PERUBAHAN PERSEKUTUAN PERDATA MENJADI BADAN HUKUM PERSEROAN TERBATAS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Mengenai definisi perusahaan dapat ditemukan dalam Undang-Undang Nomor. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan.

Aspek Hukum Perusahaan. Pengaturan, Pengertian, Bentukbentuk perusahaan, Kepemilikan, Perbuatan dan pertanggungjawaban perusahaan

Bab 2 Badan usaha dalam kegiatan bisnis. MAN 107- Hukum Bisnis Semester Gasal 2017 Universitas Pembangunan Jaya

STIE DEWANTARA Subyek Hukum Bisnis

HUKUM BISNIS (Perusahaan) Oleh : Asnedi, SH, MH

BAB I PENDAHULUAN. Paramita, Jakarta, 1978, Hlm Rudhi Prasetya, Maatschap Firna dan Persekutuan Komanditer, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002,

BAB II TINJAUAN UMUM PERSEROAN TERBATAS

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bentuk Hukum Perusahaan Perseroan (Persero) Perusahaan merupakan istilah ekonomi yang dipakai dalam perundang-undangan,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERSEKUTUAN PERDATA, PERSEKUTUAN FIRMA, DAN PERSEKUTUAN KOMANDITER

BAB II ASPEK HUKUM MENGENAI PERSEROAN TERBATAS DAN PENERAPAN ASAS PIERCING THE CORPORATE VEIL ATAS TANGGUNG JAWAB DIREKSI

BAB I PENDAHULUAN. Komanditer atau sering disebut dengan CV (Commanditaire. pelepas uang (Geldschieter), dan diatur dalam Kitab Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan usaha dengan cara mendirikan suatu badan usaha atau perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan negara merupakan salah satu asas pokok. pembentukan pemerintah Negara Kesatuan Republik

PERTANGGUNGJAWABAN SEKUTU DALAM PERSEKUTUAN KOMANDITER YANG MENGALAMI KEPAILITAN

I. PENDAHULUAN. Perusahaan memiliki peran penting dalam negara Indonesia, yaitu sebagai

BENTUK-BENTUK PERUSAHAAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG PERSEKUTUAN PERDATA, PERSEKUTUAN FIRMA, DAN PERSEKUTUAN KOMANDITER

BAB I PENDAHULUAN. bertumbuh pesat. Menurut Peneliti terbukti dengan sangat banyaknya

BENTUK-BENTUK PERUSAHAAN

Pengantar Hukum Bisnis Persekutuan Firma dan Persekutuan Komanditer

Kemampuan manajemennya lebih besar karena adanya pembagian kerja di antara para anggota. Di samping itu, semua keputusan diambil bersamasama.

BAB I PENDAHULUAN. selalu memperoleh sesuatu yang lebih menguntungkan dari sebelumnya.

Sosialisasi Rancangan Undang-undang Tentang Usaha Perseorangan dan Badan Usaha Bukan Badan Hukum

TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia, untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba (Pasal 1 Undang-Undang No. 3

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan laju pertumbuhan ekonomi Negara Kesatuan Republik Indonesia dari

Peraturan Perundang-undangan lainnya yang terkait Peraturan Pelaksanaan (PP dst.)

Kapita Selekta Ilmu Sosial

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 5/Mei/2016

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Tanggungjawab terbatas..., Ronald U.P. Sagala, FH UI, 2010.

BAB II PENGATURAN DIREKSI MENURUT KETENTUAN UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS. perseroan yang paling tinggi, serta yang berhak dan berwenang untuk

BAB III ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM JUAL BELI PASAL 1493 KUH PERDATA

BAB II PERAN NOTARIS DALAM PERUBAHAN PERUSAHAAN BERBENTUK PERSEROAN KOMANDITER MENJADI PERSEROAN TERBATAS

SAHAM SEBAGAI OBJEK PEWARISAN DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (ASEAN Economic Community) juga sudah di depan mata. Sorotan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG USAHA PERSEORANGAN DAN BADAN USAHA BUKAN BADAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Grafindo Persada, Jakarta, 2000 hal 1. Universitas Sumatera Utara

Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016

BAB I PENDAHULUAN. Analisa yuridis..., Yayan Hernayanto, FH UI, Universitas Indonesia

KEPASTIAN HUKUM PENANAMAN MODAL ASING DALAM BENTUK PERSEROAN TERBATAS (NAAMLOZE VENNOTSCHAP)

Sosialisasi Rancangan Undang-undang Tentang Persekutuan Perdata, Persekutuan Firma dan Persekutuan Komanditer

