1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan bagian penting dari negara Indonesia. Menurut angka resmi Kementerian Kehutanan Republik Indonesia pada tahun 2012 luas kawasan hutan di Indonesia sekitar 120 juta hektar yang tersebar pada 13.667 pulau (Aryadi, 2012). Berbagai fungsi ekologi, ekonomi dan sosial budaya dari hutan merupakan bagian amat vital bagi kehidupan masyarakat Indonesia yang sekitar 80% tinggal di pedesaan. Beberapa fungsi tersebut dapat diuraikan antara lain: (1) hutan merupakan habitat atau tempat hidup jenis flora dan fauna. Keanekaragamaan hayati dari flora dan fauna mempunyai arti ekonomi baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap masyarakat pedesaan sekitar hutan; (2) hutan sebagai rosot (penimbunan) zat karbon dan pengaturan kadar CO 2 dalam udara, hutan melakukan fotosintesis mengubah gas CO 2 dari udara menjadi karbohidrat, karbohidrat hasil fotosintesis merupakan sumber energi bagi mahluk hidup, termasuk manusia, hutan mengatur kadar CO 2 dalam udara, dimana CO 2 dalam udara mempunyai peranan pengaturan suhu permukaan bumi atau pemanasan global; (3) hutan berfungsi hidro-orologi, yaitu pengaturan air dan perlindungan tanah terhadap erosi; (4) hutan sebagai ujung tombak pemulihan ekonomi bagi pemerintah dan sebagai modal pembangunan yang mudah untuk dimanfaatkan; (5) hutan sebagai tempat menyalurkan fungsi sosial dan budaya masyarakat, terutama masyarakat pedesaan hutan yang kehidupannya sangat bergantung dengan hutan dan hasil hutan (Salim, 2003). Salah satu strategi yang dikembangkan sebagai implementasi dari paradigma pembangunan kehutanan adalah pengembangan program hutan rakyat
2 dengan bentuk agroforestry, hutan tanaman campuran dan hutan tanaman murni. Hutan rakyat merupakan hutan yang tumbuh dan dibangun serta dikelola oleh rakyat, pada umumnya berada di atas tanah milik atau tanah adat. Kegitatan hutan rakyat (farm forestry) merupakan salah satu bentuk dari social forestry (sebagian pakar menterjemahkan menjadi perhutanan sosial, menurut Nurrochmat, (2005), selain kehutanan masyarakat (community forestry). Perhutanan sosial menawarkan satu pendekatan yang dikaitkan dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat pedesaan dan pemerintah. Istilah hutan rakyat atau usaha tani kehutanan telah muncul sebagai satu alternatif model untuk menyelesaikan masalah yang disebabkan oleh semakin luasnya jumlah pohon yang hilang dari hutan-hutan yang ada di muka bumi dan berkurangnya penutupan bumi oleh hutan di negara-negara sedang berkembang. Dengan membantu masyarakat pedesaan agar menanam pohon di lahan sendiri, biaya penghutanan kembali dapat dikurangi (Awang, 2004). Secara gamblang Nurjaya (2006) menjelaskan bahwa implikasi dari kebijakan pembangunan sektor kehutanan yang berbasis ekonomi tersebut adalah: a) segi ekonomi, menghilangkan sumber-sumber ekonomi bagi kehidupan masyarakat adat/lokal; b) segi sosial dan budaya, secara nyata telah merusak sistem pengetahuan, teknologi, institusi, tradisi, dan religi masyarakat; c) segi ekologi, menimbulkan kerusakan dan degradasi kualitas maupun kuantitas sumberdaya alam; d) segi politik dan hukum, telah mengabaikan fakta fluralisme hukum dalam penguasaan dan pemanfaatan sumberdaya alam yang secara nyata hidup dan berkembang dalam masyarakat. Sebagai akibat dari kebijakan pemerintah yang mendorong pertumbuhan ekonomi, termasuk sektor kehutanan 2
3 yang berorientasi ekonomi dengan memandang hutan hanya dari pengahasil kayu semata, hasilnya adalah deforestasi dan degradasi hutan dan lahan yang tinggi yang berakibat terganggunya aspek sosial, ekonomi, dan politik dan budaya, baik tingkat lokal, nasional maupun global. Desa Talang Batu merupakan Desa yang ada di Kecamatan Mesuji Timur Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung, Desa Talang Batu terbagi menjadi 12 Dusun. Desa Talang Batu memiliki lahan seluas 7000 hektar dengan jumlah penduduk 1790 KK (Kepala Keluarga). Desa Talang Batu memiliki lahan yang berpotensi dijadikan pengembangan program hutan rakyat dalam pembangunan kehutanan. Pada tahun 2000 di Desa Talang Batu banyak terjadi penebangan pohon yang dilakukan oleh masyarakat. Karena masyarakat mulai membuka lahan mereka untuk kegiatan pertanian, seperti menanam tanaman singkong. Karena tanaman singkong lebih cepat mendapatkan hasil dibandingkan tanaman jenis kayu-kayuan (Warta, 2014). Namun, dengan adanya pengembangan program hutan rakyat yang dilakukan