel purposive sampling sesuai dengan kriteria. Penelitian ini menggunakan alat ukur kuesioner untuk mengukur kualitas hidup dan sphygmomanometer untuk mengukur nilai ABI. Analisa sata pada penelitian ini menggunakan teknik Chi Square. 3

3. HASIL DAN PEMBAHASA 3.1 Karakteristik Responden Tabel 1. Karakteristik Responden Menurut Usia Frequency Valid Cumulativ 50-59 tahun 17 38.6 38.6 38.6 1.61 0.493 60-74 tahun 27 61.4 61.4 100.0 Total 44 100.0 100.0 3.2 Analisis Univariat Tabel 2. Karakteristik responden menurut jenis kelamin Frequency Valid Cumulative Laki-laki 14 31.8 31.8 31.8 1.68 0.471 Perempuan 30 68.2 68.2 100.0 Total 44 100.0 100.0 Tabel 3. Karakteristik responden menurut tingkat pendidikan Frequency Valid Cumulative Rendah 18 40.9 40.9 40.9 0.75 0.719 Menengah 19 43.2 43.2 84.1 Tinggi 7 15.9 15.9 100.0 Total 44 100.0 100.0 Tabel 4. Karakteristik lama menderita DM Frequency Valid Cumulative Sedang 32 72.7 72.7 72.7 1.27 4.51 Panjang 12 27.3 27.3 100.0 Total 44 100.0 100.0 Tabel 1. Distribusi nilai ABI Valid Frequency Valid Cumulative ± SD Normal 22 50.0 50.0 50.0 1.61 6.89 Ringan 17 38.6 38.6 88.6 Sedang 5 11.4 11.4 100.0 Total 44 100.0 100.0 4

3.3 Analisis Bivariat Tabel 2. Distribusi kualitas hidup Frequency Valid Cumulative Kurang baik 17 38.6 38.6 38.6 0.61 0.493 Baik 27 61.4 61.4 100.0 Total 44 100.0 100.0 Tabel 4.7 Frekuensi ABI dengan kualitas hidup Kualias hidup Total X 2 p ABI Kurang baik Baik Frek % Frek % Frek % Normal 6 27.3 16 72.7 22 50 9.220 0.010 Ringan 6 35.3 11 64.7 17 38.6 Sedang 5 29.4 0 0 5 11.4 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa distribusi responden yang memiliki nilai ABI normal dengan kualitas hidup kurang baik sebanyak 6 responden (35.3%) dan responden yang memiliki nilai ABI normal dengan kualitas hidup baik sebanyak 16 responden (59.3%). Sedangkan responden yang memiliki nilai ABI abnormal (ringan) dengan kualitas hidup kurang baik sebanyak 6 responden (35.5%) dan responden memiliki nilai ABI abnormal (ringan) dengan kualitas hidup baik sebanyak 40.7%) serta responden yang memiliki nilai ABI abnormal (sedang) dengan kualitas hidup kurang baik sebanyak 5 responden (29.4%). Hasil yang didapatkan dari uji chi square adalah nilai p-value = 0,010 yang berarti nilai p-value <0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara nilai ABI dengan kualitas hidup penderita DM tipe 2 di Persadian cabang Kota Surakarta. 3.4 Pembahasan karakteristik responden Distribusi umur responden menunjukan sebagian besar responden merupakan kelompok lansia. Golberg dan Coon dalam Rochmah (2006) menyatakan bahwa umur sangat erat kaitannya dengan kenaikan kadar glukosa darah, sehingga semakin meningkat usia maka prevalensi diabetes dan gangguan toleransi glukosa semakin tinggi. Karakteristik responden menurut jenis kelamin yang tertinggi adalah perempuan yaitu sebanyak 27 responden (61,36%). Distribusi jenis kelamin responden menunjukan sebagian besar responden merupakan perempuan. Hal ini sejalan dengan penelitian Chaveepohjkamjorn et al (2008) mengenai kualitas hidup dan kepatuhan pasien DM tipe 2, sebagian mayoritas (78,7%) adalah perempuan. 5

