KODE ETIK ANGGOTA KOMISI PARIPURNA DAN ANGGOTA BADAN PEKERJA KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA,

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

2 2. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 1607); MEMUTU

KABUPATEN WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Neg

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN DELI SERDANG

2017, No Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun

ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 /PM.4/2008 TENTANG

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERIKANAN

BUPATI ACEH JAYA PERATURAN BUPATI ACEH JAYA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

2017, No Perilaku Pegawai Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Neg

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-02.KP TAHUN 2010 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI IMIGRASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DIRJEN PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN AGAMA NOMOR: DJ.I/814/2010 TENTANG

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116, Tambaha

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik In

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

PROVINSI BALI PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : PER-06/M.

IKATAN KELUARGA ALUMNI STAR BPKP PERATURAN KETUA IKA STAR BPKP NOMOR. TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK IKA STAR BPKP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2011, No Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal; 4. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Moda

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR :16/DPR RI/I/ TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

K E P U T U S A N KETUA SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA NEGERI SRIWIJAYA TANGERANG BANTEN NOMOR: Stb.01/SK/ 024 /2013 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 125/DJ-PSDKP/2011 TENTANG

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 47 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN BUPATI BOYOLALI NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

BERITA NEGARA KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA

2017, No ); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republ

SOSIALISASI PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN INTELEKTUAL

RANCANGAN PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 83 TAHUN 2017 TENTANG

BENTURAN KEPENTINGAN (CONFLICT OF INTEREST) PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

KETETAPAN BADAN LEGISLATIF MAHASISWA

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

2017, No tentang Kode Etik Pegawai Badan Keamanan Laut; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembara

2. Rencana pengembangan Insan IMC selalu didasari atas bakat dan kinerja.

PERATURAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN KOTA PONTIANAK NOMOR: 51/KEP/2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN DINAS PENDIDIKAN KOTA PONTIANAK

REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : Tahun 2011 TENTANG

MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-16.KP TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI PEMASYARAKATAN

2011, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas

Peraturan Sekjen DPR RI Nomor 8 Tahun 2015 Rabu, 13 April 2016

2017, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lem

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 01/PM.9/2010 TENTANG

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT ACEH NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT ACEH

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

2015, No Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 1

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2011, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 124, Tambahan Lem

PERATURAN ORGANISASI IKATAN PERSAUDARAAN HAJI NOMOR : II TAHUN 2010 TENTANG KODE ETIK

P E N A N G A N A N G R A T I F I K A S I. PT Jasa Marga (Persero) Tbk

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL NOMOR : 001 K/70.RB/SJD/2011 TENTANG

KODE ETIK PT DUTA INTIDAYA, TBK.

2016, No NonDepartemen, sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2013; 3. Peraturan Presiden Nom

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 8 Tahun 2015 Seri E Nomor 4 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

2017, No profesi harus berlandaskan pada prinsip yang salah satunya merupakan kode etik dan kode perilaku; d. bahwa berdasarkan pertimbangan se

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 01/17/PDK/XII/2012 TENTANG KODE ETIK OTORITAS JASA KEUANGAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

PENUNJUK ADVOKAT DAN BANTUAN HUKUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA KEPANITERAAN DAN SEKRETARIAT JENDERAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG

Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135); 5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.1

KODE ETIK PENERBIT ANGGOTA IKAPI

2 Menetapkan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik I

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA KEDIRI

PANITIA PEMILIHAN RAYA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/PERMEN-KP/2017 TENTANG KODE ETIK PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PERIKANAN

2015, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lem

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 82 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN AGAMA KAB. SUMBAWA

PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 36 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I KETENTUAN UMUM

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/PRT/M/2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

BUPATI SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL LINGKUP PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SINJAI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN NOMOR 005 TAHUN 2015

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

2016, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan ini yang dimaksud dengan: 1. Intelijen Negara adalah penyelenggara Intelijen

2017, No Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 142); 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2015 tentang Kementerian Penday

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 51 SERI E

Transkripsi:

