ANALISIS PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, INFORMASI ASIMETRI, BUDAYA DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP BUDGETARY SLACK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan kompleksitas tugas dapat berpengaruh terhadap slack anggaran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Bagian ini membahas mengenai teori-teori dan pendekatan yang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SLACK ANGGARAN PADA PT. BRI DI KOTA JAMBI

ANALISIS PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, BUDGET EMPHASIS

BAB I PENDAHULUAN. yang berfungsi sebagai alat perencanaan dan pengendalian agar manajer dapat

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, BUDGET EMPHASIS, DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP SLACK ANGGARAN (Survei Pada Hotel Berbintang di Kota Jambi)

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI DAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN DALAM HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI ANGGARAN DENGAN SENJANGAN ANGGARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. digunakan sebagai acuan dalam pemecahan masalah yang sedang diteliti.

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank Perkreditan Rakyat berbeda dengan bank umum lainnya

AMELIA VERONICA KOMANG AYU KRISNADEWI Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan kegiatan organisasi secara lebih efektif dan efisien (Scief dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham

BAB I PENDAHULUAN. negara, tidak terkecuali di Indonesia. Baik pada sektor publik maupun pada sektor

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebuah hubungan kontraktual antara dua pihak, yaitu antara pemilik perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. maupun untuk berbagai fungsi. Mengingat pentingnya fungsi anggaran sebagai

BAB I PENDAHULUAN. datang, yang mengidentifikasikan kegiatan untuk mencapai tujuan. Sebuah

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Pertumbuhan yang pesat tersebut mengakibatkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi termasuk institusi pendidikan dalam melaksanakan

Mohamad Djasuli Novaria Isnaini Fadilah

JURNAL RISET AKUNTANSI DAN KEUANGAN, 3 (2), 2015,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan teori yang menjelaskan mengenai hubungan antara principal dan

BAB I PENDAHULUAN. disfungisional terhadap sikap dan perilaku anggota organisasi (Indriantoro dan

BAB I PENDAHULUAN. direvisi menjadi Undang-Undang No. 32 tahun 2004 serta Undang-Undang

BAB II LANDASAN TEORI. principal dan agen. Pihak principal adalah pihak yang memberikan mandat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kesenjangan anggaran dapat ditelusuri dari pengembangan agency theory

BAB II LANDASAN TEORI. Anggaran adalah rencana kerja mengenai kegiatan suatu organisasi yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Hubungan agensi muncul ketika salah satu pihak (prinsipal) menyewa pihak

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Bab ini akan memaparkan teori-teori yang digunakan dalam penelitian.

PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN, PENEKANAN ANGGARAN, KOMITMEN ORGANISASI, DAN KOMPLEKSITAS TUGAS TERHADAP SLACK

Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN, ASIMETRI INFORMASI, BUDAYA ORGANISASI DAN KOMITMEN ORGANISASI PADA SENJANGAN ANGGARAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Anggaran sektor publik merupakan suatu instrumen perencanaan,

BAB I PENDAHULUAN. anggaran. Pemerintah pusat maupun daerah mempunyai rencana-rencana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian ini membahas lebih mendalam mengenai teori-teori dan pendekatanpendekatan

Abstrak. Kata kunci: senjangan anggaran, partisipasi penganggaran, kepercayaan diri, komitmen organisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kata Kunci :partisipasi penyusunan anggaran, budgetary slack, komitmen organisasi, etika

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

BAB I PENDAHULUAN. kesinambungan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat (Mardiasmo,

INTERAKSI BUDAYA ORGANISASI, INFORMASI ASIMETRI, DAN GROUP COHESIVENESS DALAM HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI PENGANGGARAN DAN BUDGETARY SLACK

Sutina Arifani Bahar 1, Rio Monoarfa 2, Siti Pratiwi Husain 3

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Persaingan usaha yang semakin ketat dewasa ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk mencapai tujuannya, yaitu memperoleh laba.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk melaksanakan strategi organisasi, oleh sebab itu anggaran harus

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan aspek transparansi dan akuntabilitas menjadi hal penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. yaitu fungsi perencanaan (planning), fungsi pelaksanaan (actuating), dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. bentuk angka atau yang kita kenal sebagai anggaran. Tanpa adanya anggaran,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori Keagenan merupakan sebuah teori yang membahas mengenai hubungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Bab ini mengkaji landasan teori, konsep-konsep yang digunakan, dan hasil

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, REPUTASI, DAN ETIKA PADA KESENJANGAN ANGGARAN PADA SKPD DI PEMERINTAHAN KOTA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. anggaran. Anggaran merupakan sebuah rencana tentang kegiatan di masa datang yang

77 BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

PENGARUH BUDAYA PATERNALISTIK DAN KOMITMEN ORGANISASI PADA HUBUNGAN BUDGETARY GOAL CHARACTERISTICS DENGAN KINERJA MANAJERIAL

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian adalah dua hal yang tak terpisahkan. Perencanaan melihat ke masa

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini adalah PT. Bank Tabungan Pensiunan

Accounting Analysis Journal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penjelasan mengenai konsep budgetary slack dimulai dari pendekatan agency

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR... ABSTRAK...

