I. PENDAHULUAN. (Setiyawati, 2003; Kuntorini, 2005; dan Kasrina, 2014). esensial dengan senyawa utama berupa sabinene, terpinen-4-ol, γ-terpinene,

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam tersebut adalah tumbuh-tumbuhan. Berbagai macam tumbuhan tersebut

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

bahan-bahan alami (Nascimento dkk., 2000).

I. PENDAHULUAN. maupun tujuan lain atau yang dikenal dengan istilah back to nature. Bahan

I. PENDAHULUAN. maupun yang berasal dari alam (Karadi dkk., 2011). dibandingkan obat modern (Hastari, 2012).

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. lumut. Tumbuhan lumut merupakan sekelompok tumbuhan non vascular yang

PROFIL FITOKIMIA DAN UJI ANTIBAKTERI BIJI MANGGA ARUM MANIS (Mangifera indica. Linn)

I. PENDAHULUAN. penyakit menemui kesulitan akibat terjadinya resistensi mikrobia terhadap antibiotik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dimanfaatkan adalah parijoto (Medinilla speciosa). Di Indonesia, tanaman ini

I. PENDAHULUAN. diramu sendiri dan memiliki efek samping merugikan yang lebih kecil

Lampiran 1. Tanaman sirih dan daun sirih. Tanaman sirih. Daun sirih segar. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal dan untuk mengatasi berbagai penyakit secara alami.

AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan tanaman herbal sebagai alternatif pengganti obat masih sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber bahan obat

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

mampu menghambat pertumbuhan bakteri.

HASIL. (%) Kulit Petai 6.36 n-heksana 0,33 ± 0,06 Etil Asetat 0,32 ± 0,03 Etanol 70% 12,13 ± 0,06

I. PENDAHULUAN. endemik di Indonesia (Indriani dan Suminarsih, 1997). Tumbuhan-tumbuhan

AKTIVITAS ANTIMIKROBIA DAUN MANGGA (Mangifera indica L.) TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus. SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumberdaya hayati Indonesia sangat berlimpah dan beranekaragam.

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi terhadap manusia. Infeksi

BAB I PENDAHULUAN. adalah bakteri. Penyakit karena bakteri sering terjadi di lingkungan sekitar, salah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tanaman kayu manis (Cinnamomum burmanni). Kandungan kimia kayu. Minyak atsiri banyak terdapat di bagian kulit kayu manis.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dunia setelah Brazil, memiliki tumbuhan tropis dan biota laut yang sangat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dunia setelah Brazil (Hitipeuw, 2011), Indonesia dikenal memiliki tanaman-tanaman

BAB I PENDAHULUAN. serta pemulihan kesehatan. Hal ini disebabkan karena tanaman banyak

Analisis Fitokimia (Harborne 1987) Uji alkaloid. Penentuan Bakteriostatik Uji flavonoid dan senyawa fenolik. Penentuan Bakterisidal

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. merupakan bentuk pengobatan tertua di dunia. Setiap budaya di dunia

BAB I PENDAHULUAN. menyerang masyarakat disebabkan oleh berbagai miroba (Sintia, 2013).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. alam. Sebagai salah satu negara yang memiliki wilayah pantai terpanjang dan

I. PENDAHULUAN. antara lain: disebabkan oleh penyakit infeksi (28,1 %), penyakit vaskuler

I. PENDAHULUAN II. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terutama disebabkan oleh kurangnya kebersihan. Penanganan penyakit yang

Jurnal Analis Laboratorium Medik, 30/11 (2016), 12-18

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dijumpai pada masyarakat dengan prevalensi mencapai 50% (Wahyukundari,

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai uji klinis dan di pergunakan untuk pengobatan yang berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya dengan berbagai tumbuhan, terdapat

PENDAHULUAN. terdiri atas penyakit bakterial dan mikotik. Contoh penyakit bakterial yaitu

I. PENDAHULUAN. mengutamakan penggunaan obat secara alami (back to nature). Pemanfaatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki ribuan jenis tumbuhan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu bagian tanaman pepaya yang dapat dimanfaatkan sebagai obat

BAB I PENDAHULUAN. Candida (Brown dan Bums, 2005; Siregar, 2005). Rosalina dan Sianipar (2006)

BAB I PENDAHULUAN. sudah dimanfaatkn untuk pengobatan tradisional (Arief Hariana, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam penanggulangan masalah

BAB I PENDAHULUAN. folikel rambut dan pori-pori kulit sehingga terjadi peradangan pada kulit.