KODE ETIK ANGGOTA KOMISI PARIPURNA DAN ANGGOTA BADAN PEKERJA KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam dokumen ini yang dimaksud dengan: 1. Kode Etik Anggota Komisi Paripurna dan Anggota Badan Pekerja Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan yang selanjutnya disebut Kode Etik adalah seperangkat norma sebagai acuan tingkah laku bagi Anggota Komisi Paripurna Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan yang selanjutnya disebut Anggota Komisi Paripurna dan Anggota Badan Pekerja Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan yang untuk selanjutnya disebut Anggota Badan Pekerja, dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, khususnya dalam bersikap, berbicara, dan bertindak, guna menjaga citra, wibawa, martabat, kehormatan, kredibilitas, integritas, dan independensi Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan yang selanjutnya disebut Komnas Perempuan. 2. Komisi Paripurna adalah kelengkapan Komnas Perempuan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2005 tentang Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan yang selanjutnya disebut Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2005, Anggaran Dasar Komnas Perempuan yang selanjutnya disebut Anggaran Dasar, dan Anggaran Rumah Tangga Komnas Perempuan yang selanjutnya disebut Anggaran Rumah Tangga. 3. Badan Pekerja Komnas Perempuan yang selanjutnya disebut Badan Pekerja adalah kelengkapan Komnas Perempuan sebagaimana dimaksud dalam peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2005, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. 4. Anggota Komisi Paripurna adalah warga negara Indonesia yang dipilih dan dikukuhkan menjadi Anggota Komisi Paripurna sesuai denga tata cara sebagaimana ditetapkan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Anggota Komisi Paripurna adalah komisioner yang memiliki kewenangan menjalankan keputusan Komisi Paripurna. 5. Anggota Badan Pekerja adalah sumber daya manusia yang bertugas di Badan Pekerja berdasarkan arahan kebijakan Anggota Komisi Paripurna, yang terdiri atas karyawan tetap, karyawan kontrak dan relawan. 1

6. Mitra kerja Komnas Perempuan yang selanjutnya disebut Mitra Kerja mencakup korban kekerasan terhadap perempuan dan korban pelanggaran hak asasi perempuan beserta komunitasnya yang selanjutnya disebut korban, pendamping korban, lembaga negara, lembaga pemerintah, organisasi masyarakat sipil, pemberi dana baik perseorangan maupun lembaga, serta perseorangan, lembaga dan organisasi lainnya yang pernah dan sedang mempunyai kerjasama dengan Komnas Perempuan, yang memiliki visi dan misi serta asas dan tujuan yang tidak bertentangan dengan visi dan misi serta asas dan landasan Komnas Perempuan. 7. Pemasok barang dan/atau jasa bagi Komnas Perempuan selanjutnya disebut Pemasok adalah rekanan tetap berbentuk perseorangan, badan usaha atau lembaga lainnya yang bertindak sebagai penyedia barang dan/atau jasa bagi Komnas Perempuan. BAB II ASAS DAN TUJUAN Pasal 2 Kode Etik ini ditetapkan dan diterapkan berdasarkan asas: a. kemanusiaan; b. keadilan; c. kesetaraan; d. keberagaman; e. solidaritas; f. kemandirian g. akuntabilitas; h. anti kekerasan; i. anti diskriminasi; j. kepatutan. Pasal 3 Kode Etik ini bertujuan: a. memastikan agar Anggota Komisi Paripurna dan Anggota Badan Pekerja, dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, dapat selalu menjaga citra, wibawa, martabat, kehormatan, kredibilitas, integritas, dan independensi Komnas Perempuan; b. membangun dan memelihara iklim kerja yang sehat, nyaman dan bermartabat sehingga dapat menumbuhkan semangat dan motivasi kerja yang tinggi; 2

c. melindungi Anggota Komisi Paripurna, Anggota Badan Pekerja dan mitra Komnas Perempuan dari kerugian moral dan/atau material yang dapat diakibatkan oleh sikap, pernyataan, dan/atau tindakan Anggota Komisi Paripurna dan/atau Anggota Badan Pekerja. BAB III PERILAKU SEBAGAI ANGGOTA KOMISI PARIPURNA DAN ANGGOTA BADAN PEKERJA Pasal 4 Sebagai manusia yang berintegritras tinggi, setiap Anggota Komisi Paripurna dan Anggota Badan Pekerja dituntut berperilaku, sekurang-kurangnya sebagai berikut: a. jujur dalam bersikap, membuat pernyataan baik lisan maupun tertulis, dan bertindak; b. dapat dipercaya sikap, pernyataan dan tindakannya; c. toleran terhadap perbedaan dan keberagaman; d. tegas dalam sikap, pernyataan baik lisan maupun tertulis, dan tindakan mengenai pelaksanaan asas, tujuan dan tugas Komnas Perempuan, namun santun dalam manifestasi penyampaian dan pelaksanaannya; e. bijaksana dalam sikap, pernyataan baik lisan maupun tertulis, dan tindakan; f. dalam hal Anggota Komisi Paripurna atau Anggota badan Pekerja mengambil sikap; membuat pernyataan baik lisan maupun tertulis, dan/atau melakukan tindakan sebagai pribadi, Anggota Komisi Paripurna atau Badan Pekerja yang bersangkutan wajib secara jelas dan tegas menyatakan bahwa sikap, pernyataan dan/atau tindakannya tersebut adalah merupakan pernyataan, dan/atau sikapnya sebagai pribadi. Pasal 5 Sebagai manusia yang berdedikasi tinggi, setiap Anggota Komisi Paripurna dan Anggota Badan Pekerja dituntut berperilaku sekurang-kurangnya sebagai berikut: a. terus menerus meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya di bidang hak asasi manusia umumnya dan hak asasi perempuan khususnya terutama mengenai masalah kekerasan terhadap perempuan; b. dalam menjalankan tugasnya, menempatkan kepentingan Komnas Perempuan secara keseluruhan di atas kepentingan pribadi. Pasal 6 Untuk menjaga citra, wibawa, martabat, kehormatan, kredibilitas, integritas, dan independensi Komnas Perempuan, Anggota Komisi Paripurna dan Anggota Badan Pekerja dilarang: 3