Tingkat pendidikan sebagian besar responden berada pada kategori rendah, yaitu SD-SMP sebanyak 18 responden (40.9%). Hal in sejalan dengan penelitian Mier et al (2008) dalam study cross sectional pada pasien DM tipe 2, menemukan sebagian besar responden memiliki pendidikan yang rendah (70%). Begitu juga pada penelitian Wen et al (2004), dimana responden DM tipe 2 yang memiliki pendidikan rendah lebih banyak dibanding pendidikan tinggi. Peneliti berasumsi bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi perilaku seseorang dalam mencari perawatan dan pengobatan penyakit yang dideritanya, serta memilih dan memutuskan tindakan atau terapi yang akan dijalani untuk mengatasi masalah kesehatannya. Lama menderita DM tertinggi dengan kategori sedang (5-10 tahun) yaitu sebanyak 32 responden (72,7%). Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Arnadi et al. bahwa kebanyakan kasus DM akan mengalami komplikasi PAP setelah perjalanan penyakitnya >5 tahun (P = 0,044). Jika kadar glukosa darah tinggi, maka akan timbul komplikasi yang berhubungan dengan saraf dan aliran darah ke kaki. Kelainan vaskuler sebagai manifestasi patologis DM dari pada sebagai penyulit karena erat hubungannya dengan kadar glukosa darah yang abnormal, sedangkan untuk mudahnya terjadinya infeksi seperti tuberkolosis atau gangrene diabetik lebih sebagai komplikasi (Waspadji, 2009). 3.5 Distribusi frekuensi Nilai ABI Nilai ABI normal didapatkan paling banyak yaitu sebanyak 22 responden (50%), sedangkan responden dengan nilai ABI ringan sebanyak 17 responden (11.4)% dan responden yang mempunyai nilai ABI sedang sebanyak 5 responden (11.4%). Hal ini sejalan dengan penelitian Kristiani, Sumangku, & Limpeleh mengenai Hubungn nilai ABI dengan kejadian ulkus didapatkan hasil nilai ABI normal didapatkan paling banyak yaitu pada 22 pasien (57,9%), diikuti oleh obstruksi vaskular sedang (8 pasien - 21,1%), iskemi ringan (7 pasien - 18,4%), dan hanya 1 pasien (2,6%) dengan obstruksi vaskular berat. Pada penelitian ini nilai ABI normal banyak didapatkan pada ulkus derajat 1 dan 3 (77,8% dan 75%), sedangkan obstruksi vaskular berat hanya didapatkan pada ulkus derajat (Kemenkes RI, 2013). 3.6 Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Hasil dari penelitian menunjukkan jumlah responden yang mempunyai kualitas hidup baik sebanyak 27 orang (38,6%) sedangkan 17 orang mempunyai kualitas hidup kurang baik (61,4%). Kualitas hidup dapat diartikan sebagai derajat dimana seseorang menikmati kemungkinan dalam hidupnya, kenikmatan tersebut memiliki dua komponen yaitu pengalaman, kepuasan dan kepemilikan atau pencapaian beberapa karakteristik dan kemungkinan-kemungkinan tersebut 6

merupakan hasil dari kesempatan dan keterbatasan setiap orang dalam hidupnya dan merefleksikan interaksi faktor personal lingkungan (Weissman & Chang, 2004). 3.7 Hubungan Nilai ABI dengan Kualitas Hidup Hasil analisis hubungan antara nilai Ankle Brachial Indeks (ABI) dengan Kualitas menunjukkan nilai ABI dengan kualitas hidup pasien DM kurang baik. Hasil uji statistik lebih lanjut disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara Nilai ABI dengan kualitas hidup responden (p value = 0.010). Hal ini sejalan dengan penelitian Sonter & Chuter (2016), bahwa Nilai ABI dengan Kualitas Hidup mempunyai hubungan bermakna. Pada ekstremitas bawah, penyakit arteri perifer (PAD) memiliki gejala asimtomatik atau dengan gejala nyeri iskemik, luka yang proses penyembuhanya lama dan kehilangan jaringan. Bahkan tanpa adanya gejala, PAD dikaitkan dengan kemampuan fisik berkurang dan penurunan fungsional. Kondisi ini dapat menyebabkan berkurangnya kualitas hidup seseorang (Health Related Quality Of Life) dibandingkan dengan penyakit kardiovaskular karena sakit, gangguan tidur dan mengurangi mobilitas. Tes diagnostik PAD dengan akurasi ABI yang lebih besar kemungkinan mencerminkan perubahan dalam kualitas hidup seseorang (HRQOL) terkait dengan kondisi yang dialami (Sonter & Chuter, 2016). Menurut asumsi peneliti, terganggunya sirkulasi daerah perifer akibat PAD menyebabkan klaudikasio intermiten dengan gejala khas nyeri pada tungkai bawah sehingga mobilitas terganggu. Jika hal ini dibiarkan terus menerus terjadi maka kualitas hidup akan mengalami penurunan terutama pada domain ketahanan serta kekuatan fisik. 4. PENUTUP 4.1 Simpulan 1. Nilai ABI terbanyak penderita DM di Persadia Cabang Kota Surakarta yaitu dengan rentan nilai ABI normal, kemudian disusul dengan nilai ABI ringan, dan yang paling terendah adalah nilai ABI sedang. 2. Kualitas hidup penderita DM di Persadia Cabang Kota Surakarta terbanyak adalah baik. durasi diabetes melitus yang panjang disertai dengan kepatuhan dan pengontrolan gula darah yang tepat walaupun telah terkena komplikasi tentunya akan membuat pasien memiliki kualitas hidup yang baik dan terpelihara. 3. Terdapat hubungan yagng signifikan antara ABI dengan Kualitas Hidup Penderita DM di Persadia Cabang Kota Surakarta. 7