SKRIPSI. AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAN HEKSANA DAUN BANGLE (Zingiber cassumunarroxb.) TERHADAP Eschericia coli DAN Staphylococcus aureus

menghasilkan minyak atsiri adalah bunga cengkeh yang mengandung eugenol (80-90%), eugenol asetat (2-27%), β- kariofilen (5-12%), metil salisilat,

I. PENDAHULUAN. sayuran dengan jenis dan jumlah yang banyak. Menurut Ekawati (2009),

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dilaksanakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

5. Media Mekanisme kerja antimikroba Pengukuran aktivitas antibiotik Ekstraksi Kromatografi Lapis Tipis

BAB I PENDAHULUAN. Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung, 2010). Namun, sebagian besar

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme di Indonesia masih mengkhawatirkan kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini penggunaan obat tradisional masih disukai dan diminati oleh

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan lain-lain yang bersifat normal maupun patogen. Di dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. berkhasiat obat (biofarmaka) dan kurang lebih 9606 spesies tanaman obat

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. telah sangat berkembang, salah satunya adalah sediaan transdermal. Dimana sediaan

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan keanekaragaman hayati dengan bermacam jenis spesies

I. PENDAHULUAN. lalapan karena memiliki cita rasa yang khas. Daun muda pohpohan memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) memiliki aktivitas antibakteri dengan

PERBANDINGAN DAYA HAMBAT EKSTRAK ETANOL

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Rongga mulut manusia tidak terlepas dari berbagai macam bakteri, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. Bahan-bahan alam banyak dimanfaatkan sebagai obat-obatan, termasuk dalam

pertumbuhan dengan Escherichia coli dan Staphylococcus aureus yang tampak pada Rf = 0, 67 dengan konsentrasi mulai 3% untuk Escherichia coli dan 2%

BAB I PENDAHULUAN. juta penduduk setiap tahun, penyebab utamanaya adalah Vibrio cholera 01,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat-obatan tradisional khususnya tumbuh-tumbuhan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah demam berdarah, diare, tuberkulosis, dan lain-lain (Darmadi, 2008)

BAB I PENDAHULUAN. banyak 2-3 kali lipat dibandingkan dengan negara maju (Simadibrata &

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan banyak dimanfaatkan oleh masyarakat, namun demikian pada

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. baik bagi masyarakat yang tinggal di perkotaan maupun pedesaan. Tanaman obat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

LAPORAN AKHIR PENELITIAN DIPA FAKULTAS MIPA

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia kaya akan berbagai tanaman obat, lebih dari 940 spesies tanaman obat telah digunakan sebagai obat tradisional (Food and Agriculture Organization of the United Nations, 2015). Obat tradisional dibuat dari berbagai jenis tanaman obat yang diolah secara sederhana dan digunakan untuk mengatasi berbagai penyakit. Sejumlah studi menunjukkan bahwa jenis tanaman obat yang paling banyak digunakan sebagai obat tradisional di beberapa wilayah di Indonesia yaitu tanaman obat dari suku Zingiberaceae (Setiyawati, 2003; Kuntorini, 2005; dan Kasrina, 2014). Zingiber cassumunarroxb. atau yang sering dikenal dengan nama bangle merupakan salah satu tumbuhan herba dari suku Zingiberaceae yang sering digunakan sebagai obat tradisional. Rimpang bangle digunakan untuk mengobati inflamasi, terkilir, nyeri otot, luka, batuk, dan asma, serta dimanfaatkan pula sebagai pengusir nyamuk, karminatif (peluruh gas), laksatif (pencahar), obat antidisentri, dan sebagai larutan pembersih untuk penyakit kulit (Oliveros, 1996). Ekstrak heksana rimpang bangle mengandung minyak esensial dengan senyawa utama berupa sabinene, terpinen-4-ol, γ-terpinene, dan (E)-1-(3,4-dimethoxyphenyl) butadiene (DMPBD) (Sukatta dkk., 2009). Minyak esensial diketahui memiliki aktivitas antimikroba dan berpotensi sebagai alternatif antibiotik (Li dkk., 2014). Ekstrak etanol rimpang bangle mengandung flavonoid, kuinon, dan steroid atau triterpenoid, dan 1 1

