ANALISIS FAKTOR KEAMANAN LERENG TANAH MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS DAN LEM DI DAERAH OLAK ALEN, SELOREJO, BLITAR

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS STABILITAS BENDUNGAN SELOREJO AKIBAT RAPID DRAWDOWN BERDASARKAN HASIL SURVEY ELECTRICAL RESISTIVITY TOMOGRAPHY (ERT)

ANALISIS FAKTOR KEAMANAN LERENG TANAH MENGGUNAKAN METODE RESISTIVITAS 2D DAN LIMIT EQUILIBRIUM METHOD DI DAERAH OLAK ALEN, SELOREJO, BLITAR

Pengaruh Kadar Air Tanah Lempung Terhadap Nilai Resistivitas/Tahanan Jenis pada Model Fisik dengan Metode ERT (Electrical Resistivity Tomography)

PENENTUAN TAHANAN JENIS BATUAN ANDESIT MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER (STUDI KASUS DESA POLOSIRI)

ANALISIS DAERAH RAWAN BENCANA TANAH LONGSOR BERDASARKAN ZONA WATER CONTENT DI DESA OLAK ALEN KECAMATAN SELOREJO, BLITAR

REVISI, PEMODELAN FISIKA APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK INVESTIGASI KEBERADAAN AIR TANAH

PENGARUH MUKA AIR TANAH TERHADAP KESTABILAN JEMBATAN MENGGUNAKAN METODE ELECTRICAL RESISTIVITY TOMOGRAPHY KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE

Rustan Efendi 1, Hartito Panggoe 1, Sandra 1 1 Program Studi Fisika Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Tadulako, Palu, Indonesia

Identifikasi Letak dan...

PENGARUH KEPADATAN DAN KADAR AIR TANAH PASIR TERHADAP NILAI RESISTIVITAS PADA MODEL FISIK DENGAN METODE GEOLISTRIK

PENGARUH KEPADATAN DAN KADAR AIR TANAH PASIR TERHADAP NILAI RESISTIVITAS PADA MODEL FISIK DENGAN METODE GEOLISTRIK

Pemodelan 3D Pada Stabilitas Lereng Dengan Perkuatan Tiang Menggunakan Metode Elemen Hingga

Pengaruh Tension Crack (Tegangan Retak) pada Analisis Stabilitas Lereng menggunakan Metode Elemen Hingga

STUDI PENGARUH TEBAL TANAH LUNAK DAN GEOMETRI TIMBUNAN TERHADAP STABILITAS TIMBUNAN

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN :

IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR DENGAN METODE TAHANAN JENIS KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE DAERAH BAMBANKEREP NGALIYAN SEMARANG

FOTON, Jurnal Fisika dan Pembelajarannya Volume 18, Nomor 2, Agustus 2014

e-issn : Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains Didaktika

Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Nasional 2

, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10

MENENTUKAN LITOLOGI DAN AKUIFER MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER DAN SCHLUMBERGER DI PERUMAHAN WADYA GRAHA I PEKANBARU

Pendugaan Akuifer serta Pola Alirannya dengan Metode Geolistrik Daerah Pondok Pesantren Gontor 11 Solok Sumatera Barat

ANALISIS POTENSI LONGSORAN PADA DAERAH RANU PANI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KECAMATAN SENDURO KABUPATEN LUMAJANG

STUDI BIDANG GELINCIR SEBAGAI LANGKAH AWAL MITIGASI BENCANA LONGSOR

PENENTUAN RESISTIVITAS BATUBARA MENGGUNAKAN METODE ELECTRICAL RESISTIVITY TOMOGRAPHY DAN VERTICAL ELECTRICAL SOUNDING

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011) 33-37

Gambar 5.20 Bidang gelincir kritis dengan penambahan beban statis lereng keseluruhan Gambar 5.21 Bidang gelincir kritis dengan perubahan kadar

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN :

PROFIL RESISTIVITAS 2D PADA GUA BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER-SCHLUMBERGER (STUDI KASUS GUA DAGO PAKAR, BANDUNG)

Metode Geolistrik (Tahanan Jenis)

Studi Geolistrik Untuk Mengidentifikasi Kedudukan Lumpur dan Air Dalam Rangka Optimalisasi Timbunan Lowwall

Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Penelitian

ANALISIS KESTABILAN LERENG METODE BISHOP/TRIANGLE (STUDI KASUS : KAWASAN MANADO BYPASS)