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERBUATAN-PERBUATAN PENDIRI SEBELUM PERSEROAN MEMPEROLEH PENGESAHAN BADAN HUKUM Oleh: Adem Panggabean BAB I PENDAHULUAN

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

PERUSAHAAN MENURUT MAHKAMAH AGUNG (HOGE RAAD) : PERUSAHAAN ADALAH SESEORANG YG MEMPUNYAI PERUSAHAAN JIKA IA BERHUBUNGAN DGN KEUNTUNGAN KEUANGAN DAN

B A B II TINJAUAN PUSTAKA. Secara khusus badan usaha Perseroan Terbatas diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007

Lex Administratum, Vol. IV/No. 4/Apr/2016

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dinyatakan setiap orang berhak untuk bekerja serta

MANUSIA TIDAK BISA HIDUP SENDIRI, HARUS HIDUP BERSAMA DALAM MASYARAKAT YANG TERORGANISASI UNTUK MENCAPAI TUJUAN BERSAMA

ASPEK HUKUM DALAM BISNIS

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

PEMERINTAH KOTA BATU

A. PENDAHULUAN. persekutuan firma terhadap yang mempunyai satu atau beberapa orang sekutu komanditer.

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terelakkan lagi, dimana Indonesia berada di tengah dan dalam kancah

BAB II DASAR LAHIRNYA KENTENTUAN TENTANG PERSERIKATAN PERDATA NOTARIS. keuntungan yang terjadi karenanya. Menurut pasal tersebut syarat Persekutuan

BAB I PENDAHULUAN. mengenai segala jenis usaha dan bentuk usaha. Rumusan pengertian

BAB II PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM PRIVAT. Dari kata Perseroan Terbatas dapat diartikan bahwa, kata Perseroan

BAB II. A. Pengaturan Hukum Perseroan Komanditer (CV) Pasal 19 KUHD dinyatakan bahwa Commanditaire Venootschap adalah

I. PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu bentuk kegiatan ekonomi yang pemaknaannya banyak

Badan Usaha Agribisnis. Rikky Herdiyansyah SP., MSc

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan yang terjadi di negara-negara berkembang pada saat ini

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam Pasal 1618 menyebutkan bahwa, perseroan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam Pasal 1618 menyebutkan bahwa,

Bentuk-Bentuk Kepemilikan Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON

PENGERTIAN PERUSAHAAN

FAJAR EKO PRABOWO WENNY SETIAWATI FAKULTAS HUKUM PROGRAM STUDI ILMU HUKUM KEKHUSUSAN HUKUM TENTANG KEGIATAN EKONOMI DEPOK JANUARI 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. a. Menurut E. Utrecht, badan hukum (rechtpersoon), yaitu badan yang menurut

BAB II BADAN HUKUM PERSEROAN TERBATAS. pemegang sahamnya untuk mengalihkan perusahaannya kepada setiap orang

Mata Kuliah - Kewirausahaan II-

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN,

BAB II PENGATURAN ATAS JUAL BELI SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA. dapat dengan mudah memahami jual beli saham dalam perseroan terbatas.

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB II PERUSAHAAN BUKAN BADAN HUKUM

BAB II PERSYARATAN KEPEMILIKAN SAHAM DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

SYARAT-SYARAT SAHNYA PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS (PT) DI INDONESIA 1 Oleh : Nicky Yitro Mario Rambing 2

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Untuk

BADAN-BADAN USAHA. PT sudah definitif

WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH

Oleh : Arie.Muhyiddin. SH., MH

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG

PERSEROAN TERBATAS. Copyright by dhoni yusra. copyright by dhoni yusra 1

BAB V PENUTUP. penelitian yang dilakukan beserta dengan pembahasan yang telah diuraikan, dapat

BAB I PENDAHULUAN. Perseroan terbatas merupakan salah satu bentuk Maskapai Andil Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Hukum positif di Indonesia pada pokoknya mengenal bentuk-bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Badan usaha (business organization) di Indonesia sekarang ini demikian beragam

TINJAUAN YURIDIS PERUBAHAN UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS JOHN EDONG / D

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS KARANGASEM SEJAHTERA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

ekonomi K-13 PELAKU EKONOMI DALAM SISTEM PEREKONOMIAN K e l a s A. BADAN USAHA a. Pengertian Badan Usaha Tujuan Pembelajaran

ASAS TANGGUNG RENTENG PADA BENTUK USAHA BUKAN BADAN HUKUM DAN AKIBAT HUKUM BAGI HARTA PERKAWINAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2010 NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR : 2 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN P.T. BEKASI PUTERA JAYA

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR... TAHUN... TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Transkripsi:

1 PERUBAHAN PERSEKUTUAN PERDATA MENJADI BADAN HUKUM PERSEROAN TERBATAS Bahmid Fakultas Hukum Universitas Asahan, Jl. Jend Ahmad Yani Kisaran Sumatera Utara bahmid1979@gmail.com ABSTRAK Maatschap (Persekutuan Perdata), Maatschap atau persekutuan perdata, adalah kumpulan dari orang-orang atau manusia sebagai subyek hukum yang memiliki visi-misi atau tujuan yang sama dan berkeinginan ataupun suatu kehendak untuk menjadi satu dengan identitas bersama. Maatschap adalah cerminan dari Firma dan Perusahaan Komenditer atau sering disingkat Firm dan CV yang bergerak dibidang kegiatan komersiar untuk persekutuan-persekutuan yang bergerak dibidang profesi. Perseroan terbatas adalah suatu perkumpulan yang bergerak dibidang komersial yang memiliki visi-misi dan tujuan serta memiliki status badan hukum, dimana modal merupakan pertanggungjawaban dalam menjalankan roda perseroan terbatas secara keuntungan maunpun kerugian yang akan ditimbulkan dikemudian hari. Kata Kunci : Persekutuan Perdata, Badan Hukum, Perseroan Terbatas. PENDAHULUAN Beragam keinginanan masyarakat dalam memenuhi kebutuannya, khususnya dalam memenuhi kinginan dalam rangka menyusun konsep usaha bersama, konsep usaha bersama biasa beralasan akibat secara individual/seseorang tidak mempunyai cukup uang untuk mencapai usaha/pekerjaan tertentu karena modal yang cukup besar, diserta tuntutan akan pengembangan dunia usaha yang sesuai dengan prinsip pengelolaan perusahaan yang baik ( good corporate governance) dimungkinkan adanya penyempurnaan suatu badan usaha yang semula tidak berbadan hukum menjadi tidak berbadan hukum. Modal sebagai salah satu penunjang dalam menjalankan kegiatan usaha serta roda penggerak dalam mewujudkan visi-misi dari capaian suatu kegiatan usaha. Badan usaha merupakan wadah yang diperlukan oleh setiap orang yang akan melakukan aktifitas usaha yang bertujuan untuk mencari keuntungan. Tanpa adanya badan usaha tentunya kegiatan usaha akan sulit berjalan dengan baik, apalagi di era manajemen modern dan perkembangan ekonomi global yang berubah dengan cepat. Bentuk badan usaha yang terdapat di Indonesia merupakan bentuk-bentuk badan usaha yang mengadopsi berbagai bentuk usaha yang ada di Belanda. 1 Bentuk-bentuk badan usaha (business organization) yang dapat kita jumpai di Indonesia sekarang ini demikian beragam jumlahnya. Sebagian besar dari bentuk-bentuk usaha tersebut merupakan peninggalan pemerintahan colonial belanda. Di antaranya ada yang telah diganti dengan sebutan dalam bahasa Indonesia, tetapi masih ada juga sebagian tetap mempergunakan nama aslinya. Nama-nama yang masih terus digunakan dan belum diubah pemakaiannya misalnya Burgelijke Maatschap (Persekutuan Perdata), Firma disingkat Fa, dan Persekutuan Komanditer (Commanditaire Vennootschap) atau yang disingkat CV. Nama yang sudah sudah di Indonesiakan seperti Perseroan Terbatas atau PT yang sebenarnya berasal dari sebutan NV atau Naamloze Vennootschap. 2 1 Johannes Ibrahim, Hukum Organisasi Perusahaan Pola Kemitraan dan Badan Usaha, (Bandung: Refika Aditama, 2006), hal. 21. 2 I. G. Rai Widjaya, Hukum Perusahaan (Undang -Undang dan Peraturan Pelaksana Undang-Undang di

