KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG PADA BEBERAPA TIPE HABITAT DI HUTAN PENELITIAN DRAMAGA, BOGOR, JAWA BARAT ASEP SAEFULLAH

dokumen-dokumen yang mirip
KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG PADA BERBAGAI TIPE HABITAT BESERTA GANGGUANNYA DI HUTAN PENELITIAN DRAMAGA, BOGOR, JAWA BARAT

KEANEKARAGAMAN BURUNG DI RUANG TERBUKA HIJAU DI TIGA TEMPAT PEMAKAMAN UMUM DI BOGOR ALIFAH MELTRIANA

BAB V DATA, ANALISIS DAN SINTESIS

KEANEKARAGAMAN BURUNG DI AREA KEBUN BUAH, TAMAN BUAH MEKARSARI ISMI NURFAIZAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1 Tabel tipe arsitektur pohon (Halle et al. 1978)

KEANEKARAGAMAN BURUNG DI KECAMATAN LAWEYAN, KECAMATAN SERENGAN, DAN KECAMATAN PASAR KLIWON KOTAMADYA SURAKARTA. Artikel Publikasi Ilmiah

STRUKTUR KOMUNITAS DAN STATUS PERLINDUNGAN BURUNG DI KEBUN RAYA PURWODADI, KABUPATEN PASURUAN

KEBERADAAN JENIS BURUNG PADA LIMA STASIUN PENGAMATAN DI SEPANJANG DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CILIWUNG, DEPOK-JAKARTA

KAJIAN KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI BERBAGAI TIPE LANSKAP HUTAN TANAMAN PINUS (Studi Kasus : Daerah Aliran Sungai Ciliwung Hulu)

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 1539 spesies burung atau 17% dari jumlah seluruh spesies

DAFTAR ISI. BAB III. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Landasan Teori B. Hipotesis... 18

KAJIAN HUBUNGAN ARSITEKTUR POHON DAN KEHADIRAN BURUNG DI KAMPUS IPB DRAMAGA BOGOR MUHAMMAD CHOIRUDDIN AZIS

Lampiran 1. Tabel Jenis, Karakter, Makanan, Perkembangbiakan, Habitat, Kebiasaan, Penyebaran, serta Status Burung

I. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa

KEANEKARAGAMAN BURUNG DI KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Oleh : Yuni Wibowo Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hutan mangrove desa Margasari memiliki luas 700 ha dengan ketebalan hutan

Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2014

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA, BANDUNG

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

PERANCANGAN ULANG KAWASAN PEMAKAMAN UMUM TANAH KUSIR, JAKARTA SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU RAMAH BURUNG

keyword : open green space, housing, vegetation, Bird. PENDAHULUAN

DISTRIBUSI BURUNG KAMPUS ITB JATINANGOR SEBAGAI KAWASAN PENYANGGA HUTAN LINDUNG GUNUNG MANGLAYANG

BIRD PREFERENCE HABITATS AROUND SERAYU DAM BANYUMAS CENTRAL JAVA

KEANEKARAGAMAN JENIS AVIFAUNA DI CAGAR ALAM KELING II/III KABUPATEN JEPARA JAWA TENGAH

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Spesies Burung di Repong Damar Pekon Pahmungan

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN KEMELIMPAHAN BURUNG DI KAWASAN PANTAI KARST GUNUNGKIDUL D.I.YOGYAKARTA SKRIPSI

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Struktur Pekarangan

IV. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. dijadikan sebagai salah satu habitat alami bagi satwa liar. Habitat alami di

III. METODE PENELITIAN

METODE INVENTARISASI BURUNG (METODE MACKINNON) DI TEGAKAN KARET DAN TEGAKAN PINUS ASRAMA C4 KAMPUS IPB DRAMAGA

Keanekaragaman jenis burung di Taman Wisata Alam dan Cagar Alam Pananjung Pangandaran, Jawa Barat

I. PENDAHULUAN. (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). Kekayaan jenis

Studi Keanekaragaman Avifauna Sebagai Sarana Edukasi Ekowisata Birdwatching di Kawasan Wisata Kondang Merak, Malang.