a. menerima instruksi, permintaan, atau imbauan yang disampaikan, baik secara langsung maupun secara tidak langsung, oleh pihak eksternal manapun, untuk mengambil sikap, membuat pernyataan lisan maupun tertulis, dan/atau melakukan tindakan yang berpengaruh negatif terhadap atau bertentangan dengan asas, landasan dan tujuan Komnas Perempuan atau mengganggu, merugikan atau merusak citra, wibawa, martabat, kehormatan, kredibilitas, integritas, dan/atau independensinya; b. menerima pemberian atau janji apa pun dari pihak eksternal manapun yang jelas-jelas atau yang patut diduga dimaksudkan untuk mempengaruhi dirinya agar mengambil sikap, membuat pernyataan baik lisan maupun tertulis, dan/atau melakukan tindakan yang berpengaruh negatif terhadap atau bertentangan dengan landasan dan tujuan Komnas Perempuan atau mengganggu, merugikan, atau merusak citra, wibawa, martabat, kehormatan, kredibilitas, integritas, dan/atau independensinya; c. meminta atau menerima komisi, pembayaran dalam bentuk lain apa pun, fasilitas, kemudahan, atau jasa dalam bentuk apapun dari pembelian barang dan atau perolehan jasa, untuk kepentingan pribadi; d. memberi suap, pembayaran yang melawan hukum lainnya, atau kemudahan, fasilitas kepada pemasok, donor, dan/atau pembuat kebijakan dalam transaksi dan/atau urusan yang menyangkut kepentingan Komnas Perempuan, kecuali biaya perjamuan dan atau pemberian cinderamata/karangan bunga yang wajar dan yang dikeluarkan oleh dan dicatat atas beban Komnas perempuan, berdasarkan prosedur standar pengeluaran dan catatan biaya Komnas Perempuan; e. menggunakan media massa (cetak, elektronik, dalam jaringan/daring/online) dan media sosial (facebook, instagram, path, twitter dan sejenisnya) untuk menyampaikan keluhan dan atau keberatan terhadap dinamika internal Komnas Perempuan yang seharusnya dapat diselesaikan lewat mekanisme internal Komnas Perempuan. Pasal 7 Untuk memastikan menjaga agar hal-hal yang bersifat internal Komnas Perempuan dan hal-hal yang karena sifatnya atau yang oleh Komnas Perempuan ditetapkan sebagai bersifat rahasia, Anggota Komisi Paripurna dan Anggota Badan Pekerja dilarang: a. membuat pernyataan atau memberitahukan kepada publik atau pihak eksternal mana pun, baik secara lisan maupun tertulis, posisi individualnya dalam proses pengambilan keputusan Komnas Perempuan yang diambil dalam rapat tertutup; b. menyampaikan kepada pihak eksternal baik secara lisan maupun tertulis, data ataupun informasi yang karena sifatnya merupakan rahasia Komnas Perempuan, atau yang 4

