BAB I PENDAHULUAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang latar belakang masalah penelitian,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. global. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum,

BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Oleh karena itu, kemampuan menguasai bahasa Indonesia sangat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

2015 PENERAPAN METODE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) DENGAN MEDIA KARTU PELENGKAP DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA TEKS CERITA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum digunakan sebagai acuan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ida Rahmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dunia yang dapat hidup tanpa berkomunikasi. Apalagi di zaman modern ini ketika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rianti Febriani Setia, 2013

2013 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW

BAB 1 PENDAHULUAN. Penerapan Metode Shatred Reading Dalam Pembelajaran Membaca Teks Cerita Anak

A. LATAR BELAKANG MASALAH

berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keempat aspek tersebut memiliki hubungan yang erat satu sama lain.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi keterampilan berbahasa yang meliputi menyimak, berbicara, membaca dan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan sepanjang hayat (Rustaman, 2006: 1). Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1991: 3 dalam Sobariah, 2008: 2). Hal ini bisa disebabkan oleh kekeliruan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pendidikan bahasa ada empat keterampilan berbahasa yang harus

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal penting dalam kehidupan karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan apa yang sedang dipikirkannya. Dengan demikian manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arin Rukniyati Anas, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakekatnya adalah pengajaran

BAB I PENDAHULUAN. sehingga terjalin komunikasi antar manusia. Disamping itu manusia

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan saja, melainkan proses sains dan menggunakannya untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ayu Eka Putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi tujuan pembelajaran bahasa Indonesia yang tercantum dalam. budaya dan intelektual manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat dari membaca. Roger Farr (Damaianti, 2001:4) mengemukakan bahwa

I. PENDAHULUAN. yaitu aspek membaca, menulis, menyimak dan berbicara. Keempat kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan nasional yang ingin dicapai dicantumkan dalam UUD 45 yaitu. mencapai tujuan tersebut adalah melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. sekelilingnya. Menurut Oemarjati dalam Milawati (2011: 1) tujuan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor penting dalam meningkatkan harkat martabat suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Intan Komariah, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN METODE COCOA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGOMENTARI TOKOH CERITA/ DONGENG ANAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan dilakukannya proses pembelajaran manusia akan mampu berkembang.

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

BAB I PENDAHULUAN. 2002:30) bahwa teks sastra memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh bahan ajar

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran yang baik akan terlaksana jika pembelajaran mengacu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2013 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Diki Sumarna, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilham Zamzam Nurjaman, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

2015 DESAIN DIDAKTIS PERSAMAAN KUADRAT UNTUK SISWA SMP KELAS VIII

BAB III METODE PENELITIAN. Kelompok Tes Awal Perlakuan Tes Akhir E O1 X1 O2 K O3 X2 04

BAB I PENDAHULUAN. menyimak (listening skills); (2) keterampilan berbicara (speaking skills); (3)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. atau berita, fakta, dan pendapat dari seorang penutur kepada pendengar.

Pengaruh Penerapan Strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) Terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman Cerita Anak Siswa Kelas IV

yang identik dengan berhitung, dan membutuhkan kosentrasi lebih, serta menuntut begitu banyak pencapaian konsep sehingga terkesan sangat sulit, tidak

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pendidikan di Indonesia sudah semakin berkembang dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Metode Hypnoteaching Berbasis Pemecahan Masalah Dalam Pembelajaran Menyimak Informasi

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa

TEORI METAKOGNISI. Oleh : Yulia Ayriza

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2015 PENERAPAN METODE PQ4R (PREVIEW QUESTION READ REFLECT RECITE REVIEW) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA MEMINDAI SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan saat ini adalah lemahnya para pendidik dalam menggali