BAB I PENDAHULUAN. 1977; Nori, 1996) dalam (Putu Novia, dkk: 2015). Mardiasmo (2002) dalam (Putu

MAKSI Jurnal Ilmiah Manajemen & Akuntansi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. organisasi. Pada umumnya disusun secara tertulis (Darsono, 2010). mengemukakan bahwa dalam penyusunan anggaran perlu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kontrak atau dokumen untuk komitmen dan kesepakatan yang telah dibuat

JURNAL PENELITIAN SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai. secara sistematis untuk satu periode.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut akan berdampak pada pelanggan, persaingan, dan perubahan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. publik terkait dengan proses penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sasaran tersebut. Rencana yang disusun secara kuantitatif umunya dituangkan

Rina Ismawati B

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. JAMU AIR MANCUR WONOGIRI

Accounting Analysis Journal

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan yang baik karena merupakan proses penentuan kebijakan dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. finansial, sedangkan penganggaran adalah proses atau metode untuk

BAB I PENDAHULUAN. secara mandiri. Masing-masing daerah telah diberikan kekuasaan dan

PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN DENGAN KOMITMEN ORGANISASI DAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik juga dituntut untuk mampu bersaing dengan pihak

I KETUT SUJANA Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana ABSTRACT

Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS PELAKSANAAN ANGGARAN PADA PERUSAHAAN-PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI KLATEN

PENGARUH ASIMETRI INFORMASI, LOCUS OF CONTROL,

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu, dan peningkatan kinerja perusahaan yang mampu

I Gede Eka Arya Kusuma 1. ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Dunia bisnis makin berkembang dan persaingan antar perusahaan

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, KOMITMEN ORGANISASI DAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT

BABI PENDAHULUAN. Anggaran dalam dunia bisnis merupakan unsur utama dalam perencanan dan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu rencana mengidentifikasi tujuan dan tindakan yang akan dilakukan untuk

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, BUDGET EMPHASIS, KOMPLEKSITAS TUGAS, DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP SLACK ANGGARAN NASKAH PUBLIKASI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. partisipatif pada perguruan tinggi swasta di Yogyakarta. Penelitian

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menggabungkan pendekatan top down dengan pendekatan bottom up dalam

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP BUDGETARY SLACK. Jurnal Sistem Pengendalian Manajemen

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori agensi merupakan kondisi dimana prinsipal (pemilik atau manajemen

Transkripsi:

ANALISIS PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, INFORMASI ASIMETRI, BUDAYA DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP BUDGETARY SLACK PADA RUMAH SAKIT DI KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta Disusun Oleh : MEVA KAMELIAWATI B. 200 090 071 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

ANALISIS PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, INFORMASI ASIMETRI, BUDAYA DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP BUDGETARY SLACK PADA RUMAH SAKIT DI KABUPATEN WONOGIRI ABSTRAKSI Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui partisipasi anggaran, informasi asimetri, budaya dan komitmen organisasi berpengaruh terhadap Budgetary slack pada Rumah Sakit di Kabupaten Wonogiri. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan yang menyusun anggaran pada Rumah Sakit di Kabupaten Wonogiri dan sampel dalam penelitian ini adalah karyawan penyusun anggaran Rumah Sakit yang berada di wilayah Wonogiri. Sedangkan dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling adapun kriterianya adalah karyawan yang menyusun anggaran yang telah menduduki jabatannya selama minimal satu tahun dan bersedia menjadi responden. Berdasarkan hasil uji t diperoleh variabel partisipasi anggaran memiliki pengaruh yang signifikan terhadap budgetary slack, variabel informasi asimetri memiliki pengaruh yang signifikan terhadap budgetary slack, variabel budaya organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap budgetary slack dan variabel komitmen organisasi memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap budgetary slack. Sedangkan hasil uji F diperoleh bahwa F hitung > F tabel yaitu 20,464 > 2,84 dan nilai signifikansi = 0,000 < = 0,05. Hal ini berarti Ho ditolak, sehingga variabel partisipasi anggaran, informasi asimetri, budaya organisasi dan komitmen organisasi mempunyai pengaruh secara bersama-sama dan secara signifikan terhadap budgetary slack. Hasil perhitungan untuk nilai R 2 diperoleh dalam analisis regresi berganda diperoleh angka koefisien determinasi dengan adjusted-r 2 sebesar 0,672. Hal ini berarti bahwa 67,2% variasi variabel budgetary slack dapat dijelaskan oleh partisipasi anggaran, informasi asimetri, budaya organisasi dan komitmen organisasi sedangkan sisanya yaitu 32,8% dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model yang diteliti. Kata Kunci : Partisipasi Anggaran, Informasi Asimetri, Budaya dan Komitmen Organisasi dan Budgetary Slack A. Latar Belakang Anggaran merupakan komponen penting dalam perusahaan. Pentingnya fungsi anggaran sebagai perencana dan pengendali perusahaan menjadikan penganggaran sebagai masalah penting bagi keberhasilan anggaran perusahaan. Anggaran memiliki dampak langsung terhadap perilaku manusia. Orang-orang merasakan tekanan dari anggaran yang ketat dan kegelisahan atas laporan kinerja yang buruk sehingga anggaran sering kali dipandang sebagai penghalang kemajuan karier mereka. Oleh karena itu, adanya partisipasi penganggaran, penekanan anggaran, komitmen organisasi, dan kompleksitas tugas dapat berpengaruh terhadap slack anggaran. Salah satu fungsi anggaran adalah untuk menilai kinerja pada manajer. Demikian pula penggunaan anggaran sebagai alat ukur kinerja manajer. Anggaran memiliki implikasi terhadap karir maupun keuntungan manajer, maka anggaran pun memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap perilaku manajer, baik pengaruh positif maupun sebaliknya (Harun, 2009:106 dalam Djasuli dan Fadilah, 2011). Penyusunan anggaran yang baik memerlukan partisipadari dari anggota organsiasi. Anggaran disusun oleh manajemen untuk jangka waktu satu tahun, membawa perusahaan ke kondisi tertentu yang diinginkan dengan sumber daya tertentu yang diperhitungkan. Partisipasi penganggaran merupakan proses dimana individu-individu, baik atasan maupun bawahan, terlibat dan mempunyai pengaruh dalam menentukan target anggaran. Dalam menyusun anggaran, manajer cenderung membuat anggaran yang terlalu ketat atau terlalu longgar. Tujuan anggaran cenderung menjadi tujuan manajer ketika menyusun anggaran. Penetapan anggaran yang terlalu ketat merupakan tantangan bagi manajer yang agresif dna kreatif, sedangkan anggaran yang terlalu longgar meurpakan kesempatan bagi manajer yang ingin menimbulkan suasana di mana manajer tersebut akan mencapai anggarannya dan akhirnya akan dapat mengurangi risiko yang harus dicapai. (Sujana, 2009). Pada dasarnya komitmen karyawan (individu) akan mendorong terciptanya komitmen organisasi. Komitmen organisasi menyangkut tiga sikap, yaitu rasa mengindentifikasi dengan tujuan organisasi, rasa keterlibatan dengan tugas organisasi, dan rasa kesetiaan kepada organisasi. Komitmen organisasi merupakan tindakan sampai sejauh mana seorang karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuantujuannya serta berminat untuk mempertahankan keanggotannya dalam organisasi itu. Menurut Arfan dan Ishak dalam Sujana (2009) komitmen organisasi juga merupakan nilai personal yang mengacu pada sikap loyal atau komitmen terhadap perusahaan. Slack anggaran adalah perbedaan antara anggaran yang dinyatakan dan estimasi anggaran terbaik yang secara jujur dapat diprediksikan. Manajer menciptakan slack dengan mengestimasikan pendapatan lebih rendah dan biaya lebih tinggi. Manajer melakukan hal ini agar target anggaran dapat dicapai sehingga kinerja manajer terlihat baik. Karena karakter dan perilaku manusia yang berbeda-beda, partisipasi penganggaran dapat berpengaruh atau tidak berpengaruh terhadap slack. Pendukung partisipasi akan menciptakan slack mengemukakan bahwa semakin tinggi partisipasi yang diberikan pada bawahan dalam penganggaran cenderung mendorong bawahan menciptakan slack. Kelompok yang tidak mendukung pendapat itu menyatakan bahwa partisipasi dapat mengurangi slack yang ditandai dengan komunikasi positif antara para manajer. Sering kali perusahaan menggunakan anggaran sebagai satu-satunya pengukur kinerja manajemen. Penekanan anggaran seperti ini dapat memungkinkan timbulnya slack. Penilaian kinerja berdasarkan tercapai atau tidaknya target anggaran akan