ditetapkan demikian oleh Komnas Perempuan, kecuali apabila penyampaian data atau informasi tersebut diinstruksikan atau diizinkan secara khusus oleh Komisi Paripurna berdasarkan pertimbangan tertentu; c. memanfaatkan dan/atau menggunakan data atau informasi yang karena sifatnya merupakan rahasia Komnas Perempuan atau yang ditetapkan demikian oleh Komnas Perempuan untuk kepentingan pribadi, keluarga, kerabat dan/atau pihak lain mana pun. Pasal 8 Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 juga berlaku bagi Anggota Komisi Paripurna dan Anggota Badan Pekerja yang telah menyelesaikan masa baktinya di Komnas Perempuan. BAB IV TINDAK KEKERASAN, DISKRIMINASI, DAN PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA LAINNYA Pasal 9 Anggota Komisi Paripurna dan Anggota Badan Pekerja, baik di tempat kerja maupun di luar tempat kerja, dilarang membuat pernyataan, mengambil sikap, dan/atau melakukan tindakan yang: a. secara langsung atau tidak langsung mengakibatkan terjadinya atau merupakan tindakan kekerasan fisik, psikis, seksual dan/atau penyalahgunaan kekuasaan lainnya; b. bersifat diskriminatif dalam segala aspeknya; c. merupakan pelanggaran hak asasi manusia lainnya. BAB V IMBALAN ATAU HADIAH DAN PINJAMAN Bagian Kesatu Imbalan atau Hadiah Pasal 10 (1) Anggota Komisi Paripurna dan Anggota Badan Pekerja dilarang menerima imbalan atau hadiah dalam bentuk apapun dari pihak mana pun di luar Komnas Perempuan dalam hubungannya dengan tugas Komnas Perempuan yang dilaksanakannya, atau dalam kedudukkannya sebagi Anggota Komisi Paripurna atau Anggota Badan Pekerja. (2) Imbalan atau hadiah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak termasuk honorarium, uang transportasi, penggantian biaya penginapan, atau cinderamata yang tidak berlebihan 5

nilainya, yang diberikan kepada Anggota Komisi Paripurna atau Anggota Badan Pekerja yang bertindak sebagai pembicara, narasumber, pakar, dan/atau peserta dalam suatu kegiatan yang selaras atau menunjang asas dan tujuan Komnas Perempuan, atau sebagai penulis dalam suatu publikasi. Bagian Kedua Pinjaman Pasal 11 Anggota Komisi Paripurna dan Anggota Badan Pekerja dilarang meminta atau menerima pinjaman dalam bentuk apa pun dari pemasok, baik perseorangan maupun badan usaha yang memiliki hubungan usaha dengan Komnas Perempuan, kecuali bank atau lembaga keuangan resmi lainnya yang salah satu usahanya adalah memberi pinjaman. BAB VI PERJALANAN DINAS Pasal 12 (1) Anggota Komisi Paripurna dan Anggota Badan Pekerja dilarang menggunakan sarana dan fasilitas perjalanan dinas untuk kepentingan di luar tugas Komnas Perempuan. (2) Anggota Komisi Paripurna atau Anggota Badan Pekerja, yang dalam perjalanan dinasnya membawa serta keluarga atau orang lain, wajib menanggung sendiri biaya perjalanan dan biaya lain yang berkaitan dengan perjalanan dinas yang bersangkutan, kecuali bagi Anggota Komisi Paripurna atau Anggota Badan Pekerja yang sedang menyusui dan penyandang disabilitas yang membutuhkan pendamping. (3) Dalam hal perjalanan dinas Anggota Komisi Paripurna atau Anggota Badan Pekerja dilakukan atas undangan yang ditujukan langsung kepadanya dan/atau atas biaya pengundang dan/atau sumber lain di luar Komnas Perempuan, Anggota Komisi Paripurna atau Anggota Badan Pekerja yang bersangkutan wajib memberitahukan kepada Sekretaris Jenderal Komnas Perempuan. (4) Apabila dalam hal perjalanan Anggota Komisi Paripurna atau Anggota Badan Pekerja sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Pimpinan Komisi Paripurna menganggap perjalanan tersebut bertentangan dengan, tidak sesuai dengan, atau berpengaruh negatif terhadap citra, wibawa, martabat, kehormatan, kredibilitas, integritas, dan/atau independensi Komnas Perempuan, Pimpinan Komisi Paripurna dapat meminta Anggota Komisi Paripurna atau Anggota Badan Pekerja yang bersangkutan untuk tidak melakukan perjalanan tersebut baik atas nama pribadi, maupun sebagai Anggota Komisi Paripurna atau Anggota Badan Pekerja. 6