2 menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli (Lutfiyah, 2012). Escherichia coli merupakan salah satu bakteri patogen yang menjadi penyebab lebih dari 90% infeksi saluran kemih dan diare (Rubin dan Reisner, 2008). Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri Gram positif penyebab infeksi kulit seperti infeksi folikel rambut, jerawat, hordeolum, abses, otitis eksterna, dan infeksi saluran kemih (Freeman-Cook dan Freeman- Cook, 2006). Penyakit infeksi akibat bakteri ini oleh sebagian besar masyarakat diatasi dengan antibiotik, tetapi adanya tren back to nature mengakibatkan masyarakat semakin menyadari pentingnya penggunaan bahan alami bagi kesehatan. Masyarakat semakin memahami keunggulan obat tradisional, yaitu lebih murah, mudah diperoleh, dan mempunyai efek samping minimal (Kementrian Perdagangan Republik Indonesia, 2014). Pengujian terhadap berbagai tanaman obat menunjukkan bahwa beberapa tanaman obat mengandung senyawa antibakteri dan antifungi sehingga berpotensi sebagai antibiotik alami. Aktivitas antibakteri rimpang bangle terhadap E. coli dan S. aureus (Lutfiyah, 2012) dapat meningkatkan penggunaan bangle sebagai antibakteri alami. Akan tetapi, dari seluruh bagian tanaman bangle, hanya bagian rimpang saja yang digunakan padahal panen bangle berlangsung setelah tanaman berumur satu tahun lebih (Muhlisah, 2011). Oleh karena itu, pemanfaatan daun bangle akan lebih menguntungkan. Bagian tanaman bangle yang terbuang saat pemanenan yaitu daun dan batang. Daun bangle merupakan daun tunggal, berwarna hijau, berbentuk 2

3 lonjong, berujung runcing, berpangkal tumpul, bertepi rata, bertulang daun menyirip, tipis, dan memiliki rambut halus (Tim Kehati, 2008). Batang bangle merupakan batang semu yang tersusun atas kumpulan pelepah daun (Muhlisah, 2011). Daun bangle berpotensi sebagai antibakteri (Vasanti dkk., 2008), tetapi pemetikan daun bangle sebelum waktu panen justru menyebabkan kematian tanaman. Oleh karena itu, diperlukan pengujian aktivitas antibakteri daun bangle dari tanaman berumur satu tahun atau lebih untuk meningkatkan pemanfaatannya sebagai antibakteri. Penelitian Vasanti dkk., (2008) menunjukkan bahwa ekstrak metanol, kloroform, dan petroleum eter daun bangle memiliki daya antibakteri dan antifungi moderat (sedang). Rocha dkk. (2012) menggolongkan daya antibakteri moderat untuk senyawa antibakteri yang menghasilkan diameter zona hambat >20-12 mm. Penggunaan pelarut yang tepat dapat mengekstrak berbagai senyawa antibakteri dalam suatu bahan tanaman sehingga meningkatkan kemampuan bahan tanaman tersebut dalam menghambat pertumbuhan bakteri atau fungi. Pelarut yang digunakan dapat disesuaikan dengan senyawa antibakteri yang ingin diekstrak dari suatu bahan tanaman. Daun bangle mengandung minyak esensial dengan kandungan utama berupa sabinene dan senyawa lain seperti β-pinene, caryophyllene oxide, caryophyllene, γ-pinene, methyl p-methoxycinnamate, triquinacene,1,4,-bis (methoxy), dan camphene (Bhuiyan dkk., 2008b). Komponen sabinene merupakan monoterpen yang termasuk dalam golongan terpenoid (Kuo dan Gardner, 2002). Sejumlah kecil terpenoid dan senyawa fenolik dalam tanaman 3