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Raysha Amanda, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya pendidikan sains merupakan salah satu komponen dasar dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Pada bagian ini akan dijelaskan tentang latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, anggapan dasar penelitian, hipotesis dan devinisi operasional. A. Latar Belakang Masalah Penelitian Membaca memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Melalui membaca seorang individu menjadi tahu tentang apa-apa yang belum diketahuinya. Membaca akan mampu memperluas wawasan pengetahuan dan cakrawala tentang informasi-informasi penting yang dapat merubah taraf hidup manusia. Oleh karena itu, membaca menjadi suatu kebutuhan yang sangat vital jika tidak ingin tertinggal dengan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di samping itu, kemampuan membaca merupakan tuntunan realitas kehidupan sehari-hari manusia. Demikian juga dalam dunia pendidikan, membaca merupakan inti dari keberhasilan siswa dalam menempuh studi. Kegiatan membaca merupakan bagian dari aspek keterampilan berbahasa Indonesia yang terdiri dari menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Namun, membaca tidak hanya sekedar membaca tetapi memahami isi yang terkandung di dalamnya. 1

2 Membaca adalah memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahan tersebut (Tarigan, 1986 : 9). Dikarenakan sangat pentingnya membaca, maka dalam pembelajaran di kelas digunakan berbagai pendekatan, strategi, metode dan teknik yang bertujuan untuk meningkatkan minat dan kemampuan membaca. Meskipun telah diterapkan berbagai metode yang mendorong dan memotivasi agar minat serta kemampuan membaca siswa meningkat, ternyata minat membaca siswa masih rendah. Berdasarkan data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2006, minat baca masyarakat Indonesia masih sangat rendah. Masyarakat kita belum menjadikan kegiatan membaca sebagai sumber utama mendapatkan informasi. Orang lebih memilih menonton TV (85,9%) atau mendengarkan radio (40,3%) ketimbang membaca koran (23,5%). Dapat diartikan bahwa masyarakat lebih memilih mendapatkan informasi dari televisi dan radio dibandingkan dengan membaca. Data lainnya, hasil penelitian yang dilakukan oleh Programme for International Student Assesment (PISA) adalah proyek Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). Tujuan proyek itu adalah mengukur tingkat pengetahuan dan keterampilan anak usia 14-15 tahun (usia akhir wajib belajar) sebelum dewasa. Fokus tahun 2003 dari 40 negara, Indonesia berada pada tingkat terbawah dalam kemampuan membaca, peringkat pertama diduduki Finlandia, Korea dan Kanada. Bagi Indonesia, ini berarti dari lima tingkat kemampuan membaca model PISA, kemampuan anak-anak Indonesia usia 14-15 tahun baru pada tingkat satu. Artinya hanya mampu memahami satu atau beberapa informasi pada teks yang tersedia. Kemampuan untuk menafsirkan,

3 menilai, atau menghubungkan isi teks dengan situasi di luar masih sangat rendah (http://www.republika.co.id). Kenyataan tersebut merupakan salah satu hasil dari pengajaran yang dilakukan di kelas. Pemberian motivasi dan penanaman kebiasaan membaca sangat kurang ditanamkan pada siswa sejak dini. Siswa harus merasa membaca itu merupakan suatu kebutuhan. Selain itu juga, pembelajaran membaca seharusnya menjadi prioritas di Sekolah Dasar. Akan tetapi, pada pelaksanaannya pembelajaran keterampilan membaca cenderung diabaikan. Ada kesan bahwa pembelajaran membaca hanya memenuhi tuntutan kurikulum. Hal itu sebabkan banyaknya bidang studi yang harus dikuasai oleh siswa. Padahal dalam setiap bidang studi, siswa harus menguasai sejumlah indikator. Untuk itu guru mengejar indikator yang harus dikuasai oleh siswa. Membaca tidak hanya menyuarakan atau membunyikan huruf dalam suatu teks, tetapi siswa harus dapat memahami makna yang tersirat dan tersurat dalam teks yang dibacanya. Pada kenyataannya ternyata siswa SD masih belum memaknai tentang apa yang dibacanya tersebut, sehingga jelas ketika diadakan penelitian yang diadakan oleh PISA, anak Indonesia hanya mampu memahami satu atau beberapa informasi saja. Adapun untuk kemampuan menafsirkan, menilai atau menghubungkan isi teks dengan dunia luar sangat rendah atau bahkan belum dapat menguasai hal tersebut. Demikian halnya dengan SD yang akan dijadikan penelitian, kemampuan siswa, terutama dalam keterampilan membaca sangat rendah. Ini terlihat nilai untuk keterampilan membaca siswa masih kurang. Terlihat ketika dilaksanakan