mendorong bawahan untuk menciptakan slack dengan tujuan meningkatkan prospek kompensasi. Menurut Wiener (1982) dalam Darlis (2001), komitmen organisasi adalah dorongan dari dalam individu untuk berbuat sesuatu agar dapat menunjang keberhasilan organisasi sesuai dengan tujuan dan lebih mengutamakan kepentingan organisasi. Komitmen organisasi mempengaruhi motivasi individu untuk melakukan suatu hal. Porter et al. (1974) dalam Darlis (2001) menyatakan bahwa individu yang memiliki komitmen organisasi akan berpandangan positif dan berusaha berbuat yang terbaik bagi organisasi sehingga slack anggaran dapat dihindari. Budgetary slack pada proses penyusunan anggaran juga dapat disebabkan oleh adanya asimetri informasi antara manajer (bawahan) dengan atasan mereka. Asimetri informasi merupakan perbedaan informasi yang dimiliki manajer tingkat atas dengan manajer tingkat bawah karena adanya perbedaan sumber dan akses atas informasi tersebut. Partisipasi dari bawahan dalam menyusun anggaran dapat memberikan kesempatan untuk memasukkan informasi lokal. Dengan demikian, bawahan dapat mengkomunikasikan / mengungkapkan beberapa informasi pribadi yang mungkin dapat dimasukkan dalam anggaran. Disamping itu, bawahan juga dapat menyembunyikan beberapa informasi pribadi sehingga dapat mempengaruhi slack. Menurut Christense dalam Sujana (2009) bawahan dapat menyembunyikan sebagian dari informasi pribadi yang mereka miliki dengan membuat anggaran yang relatif lebih mudah dicapai dan dengan melaporkan anggaran dibawah kinerja yang diharapkan. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sugiwardani (2012) pada pejabat struktural di SKPD yang memiliki peran dalam proses penyusunan anggaran pada dinas dan kantor pemerintahan kota Kediri. Penelitian ini mencoba menggunakan responden yang berbeda yaitu menggunakan responden pada Rumah Sakit di Wonogiri sebagai respondennya. Dalam hal ini peneliti ingin membuktikan secara empiris, apakah partisipasi anggaran, informasi asimetri, budaya dan komitmen organisasi berpengaruh terhadap Budgetary Slack. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti mengambil judul ANALISIS PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, INFORMASI SIMETRIS, BUDAYA DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP BUDGETARY SLACK PADA RUMAH SAKIT DI KABUPATEN WONOGIRI. B. Perumusan Masalah Apakah partisipasi anggaran, informasi asimetri, budaya dan komitmen organisasi berpengaruh terhadap Budgetary slack pada Rumah Sakit di Kabupaten Wonogiri?