Hubungan keanekaragaman burung dan komposisi pohon di Kampus Kentingan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Jawa Tengah

BAB IV METODE PENELITIAN

Jenis Jenis Burung di Wilayah Cagar Alam Imogiri Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta Oleh:

BAB IV METODE PENELITIAN

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DIURNAL PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DI DESA SUNGAI DERAS KABUPATEN KUBU RAYA KALIMANTAN BARAT

Keanekaragaman dan potensi daya tarik burung diurnal di siring sungai martapura, Banjarmasin. Azhar F N Bangiel. Abstrak

5-048 KOMUNITAS BURUNG DI PESISIR KABUPATEN KULON PROGO. ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret 2012 di Rawa Bujung Raman

ABSTRAK JENIS DAN KERAPATAN BURUNG DI KAWASAN AGROPOLITAN KECAMATAN MANDASTANA KABUPATEN BARITO KUALA. Oleh: Zainal Husain, Dharmono, Kaspul

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara Geografis Pantai Sari Ringgung (PSR) terletak di posisi LS dan

Lampiran 1 Foto Dokumentasi Penelitian Keaneakaragaman Jenis Burung

PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA TEGAKAN DI AREAL REHABILITASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE TREE SAMPLING INTAN HARTIKA SARI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Kemampuan Kawasan Nir-Konservasi dalam Melindungi Kelestarian Burung Endemik Dataran Rendah Pulau Jawa Studi Kasus di Kabupaten Kebumen

Kata kunci : Burung, Pulau Serangan, habitat

Keyword : Birds, Inventory, Mackinnon Method, Relative of Abundance.

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI KAWASAN TELAGA WARNA, DESA TUGU UTARA, CISARUA, BOGOR

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan September 2014 di Kawasan Budidaya

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN NILAI INDEKS KOMUNITAS BURUNG DI TIGA LOKASI KEBUN RAYA BOGOR CATUR WIBAWA PRAJA

III. METODE PENELITIAN

KERAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN PENELITIAN DRAMAGA PUSAT LITBANG HUTAN DAN KONSERVASI ALAM, BOGOR. Oleh : ELY SOLIHATI G

Gambar 6.1. Diagram hubungan antar ruang pada tapak

III. METODE PENELITIAN

STATUS KONSERVASI JENIS BURUNG DI KAWASAN LERENG GUNUNG ARGOPURO, PROBOLINGGO Conservation Status of Birds around Argopura Mountain, Probolinggo

PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT. DUTA POLINDO CIPTA 1. M. Sugihono Hanggito, S.Hut. 2. Miftah Ayatussurur, S.Hut.

KOMUNITAS BURUNG DI BAWAH TAJUK: PENGARUH MODIFIKASI BENTANG ALAM DAN STRUKTUR VEGETASI IMANUDDIN

KEANEKARAGAMAN SPESIES BURUNG DI REPONG DAMAR PEKON PAHMUNGAN KECAMATAN PESISIR TENGAH KRUI KABUPATEN LAMPUNG BARAT

3. METODOLOGI PENELITIAN. Rajawali Kecamatan Bandar Surabaya Kabupaten Lampung Tengah.

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Timur, dilaksanakan pada bulan November sampai dengan bulan Desember

3. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2015 di Hutan Mangrove KPHL Gunung

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April 2014 di Desa Kibang Pacing. Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang.

Keanekaragaman burung di lingkungan Unit Pembangkit Indonesia Power (UP IP) Tambak Lorok, Semarang

PERBANDINGAN KEANEKARAGAMAN BURUNG DI PANTAI SIUNG DAN PANTAI WEDI OMBO GUNUNGKIDUL D.I. YOGYAKARTA

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI RESORT TAPOS, SEKSI PTN WILAYAH VI TAPOS, BIDANG PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL WILAYAH III BOGOR,

EFEK TEPI PADA KOMUNITAS BURUNG ANTARA TEGAKAN AGATHIS DAN PUSPA HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, JAWA BARAT

SambutanRektorUnlam KetuaLemlitUnlam. Sambutan Daftarlsi SekilasLemlitUnlam Arahdan FokusLemlitUnlam. Bidang PERTANIAN. Bidang SAINSDASAR& KESEHATAN

PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN GUNUNG PULOSARI PEGUNUNGAN AKARSARI

BAB III METODE PENELITIAN

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI

SPESIES BURUNG PADA BEBERAPA TIPE HABITAT DI KECAMATAN LHOKNGA KABUPATEN ACEH BESAR

BAB IV METODE PENELITIAN

Jenis-Jenis Burung di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Andalas Wahana Berjaya (AWB), Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN KEMELIMPAHAN BURUNG DI SEKITAR KAMPUS IKIP PGRI MADIUN SEBAGAI POTENSI LOKAL DAN SUMBER BELAJAR

Keanekaan jenis burung di Taman Kota Bandung, Jawa Barat

BAB III METODE PENELITIAN

Keanekaragaman Burung di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan Jawa Tengah