(5) Anggota Komisi Paripurna dan Anggota Badan Pekerja dilarang melakukan perjalanan dinas atas biaya atau fasilitas pihak eksternal mana pun apabila patut diduga bahwa pihak eksternal tersebut bermaksud mempengaruhi Anggota Komisi Nasional Paripurna atau Anggota Badan Pekerja yang bersangkutan demi kepentingan pihak eksternal yang bertentangan dengan kepentingan perempuan korban. BAB VII KONFLIK KEPENTINGAN, PENYALAHGUNAAN KEDUDUKAN, DAN PERANGKAPAN JABATAN Bagian Kesatu Konflik Kepentingan Pasal 13 (1) Apabila dalam pembahasan suatu masalah yang akan, sedang atau telah ditangani oleh Komnas Perempuan (seorang) Anggota Komisi Paripurna atau Anggota Badan Pekerja mengetahui terdapatnya konflik antara kepentingannya sebagai Anggota Komisi Paripurna atau Anggota Badan Pekerja dan kepentingan pribadinya, Anggota Komisi Paripurna atau Badan Pekerja yang bersangkutan wajib memberitahukan terdapatnya konflik kepentingan tersebut dalam proses pembahasan, sebelum dia menyampaikan pendapatnya dan selanjutnya dilarang mengambil bagian dalam pembahasan masalah yang bersangkutan. (2) Anggota Komisi Paripurna atau Anggota Badan Pekerja yang mempunyai konflik kepentingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mengundurkan diri dari panitia, tim, kelompok kerja, satuan tugas, atau mekanisme kerja lainnya yang dibentuk oleh Komnas Perempuan untuk menangani masalah yang bersangkutan. (3) Anggota Komisi Paripurna atau Anggota Badan Pekerja yang mempunyai konflik kepentingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang ikut serta dalam pengambilan keputusan mengenai atau yang berkaitan dengan masalah yang bersangkutan. Pasal 14 Dalam hal terjadinya perkawinan antara sesama Anggota Komisi Paripurna, antara sesama Anggota Badan Pekerja, atau antara Anggota Komisi Paripurna dan Anggota Badan Pekerja, salah satu pihak dalam perkawinan wajib mengundurkan diri sebagai Anggota Komisi Paripurna atau Anggota Badan Pekerja. 7

Bagian Kedua Penyalahgunaan Kedudukan Pasal 15 Anggota Komisi Paripurna dan Anggota Badan Pekerja dilarang menyalahgunakan kedudukannya sebagai Anggota Komisi Paripurna atau Anggota Anggota Badan Pekerja untuk mencari dan memperoleh kemudahan atau keuntungan pribadi, keluarga, sanak saudara, atau teman karibnya untuk memperoleh pekerjaan di atau dari Komnas Perempuan atau di atau dari organisasi atau lembaga apa pun yang merupakan mitra yang sedang memiliki kerjasama program dengan Komnas Perempuan. Bagian Ketiga Perangkapan Jabatan Pasal 16 Anggota Komisi Paripurna dan Anggota Badan Pekerja dilarang memangku jabatan di luar Komnas Perempuan yang karena sifat dan kegiatannya tidak sesuai dengan asas dan tujuan Komnas Perempuan, berpengaruh pada citra, wibawa, martabat, kehormatan, kredibilitas, atau integritas Komnas Perempuan, dan atau berdampak pada independensi Komnas Perempuan. Pasal 17 Sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 Anggota Komisi Paripurna dan Anggota Badan Pekerja dilarang: a. memiliki usaha, menjadi komisaris suatu badan usaha/korporasi, atau menjadi pimpinan organisasi atau lembaga lain manapun yang kegiatannya dapat menimbulkan konflik kepentingan dengan Komnas Perempuan, kecuali mendapat izin Pimpinan Komnas Perempuan; b. bekerja rangkap di instansi atau lembaga lain mana pun, kecuali: 1. menerima penugasan khusus dari Komnas Perempuan; 2. sebagai tenaga di instansi atau lembaga yang menurut penilaian Komnas Perempuan mempunyai fungsi pendidikan, sosial dan/atau kebudayaan yang memiliki satu visi dan dapat mengangkat nama/martabat/citra/kehormatan Komnas Perempuan, yang tidak menduduki jabatan struktural; 3. ketentuan sebagaimana diatur pada angka 2 di atas, dapat diberlakukan sepanjang tidak mengurangi waktu dan konsentrasi kepada Komnas Perempuan sebagaimana diatur dalam AD/ART Komnas Perempuan. Bagi Anggota Komisi Paripurna yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) mengacu kepada aturan kepegawaian yang berlaku. 8