4.2 Saran 1. Bagi tenaga kesehatan Diharapkan pada petugas Persadia untuk lebih aktif memberikan penyuluhan kesehatan pada pasien diabetes melitus dalam pencegahan (deteksi dini komplikasi) serta penanganan komplikasi DM Bagi pasien diabetes mellitus. 2. Diharapkan pasien diabetes melitus lebih optimis lagi dalam menjalani hidup sehat agar kualitas hidup yang baik tetap terjaga terutama pada pasien yang telah terkena komplikasi kronik (PAP) dengan cara menjaga diit yang teratur, menghindari stress dan mendapatkan dukungan dari keluarga. 3. Bagi peneliti Penelitian yang akan datang perlu melengkapi lagi pertanyaan dari domain yang belum tercantum, meringkas kembali item pertanyaan yang terlalu banyak serta penambahan waktu saat mengerjakan kuesioner. DAFTAR PUSTAKA Aboyans, V., Lacroix, P., Tran, M.H., Salamagne, C., Galinat, S., Archambeaud, F., et al. (2012). The prognosis of diabetic patients with high anklebrachial index depends on the coexistence of occlusive peripheral artery disease. J Vasc Surg 53 ; 984-91. American Diabetes Association (2015). Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus,Diabetes Care,38:8-16. Black, J., & Hawk, J. H. (2009). Medical Surgical Nursing. Clinical Management for Positif Outcomes (6 th ). Saunders: Elsevier. Bryant, R.A., & Nix, D.P. (2006). Acute and Chronic Wounds: Current Management Concepts 3 rd Edition, Mosby, St Louis. Buku profil kesehatan Provinsi jawa tengah Tahun 2011. Chaveepojnkamjorn, W., Pichainarong, N., Schelp, F.P., & Mahaweerawat M.U. (2008). Quality of life and compliance among type 2 diabetic patient. Southest Asian Journal Trop Med, Public health,39 (2), 328-334. Hidayat, A.A. (2014). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika. Isa B. A. and O. Baiyewu. (2006). Quality of life with diabetes mellitus in a Nigerian Teaching Hospital. Hongkong Journal Psychiatry. 27-33. Kemenkes. Riset Kesehatan Dasar: Riskesdas 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, 2013. Kirsner, R.S. (2010). The Standart of Care for Evaluation and Treatment of Diabetic Foot Ulcers. Nagpal J., Kumar A., Kakar S., Bhartia A. (2010). The Development of Quality of Life Instrument for Indian Diabetes Patients (QOLID) : A Validation and Reliability Study in Middle and Higher Income Groups. JAPI May vol. 58. 8

Nahler M.R., McDermott M.M., Treat-Jacobsonc D., Chetterd I.,and Regensteiner J.G. (20003). Functional outcomes and quality of life in peripheral arterial disease: Current status. 8: 115 126. PERKENI., (2011). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta Rochmah, W., 2006, Diabetes Melitus Pada Usia Lanjut, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Ketiga, Editor Suyono, S., 1857, Balai Penerbit FKUI, Jakarta. Roza, R.L., Afriant, R., & Edward, Z.(2015). Faktor Resiko Terjadinya Ulkus Diabetium pada Pasien Diabetes Melitus. Skripsi Ilmiah. Padang : Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang. Sonter and Chuter. Health and Quality of Life Outcomes (2016) 14:50 DOI 10.1186/s12955-016- 0451-5. Waspadji S. Kaki diabetes. Dalam: Sudoyo A.W., Setiyohadi B., Alwi I., Simadibrata M., Setiati S. (2009). editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, edisi kelima. Jakarta: Interna publishing. Wen, L.K., Parchman ML. & Shepard M.D.., (2004). Family support and diet barriers among older Hispanic adults with type 2 diabetes. Clinical Research and Methods. 36 (6), 423-430. Williams, L & Wilkins (2011). Nursing : Memahami Berbagai Macam Penyakit. Alih Bahasa Paramita. Jakarta : PT. Indeks. 9