REKAYASA LERENG STABIL DI KAWASAN TAMBANG TIMAH TERBUKA PEMALI, KABUPATEN BANGKA UTARA, KEPULAUAN BANGKA

INVESTIGASI GERAKAN TANAH DAN AKUIFER MENGGUNAKAN METODE ELECTRICAL RESISTIVITY TOMOGRAPHY DI SEKITAR LERENG BGG JATINANGOR

IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR DI TEMPAT WISATA BANTIR SUMOWONO SEBAGAI UPAYA MITIGASI BENCANA LONGSOR

JEBAKAN AIR DAN SEBARAN CRACKS DALAM TALUD TANAH BERMANFAAT UNTUK MEMBUKTIKAN SEJARAH KELONGSORAN TALUD

PENERAPAN METODE ELECTRICAL RESISTIVITY TOMOGRAPHY (ERT) UNTUK MENGETAHUI BIDANG LONGSOR PADA MODEL LERENG

Analisa Resistivitas Batuan dengan Menggunakan Parameter Dar Zarrouk dan Konsep Anisotropi

PEMODELAN FISIKA APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK INVESTIGASI KEBERADAAN AIR TANAH

Identifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1)

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2016 ISSN: Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Interpretasi Bawah Permukaan. (Aditya Yoga Purnama) 99. Oleh: Aditya Yoga Purnama 1*), Denny Darmawan 1, Nugroho Budi Wibowo 2 1

Analisis Aliran Rembesan (Seepage) Menggunakan Pemodelan 3D Metode Resistivitas Konfigurasi Wenner

APLIKASI GEOLISTRIK 2D UNTUK IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR STUDI KASUS DAERAH LERENG NGLAJO, CEPU

METODE EKSPERIMEN Tujuan

Jurnal Fisika Unand Vol. 2, No. 2, April 2013 ISSN

ANALISA RESISTIVITAS BATUAN DENGAN MENGGUNAKAN PARAMETER DAR ZARROUK DAN KONSEP ANISOTROPI

BAB IV KRITERIA DESAIN

SURVEI GEOLISTRIK METODE RESISTIVITAS UNTUK INTERPRETASI KEDALAMAN LAPISAN BEDROCK DI PULAU PAKAL, HALMAHERA TIMUR

PENGUKURAN GEOLISTRIK UNTUK INVESTIGASI LONGSOR DI AREA BANDUNG UTARA

APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI POLE-POLE UNTUK MENENTUKAN SEBARAN DAN KEDALAMAN BATUAN SEDIMEN DI DESA WONOSARI KECAMATAN NGALIYAN SEMARANG

PENGARUH TINGGI GALIAN TERHADAP STABILITAS LERENG TANAH LUNAK ABSTRAK

PENGARUH BEBAN DINAMIS DAN KADAR AIR TANAH TERHADAP STABILITAS LERENG PADA TANAH LEMPUNG BERPASIR

PEMANFAATAN DATA ELECTRICAL RESISTIVITY TOMOGRAPHY DALAM ANALISIS STABILITAS BENDUNGAN SELOREJO TERHADAP BEBAN GEMPA JURNAL

ISSN: Indonesian Journal of Applied Physics (2017) Vol. 7 No.1 halaman 36 April 2017

UJI NILAI TAHANAN JENIS POLUTAN AIR LAUT DENGAN METODE OHMIK DAN GEOLISTRIK TAHANAN JENIS SKALA LABORATORIUM

MENENTUKAN AKUIFER LAPISAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER DI PERUMAHAN GRIYO PUSPITO DAN BUMI TAMPAN LESTARI

Pendugaan Zona Endapan Mineral Logam (Emas) di Gunung Bujang, Jambi Berdasarkan Data Induced Polarization (IP)

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN :

ANALISIS DATA GEOLISTRIK UNTUK IDENTIFIKASI PENYEBARAN AKUIFER DAERAH ABEPURA, JAYAPURA

BAB III PERHITUNGAN DAN VALIDASI SERTA ANALISIS HASIL SIMULASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Pemodelan Inversi Data Geolistrik untuk Menentukan Struktur Perlapisan Bawah Permukaan Daerah Panasbumi Mataloko

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK IDENTIFIKASI AKUIFER DI KECAMATAN PLUPUH, KABUPATEN SRAGEN

POSITRON, Vol. VI, No. 2 (2016), Hal ISSN :