4 pembelajaran Bahasa Indonesia terutama untuk keterampilan membaca, ada di antara para siswa yang membaca dengan menggunakan jari, membaca nyaring dan bahkan ada di antara mereka yang terlihat tidak konsentrasi terhadap bahan bacaan yang dibacanya, sehingga ketika diadakan evaluasi hasil yang diperoleh siswa menjadi rendah. Ada beberapa alasan digunakannya strategi metakognitif dalam meningkatkan kemampuan menganalisis unsur yang terdapat dalam cerita anak. Di antaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Cucu Sa adah (2008) yang dilaksanakan pada siswa kelas VI Sekolah Dasar se-gugus 3 Kecamatan Bandung Wetan, dengan tesis yang berjudul Keefektifan Pembelajaran Membaca Berbasis Metakognitif dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Siswa Sekolah Dasar, penelitian ini memberikan gambaran bahwa pembelajaran membaca berbasis metakognitif lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa SD di kelas VI se-gugus 3 Kecamatan Bandung Wetan. Penelitian lainnya yang dilaksanakan oleh A at Sapa at (2005) yang diterapkan pada pelajaran matematika dengan tesis yang berjudul Pembelajaran dengan Pendekatan Keterampilan Metakognitif untuk Mengembangkan Kompetensi Matematika Siswa. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan keterampilan metakognitif lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran langsung. Demikian juga dengan diterapkannya pendekatan keterampilan metakognitif kompetensi yang dimiliki oleh siswa menjadi berkembang.

5 B. Identifikasi Masalah Penelitian Penelitian ini difokuskan kepada aspek-aspek sebagai berikut : Permasalahan pemahaman siswa tentang isi bacaan prosa fiksi anak, dapat diartikan sebagai memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung di dalam prosa fiksi anak. Permasalahan kemampuan menganalisis unsur intrinsik dalam prosa fiksi anak. Jika anak telah memahami alur cerita, tokoh cerita, tema cerita dengan menganalisis maka meningkatkan pemahaman anak tentang isi bacaan. Permasalahan keefektifan strategi metakognitif yang berkaitan dengan keterampilan perencanaan, keterampilan prediksi, keterampilan monitoring, dan keterampilan evaluasi dalam menganalisis prosa fiksi anak. C. Rumusan Masalah Penelitian Dari permasalahan pokok yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah yang akan dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana kemampuan menganalisis unsur intrinsik siswa kelas V SDN Tegalkalong II sebelum dan setelah menggunakan strategi metakognitif dan pembelajaran langsung dalam pembelajaran membaca pemahaman prosa fiksi anak? 2. Bagaimana kemampuan memahami isi bacaan siswa kelas V SDN Tegalkalong II sebelum dan setelah menggunakan strategi metakognitif dan pembelajaran langsung dalam pembelajaran membaca pemahaman prosa fiksi anak?

6 3. Bagaimana bentuk perencanaan dan proses pelaksanaan pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan strategi metakognitif di kelas V SDN Tegalkalong II yang dapat meningkatkan kemampuan menganalisis unsur intrinsik dan kemampuan memahami isi bacaan prosa fiksi anak? D. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. kemampuan menganalisis unsur intrinsik siswa kelas V SDN Tegalkalong II sebelum dan setelah menggunakan strategi metakognitif dan pembelajaran langsung dalam pembelajaran membaca pemahaman prosa fiksi anak, 2. kemampuan memahami isi bacaan siswa kelas V SDN Tegalkalong II Kabupaten Sumedang sebelum dan setelah menggunakan strategi metakognitif dan pembelajaran langsung dalam pembelajaran membaca pemahaman prosa fiksi anak, 3. bentuk perencanaan dan proses pelaksanaan pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan strategi metakognitif di kelas V SDN Tegalkalong II yang dapat meningkatkan kemampuan menganalisis unsur intrinsik dan kemampuan memahami isi bacaan prosa fiksi anak.