C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui partisipasi anggaran, informasi asimetri, budaya dan komitmen organisasi berpengaruh terhadap Budgetary slack pada Rumah Sakit di Kabupaten Wonogiri. D. Tinjauan Pustaka 1. Budgetary Slack Budgetary slack adalah selisih atau perbedaan antara sumber daya yang sebenarnya dibutuhkan untuk melaksanakan sebuah pekerjaan dengan sumber daya yang diajukan dalam anggaran. Slack anggaran dapat pula diartikan sebagai perbedaan antara anggaran yang dilaporkan dengan anggaran yang sesuai dengan estimasi terbaik bagi perusahaan yaitu ketika membuat anggaran penerimaan lebih rendah dan menganggarkan pengeluaran yang lebih tinggi daripada estimasi sesungguhnya (Dinni: 2008) dalam Sugiwardani (2012). Hasen dan Mowen (2000:373) dalam Sugiwardani (2012) yang mengurai mengenai tiga permasalahan yang timbul dari partisipasi anggaran. Salah satunya adalah masuknya senjangan (slack) kedalam anggaran. Sedangkan menurut Ikhsan dan Ishak (2005:176) budgetary slack adalah selisih antara sumber daya yang sebenarnya diperlukan untuk secara efisien menyelesaikan suatu tugas dan jumlah sumber daya yang lebih besar yang diperuntukkan bagi tugas tersebut. Manajer menciptakan slack dengan mengestimasi pendapatan lebih rendah, mengestimasi biaya lebih tinggi jumlah input yang dibutuhkan untuk memproduksi suatu unit output. Menurut Young (1985 dalam Apriyandi, 2011) budgetary slack is the amount by which subordinate understate his productive capability when given chance to select work standard against which his performance will be evaluated. Artinya ketika bawahan diberi kesempatan untuk menentukan standar kerjanya, bawahan cenderung mengecilkan kapabilitas produktifnya. Sedangkan, menurut Anthony dan Govindarajan, (2005:85) budgetary slack adalah perbedaan jumlah anggaran yang diajukan oleh bawahan dengan jumlah estimasi yang terbaik dari organisasi. Kesenjangan anggaran atau yang lebih dikenal dengan budgetary slack dilakukan oleh bawahan yaitu dengan menyajikan anggaran dengan tingkat kesulitan yang rendah agar mudah dicapai dan kesenjangan ini cenderung dilakukan oleh bawahan karena mengetahui bahwa kinerja mereka diukur berdasarkan tingkat pencapaian anggaran yang telah ditetapkan bersama. Menurut Dunk (1993 dalam Apriyandi, 2011) budgetary slack Is defined as the express incorporation of budget amounts that make it easier to attain. Artinya bawahan lebih cenderung mengungkapkan atau menyusun anggaran yang mudah untuk dicapai.

2. Partisipasi Anggaran Anggaran merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan pemerintah meliputi rencana pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan yang diukur dalam satuan rupiah, yang disusun menurut klasifikasi tertentu secara sistematis untuk satu periode (PP No. 71 tahun 2010), sedangkan pengertian anggaran berdasarkan governmental accounting standars board (GASB) yang dikutip dari Bastian (2006 :164 dalam Apriyandi, 2011), yaitu: rencana operasi keuangan, yang mencakup estimasi pengeluaran yang diusulkan, dan sumber pendapatan yang diharapkan membiayainya dalam periode waktu tertentu. Anggaran adalah rencana kerja mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif untuk jangka waktu tertentu dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang, selain itu anggaran juga dapat dinyatakan dalam satuan unit barang/jasa. Sedangkan menurut Garrison dan Noreen (2000) dalam Apriyandi (2011) anggaran adalah rencana rinci tentang perolehan dan penggunaan sumber daya keuangan dan sumber daya lainnya untuk suatu periode tertentu. Keterlibatan (partisipasi) berbagai pihak dalam membuat keputusan dapat terjadi dalam penyusunan anggaran. Partisipasi dalam penyusunan anggaran diartikan oleh Mulyadi (2001:513) dalam Sugiwardani (2012) sebagai keikutsertaan operating managers dalam memutuskan bersama dengan komite anggaran mengenai rangkaian kegiatan dimasa yang akan datang yang akan ditempuh oleh operating managers tersebut dalam pencapaian sasaran anggaran. Penyusunan anggaran secara partisipatif diharapkan kinerja para manajer dibawahnya akan meningkat. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa ketika suatu tujuan atau standar yang ditetapkan, dan karyawan juga memiliki rasa tanggung jawab untuk mencapainya karena ikut terlibat dalam penyusunanya. Melakukan penyusunan anggaran akan melibatkan manager untuk menambah informasi kepada atasan mengenai lingkungan yang sedang dihadapi dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan anggaran. Manfaat dan kelebihan partisipasi penyusunan anggaran yaitu partisipasi anggaran mengikutsertakan manajer tingkat bawah dalam menentukan bagaimana anggaran disusun, sehingga para manajer tingkat bawah bertanggung jawab atas realisasi dari pelaksanaan anggaran tersebut. Peningkatan tanggung jawab dan kreativitas juga memberikan konstribusi yang baik bagi organisasi atau perusahaan, terutama menyangkut kinerja dan produktivitas. Keterbatasan dan kelemahan partisipasi penyusunan anggaran menurut Hasen & Mowen (2000:373) dalam Sugiwardani (2012) yaitu : a. Penetapan standard yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, b. Masuknya slack (senjangan) dalam anggaran, c. Partisipasi Semu.