PEMODELAN INVERSI DATA GEOLISTRIK UNTUK MENENTUKAN STRUKTUR PERLAPISAN BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANASBUMI MATALOKO. Abstrak

ANALISIS KESTABILAN LERENG GALIAN DALAM SEGMEN C PADA PROYEK JALAN SOROWAKO BAHODOPI SULAWESI Andri Hermawan NRP:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kerentanan longsor yang cukup besar. Meningkatnya intensitas hujan

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1

PENGGUNAAN GEOLISTRIK DENGAN VARIASI METODE DETEKSI LAPISAN TANAH DAN KEDALAMAN TIANG DALAM SKALA LABORATORIUM NASKAH PUBLIKASI TEKNIK SIPIL

APLIKASI GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI DIPOLE DIPOLE UNTUK PENDUGAAN ASBUTON

INVESTIGASI GEOLOGI POTENSI LONGSOR BERDASARKAN ANALISIS SIFAT FISIK DAN MEKANIK BATUAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR

BAB III METODE PENELITIAN

MEKANIKA TANAH (CIV -205)

ANALISA KESTABILAN LERENG METODE SLICE (METODE JANBU) (Studi Kasus: Jalan Manado By Pass I)

ANALISIS ANGKA KEAMANAN (SF) LERENG SUNGAI CIGEMBOL KARAWANG DENGAN PERKUATAN SHEET PILE

PENGGAMBARAN PSEUDOSECTION BAWAH PERMUKAAN DARI SUATU PROSES EVAPOTRANSPIRASI TANAMAN JAGUNG MENGGUNAKAN PROGRAM RES2DINV

Analisis Stabilitas Lereng Tanah Berbutir Kasar dengan Uji Model Fisik

PENENTUAN LAPISAN PEMBAWA AIR DENGAN METODE TAHANAN JENIS DI DAERAH ATAS TEBING LEBONG ATAS BENGKULU

REKAYASA GEOTEKNIK DALAM DISAIN DAM TIMBUNAN TANAH

Identifikasi Bidang Patahan Sesar Lembang dengan Metode Electrical Resistivity Tomography untuk Mitigasi Bencana Gempa Bumi dan Longsor

Perencanaan Perbaikan Lereng Longsor Pada Jalan Lintas Gunung Gumitir Ruas Jalan Banyuwangi - Jember

POLA ALIRAN AIR BAWAH TANAH DI PERUMNAS GRIYA BINA WIDYA UNRI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI ELEKTRODA SCHLUMBERGER

PENGARUH MUKA AIR TANAH TERHADAP KESTABILAN LERENG MENGGUNAKAN GEOSLOPE/W Tri Handayani 1 Sri Wulandari 2 Asri Wulan 3

BAB I PENDAHULUAN. PT. PACIFIC GLOBAL UTAMA (PT. PGU) bermaksud untuk. membuka tambang batubara baru di Desa Pulau Panggung dan Desa

ANALISIS KESTABILAN LERENG DENGAN METODE JANBU (STUDI KASUS : KAWASAN CITRALAND)

BAB 3 METODE PENELITIAN

ANALISIS PENGARUH KETINGGIAN TIMBUNAN TERHADAP KESTABILAN LERENG

Nurun Fiizumi, Riad Syech, Sugianto.

ANALISIS KEBERADAAN BIJIH BESI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK 2D DI LOKASI X KABUPATEN LAMANDAU KALIMANTAN TENGAH

RANCANGAN GEOMETRI LERENG AREA IV PIT D_51_1 DI PT. SINGLURUS PRATAMA BLOK SUNGAI MERDEKA KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS STABILITAS LERENG PADA JALAN REL SEPANCAR - GILAS STA 217 MENGGUNAKAN METODE IRISAN BISHOP DAN PERANGKAT LUNAK PLAXIS ABSTRAK

Aplikasi Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Wenner Untuk Menentukan Struktur Tanah di Halaman Belakang SCC ITS Surabaya

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 3 (2015), Hal ISSN :

Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 2, Nomor 2, Juni 2010, Halaman ISSN:

PEMODELAN PARAMETER GEOTEKNIK DALAM MERESPON PERUBAHAN DESAIN TAMBANG BATUBARA DENGAN SISTEM TAMBANG TERBUKA

PEMODELAN 3D RESISTIVITAS BATUAN ANDESIT DAERAH SANGON, KAB. KULONPROGO, PROVINSI DIY

SURVAI SEBARAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS KONFIGURASI WENNER DI DESA BANJAR SARI, KEC. ENGGANO, KAB.