2 Ketentuan Pasal 19 sampai dengan Pasal 21 KUHD yang mengatur tentang Firma jika dikaji lebih jauh, jelaslah bahwa persekutuan perdata adalah Firma dengan bentuk khusus. Kekhususannya itu terletak pada eksistensi sekutu yang tidak ada pada Firma. Firma hanya mempunyai sekutu aktif yang disebut firman, sedangkan pada persekutuan perdata selain ada sekutu aktif juga ada sekutu pasif (sleeping partner). 3 Pada Pasal 19 KUHD disebutkan bahwa: Perseroan secara melepas uang yang juga dinamakan perseroan komanditer, didirikan antara satu orang atau beberapa orang yang secara tanggung menanggung bertanggung jawab untuk seluruhnya pada pihak satu, dan satu orang atau lebih sebagai pelepas uang pada pihak lain. Namun demikian, menurut Sutantyo R. Hadikusuma dan Sumantono, dari Pasal 36, 40, 42 dan Pasal 45 KUHD dapat disimpulkan bahwa suatu Perseroan Terbatas mempunyai unsur-unsur sebagai berikut: 1. Adanya kekayaan yang terpisah dari kekayaan pribadi masing-masing Persero (pemegang saham) dengan tujuan untuk membentuk sejumlah dana sebagai jaminan bagi semua perikatan Perseroan. 2. Adanya persero atau pemegang saham yang tanggung jawabnya terbatas pada jumlah nominal saham yang dimilikinya. Sedangkan mereka semua di dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), merupakan kekuasaan yang tertinggi dalam organisasi perseroan yang berwenang mengangkat dan memberhentikan Direksi dan Komisaris, berhak menentukan garisgaris besar kebijaksanaan menjalankan Perusahaan, menetapkan hal-hal yang belum ditetapkan dalam anggaran dasar dan lain-lain. 3. Terdapatnya pengurus (Direksi) dan pengawas (Komisaris) yang merupakan satu kesatuan pengurusan dan pengawasan terhadap perseroan dan tanggung jawabnya terbatas pada Bidang Usaha), (Bekasi: Kesain Blanc, 2005), hal. 1. 3 Soekardono, Hukum Dagang Indonesia, Jilid 1 Bagian Kedua, (Jakarta: Rajawali Press, 1999), hal. 102. tugasnya, yang harus sesuai dengan anggaran dasar atau keputusan RUPS 4. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana Pengaturan Hukum Persekutuan Perdata? 2. Bagaimana Perubahan Persekutuan Peradata Badan Hukum Menjadi Perseroan Terbatas? PEMBAHASAN Persekutuan Perdata dan Perseroan Terbatas Istilah persekutuan terjemahan dari kata maatschap (parnership). Persekutuan perdata terjemahan dari burgelijke maatschap (civil partnership), yang berarti, dua orang atau lebih mengikat diri untuk memberikan suatu berupa uang, barang, atau tenaga dalam bentuk suatu kerja sama. 5 Menurut pandangan klasik, persekutuan perdata ( Burgelijke Maatschap) atau lebih popular disebut Maatschap merupakan bentuk genus (umum) dari Persekutuan Firma (VoF) dan Persekutuan Komanditer (Commanditaire Vennootschap) atau disingkat CV. Bahkan menurut pandangan klasik, tadinya Maatschap tersebut merupakan bentuk genus pula dari Perseroan Terbatas (PT). Hanya saja, karena saat ini tentang PT sudah jauh berkembang, maka ada pendapat yang mengatakan PT bukan lagi termasuk bentuk species (khusus) dari Maatschap. 6 Apabila Firma dan CV sebagai bentuk Maatschap, maka ia akan mengandung pula kharakteristikkharakteristik dari Maatschap, sepanjang tidak diatur secara khusus dan menyimpang dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD). Jelasnya, apa yang diatur 4 R. T. Sutantyo Hadikusuma Sumantoro, Pengertian Pokok Hukum Perusahaan: Bentuk-Bentuk Perusahaan yang Berlaku di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Press, 1995), hal. 40. 5 Soekardono, Hukum Dagang Indonesia, Jilid 1 Bagian Kedua, (Jakarta: Rajawali Press, 1999), h. 102. 6 Rudhi Prasetya, Maatschap, Firma, dan Persekutuan Komanditer, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002), hal. 2.