4 herbal diketahui dapat menghancurkan membran luar dari bakteri Gram negatif (Ramos-Villarroel dkk., 2010). Sabinene yang merupakan golongan terpenoid dapat larut dalam pelarut non-polar seperti heksana, dietil eter, dan kloroform (Kuo dan Gardner, 2002). Ekstrak heksana rimpang bangle diketahui mengandung sabinene dalam konsentrasi cukup tinggi (Sukatta dkk., 2009). Ekstrak etanol rimpang bangle mengandung saponin, terpenoid, tanin, dan flavonoid. Senyawa terpenoid yang teridentifikasi memiliki aktivitas antibakteri terhadap E. coli (Nurikasari, 2011). Oleh sebab itu, pada penelitian ini akan digunakan pelarut heksana dan etanol untuk memperoleh ekstrak daun bangle dan selanjutnya dilakukan uji aktivitas antibakteri terhadap E. coli dan S. aureus. B. Keaslian Penelitian Penelitian Bhuiyan dkk. (2008b) mengenai identifikasi komponen volatil minyak esensial hasil hidrodistilasi sediaan segar daun bangle menggunakan metode Gas Chromatography-Mass Spectroscopy (GC-MS), menunjukkan bahwa minyak esensial dari daun bangle terdiri dari 64 komponen. Komponen utama minyak esensial daun bangle yaitu sabinene (14,99%), komponen lainnya berupa β-pinene (14,32%), caryophyllene oxide (13,85%), caryophyllene (9,47%), γ-pinene (6,31%), terpinen-4-ol (0,33%), dan berbagai komponen lain pada konsentrasi lebih rendah. Penelitian Sukatta dkk. (2009) mengenai identifikasi komposisi kimia ekstrak heksana rimpang bangle dan minyak esensial rimpang bangle hasil hidrodistilasi menggunakan 4

5 metode GC-MS juga menunjukkan bahwa minyak esensial rimpang bangle mengandung komponen utama sabinene (36,71-53,5%), dan senyawa lain dalam konsentrasi lebih rendah yaitu γ-terpinene (5,27-7,25%), terpinen-4-ol (21,85-29,96%), (E)-1-(3,4-dimethoxyphenyl) butadiene (DMPBD) (0,95-16,16%), dan beberapa senyawa lainnya pada konsentrasi lebih rendah. Ekstrak heksana rimpang bangle mengandung sabinene (24,05-39,11%), γ-terpinene (6,68-7,74%), terpinen-4-ol (33,11-49,36%), (E)-1-(3,4-dimethoxyphenyl) butadiene (DMPBD) (5,31-8,28%), dan beberapa senyawa lainnya pada konsentrasi lebih rendah. Penelitian Sahoo dkk. (2014) menunjukkan bahwa minyak esensial daun laja gowah (Alpinia malaccensis Roscoe) mengandung komponen utama berupa α-phellandrene (43,9%), dan komponen lain dalam konsentrasi lebih rendah seperti β-cymene (31,7%), dan β-pinene (4,6%). Minyak esensial daun laja gowah juga mengandung α-pinene, β-caryophyllene, caryophyllene oxide, dan α-terpineol. Daun laja gowah yang diekstrak dengan metanol 99,8% menggunakan metode sokletasi mampu menghambat pertumbuhan S. aureus (MTCC-3160). Ekstrak daun laja gowah sebanyak 2, 5, dan 10 μl masingmasing menghasilkan diameter zona hambat sebesar 10±1, 28±1, dan 34,4±0,2 mm. Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) ekstrak daun laja gowah sebesar 2,5 μl/ml. Penelitian Bhunia dan Mondal (2012) menunjukkan bahwa daun lengkuas (Alpinia galanga L.) yang diekstrak dengan metanol 70% menggunakan metode maserasi mampu menghambat pertumbuhan S. aureus 5