Transkripsi:

Analisis Faktor Keamanan ANALISIS FAKTOR KEAMANAN LERENG TANAH MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS DAN LEM DI DAERAH OLAK ALEN, SELOREJO, BLITAR Andriyan Yulikasari, Widya Utama, Singgih Purwanto Teknik Geofisika, Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya e-mail : andriyanyulikasari@gmail.com Abstrak. Di daerah Olak Alen Kecamatan Selorejo Kabupaten Blitar, bencana tanah longsor akan sering terjadi ketika datang. Penyebab longsor salah satunya yaitu adanya retakan dalam lereng tanah. Retakan dalam lereng menjadi jalan masuknya air yang menyebabkan penambahan beban dan akan membuat lereng tidak stabil. Pengukuran geolistrik resistivitas dilakukan pada dua keadaan yang berbeda, yaitu diukur sebelum dan setelah. Dalam menganalisis kestabilan lereng digunakan parameter dari hasil pengujian laboratorium data bor tanah yaitu, parameter kohesi, sudut geser dan berat isi tanah. Berdasarkan hasil pengukuran rentang nilai resistivitas daerah penelitian dapat dikategorikan menjadi tiga golongan, yaitu nilai resistivitas rendah 2,15-10,9 Ohm meter, nilai resistivitas sedang 24,5-55,51 Ohm meter dan nilai resistivitas tinggi 124-628 Ohm meter. Sedangkan litologi daerah penelitian menurut geologi setempat dan hasil bor tanah menunjukkan keseragaman litologi yaitu pasir kelanauan. Adanya zona lemah dalam lereng ditunjukkan dengan nilai resistivitas 2,15-10,9 Ohm meter. Stabilitas lereng sebelum memiliki nilai faktor keamanan yang lebih besar daripada nilai faktor keamanan setelah. Nilai faktor keamanan sebelum pada lintasan 5 dan 6 adalah 1.508, sedangkan yang setelah memiliki nilai 1.458. Nilai faktor kemanan lereng pada lintasan 7 dan 8 sebelum adalah 1.502, sedangkan yang setelah adalah 1.273. Berdasarkan nilai faktor keamanan lereng tanah dapat disimpulkan bahwa daerah penelitian dikatergorikan aman karena nilai faktor keamanannya lebih besar dari 1. Kata kunci : faktor keamanan, resistivitas, retakan, stabilitas lereng Abstract. Olak Alen, there are 9 landslide spots. One of factors that trigger this phenomenon is the presence of cracks in the slope. Cracks in slope become the way of rain water that lead mass addition and make the soil unstable. Identification of cracks in slope known by low resistivity which is called weak zone. There are two differences measurement of resistivity value in wet and dry condition can be reference to make slope model which later will be used in calculation of slope stability. In slope analysis, soil parameters like cohesion, friction angle, and weight of soil content to know the influence of cracks in wet and dry condition. Based on measurement data, in research area can be categorized in three types, first is low resistivity 2,15-10,9 Ohm meter, medium resistivity 24,5-55,51 Ohm meter and resistivity at range 124-628 Ohm meter. Meanwhile, the research area according to local geology and soil drill results indicate the uniformity of lithology is shaly sand in the research area. Weak zone is identicated with low resistivy and stability of slope before rain have higher safety factor than after the rain. Safety factor in line 5 and 6 is 1.508 before rain and 1.458 after rain. Moreover, in line 7 and 8 before rain is 1.502 and 1.273 after rain. Based on the safety factor, it can be concuded that the research area is safe because the value of safety factor is greater than 1. Keywords : safety factor, resistivity, cracks, slope stability PENDAHULUAN Menurut kepala desa setempat setidaknya terdapat 9 titik rawan longsor dan desa Olak Alen menjadi salah satu dari 9 titik rawan longsor tersebut. Daerah ini terletak di lereng Gunung Butak. Topografi daerah ini sedikit curam, banyak tebing-tebing dan vegetasinya kebanyakan pohon bambu dan pohon jati. Tanah dari daerah ini terbentuk dari endapan Gunung Butak. Endapan jenis ini kebanyakan terdiri dari lempung. Tanah 143 lempung adalah jenis tanah yang plastis yang akan menjadi lunak ketika kadar air bertambah dan akan menjadi kering dan keras ketika kadar air rendah (Wesley Laurence D., 2012). Karena sifat tanah lempung yang demikian maka dapat dimungkinkan terdapatnya retakan-retakan didalam lereng. Geolistrik adalah salah satu metode dalam geofisika yang mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi. Dalam penelitian ini, pembahasan dikhususkan pada metode geolistrik tahanan jenis