3. Informasi Asimetris Informasi asimetris adalah perbedaan informasi yang dimiliki antara manajer tingkat bawah atau menengah (lower level manager atau middle manager) dengan manajemen diatasnya dalam penyususnan anggaran. Atasan atau pemegang kuasa anggaran mungkin mempunyai pengetahuan yang lebih dari pada bawahan atau pelaksana anggaran mengenai unit tanggung jawab bawahan atau pelaksana anggaran ataupun sebaliknya. Kemungkinan yang pertama terjadi, akan muncul tuntutan yang lebih besar dari atasan atau pemegang kuasa anggaran kepada bawahan atau pelaksana anggaran terlalu tinggi. Kemungkinan yang kedua terjadi, bawahan atau pelaksana anggaran akan menyatakan target lebih rendah daripada yang dimungkinkan untuk dicapai (Dinni: 2008) dalam Sugiwardani (2012). Menurut Dunk (1993 dalam Apriyandi, 2011) Information asymmetry exists only when subordinates' information exceeds that of their superiors. Artinya informasi asimetri terjadi ketika bawahan memliki informasi lebih dibanding atasan mengenai suatu unit organisasi atau pusat pertanggungjawaban bawahan. Informasi asimetri timbul dalam teori keagenan (agency theory) yaitu teori yang menjelaskan hubungan antara prinsipal dan agen yang diungkapkan oleh Jensen Meckling (1976 dalam Apriyandi, 2011). Dalam teori keagenan salah satu pihak yang bertindak sebagai prinsipal membuat suatu kontrak dengan pihak lain yang bertindak sebagai agen dengan harapan bahwa agen akan melaksanakan pekerjaan seperti yang diinginkan prinsipal. Menurut teori keagenan, agen mempunyai lebih banyak informasi tentang kinerja aktual, motivasi, dan tujuan yang ingin dicapai. 4. Budaya Budaya (culture) dapat diartikan sebagai sekumpulan nilai, keyakinan, pemahaman dan norma pokok yang dibagi bersama oleh anggota suatu organisasi. Konsep budaya membantu manajer dalam memahami aspek yang kompleks dan tersembunyi dari kehidupan organisasi. Budaya merupakan pola nilai dan asumsi bersama mengenai bagaimana sesuatu hal dapat dilakukan dalam sebuah organisasi (Richard L. Daft, 2006:125). Budaya organisasi sesungguhnya tumbuh karena diciptakan dan dikembangkan oleh individu yang bekerja dalam suatu organisasi, dan diterima sebagai nilai-nilai yang harus dipertahankan dan diturunkan kepada setiap anggota baru. Nilai nilai tersebut digunakan sebagai pedoman bagi setiap anggota selama mereka berada dalam lingkungan organisasi tersebut, dan dapat dianggap sebagai ciri khas yang membedakan sebuah organisasi dengan organisasi lainnya (Widya Ayu, 2006 dalam Sugiwardani, 2012). Budaya organisasi dapat terdiri dari dua tingkatan yang berbeda-beda. Tingkatan pertama disebut sebagai budaya terlihat yaitu budaya yang dapat dilihat dan didengar waktu berkeliling dalam organisasi sebagai

seorang penggunjung, pelanggan atau pekerja. Budaya terlihat ini dapat dilihat dari penampilan pekerja, bagaimana mengatur ruang kantor, bagaimana tingkah laku mereka satu dengan yang lainnya, bagaimana mereka berbicara dan bagaimana mereka memuaskan pelanggan mereka. 5. Komitmen Organisasi Komitmen organisasi adalah loyalitas karyawan terhadap organisasi melalui penerimaan sasaran-sasaran, nilai-nilai organisasi, kesediaan atau kemauan untuk berusaha menjadi bagian dari organisasi serta keinginan untuk bertahan didalam organisasi. Komitmen organisasi merupakan salah satu faktor penting dalam pencapaian tujuan organisasi atau perusahaan (Dinni: 2008) dalam Sugiwardani (2012). Menurut pengertian yang dikemukakan oleh Poter, Mowdaydan Steers dalam penelitian Dinni (2008) konsep komitmen organisasi memiliki tiga aspek yaitu seseorang dikatakan memiliki komitmen terhadap organisasi apabila : a. Percaya dan menerima tujuan dan nilai organisasi, b. Rela berusaha mencapai tujuan organisasi, c. Memiliki keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi. Menurut Allen dan Meyer (1997) di dalam Dinni (2008), ada tiga dimensi komitmen organisasi adalah : 1. Komitmen afektif (affective comitment): Keterikatan emosional karyawan, dan keterlibatan dalam organisasi, 2. Komitmen berkelanjutan (continuence commitment): Komitmen berdasarkan kerugian yang berhubungan dengan keluarnya karyawan dari organisasi. Hal ini mungkin karena kehilangan senioritas atas promosi atau benefit, 3. Komitmen normatif (normative commiment): Perasaan wajib untuk tetap berada dalam organisasi karena memang harus begitu; tindakan tersebut merupakan hal benar yang harus dilakukan. E. Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Sugiwardani, 2012. Hasil penelitian ini diketahui bahwa variabel partisipasi anggaran, informasi simetris, budaya dan komitmen organisasi secara keseluruhan berpengaruh signifikan terhadap budgetary slack di SKPD Kota Kediri dan secara parsial partisipasi anggaran, informasi asimetris, dan komitmen organisasi memiliki pengaruh signifikan terhadap budgetary slack di SKPD Kota Kediri dan secara parsial budaya tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap budgetary slack. Selanjutnya penelitian Veronica dan Krisnadewi, 2006. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa partisipasi penganggaran, penekanan anggaran, komitmen organisasi, dan kompleksitas tugas, baik