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari

Keragaman Jenis Burung pada Beberapa Penggunaan Lahan di Sekitar Kawasan Gunung Argopuro, Probolinggo

ANGKA BENTUK DAN MODEL VOLUME KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DIANTAMA PUSPITASARI

KESAMAAN KOMUNITAS BURUNG DI LEMBAH PALU SULAWESI TENGAH

IDENTIFIKASI FLORA DAN FAUNA MANGROVE NUSA LEMBONGAN DAN NUSA CENINGAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI BERBAGAI TIPE DAERAH TEPI (EDGES) TAMAN HUTAN RAYA SULTAN SYARIF HASYIM PROPINSI RIAU DEFRI YOZA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan hutan mangrove Desa Margasari

PEMBUATAN FLIPBOOK BERDASARKAN KERAGAMAN JENIS BURUNG DIURNAL DI HUTAN LINDUNG GUNUNG SENUJUH DAN SEKITARNYA

Transkripsi:

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG PADA BEBERAPA TIPE HABITAT DI HUTAN PENELITIAN DRAMAGA, BOGOR, JAWA BARAT ASEP SAEFULLAH DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keanekaragaman Jenis Burung Pada Beberapa Tipe Habitat Di Hutan Penelitan Dramaga, Bogor, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Mei 2015 Asep Saefullah NIM E34100141

ABSTRAK ASEP SAEFULLAH. Keanekaragaman Jenis Burung pada Beberapa Tipe Habitat di Hutan Penelitian Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh ABDUL HARIS MUSTARI dan ANI MARDIASTUTI. Hutan Penelitian Dramaga terletak di pinggiran Kota Bogor yang menyediakan habitat baik bagi burung. Penelitian ini bertujuan mempelajari keanekaragaman jenis burung, mengidentifikasi karakteristik habitat (sekitar jalan hutan, tepian rumah, tepian sungai dan daerah interior) dan mencatat aktivitas masyarakat sekitar hutan. Metode yang digunakan ialah metode titik hitung, daftar jenis MacKinnon, pembuatan profil habitat dan wawancara. Menghitung indeks keanekaragaman Shannon-Wiener dan indeks kesamaan jenis. Indeks keanekaragaman jenis burung tertinggi terdapat pada habitat daerah interior (2,34), diikuti habitat sekitar jalan hutan (2,21), habitat tepian rumah (1,87) dan habitat tepian sungai (1,86). Kekayaan jenis burung tertinggi terdapat pada habitat tepian sungai yaitu 27, diikuti sekitar jalan hutan 21 jenis, tepian rumah memiliki 26 jenis, sedangkan daerah interior adalah rumah bagi 21 jenis burung. Kesamaan jenis burung tertinggi pada habitat sekitar jalan hutan dengan daerah interior yaitu 0,81. Masyarakat sekitar hutan paling sering ialah memanfaatkan kayu bakar. Kegiatan lainnya ialah menangkap burung, mengambil pakis, mengambil buah dan mengambil kroto. Kegiatan yang akan mengganggu populasi burung adalah menangkap burung. Kata kunci: aktivitas masyarakat, hutan penelitian Dramaga, keanaekaragaman. ABSTRACT ASEP SAEFULLAH. Bird Diversity in Various Habitat Types in Dramaga Research Forest, Bogor, West Java. Supervised by ABDUL HARIS MUSTARI and ANI MARDIASTUTI. Dramaga Research Forest, located in the outskirt of Bogor, provides a good habitat for birds. This research was aimed to study bird diversity, identifying habitat characteristics (around the forest path, along house edge, riparian habitat and the interior area) and recorded the activities of the local people around the forest. Point count, MacKinnon list, habitat profiling and interviews were conducted. Shannon-Wiener diversity indices and similarity level were calculated. The highest index of species diversity was in the interior area (2.34), followed by around the forest path (2.21), along house edge (1.97) and riparian habitat (1.86). The highest species richness, however, was in the riparian habitat (27 species), the forest path had 21 species, along house edge had 26 species, while the interior area was a home for 21 bird species. The highest similarity (0.81) was between forest path and interior area. On the activities of the local people, the most often was firewood harvesting. Other activities were hunting for cage birds, harvesting ferns, harvesting wild fruit and harvesting ant larvae. Activity that might disrupt the bird population was hunting. Keywords: diversity, Dramaga research forest, human activities.