Jurnal Geosaintek. 03 / 03 Tahun 2017 atau geolistrik resistivitas Pada metode geolistrik tahanan jenis, arus listrik diinjeksikan ke dalam bumi melalui dua elektroda arus (elektroda A-B). Beda potensial yang terjadi diukur melalui dua elektroda potensial (elektroda M-N). Dari hasil pengukuran arus dan beda potensial untuk setiap jarak elektroda tertentu, dapat ditentukan variasi harga hambatan jenis masing-masing lapisan di bawah titik ukur (Adhi, 2007). Tujuan utama dari pengukuran geolistrik adalah menentukan distribusi beda potensial dari lapisan bawah permukaan sehingga dapat diketahui letak retakan dalam lereng. Limit Equilibrium Method (LEM) merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menghitung nilai faktor keamanan lereng dan untuk menganalisis kelongsoran. Metode ini menggunakan konsep keseimbangan gaya di bidang miring. Metode LEM adalah metode yang umum digunakan untuk menganalisis faktor keamanan. Sehingga dengan melakukan pemodelan lereng yang berdasarkan data geolistrik dan data bor tanah serta kondisi asli dari lereng tersebut, maka perhitungan stabilitas lereng dapat dilakukan. Keadaan lereng sebelum dan sesudah akan sangat jauh berbeda kestabilannya. Hujan akan membuat penambahan beban pada lereng. Air akan mengalir kedalam lereng melalui retakan yang terjadi dipermukaan. Karena hal inilah analisis kestabilan lereng perlu dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari penambahan air kedalam lereng akibat. METODOLOGI Metode yang digunakan dalam penelitian ini ada 2, yaitu metode geolistrik resistivitas dan metode LEM. Metode geolistrik resistivitas digunakan untuk mengetahui struktur bawah permukaan yang menggambarkan zona lemah dan kemudian digunakan untuk membuat model lereng. Pengukura geolistrik resistivitas dilakukan pada dua keadaan yang berbeda yaitu keadaan sebelum dan keadaan setelah. Jarak hari dari dua keadaan ini adalah 7 hari dan pengukuran setelah dilakukan jika intensitas sama dengan atau lebih dari 100 ml/hari. Pengukuran dilakukan di 8 lintasan yang bisa dilikat di peta desain akuisisi pengukuran gambar (1). Konfigurasi yang digunakan adalah Wenner-Schlumberger. Gambar 1. Peta desain akuisisi geolistrik resistivitas Beikut adalah panjang lintasan setiap lintasannya: a. Lintasan 1, 2, 3, 4, 6: panjang 30 meter, spasi 1 meter, b. Lintasan 5, 7, 8: panjang 30 meter, spasi 1 meter Untuk perhitungan faktor keamanan lereng digunakan metode LEM. Metode ini membutuhkan inputan sebuah model lereng dan data sifat fisis tanah. Model lereng dalam penelitian ini dibuat bersadarkan penampang resistivitas hasil pengukuran geolistrik resistivitas, sehingga bisa diketahui rupa perlapisan dalam lereng. Sedangkan data sifat fisis tanah yang diperlukan adalah data kohesi, data sudut geser, dan data berat isi tanah. Data-data ini didapatkan dari analisis sampel tanah di laboratorium. Perhitungan faktor keamanan lereng dilakukan dengan membagi bidang longsor dalam beberapa irisan-irisan atau dikenal dengan metode irisan. Dalam metode irisan ada beberapa metode yang dapat digunakan, namun dalam penelitian ini digunakan metode Bishop. Faktor keamanan dihitung berdasar rumus: dimana, FK : Faktor keamanan lereng : kohesi : lebar irisan : berat : tekanan air pori : sudut geser : sudut irisan (1) 144