secara simultan maupun parsial, berpengaruh signifikan terhadap slack anggaran pada BPR di Kabupaten Badung. Kemudian Sujana, 2009. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa partisipasi penganggaran tidak berpengaruh secara signifikan terhadap budgetary slack pada hotel-hotel berbintang di Kota Denpasar. Penekanan anggaran tidak berpengaruh secara signifikan terhadap budgetary slack pada hotel-hotel berbintang di Kota Denpasar. Komitmen organisasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap budgetary slack pada hotel-hotel berbintang di Kota Denpasar. Asimetri informasi berpengaruh secara signifikan terhadap budgetary slack pada hotel-hotel berbintang di Kota Denpasar dan ketidakpastian lingkungan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap budgetary slack pada hotel-hotel berbintang di Kota Denpasar. Djasuli dan Fadilah. 2011. Hasil analisis data dalam penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi anggaran memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap budgetary slack, maksudnya bahwa partisipasi anggaran akan meningkatkan budgetary slack di SKPD Bangkalan. Informasi asimetri merupakan variabel yang memoderasi pada pengaruh partisipasi penganggaran terhadap budgetary slack. Informasi asimetri membuat pegawai lebih berpartisipasi dalam penyusunan anggaran untuk meningkatkan kesenjangan anggaran. Budaya organisasi bukan merupakan variabel pemoderasi pada pengaruh partisipasi penganggaran terhadap budgetary slack. SKPD Bangkalan tipe budaya yang paling dominan adalah budaya birokratis, ditandai dengan lingkungan yang terstruktur, teratur, tertib, berurutan dan memiliki regulasi yang jelas. Group cohesiveness merupakan variabel pemoderasi pada pengaruh partisipasi penganggaran terhadap budgetary slack di SKPD Bangkalan. Dalam kaitannya dengan budgetary slack, proses pengambilan keputusan tergantung pada keselrasan sikap kelompok terhadap tujuan formal dan tujuan organisasi. Jika sikap tersebut menguntungkan dan tingkat kohesivitas tinggi, maka efisiensi dan efektifitas pengambilan keputusan juga tinggi, maka tingkat efisiensi dan efektivitas akan menurun. Motivasi merupakan variabel yang memoderasi pada pengaruh partisipasi penganggaran terhadap budgetary slack. Jadi motivasi yang tinggi dapat meningkatkan slack anggaran. Widyaningsih, 2011. Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan maka Partisipasi anggaran berpengaruh langsung dan positif terhadap munculnya budgetary slack. Artinya semakin tinggi tingkat partisipasi dalam penyusunan anggaran maka akan semakin tinggi budgetary slack (senjangan anggaran) yang ditimbulkan dan Pengaruh partisipasi anggaran terhadap budgetary slack tidak dimoderasi oleh gaya kepemimpinan, dalam hal ini gaya kepemimpinan yang berorientasi pada hubungan.

F. Kerangka Teori Partisipasi Anggaran (X 1 ) Informasi Asimetri (X 2 ) Budaya (X 3 ) Budgetary Slack (Y) Komitmen Organisasi (X 4 ) Gambar 1 Kerangka Teori G. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan yang menyusun anggaran pada Rumah Sakit di Kabupaten Wonogiri. 2. Sampel Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.(sugiyono, 2007 :62) dan Sampel dalam penelitian ini adalah karyawan penyusun anggaran Rumah Sakit yang berada di wilayah Wonogiri yang berdasarkan pada teknik sampling yaitu purposive sampling. 3. Teknik Pengambilan Sampel Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. (Sugiyono, 2007 : 62). Penentuan sampel dalam penelitian ini tidak dilakukan secara random melainkan secara nonrandom yaitu purposive sampling. Pengambilan purposive sampling dilakukan karena peneliti ingin mengarahkan sampel pada tujuan atau masalah penelitian. Adapun pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu. Adapun kriterianya adalah karyawan yang menyusun anggaran yang telah menduduki jabatannya selama minimal satu tahun dan bersedia menjadi responden.