6 (ATCC 25923) dan ekstrak daun snap ginger (Alpinia calcarata Roscoe) mampu menghambat pertumbuhan E. coli (RIMD 059952). Diameter zona hambat yang dihasilkan ekstrak daun lengkuas terhadap S. aureus sebesar 13 mm. Diameter zona hambat yang dihasilkan ekstrak daun snap ginger terhadap E. coli sebesar 12 mm. Laja gowah, lengkuas, dan snap ginger termasuk dalam suku Zingiberaceae. Lutfiyah (2012) menguji aktivitas antibakteri ekstrak etanol rimpang bangle menggunakan metode mikrodilusi dan menentukan komponen ekstrak yang mempunyai aktivitas antibakteri dengan metode bioautografi kontak. Hasil pengujian antibakteri menunjukkan bahwa ekstrak rimpang bangle memiliki aktivitas antibakteri terhadap S. aureus (ATCC6538) dan E. coli (ATCC 8939) dengan KHM sebesar 320 µg/ml. Hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa rimpang bangle yang diekstrak dengan etanol 96% menggunakan metode maserasi mengandung senyawa flavonoid, kuinon, dan steroid atau triterpenoid. Senyawa aktif yang memiliki aktivitas antibakteri adalah golongan steroid atau triterpenoid. Penelitian Gull dkk. (2012) menunjukkan bahwa rimpang jahe (Zingiber officinale) yang diekstrak menggunakan etanol dengan metode maserasi mampu menghambat pertumbuhan E. coli dan S. aureus. Diameter zona hambat yang dihasilkan terhadap E. coli dan S. aureus yaitu sebesar 15±0,47 dan 13 mm. Konsentrasi hambat minimum ekstrak terhadap E. coli dan S. aureus sebesar 0,05 dan 0,3 mg/ml. 6

7 Vasanti dkk. (2010) menguji aktivitas antibakteri dan antifungi ekstrak air, metanol, kloroform, dan petroleum eter daun dan rimpang bangle terhadap 9 jenis bakteri patogen dan 2 jenis fungi. Ektrak metanol, kloroform, dan petroleum eter dari rimpang bangle menunjukkan aktivitas antibakteri dan antifungi yang sangat baik, terutama pelarut petroleum eter. Ekstrak metanol, kloroform, dan petroleum eter dari daun bangle menunjukkan daya antibakteri dan antifungi moderat (sedang) terhadap mikroba uji. Estrak air rimpang dan daun bangle tidak menunjukkan aktivitas antibakteri. Penelitian mengenai aktivitas antibakteri ekstrak etanol dan heksana daun bangle terhadap bakteri E. coli dan S. aureus belum pernah dilakukan. Uji aktivitas antibakteri selama ini lebih banyak menggunakan rimpang bangle dibandingkan daun bangle. Identifikasi fitokimia yang telah dilakukan selama ini terbatas pada identifikasi kandungan minyak esensial dari daun dan rimpang bangle, dan identifikasi fitokimia ekstrak rimpang bangle. C. Permasalahan Penelitian 1. Kandungan fitokimia apakah yang terdapat dalam ekstrak etanol dan heksana daun bangle? 2. Pelarut apakah yang menghasilkan ekstrak terbaik dalam memperlihatkan aktivitas antibakteri daun bangle terhadap E. coli dan S. aureus? 3. Berapa Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) ekstrak daun bangle terbaik dalam menghambat pertumbuhan E. coli dan S. aureus? 7

8 D. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui kandungan fitokimia ekstrak etanol dan heksana daun bangle 2. Mengetahui pelarut yang menghasilkan ekstrak dengan aktivitas antibakteri lebih tinggi terhadap E. coli dan S. aureus 3. Mengetahui KHM dari ekstrak daun bangle terbaik dalam menghambat pertumbuhan E. coli dan S. aureus. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru bagi masyarakat terkait potensi ekstrak etanol dan heksana daun bangle sebagai antibakteri, sekaligus dapat meningkatkan pemanfaatan daun bangle sebagai antibakteri dalam menghambat pertumbuhan bakteri E. coli dan S. aureus yang menjadi penyebab utama penyakit diare dan infeksi kulit. 8