Analisis Faktor Keamanan Persamaan (1) adalah persamaan faktor keamanan lereng dengan metode Bishop yang tidak mengabaikan tegangan air pori, sedangkan persamaan faktor keamanan lereng yang mengabaikan tegangan air pori adalah sebagai berikut (Parluhutan, 2014): atau bergeser apalagi jika lereng tersebut terdapat retakan dalam. (2) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengolahan data geolistrik menunjukkan daerah penelitian mempunyai rentang nilai resistivitas dari 2.15 628 Ohm meter. Berdasarkan pengamatan geologi di daerah penelitian dan data bor tanah, litologi daerah penelitian ini adalah seragam dengan jenis tanah pasir kelanauan. Sehingga perbedaan nilai resistivitas pada data geolistrik menunjukkan adanya pengaruh dari sifat fisis tanah, seperti kandungan air dan kepadatan tanah. Semakin tinggi nilai resistivitas menunjukkan semakin sedikit kandungan airnya, sehingga rentang nilai resistivitas 2.15-10.9 Ohm meter memiliki kandungan air yang paling banyak, rentang nilai 24.5-55.1 Ohm meter memiliki kandungan air yang sedang, dan rentang nilai 124-628 Ohm meter memiliki kandungan air yang paling sedikit. Semakin material tanah itu padat maka nilai resistivitasnya juga akan semakin besar, hal ini dikarenakan arus listrik akan mengalir lebih cepat pada benda-benda yang padat. Penampang gambar (2) dan (3) ini rentang nilai resistivitas rendah yaitu 2,15-10,9 Ohm meter pada kedalaman 1-7 meter yang menandakan bahwa daerah tersebut terdapat zona lemah dalam lereng tanah. Pada penampang lintasan 5 ini, pengambilan data sejajar dengan arah lereng tanah dan dengan topografi yang ditunjukkan pada gambar (4.5), lereng tanah daerah penelitian memiliki kecuraman yang cukup tajam. Berdasarkan pengukuran kemiringan lereng di lapangan didapatkan nilai 70 0. Berdasarkan hasil pengukuran, perbedaan sebelum dan sesudah dalam penampang ini juga terlihat cukup signifikan. Terlihat jelas bahwa gambar (2) lebih menunjukkan dominasi nilai resistivitas yang tinggi, sedangkan penampang sesudah, gambar (3) lebih menunjukkan dominasi zona lemahnya. Hal ini diperkirakan akibat adanya deras yang menimpa lereng dan karena kemiringan lereng tersebut, material akan lebih mudah untuk dibawa Gambar 2. Penampang resistivitas lintasan 5 sebelum Gambar 3. Penampang resistivitas lintasan 5 setelah Berdasarkan hasil validasi data geolistrik resistivitas dengan data bor tanah dihasilkan keselaran. Artinya zona lemah pada penampang resistivitas terbukti memiliki kandungan air yang cukup tinggi. Korelasi menunjukkan adanya kecocokan antara zona resistivitas rendah dengan rata-rata kandungan air yang tinggi, yaitu 65,13% pada kedalaman 1-7 meter. Seperti gambar (4) dan (5), model lereng dibuat berdasarkan data geolistrik pada lintasan 5 dan 6 sebelum, sedangkan geometri lereng dapat dilihat pada tabel (1) dan (2). Model lereng pada gambar (4) dan (5) dibuat dengan memperhatikan klasifikasi nilai resistivitas yang didapat dari data geolistrik resistivitas. Perbedaan warna pada gambar (4) dan (5) menunjukkan perbedaan nilai resistivitas, warna biru menunjukkan nilai resistivitas rendah, warna hijau menunjukkan nilai resistivitas sedang dan warna kuning menunjukkan nilai resistivitas tinggi. 145