3 dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) mengenai Maatschap berlaku pula terhadap Firma dan CV. Keadaan ini terbaca dalam Pasal 15 KUHD, yang menyatakan bahwa persekutuanpersekutuan yang disebut dalam Buku I, Bab III, Bagian I KUHD, diatur oleh perjanjianperjanjian antara para pihak dan oleh KUHPerdata. Sebenarnya, apa yang diatur dalam Pasal 15 KUHD sejalan dengan apa yang diatur dalam Pasal 1 KUHD. Sebab KUHD itu sendiri merupakan species dari KUHPerdata yang merupakan genusnya. 7 H. Van der Tas, dalam Kamus Hukum menerjemahkan Maatschap sebagai perseroan, perserikatan, persekutuan. Fockema Andreae, menerjemahkannya sebagai perseroan, perseroan perdata. R. Subekti dalam terjemahan KUH Perdata (Burgerlijk Wetboek) menyebut istilah Maatschap sebagai persekutuan. 8 Penulis lain menerjemahkannya sebagai persekutuan perdata atau perserikatan perdata (burgelijke maatschap). Menurut Soenawati Soekowati, maatschap adalah suatu organisasi kerjasama dalam bentuk taraf permulaan dalam suatu usaha. Dimaksudkan dalam taraf permulaan disini adalah bahwa Maatschap merupakan suatu badan yang pra atau sebelum menjadi perkumpulan berbadan hukum. Ia merupakan bentuk badan yang paling sederhana, sebagai dasar dari bentuk-bentuk badan usaha yang telah mencapai taraf yang sempurna (berbelit - belit) pengaturannya. Jadi, maatschap bentuknya belum sempurna, artinya belum memiliki pengaturan yang rumit atau belum memenuhi unsur-unsur sebagai badan hukum. Sehingga dalam hal ini maatchap perlu menjadi pertimbangan untuk dijadikan 7 Ibid, hal. 3. 8 Lihat Indonesia, Kitab Undang- Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek), Diterjemahkan oleh R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Cetakan XXV, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1995), h. 356-357. Dalam ketentuan Pasal 1618 KUHPerdata disebutkan: persekutuan adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu dalam persekutuan, dengan maksud untuk membagi keuntungan yang terjadi karenanya. suatu organisasi yang bekerjasama demi terwujudnya kepasatian hukum terhadap organisasi maatschap. Menurut kepustakaan, Maatschap itu bersifat 2 (dua) muka, yaitu bisa untuk kegiatan yang bersifat komersial atau bisa pula untuk kegiatan non komersial termasuk dalam hal ini untuk persekutuan-persekutuan menjalankan profesi. Dalam praktek dewasa ini, yang paling banyak dipakai justru untuk non profit kegiatan profesi itu, misalnya persekutuan diantara para lawyer yang biasa dikenal sebagai associated atau partner (rekan) atau compagnon yang disingkat Co. 9 Dalam Pasal 1618 dikatakan bahwa tiap peserta harus memasukkan sesuatu ke dalam persekutuan. Hal yang dimaksudkan disini adalah pemasukan (inbreng). Yang dimaksud dengan pemasukan (inbreng) bisa berwujud barang, uang atau tenaga, baik tenaga badaniah maupun tenaga kejiwaan (pikiran). Adapun hasil dari adanya pemasukan itu tidak hanya keuntungan saja, tetapi mungkin pula kemanfaatan, misalnya: Empat orang bersahabat (A, B, C dan D) masing -masing memasukkan uang sebesar Rp. 200.000,- untuk melakukan sebuah perjalanan wisata ke Sibolangit dengan mencarter sebuah taksi mulai pagi hingga sore dengan membawa makanan dan minuman, maka pada sore hari ketika mereka sampai dirumah, sedikitpun tidak mendapat keuntungan, tetapi hanya kemanfaatan yang berwujud kepuasan hati. Kenyataan hukum ini disebut perserikatan perdata. Sehingga sesuai dengan ketentuan hukum perdata kebutuhan yang dirasakan oleh subyek hukum bisa berupa kebutuhan yang bersifat materil serta bisa juga bersifat imateril yang kedua hal tersebut dapat dirasakan secara langsung oleh subyek hukum itu sendiri. Dengan subyek hukum mendapatkan keutungan pribadi yang bersifat keperdaaan yang didapatkannya maka seseorang akan mendapatkan keutungan sesuai dengan apa yang diharapkannya. Perseroan Terbatas Istilah Perseroan Terbatas yang digunakan dewasa ini, dulunya dikenal dengan istilah Naamloze Vennotschap 9 Rudhi Prasetya, Op. Cit, hal. 4-5.