H. Analisis Data 1. Partisipasi anggaran berpengaruh signifikan terhadap budgetary slack. Variabel partisipasi anggaran diketahui nilai t hitung (4,437) lebih besar daripada t tabel (2,021) atau dapat dilihat dari nilai signifikansi 0,000 < = 0,05. Oleh karena itu, H0 ditolak, artinya secara partisipasi anggaran memiliki pengaruh yang signifikan terhadap budgetary slack. Partisipasi dalam penyusunan anggaran diartikan oleh Mulyadi (2001:513) dalam Sugiwardani (2012) sebagai keikutsertaan operating managers dalam memutuskan bersama dengan komite anggaran mengenai rangkaian kegiatan dimasa yang akan datang yang akan ditempuh oleh operating managers tersebut dalam pencapaian sasaran anggaran. Penyusunan anggaran secra partisipatif diharapkan kinerja para manajer dibawahnya akan meningkat. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa ketika suatu tujuan atau standar yang ditetapkan, dan karyawan juga memiliki rasa tanggungjawab untuk mencapainya karena ikut terlibat dalam penyusunannya. Melakukan penyusunan anggaran akan melibatkan manager untuk menambah informasi kepada atasan mengenai lingkungan yang sedang dihadapi dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan anggaran. Manfaat dan kelebihan partisipasi penyusunan anggaran yaitu partisipasi anggaran mengikutsertakan manajer tingkat bawah dalam menentukan bagaimana anggaran disusun, sehingga para manajer tingkat bawah bertanggungjawab atas realisasi dari pelaksanaan anggaran tersebut. Peningkatan tanggungjawab dan kreativitas juga memberikan konstribusi yang baik bagi organisasi atau perusahaan terutama menyangkut kinerja dan produktivitas. Berdasarkan hasil penelitian ini berarti mendukung penelitian Sugiwardani, (2012), Veronica dan Krisnadewi (2006), Kemudian Sujana, (2009), Djasuli dan Fadilah. (2011), dan Widyaningsih, (2011). 2. Pengaruh Informasi Asimetris Terhadap Budgetary Slack Variabel informasi asimetri diketahui nilai t hitung (3,201) lebih kecil daripada t tabel (2,021) atau dapat dilihat dari nilai signifikansi 0,003 < = 0,05. Oleh karena itu, H0 ditolak, artinya secara informasi asimetri memiliki pengaruh yang signifikan terhadap budgetary slack. Menurut Dinni, (2008, dalam Sugiwardani, 2012). Informasi asimetri adalah perbedaan informasi yang dimiliki antara manajer tingkat bawah dan menengah (lower level manager atau middle manager) dengan manajemen diatasnya dalam

penyusunan anggaran. Atasan atau pemegang kuasa anggaran mungkin mempunyai pengetahuan yang lebih dari pada bawahan atau pelaksanaan anggaran mengenai unit tanggungjawab bawahan atau pelaksana anggaran ataupun sebaliknya. Kemungkinan yang pertama terjadi, akan muncul tuntutan yang lebih besar dari atasan atau pemegang kuasa anggaran kepada bawahan atau pelaksana anggaran terlalu tinggi. Kemungkinan yang kedua terjadi, bawahan atau pelaksana anggaran akan menyatakan target lebih rendah daripada yang dimungkinkan untuk dicapai, dan menurut Erawati (2006: 28) dalam I Ketut Sujana (2009) asimetri informasi timbul jika bawahan memiliki informasi yang relevan untuk proses pembuatan keputusan sehubungan dengan penganggaran, sedangkan atasan tidak. Dengan informasi lokasi yang dimilikinya bawahan dapat mempengaruhi melalui partisipasinya dalam penyusunan anggaran untuk menciptakan slack. Bawahan dapat mengkomunikasikan /mengungkapkan beberapa informasi pribadinya yang mungkin dapat dimasukkan dalam standar atau anggaran yang dipakai sebagai dasar penilaian. Di samping itu, bawahan juga dapat tidak mengungkapkan beberapa informasi pribadinya yang mungkin dapat dimasukkan dalam standar atau anggaran yang dipakai sebagai dasar penilaian. Di samping itu, bawahan juga dapat tidak mengungkapkan beberapa informasi pribadi sehingga dapat mempengaruhi slack. Asimetri informasi inilah yang nantinya akan memberikan kesempatan dan mendorong bawahan untuk bersikap oportunitis dengan memperkecil pendapatan dan memperbesar biaya ketika mereka diajak berpartisipasi dalam menyusun anggaran yang nantinya menjadi tanggungjawabnya. Berdasarkan hasil penelitian ini berarti mendukung penelitian Sugiwardani, (2012), Veronica dan Krisnadewi (2006), Djasuli dan Fadilah. (2011), dan Widyaningsih, (2011). 3. Pengaruh Budaya Terhadap Budgetary Slack Variabel budaya organisasi diketahui nilai t hitung (2,226) lebih besar daripada t tabel (2,021) atau dapat dilihat dari nilai signifikansi 0,033 < = 0,05. Oleh karena itu, H0 ditolak, artinya secara budaya organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap budgetary slack. Menurut Richard L. Daft, (2006). Budaya organisasi sesungguhnya tumbuh karena diciptakan dan dikembangkan oleh individu yang bekerja dalam suatu organisasi, dan diterima sebagai nilai-nilai yang harus dipertahankan dan diturunkan kepada setiap anggota baru. Berdasarkan hasil penelitian ini berarti mendukung

penelitian Sugiwardani, (2012), Veronica dan Krisnadewi (2006), Djasuli dan Fadilah. (2011), dan Widyaningsih, (2011). 4. Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Budgetary Slack Variabel komitmen organisasi diketahui nilai t hitung (-3,219) lebih besar daripada t tabel (2,021) atau dapat dilihat dari nilai signifikansi 0,003 < = 0,05. Oleh karena itu, H0 ditolak, artinya secara komitmen organisasi memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap budgetary slack. Menurtu Wienser dan Darlis (2002: 90) dalam I Ketut Sujana (2009) komitmen organisasi adalah dorongan dari dalam individu untuk berbuat sesuatu agar dapat menunjang keberhasilan organisasi sesuai dengan tujuan dan lebih mengutamakan kepentingan organisasi. Komitmen menunjukkan dan dukungan yang kuat terhadap nilai dan sasaran (goal) yang ingin dicapai oleh organisasi. Komitmen organisasi bisa timbul disebabkan oleh individu memiliki ikatan emosional terhadap organisasi, yang meliputi dukungan moral, menerima nilai yang ada dalam organisasi, serta tekad dari dalam diri untuk mengadi kepada organisasi. Berdasarkan hasil penelitian ini berarti mendukung penelitian Sugiwardani, (2012), Veronica dan Krisnadewi (2006), Djasuli dan Fadilah. (2011), dan Widyaningsih, (2011). I. Simpulan Berdasarkan pada hasil analisis data dan pembahasan sebelumnya, maka kesimpulan dari penelitian adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil uji t diperoleh variabel partisipasi anggaran memiliki pengaruh yang signifikan terhadap budgetary slack, variabel informasi asimetri memiliki pengaruh yang signifikan terhadap budgetary slack, variabel budaya organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap budgetary slack dan variabel komitmen organisasi memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap budgetary slack. 2. Berdasarkan hasil uji F diperoleh bahwa F hitung > F tabel yaitu 20,464 > 2,84 dan nilai signifikansi = 0,000 < = 0,05. Hal ini berarti Ho ditolak, sehingga variabel partisipasi anggaran, informasi asimetri, budaya organisasi dan komitmen organisasi mempunyai pengaruh secara bersama-sama dan secara signifikan terhadap budgetary slack.