Jurnal Geosaintek. 03 / 03 Tahun 2017 Gambar 4. Model lereng lintasan 5 sebelum Tabel 1. Parameter model lereng lintasan 5 sebelum Sudut kemiringan 70 derajat 8.706375 Phi ( 0 ) biru 28.8625 C (kpa) 10 8.0769 Phi ( 0 ) kuning 30.06444444 C (kpa) 13.22222222 8.347418182 Phi ( 0 ) hijau 30.64 C (kpa) 12.90909091 Gambar 5. Model lereng lintasan 5 sesudah Tabel 2. Parameter model lereng lintasan 5 sesudah Sudut kemiringan 70 derajat 13.94982 Phi ( 0 ) biru 29.222 C (kpa) 10.6 13.3416 Phi ( 0 ) kuning 29.84 C (kpa) 12.625 13.55564 Phi ( 0 ) hijau 30.64 C (kpa) 12.90909 Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, nilai faktor keamanan lereng pada lintasan 5 dan 6 sebelum memiliki nilai faktor keamanan 1.508. Lereng akan dikatakan aman jika nilai faktor kemanannya adalah lebih besar dari 1, maka perhitungan stablitas pada lereng gambar (6) dapat dinyatakan aman dan tidak mengalami kelongsoran. Dari perhitungan ini juga didapatkan zona aman yang dapat didirikan bangunan atau yang lainnya, pada gambar (6) dapat ditunjukkan dengan adanya zona warna merah yang berjarak 1 meter dari bidang longsor. Sedangkan zona kritis pada model lereng lintasan 5 dan 6 sebelum adalah berjarak 22 meter dari tepi lereng. Pada gambar (7), perhitungan kestabilan lereng dilakukan dengan pada Lintasan 5 dan 6 setelah. Nilai faktor kemanan pada gambar (7) adalah 1.458. Kondisi lereng pada lintasan 5 dan 6 setelah juga masih dikatakan stabil karena nilai faktor keamanan yang lebih besar dari 1. Namun nilai faktor keamanannya lebih rendah daripada keadaan sebelum yang berselisih sebesar 0.05. Zona aman pada perhitungan ini adalah berjarak 1 meter dari bidang longsor. Sedangkan zona kritis pada model lereng lintasan 5 dan 6 sesudah berada pada jarak 22 meter dari tepi lereng. Kondisi sebelum dapat diasumsikan dalam keadaan kering. Karena pada kondisi kering muka air tanah berada pada keadaan yang lebih dalam dari keadaan normal, walaupun ada yang naik sampai mendekati permukaan namun karena adanya penguapan maka air akan keluar dan tidak ditahan di dalam tanah. Oleh karena itu tekanan pori akan turun sedangkan tekanan efektif tanah akan naik, kondisi yang seperti ini tidak akan berakibat buruk pada kestabilan lereng. Hal ini juga dapat dilihat dari data geolistrik resistivitas yang memperlihatkan ketinggian muka air tanah yang lebih rendah pada saat keadaan kering atau sebelum. Zona resistivitas rendah pada keadaan kering lebih sedikit daripada yang setelah. Zona ini dapat menunjukkan material yang mengandung air lebih banyak dari material lainnya. Artinya zona retakan dalam lereng dalam keadaan kering lebih sedikit daripada setelah. Kondisi setelah membuat tanah dalam keadaan jenuh, maka nilai kohesi dan sudut geser dapat berkurang atau semakin kecil akibat terendam air serta membuat berat isi tanah akan meningkat. Hal ini juga akan mengakibatkan naiknya muka air tanah dan akan meningkatkan tekanan air pori serta akan menurunkan tekanan 146

Analisis Faktor Keamanan efektif tanah. Karena tekanan efektif tanah berkurang, maka hal ini juga akan menurunkan kestabilan lereng tersebut. Oleh karena itu nilai faktor keamanan pada lereng setelah memiliki nilai yang lebih kecil daripada yang sebelum. Gambar 6. Hasil perhitungan faktor keamanan lereng pada lintasan 5 dan 6 sebelum kestabilan lereng tanah yang dibuktikan dengan semakin kecilnya nilai faktor keamanan lereng dan mendekati angka 1. Saran Setelah melakukan penelitian ini, didapatkan beberapa hal yang dapat disarankan atau dipertimbangkan untuk dikembangkan pada penelitian lebih lanjut, yakni: Perlu dipertimbangkan adanya beban tambahan pada lereng tanah seperti bangunan dan kendaraan mengingat daerah penelitian yang berada ditepi jalan provinsi. Serta perlu dilakukan perhitungan rembesan air terhadap lereng tanah. Selanjutnya dapat dilakukan analisis geoteknik yang berkaitan dengan desain keamanan lereng. Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terimakasih kepada bapak Dr. Widya Utama, DEA dan bapak M. Singgih Purwanto,S.Si.,MT., pada Laboratorium Eksplorasi Departemen Teknik Geofisika ITS selaku pembimbing dalam penulisan jurnal ini, yang telah banyak memberikan pengarahan dan saran dalam selama proses pembuatan jurnal. Penulis juga mengucapkan kepada teman-teman Team Crackers yang telah membantu mangambil data penelitian dan juga kepada Bapak Stephanus Alexsander yang telah menginjinkan penulis menggunakan sebagian data disertasinya. Gambar 7. Hasil perhitungan faktor keamanan lereng pada lintasan 5 dan 6 setelah PENUTUP Simpulan Berdasarkan pembahasan di atas, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah zona lemah dalam lereng akan bertambah banyak karena adanya infiltrasi air yang masuk melalui retakan lereng dan hal ini dibuktikan dengan penampang geolistrik yang berbeda antara sebelum dan sesudah. Akibat adanya penambahan beban akibat air, lereng menjadi jenuh dan hal ini juga akan mengurangi kekuatan geser tanah yang akan berakibat menurunnya 147 DAFTAR PUSTAKA Agustin, Arin Dwi. 2016. Identifikasi Letak dan Kedalaman Cracks Pada Bidang Longsor Menggunakan Metode Resistivitas 2D Konfigurasi Wenner-Schlumberger Studi Kasus: Kecamatan Selorejo Blitar. Tugas akhir. Jurusan Teknik Geofisika: ITS. Alexsander, Stephanus. 2013. Analisa Gejala Longsor dengan Menggunakan Geolistrik 2-Dimensi Konfigurasi Wenner-Alpha. ITS. Aswathanarayana,M. 1995. Geoenvironment-An Introduction. A.A. Baltema. Rotterdam. Braja M. Das. 2010. Principles of Geotechnical Engineering. Edisi ke-7. Stamford: USA. Departemen Pekerjaan Umum. 1987. Petunjuk Perencanaan Penanggulangan Longsoran, SKBI- 2.3.06. Yayasan Badan Penerbit PU.