4 disingkat NV. Sebutan naamloos dalam arti tanpa nama disebabkan karena NV itu tidak mempunyai nama seperti firma pada umumnya, juga tidak mempergunakan salah satu nama dari anggota perseronya, identifikasinya adalah dalam objek perusahaan. 10 Perseroan Terbatas atau naamlaze vennootschop (Belanda), company limited by shares (Inggris) merupakan bentuk usaha kegiatan yang paling disukai saat ini, di samping karena pertanggung jawabannya yang bersifat terbatas, Perseroan Terbatas juga memberikan kemudahan bagi pemilik (pemegang saham) untuk mengalihkan perusahaannya kepada orang lain. 11 Abdulkadir Muhammad, mengatakan bahwa Perseroan Terbatas adalah perusahaan akumulasi modal yang dibagi atas saham-saham dan tanggung jawab sekutu pemegang saham terbatas pada jumlah saham yang dimilikinya, perseroan terbatas adalah perusahaan persekutuan badan hukum. 12 Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undangundang ini serta peraturan pelaksanaannya. 13 Karenanya semua perbuatan hukum yang dilakukan oleh perseroan terbatas akan 10 Achmad Ichsan, Dunia Usaha Indonesia, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1986), hal. 345. 11 Abdul R. Saliman, Hermansyah, dan Ahmad Jalis. 2005, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan: Teori dan Contoh Kasus, (Bandung: Kencana Prenada Media Group, 2005), hal. 111. 12 Abdulkadir Muhammad, Pengantar Hukum Perusahaan Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999), hal. 68. 13 Lihat Pasal 1 angka 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756). selalu dipertanggungkan dengan harta perkumpulan modal yang kemudian akan tampak dalam keadaan harta kekayaan perseroan tersebut baik pengurangan atau penambahannya. Harta yang dimiliki oleh subyek hukum yang mengikatkan dirinya sebagai badan hukum baik bersifat badan usaha berbadan hukum dan badan usaha tidak berbadan hukum. Bila seorang pemodal mengikatkan diri pada badan hukum maka pertanggungjawaban modal yang dimiliki sebatas modal yang dituangkan dalam organisasi tersebut sedangkan badan usaha tidak badan hukum maka menjadi tanggung renteng atas segala harta yang dimiliki. Hal ini menjadi penentu ketika seorang pelaku usaha ingin mengikatkan dirinya kepada suatu badan usaha. Dalam ketentuan Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas jelas bahwa Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian. Karena merupakan perjanjian maka ada pihak-pihak yang membuat perjanjian tersebut yang artinya ada lebih dari satu atau sekurang-kurangnya ada dua orang atau dua pihak dalam perjanjian tersebut, seperti yang disebutkan dalam Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Beberapa wewenang eksklusif Rapat Umum Pemegang Saham yang ditetapkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, antara lain: 1. Penetapan Anggaran Dasar (Pasal 15). 2. Penetapan perubahan Anggaran Dasar (Pasal 19). 3. Penetapan Modal Perseroan (Pasal 31). 4. Perlindungan modal dan kekayaan perseroan (Pasal 37, Pasal 38). 5. Penetapan penambahan modal (Pasal 41, 42 dan Pasal 43). 6. Penetapan pengurangan modal dan penetapan saham (Pasal 44, 48). 7. Penetapan rencana kerja, laporan tahunan, laporan keuangan dan penetapan penggunaan laba (P asal 64, 66, 68, 70 dan Pasal 71). 8. Memperoleh keterangan yang berkaitan dengan Perseroan dari Direksi dan Dewan Komisaris (Pasal 75).

5 9. Pengangkatan dan pemberhentian Direksi dan Dewan Komisaris (Pasal 94, Pasal 96, Pasal 98, Pasal 105, Pasal 106, Pasal 111). 10. Pengalihan kekayaan Perseroan (Pasal 102). 11. Penetapan mengenai Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, dan Pemisahan (Pasal 123, Pasal 125, Pasal 127). 12. Pemeriksaan terhadap Perseroan (Pasal 138). 13. Pembubaran, Likuidasi, dan berakhirnya status Badan Hukum Perseroan (P asal 142, Pasal 143, Pasal 144). Perubahan Badan Usaha Persekutuan Perdata Menjadi Badan Hukum Perseroan Terbatas (P.T) Dalam ranah publik, negara ikut campur tangan dalam hal kebijakan berupa aturan-aturan atau prosedur hukum yang harus dilaksanakan setiap orang atau badan usaha dalam melakukan suatu kegiatan usaha. Sehingga kedudukan hukum disini hanya berfungsi sebagai kontrol saja agar tidak terjadi, misalnya persaingan tidak sehat. Dalam ranah privat perusahaan dijalankan oleh orang-orang khusus pelaku ekonomi, seperti seorang pengusaha atau badan usaha. Pelaku usaha dalam hal ini berberan penting dalam menunjang pertumbuhan ekonomi bagi perusahaan yang dijalankan. Serta sebagai lembaga produksi dalam menjalankan tugas dan fungsi serta visi-misi perusahaan yang menjadi tolak ukur. Mengacu kepada undang-undang, maka perusahaan didefenisikan sebagai setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap, terus menerus, dan didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah negara Indonesia dengan tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba. Sementara yang dimaksud dengan bentuk usaha adalah organisasi usaha atau badan usaha yang menjadi wadah penggerak setiap jenis usaha. Organisasi atau badan usaha tersebut diatur/diakui oleh undang-undang, baik bersifat perseorangan, persekutuan atau badan hukum. 14 Bentuk hukum persekutuan perdata (Burgelijke Maatschap), persekutuan Firma (Fa), dan Persekutuan Komanditer (CV) diatur dalam KUHD, sedangkan Perseroan Terbatas (PT) diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas, kemudian telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Persekutuan perdata ( Burgelijke Maatschap), persektuan Firma (Fa), dan Persekutuan Komanditer (CV) adalah bukan badan hukum, sedangkan Perseroan Terbatas (PT) adalah badan hukum. Dimana Perseroan Terbatas sebagai hukum publik dan privat yang bergerak dibidang komersial. Serta mendapatkan suatu keuntungan dari usaha tersebut dan menjadi suatu orientasi dalam menjalankan roda organisasi perseroan terbatas. Perseroan terbatas memiliki status badan hukum dimana memiliki suatu modal, yang terpisah dari harta kekayaan yang dimiliki. Dalam pengaturan perseroan harta kekayaan ini dapat dimasukkan dengan saham-saham, atau beberapa harta kekayaan tetap lainnya yang para nantinya akan dikonvensi dengan saham atau dalam suatu firma harta kekayaan pribadi ini dapat tetap dalam bentuk benda bergerak maupun benda tetap milik perorangan dan dalam perkembangannya harta kekayaan pribadi ini dapat benda tidak berwujud seperti nama baik atau ketokohan seseorang yang dalam dunia hukum dikenal dengan goodwiil. Dalam kepustaan dam ilmu hukum, istilah persekutuan bukanlah istilah tunggal, karena ada istilah pendampingnya yaitu perseroan dan perserikatan. Ketiga istilah ini sering digunakan untuk menterjemahkan istilah bahasa Belanda: maatschap, vennootschap. 15 Bahwa yang dinamakan persekutuan (Bahasa Belanda: maatschap, atau vennootschap) adalah suatu perjanjian antara dua orang atau lebih untuk berusaha bersama-sama mencari keuntungan yang akan dicapai dengan jalan masing-masing 14 Abdulkadir Muhammad, Pengantar Hukum Perusahaan Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999), hal. 1. 15 Chaidir Ali, Badan Hukum, (Bandung: Alumni, 1999), hal. 133.