7 E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoretis maupun secara praktis. Manfaat secara teoretis, strategi metakognitif ini sangat menunjang pemahaman membaca siswa. Memberdayakan keterampilan metakognitif sangatlah penting dalam pembelajaran. Peningkatan keterampilan metakognitif siswa akan berdampak pada kemampuan untuk menyelesaikan tugas belajarnya dengan baik karena, mereka mampu untuk merencanakan pembelajaran, mengatur diri, dan mengevaluasi pembelajarannya. Berbekal keterampilan metakognitif tersebut, maka siswa akan dengan mudah dapat menganalisis unsur intrinsik serta memahami isi bacaan prosa fiksi anak. Manfaat secara praktis berkaitan dengan digunakannya strategi metakognitif ini adalah penerapan strategi metakognitif ini oleh para guru dalam pembelajaran di kelas. Siswa menjadi belajar lebih aktif, bergairah, dan percaya diri selama proses pembelajaran, karena mereka dituntut untuk dapat mengatahui apa yang telah diketahui dan apa yang belum diketahuinya. Selain itu juga, siswa dituntut untuk dapat merencanakan kegiatan membaca, memantau pengetahuannya serta mengevaluasinya. Manfaat lain terutama untuk pelaksana pendidikan mengenai penerapan strategi metakognitif dalam meningkatkan kemampuan menganalisis unsur yang terdapat dalam cerita anak, di antaranya bagi para guru sebagai pelaksana pendidikan di lapangan dan siswa sebagai subjek penelitian ini. Manfaat penelitian ini adalah :

8 1. memberikan informasi tentang kemampuan metakognisi siswa dalam menganalisis unsur intrinsik dan memahami isi bacaan prosa fiksi anak, 2. memperbaiki persepsi siswa tentang kemampuan menganalisis unsur intrinsik dan kemampuan memahami isi bacaan prosa fiksi anak. F. Asumsi Setelah diuraikannya latar belakang dan permasalahan yang telah dipaparkan, maka peneliti beranggapan sebagai berikut : 1. siswa belum menyadari potensi kognitif dalam dirinya dapat membantu memahami dan mengontrol kemampuan yang didapatnya dalam pembelajaran sehingga meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan, 2. kemampuan menganalisis prosa fiksi anak merupakan aktivitas kognitif yang menuntut pemahaman bacaan dengan lebih kritis dan terinci sampai pada unsur dalam cerita anak, dan dapat meningkat melalui berbagai latihan, 3. tidak semua siswa dapat meningkatkan kemampuan membaca dan kemampuan menganalisis melalui pengembangan metakognisi mereka. G. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : Hο : strategi metakognitif dalam pembelajaran membaca prosa fiksi anak tidak efektif untuk meningkatkan kemampuan menganalisis unsur intrinsik dan memahami isi bacaan prosa fiksi anak,

9 Hı : strategi metakognitif dalam pembelajaran membaca prosa fiksi anak efektif untuk meningkatkan kemampuan menganalisis unsur intrinsik dan memahami isi bacaan prosa fiksi anak. H. Definisi Operasional Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami konsep penelitian ini, berikut dikemukakan tentang definisi operasional. Strategi metakognitif dalam keterampilan membaca pemahaman tentang prosa fiksi adalah pembelajaran membaca pemahaman dengan prosa fiksi sebagai bahan, melalui empat tahapan strategi metakognitif. Adapun tahapan yang terdapat dalam pembelajaran strategi metakognitif adalah tahap memonitor kemampuan diri, tahap merancang tujuan dan perencanaan kegiatan membaca, tahap melaksanakan rencana dalam kegiatan membaca dan tahap memonitor dan menyempurnakan hasil kegiatan membaca pemahaman. Kemampuan menganalisis unsur intrinsik prosa fiksi anak merupakan daya tangkap siswa dalam memahami unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam prosa fiksi anak. Dari keenam indikator tentang menganalisis unsur intrinsik, peneliti membatasinya menjadi lima indikator, yaitu kemampuan menganalisis tokoh yang terdapat dalam cerita, kemampuan menganalisis sifat atau karakteristik tokoh yang terdapat dalam cerita, menganalisis alur atau rangkaian cerita, kemampuan menganalisis tema serta kemampuan menganalisis amanat yang terdapat dalam suatu cerita.