Jurnal Geosaintek. 03 / 03 Tahun 2017 Gouw dan Dave. 2012. Analisa Stabilitas Lereng Limit Equilibrium vs Finite Element Method. HATTI-PIT- XVI. Hotel Borobudur. Jakarta. Indahrawahyuni, Herlien, As ad Munawir, dan Ifone Damayanti. 2009. Pengaruh Variasi Kepadatan pada Permodelan Fisik Menggunakan Tanah Pasir Berlempung Terhadap Stabilitas Lereng. Jurnal Rekayasa Sipil.Volume 3, No.3, Hal. 192-208. Mochtar. 2011. Kenyataan Lapangan Sebagai Dasar Usulan Untuk Konsep Baru Tentang Analisa Kuat Geser Tanah dan Kestabilan Lereng. ITS. Parluhutan, Octavian Cherianto. 2014. Analisis Kestabilan Lereng dengan Metode Bishop (Studi Kasus: Kawasan Citraland sta. 1000m). Jurnal Sipil Statik Vol. 2 No.3, Hal. 139-147. Pokja Sanitasi Kabupaten Blitar. 2011. Sjarifudin, M.Z dan S. Hamidi. 1992. Peta Geologi Lembar Blitar. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Sumiwon Udphuay. 2008. 3-D Electrical Resistivity Tomography for Cliff Stability Assessment at Pointe Du Hoc In Normandy. France. Suryo, Eko Andi. 2013. Mendeteksi Retakan Dalam Pada Tubuh Lereng Tanah Residu Menggunakan Electrical Resistivity Tomography. Jurnal Rekayasa Sipil. Volume 7, No.2-2013. ISSN 1978-5658. Suryo, Eko Andi, Fadh Ghulam Aghnia, dan Arief Rachmansyah. 2013. Penerapan Metode Electrical Resistivity Tomography (ERT) untuk Mengetahui Bidang Longsor pada Model Lereng. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik: Universitas Brawijaya. Susi dan Yohan. 2007. Program Analisis Stabilitas Lereng. Laporan Tugas Akhir. Jurusan Teknik Sipil. Fakultas Teknik. Universitas Diponegoro. Semarang. Tantri, Aridipa, dkk. 2016. Tutorial Geostudio 2012 Analisa Rembesan pada Bendungan Mata Kuliah Waduk dan Bendungan. Program Diploma III Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITS: Surabaya. Telford, W.M., Geldart L.P and Sheriff R.E. 1990.Applied Geophysics Second Edition. Cambridge University Press. USA. Ward, S.H. 1990. Resistivity and Induced Polarization Methods Geotechnical and Environment Geophysics. Vol. 1, hal. 147. Tulsa. SEG. Wesley, Laurence D. 2012. Mekanika Tanah untuk Tanah Endapan dan Residu. Ed.1. Penerbit ANDI: Yogyakarta. ------------------- 148