6 memasukkan sesuatu dalam suatu kekayaan bersama. Dari keuntungan yang didapatkan berdasarkan penanaman saham terhadap perseroan terbatas sehingga mendapatkan persenan keuntungan dari para pemegang saham yang tergabung didalam oraganisasi perseroan terbatas. Perkataan Belanda maat atau vennoot berarti kawan atau sekutu, sehingga makna dari perkataan maatschap vennootschap adalah sama dengan makna dari perkataan Indonesia yaitu persekutuan. Makna yang sama terkandung di dalam perkataan Inggris partnership. Perkataan persekutuan kami pandang lebih tepat daripada perkataan perseroan karena perkataan yang terakhir ini mungkin menimbulkan dugaan seolah-olah dalam bentuk kerja sama yang kita bicarakan ini dikeluarkan sero atau saham, padahal pengeluaran sero atau saham ini tidak perlu. 16 Dalam hubungannya dengan istilah burgelijke maatschap ini, M. N. Purwosutjipto, menjelaskan sebagai berikut: Bentuk persekutuan perdata ( burgelijke maatschap) sebagai yang diatur dalam bab VIII, buku II KUHPerdata, adalah persekutuan yang ternasuk dalam bidang hukum perdata umum, sebab apa yang disebut burgelijke maatschap itu pada umumnya tidak menjalankan perusahaan. Ternyata burgelijke maatschap dalam praktek juga sering menjalankan perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 1623 KUHPerdata dan Pasal 16 KUHD. Pasal 1623 KUHPerdata, berbunyi: Perseroan perdata yang terbatas hanya menyangkut barang-barang tertentu, pemakaiannya atau hasil-hasil yang akan diperoleh dari barang-barang itu, mengenai usaha tertentu atau penyelenggaraan suatu perusahaan atau pekerjaan tetap. Dari ketentuan kedua pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa persekutuan perdata dapat menjalankan perusahaan. Persekutuan jenis inilah yang termasuk bidang hukum dagang, sedangkan persekutuan perdata yang tiak menjalankan perusahaan termasuk dalam bidang hukum perdata umum. Persekutuan perdata tersebut 16 R. Subekti, Aneka Perjanjian, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1995), hal. 75. terakhir ini menurut Soekardono disebut perserikatan perdata. Persekutuan ( maatschap) ini merupakan bentuk kerja sama yang paling sederhana untuk bersama-sama mencari keuntungan. Perjanjian persekutuan tidak mempunyai pengaruh keluar (terhadap orang-orang pihak ketiga) dan ia sematamata mengatur bagaimana caranya kerja sama antara para sekutu dan bagaimana pembagian keuntungan yang diperoleh bersama itu. Lain halnya dengan bentukbentuk kerja sama lainnya yang lebih modern seperti: perseroan firma, perseroan terbatas (PT) dan lain-lain. Orang-orang pihak ketiga tidak mempunyai kepentingan bagaimana diaturnya kerja sama dalam persekutuan itu, karena para sekutu bertanggung jawab secara pribadi atau perseorangan tentang hutang-hutang yang mereka buat meskipun untuk persekutuan. Apabila si A yang bertindak keluar, maka dia sendirilah yang terikat oleh perjanjian-perjanjian yang dibuatnya. Sedangkan sekutu-sekutunya B dan C tidak terikat oleh perjanjian-perjanjian itu. 17 Dengan demikian, persekutuan (maatschap) merupakan bentuk permitraan yang paling sederhana karena: 18 1. Dalam hal modal, tidak ada ketentuan tentang besarnya modal, seperti yang berlaku dalam Perseroan Terbatas (PT) yang menetapkan besar modal minimal, saat ini adalah minimal Rp. 50.000.000,00- (lima puluh juta rupiah). 2. Dalam rangka memasukkan sesuatu dalam persekutuan atau maatschap, selain berbentuk uang atau barang, boleh menyumbangkan tenaga saja. 3. Lapangan kerjanya tidak dibatasi, juga bisa dalam bidang perdagangan. 4. Tidak ada pengumuman kepada pihak ketiga seperti yang dilakukan dalam firma. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bentuk persekutuan perdata ( burgelijke maatschap) sebagai yang diatur dalam 17 Ibid, hal. 76. 18 Chaidir Ali, Op. Cit, hal. 134.