10 Kemampuan memahami isi bacaan prosa fiksi anak dalam penelitian ini adalah daya serap siswa dalam memahami isi bacaan prosa fiksi anak yang telah dibacanya. Dari delapan indikator yang terdapat dalam taksonomi Barret untuk pemahaman inferensial, hanya tiga indikator yang dijadikan alat ukur untuk menentukan keefektifan strategi metakognitif ini. Hal tersebut disesuaikan dengan kemampuan intelegensi, perkembangan psikosastra serta kemampuan bahasa siswa SD. Indikator yang terdapat dalam pemahaman inferensial yaitu : kemampuan menyimpulkan urutan, kemampuan menyimpulkan hubungan sebab akibat dan kemampuan menyimpulkan watak pelaku. I. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen, untuk menguji keefektifan strategi metakognitif dalam pembelajaran membaca pemahaman. Penelitian ini dilaksanakan pada dua kelas (a) kontrol dan (b) kelas eksperimen. Kedua kelompok ini diberlakukan perlakuan yang tidak sama, kelompok kontrol dengan pembelajaran secara konvensional yaitu dengan pembelajaran langsung sedangkan kelas eksperimen pembelajaran dengan menggunakan strategi metakognitif. Instrumen yang digunakan adalah tes tertulis, observasi tentang kinerja guru dalam menerapkan strategi metakognitif dan aktivitas siswa pada saat mengikuti pembelajaran. Untuk mengukur kemampuan menganalisis unsur intrinsik prosa fiksi anak digunakan soal berupa pilihan ganda, sedangkan untuk mengukur kemampuan memahami isi bacaan berupa uraian. Instrumen yang akan digunakan

11 terlebih dahulu diuji melalui uji validasi, uji reliabilitas, daya pembeda soal dan tingkat kesukaran dari soal. Hal tersebut dimaksudkan agar soal yang digunakan benar-benar dapat mengukur variabel kemampuan menganalisis unsur intrinsik serta kemampuan memahami isi bacaan prosa fiksi anak. Adapun tahapan pelaksanaan penelitian terdiri atas tiga tahap, yaitu (1) tahap perencanaan penelitian yang terdiri dari penetapan hipotesis keberhasilan tindakan, penetapan jenis tindakan, pemilihan metode dan alat pengumpul data, perencanaan tehnik pengolahan data, (2) tahap pelaksanaan penelitian yaitu saat pelaksanaan penelitian, untuk kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional, sedangkan pada kelas eksperimen digunakan strategi metakognitif, (3) tahap penganalisisan data hasil penelitian kegiatan yang dilakukan adalah menyeleksi data agar dapat diolah lebih lanjut, menentukan bobot nilai, dan melakukan analisis data yang telah diperoleh. J. Lokasi dan Sampel Penelitian Lokasi penelitian adalah SDN Tegalkalong II terutama kelas V, Kabupaten Sumedang. Pemilihan SDN Tegalkalong II sebagai lokasi penelitian didasarkan atas pertimbangan bahwa : pembelajaran keterampilan Bahasa Indonesia di telah berlangsung dengan baik, akan tetapi masih diperlukan inovasi terutama dalam meningkatkan keterampilan membaca pemahaman masih menggunakan strategi, metode yang kurang bervariatif. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas V baik kelas A maupun kelas B, karena di SDN Tegalkalong II tidak terdapat kelas unggulan. Pembagian siswa untuk setiap kelas antara kelas A

12 dan kelas B seimbang. Kemampuan intelegensi yang dimiliki oleh siswa antara kelas A dan kelas B berimbang, atau tidak terdapat kelas unggulan dengan kata lain keadaan kelas V di SDN Tegalkalong II homogen.