Pasal 18 Bagi Anggota Komisi Paripurna dan Anggota Badan Pekerja yang memangku jabatan rangkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf b angka 2 berlaku ketentuan sebagai berikut: a. harus sepengetahuan dan dengan izin tertulis dari Pimpinan Komisi Paripurna Komnas Perempuan; b. menggunakan waktu tidak lebih dari 6 (enam) jam dalam 4 (empat) hari kerja; c. mengutamakan tugasnya sebagai Anggota Komisi Paripurna atau Anggota Badan Pekerja Komnas Perempuan. BAB VIII HUBUNGAN DENGAN MITRA KERJA DAN PEMASOK Pasal 19 Anggota Komisi Paripurna dan Anggota Badan Pekerja: a. wajib bersikap jelas dan tegas dalam menjalin hubungan kerja dengan mitra kerja dan atau pemasok; b. dilarang melakukan hubungan dengan mitra kerja dan/atau pemasok dengan maksud memperoleh kemudahan dan fasilitas, imbalan, atau hadiah untuk kepentingan pribadi; c. dilarang melakukan perbuatan yang diketahuinya atau patut diketahuinya memberi peluang disalahgunakannya Anggota Komisi Paripurna, Anggota Badan Pekerja,dan/atau Komnas Perempuan untuk kepentingan mitra kerja atau pemasok yang bersangkutan. BAB IX KEHADIRAN DAN PERILAKU DALAM RAPAT Pasal 20 (1) Anggota Komisi Paripurna dan Anggota Badan Pekerja wajib menghadiri secara fisik dan secara penuh setiap rapat yang diadakan oleh Komnas Perempuan, kecuali apabila Anggota Komisi Paripurna atau Anggota Badan Pekerja yang bersangkutan sakit, sedang dalam menjalankan tugas Komnas Perempuan di luar Komnas Perempuan, atau karena alasan lain yang sah yang menyebabkannya tidak dapat menghadiri atau menghadiri secara penuh rapat yang bersangkutan. (2) Alasan lain yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup : a. tidak menerima atau terlambat menerima undangan atau pemberitahuan untuk menghadiri rapat yang bersangkutan; b. sempitnya waktu antara diterimanya undangan atau pemberitahuan dengan waktu penyelenggaraan rapat. 9

Pasal 21 Selama rapat berlangsung, Anggota Komisi Paripurna dan Anggota Badan Pekerja wajib: a. berbicara, bersikap, dan bertindak dengan sopan dan santun; b. bersungguh sungguh mengikuti dan turut menjaga ketertiban rapat; c. aktif menyumbangkan pemikiran mengenai masalah yang dibahas dalam rapat; d. mematuhi tata tertib rapat. BAB X PELANGGARAN DAN SANKSI Pasal 22 (1) Dugaan pelanggaran Kode Etik ini diselesaikan melalui Dewan Etik. (2) Sebelum pelanggaran Kode Etik disampaikan kepada Dewan Etik, Komisi Paripurna dan atau Sekretaris Jenderal wajib menyelesaikan pelanggaran tersebut dengan menggunakan mekanisme penyelesaian internal di luar Dewan Etik. (3) Pelanggaran Kode Etik yang tidak dapat diselesaikan lewat mekanisme penyelesaian internal di luar Dewan Etik, dilaporkan kepada Dewan Etik baik oleh Pimpinan Komnas Perempuan atau Sekretaris Jenderal atau pihak-pihak yang bersangkutan. (4) Mekanisme penyelesaian dugaan pelanggaran Kode Etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Komisi Paripurna. Pasal 23 Sanksi bagi pelanggaran Kode Etik terdiri atas: a. teguran lisan; b. teguran tertulis; c. pemindahan tempat tugas; d. pemberhentian sementara; e. pemberhentian tetap. BAB XI KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 24 Kode Etik ini juga berlaku, dengan sendirinya, bagi setiap orang bukan Anggota Komisi Paripurna atau Anggota Badan Pekerja yang menjalankan kegiatan atau tugas untuk atau atas nama Komnas Perempuan, termasuk Staf Magang dan Staf Perbantuan dalam kegiatan (organizing committee). 10

BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 25 Pada saat Kode Etik ini mulai berlaku, Kode Etik sebagaimana ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Ketua Komnas Perempuan Nomor: 04/KNAKTP/SK Ketua/V/2010 dicabut dan dinyakan tidak berlaku. Pasal 26 Kode Etik ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 12 April 2016 KETUA KOMISI PARIPURNA KOMNAS PEREMPUAN PERIODE 2015-2019 AZRIANA 11