7 bab VIII, buku II KUHPerdata, adalah persekutuan yang ternasuk dalam bidang hukum perdata umum, sebab apa yang disebut burgelijke maatschap itu pada umumnya tidak menjalankan perusahaan. Ternyata burgelijke maatschap dalam praktek juga sering menjalankan perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 1623 KUHPerdata dan Pasal 16 KUHD. 2. Persekutuan (maatschap) ini merupakan bentuk kerja sama yang paling sederhana untuk bersama-sama mencari keuntungan. Perjanjian persekutuan tidak mempunyai pengaruh keluar (terhadap orang-orang pihak ketiga) dan ia semata-mata mengatur bagaimana caranya kerja sama antara para sekutu dan bagaimana pembagian keuntungan yang diperoleh bersama itu. Lain halnya dengan bentuk-bentuk kerja sama lainnya yang lebih modern seperti: perseroan firma, perseroan terbatas (PT) dan lain-lain. Saran 1. Persekutuan perdata perlunya dilakukan penemuan hukum baru karena pengaturan hukum persekutuan perdata masih memakai perturan lama warisan pemerintahan Hindia-Belanda. 2. Perseroan Terbatas perlunya dilakukan pengembangan serta peningkatan dalam hal perlindungan kpastian hukum mengenai aset yang dimiliki perseroan terbatas antara pihak swasta dan negara. DAFTAR PUSTAKA Ibrahim Johannes, Hukum Organisasi Perusahaan Pola Kemitraan dan Badan Usaha, (Bandung: Refika Aditama, 2006), hal. 21. Rai Widjaya I. G., Hukum Perusahaan (Undang-Undang dan Peraturan Pelaksana Undang-Undang di Bidang Usaha), (Bekasi: Kesain Blanc, 2005), hal. 1. (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002), hal. 2. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek), Diterjemahkan oleh R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Cetakan XXV, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1995), h. 356-357. Dalam ketentuan Pasal 1618 KUHPerdata disebutkan: persekutuan adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu dalam persekutuan, dengan maksud untuk membagi keuntungan yang terjadi karenanya. Ichsan Achmad, Dunia Usaha Indonesia, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1986), hal. 345. Saliman Abdul R., Hermansyah, dan Jalis Ahmad. 2005, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan: Teori dan Contoh Kasus, (Bandung: Kencana Prenada Media Group, 2005), hal. 111. Muhammad Abdulkadir, Pengantar Hukum Perusahaan Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999), hal. 68. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756). Ali Chaidir, Badan Hukum, (Bandung: Alumni, 1999), hal. 133. Subekti R., Aneka Perjanjian, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1995), hal. 75. Soekardono, Hukum Dagang Indonesia, Jilid 1 Bagian Kedua, (Jakarta: Rajawali Press, 1999), hal. 102. Prasetya Rudhi, Maatschap, Firma, dan Persekutuan Komanditer,