B. Keterbatasan Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian ini tentunya terdapat keterbatasan yang dialami oleh peneliti, namun diharapkan keterbatasan ini tidak mengurangi manfaat yang ingin dicapai. Keterbatasan tersebut antara lain : 1. Penelitian ini hanya terbatas pada 40 responden. 2. Metode survei ini menggunakan kuesioner yaitu bahwa peneliti tidak dapat mengontrol jawaban responden, maka bisa saja terjadi pengisian kuesioner bukan oleh responden yang bersangkutan. 3. Penelitian ini terbatas pada wilayah Kabupaten Wonogiri C. Saran Dari hasil penelitian ini saran yang dapat disampaikan penulis adalah sebagai berikut : 1. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya jumlah sampel tidak hanya 40 responden 2. Penelitian selanjutnya dalam penyebaran kuesioner diharapkan peneliti menunggu setiap responden pada saat pengisian kuesioner sehingga jawaban kuesioner langsung kepada yang bersangkutan. 3. Peneliti selanjutnya hendaknya memperluas wilayah penelitian tidak hanya di wilayah Kabupaten Wonogiri J. DAFTAR PUSTAKA Darlis, Edfan. 2001. Analisis Pengaruh Komitmen Organisasi dan Ketidakpastian Lingkungan Terhadap Hubungan Antara Partisipasi Anggaran dengan Senjangan Anggaran. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 5(1). Hal 85-101. Djasuli, Muhammad dan Novaria Isnaini Fadilah. Efek Interaksi Informasi Asimetri, Budaya Organisasi, Group Cohesiveness dan Motivasi Dalam Hubungan Kausal Antara Budgeting Participation dan Budgetary Slack. Proceding Pesat. Universitas gunadarma Depok 18 19 Oktober 2011 Vol. 4 Oktober 2011 ISSN: 1858-2559. Ghozali, Imam, 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang : Badan Penerbit UNDIP. Henrika dan Mardiasmo. 2002. Analisis Pengaruh Strategi Institusi, Budaya Institusi, dan Conflict of Interest terhadap Budgetary Slack. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol.17 No.1. Hal 105-113. Ikhsan, Arfan dan Muhammad Ishak. 2005. Akuntansi Keperilakuan. Jakarta: Salemba Empat. Kartika, Andi, (2010), Pengaruh Komitmen Organisasi dan Ketidakpastian Lingkungan Dalam Hubungan Antara Partisipasi Anggaran dengan Senjangan Anggaran (Studi empiris Pada Rumah Sakit Swasta di Kota Semarang), Kajian Akuntansi, Vol 2, No.1, Hal: 39-60.

Mulyadi. 2001 Akuntansi Manajemen Konsep, Manfaat, dan Rekayasa. disi 2. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Puspaningsih, Abriyani. 2002. Pengaruh Partisipasi Dalam Penyusunan Anggaran Terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Manajer. JAAI. Vol. 6 No. 2. Hal 65-67. Richard L. Daft. 2006. Management. Sixth Edition. Singapore Thomson Learning Asia. Sugiwardani, Resti. 2012. Analisis Pengaruh Partisipasi Anggaran, Informasi Asimetris, Budaya dan Komitmen Organisasi Terhadap Budgetary Slack. Artikel Ilmiah. STIE Perbanas Surabaya. Sugiyono, 2007, Metode Penelitian Bisnis, Bandung : Alfabeta. Sujana, I Ketut, 2009, Pengaruh Partisipasi Penganggaran, Penekanan Anggaran, Komitmen Organisasi, Asimetri Informasi, Dan Ketidakpastian Lingkungan Terhadap Budgetary Slack Pada Hotel-Hotel Berbintang Di Kota Denpasar. Veronica, Amelia dan Komang Ayu Krisnadewi, 2009. Pengaruh Partisipasi Penganggaran, Penekanan Anggaran, Komitmen Organisasi, Dan Kompleksitas Tugas Terhadap Slack Anggaran Pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Kabupaten Badung. Widiastuti, 2006. Pengaruh Partisipasi Pemakai Terhadap Kepuasan Pemakai dalam Pengembangan Sistem Informasi Akuntansi Berbasis Komputer dengan Dua Variabel Moderasi Yaitu Kompleksitas Tugas dan Kompleksitas Sistem pada Bank Perkreditan Rakyat di Kabupaten Badung. Skripsi Sarjana Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana, Denpasar. Widyaningsih, Aristanti, 2011. Moderasi Gaya Kepemimpinan atas Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Budgetary Slack. Fokus Ekonomi. Vol, 6 No. Juni 2011: 1-18.