secara mandiri, masyarakat mampu memenuhi kebutuhan ekonomi dengan tetap menjaga kelestarian hutan. Pengembangan program hutan rakyat memang sesuai kebutuhan masyarakat, seperti bentuk hutan rakyat agroforestry dengan tanaman hutan rakyat berupa tanaman karet yang dapat dikombinasikan dengan tanaman singkong. Adapun bentuk hutan tanaman campuran yang sesuai kebutuhan masyarakat, yaitu menaman tanaman karet yang dapat dikombinasikan dengan tanaman jenis kayu-kayuan. Begitu juga bentuk hutan rakyat berupa hutan tanaman murni dengan tanaman utamanya adalah tanaman keret yang menjadi pilihan akhir masyarakat. Karena hutan tanaman murni yang pada akhirnya dikelola dan menjadi pemenuh kebutuhan ekonomi 3
4 masyarakat dari penjualan getah karet. Partisipasi masyarakat dalam pengembangan program hutan rakyat merupakan salah satu modal sosial yang bisa dikembangkan secara integratif dalam rangka mengoptimalkan sumber daya alam yang ada, meningkatkan kehidupan di pedesaan lebih produktif, mampu mempertahankan nilai-nilai budaya yang baik, mendukung sistem penguasaan dan tata guna lahan yang jelas, meningkatkan pendapatan masyarakat yang pada akhirnya akan bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Petani sebagai masyarakat juga memiliki peran dan tanggung jawab dalam upaya penyelamatan lahan pertanian, sehingga partisipasi petani sangat mutlak diperlukan. Partisipasi petani dalam pengembangan program hutan rakyat sangat diperlukan agar terjaga kelestarian fungsi dan kemampuan sumberdaya hutan dan ekosistemnya sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani. Partisipasi petani dalam pengembangan program hutan rakyat di Dusun Talang Gunung Desa Talang Batu merupakan keterlibatan petani secara langsung dalam rehabilitasi hutan dengan lahan seluas 1500 hektar. Salah satu faktor yang diduga penyebab belum optimalnya pengembangan program hutan rakyat di Dusun Talang Gunung adalah partisipasi petani baik berupa partisipasi fisik maupun partisipasi nonfisik. Adapun kegiatan-kegiatan partisipasi fisik yang memang harus dilakukan secara efisien dan efektif, seperti penanaman, pemeliharaan dan pemanenan hutan rakyat. Sedangkan partisipasi nonfisik, seperti pembiayaan, pemikiran (mendiskusikan hal-hal mengenai penjualan getah karet) dan pengelolaan (manajemen). Oleh karena itu, untuk menjaga kelestarian hutan sangat diperlukan partisipasi petani dalam pengembangan program hutan rakyat. Petani adalah salah satu pihak yang berperan penting dalam menjaga kelestarian 4
5 hutan, dan petani di Dusun Talang Gunung adalah salah satu contoh petaninya yang ikut serta dalam menjaga kelestarian hutan di daerah Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung. Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan di atas, diketahui bahwa petani sebagai masyarakat juga memiliki peran penting dalam pengembangan program hutan rakyat, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Partisipasi Petani dalam Pengembangan Program Hutan Rakyat di Dusun Talang Gunung Desa Talang Batu Kecamatan Mesuji Timur Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah Bagaimanakah partisipasi petani dalam pengembangan program hutan rakyat di Dusun Talang Gunung Desa Talang Batu? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui partisipasi petani dalam pengembangan program hutan rakyat di Dusun Talang Gunung Desa Talang Batu. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, sebagai berikut. 1. Sebagai pengetahuan mahasiswa dan masyarakat terhadap partisipasi masyarakat dalam pengembangan program hutan rakyat di Dusun Talang Gunung Desa Talang Batu. 5
6 2. Sebagai bahan acuan oleh peneliti atau pemerintah dalam upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengembangan program hutan rakyat khususnya di Dusun Talang Gunung. 3. Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang ingin melakukan penelitian partisipasi masyarakat dalam pengembangan program hutan rakyat yang relevan dengan penelitian ini. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dari penelitian ini mencakup kajian mengenai partisipasi petani secara partisipasi fisik maupun partisipasi nonfisik dalam pengembangan program hutan rakyat di Dusun Talang Gunung Desa Talang Batu. Bentuk hutan rakyat yang dikembangkan petani adalah agroforestry, hutan tanaman campuran dan hutan tanaman murni. Tanaman karet merupakan tanaman hutan rakyat yang dikembangkan dalam program hutan rakyat di Dusun Talang Gunung. 6