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG PADA BEBERAPA TIPE HABITAT DI HUTAN PENELITIAN DRAMAGA, BOGOR, JAWA BARAT ASEP SAEFULLAH Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

Judul Skripsi : Keanekaragaman Jenis Burung pada Beberapa Tipe Habitat di Hutan Penelitian Dramaga, Bogor, Jawa Barat Nama : Asep Saefullah NIM : E34100141 Disetujui oleh Dr Ir Abdul Haris Mustari, MSc.F. Pembimbing I Prof Dr Ir Ani Mardiastuti, MSc. Pembimbing II Diketahui oleh Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS Ketua Departemen Tanggal Lulus:

PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul skripsi yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juni, Juli, Agustus dan Desember 2014 ini ialah keanekaragaman jenis burung pada beberapa tipe habitat di Hutan Penelitian Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Abdul Haris Mustari, MSc.F. dan Ibu Prof Dr Ir Ani Mardiastuti, MSc. selaku pembimbing, serta tim peneliti dan teknisi kelompok peneliti Konservasi Biodiversitas Satwa, Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi yang telah memberikan berbagai saran. Penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Zaenal, Bapak Ano, Bapak Rinto beserta tim lapangan Hutan Penelitian Dramaga maupun tim penangkaran rusa Hutan Penelitian Dramaga. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Selain itu, ungkapan terima kasih kepada sahabat, teman, rekanrekan yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu maupun mendukung hingga akhirnya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Mei 2015 Asep Saefullah

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vii DAFTAR GAMBAR vii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan 1 Manfaat 2 METODE 2 Lokasi dan Waktu Penelitian 2 Alat dan Obyek 3 Metode Penelitian 3 Analisis Data 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 Hasil 5 Pembahasan 13 SIMPULAN DAN SARAN 13 Simpulan 19 Saran 19 DAFTAR PUSTAKA 19 LAMPIRAN 22

DAFTAR TABEL 1 Tingkat kelimpahan burung 5 2 Jenis burung di habitat sekitar jalan hutan 6 3 Jenis burung di habitat tepian rumah 8 4 Jenis burung di habitat tepian sungai 9 5 Jenis burung di habitat daerah interior 10 6 Rekapitulasi data dengan metode titik hitung dan daftar jenis MacKinnon, indeks keanekaragaman (H ) dan indeks kemerataan jenis (E) 11 7 Indeks kesamaan jenis burung (IS) pada empat tipe habitat di Hutan Penelitian Dramaga 11 8 Jenis burung dilindungi pada areal penelitian 11 9 Karakteristik masyarakat yang memanfaatkan HPD 12 DAFTAR GAMBAR 1 Lokasi penelitian 2 2 Pengamatan metode titik hitung 4 3 Kondisi dan profil habitat sekitar jalan hutan 7 4 Kondisi dan profil habitat tepian rumah 7 5 Kondisi dan profil habitat tepian sungai 8 6 Kondisi dan profil habitat daerah interior 9 7 Kurva penemuan jenis burung dengan metode daftar jenis MacKinnon di empat tipe habitat 10

PENDAHULUAN Latar Belakang Burung merupakan satwa yang mempunyai mobilitas tinggi dan menyebar ke berbagai wilayah serta jumlahnya mencapai 9.000 jenis (Perrins dan Birkhead 1983). Jumlah jenis burung di Indonesia tercatat 1.666 jenis (Susanti 2014) yang mampu hidup di hutan yang lebat hingga ke perkotaan padat penduduk. Penelitian mengenai burung penting dilakukan karena jika suatu areal tersebut memiliki kelimpahan burung yang tinggi, maka bisa menjadi salah satu indikator lingkungan yang baik (Sujatnika et al. 1995). Hal ini dikarenakan burung memiliki kemampuan untuk menyebarkan biji, membantu penyerbukan, predator alami satwa lain, dan lain-lain. Salah satu habitat yang diduga baik untuk burung adalah Hutan Penelitian Dramaga (HPD) karena memiliki beragam jenis tanaman yang mampu mendukung perkembangbiakan burung. Hutan Penelitian Dramaga seluas 60 ha berada di Kelurahan Situ Gede dan Bubulak, Kecamatan Bogor Barat, Kotamadya Bogor yang dikelola oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi (Puskonser) sejak tahun 1956. Kawasan HPD ditanami beragam jenis pohon dan berbatasan dengan permukiman serta sungai sehingga memungkinkan tingkat keanekaragaman burungnya melimpah karena terdapat vegetasi untuk tempat bersarang, tempat mencari makan dan minum. Namun pihak pengelola belum mempunyai kegiatan pengelolaan berupa monitoring burung, karena pengelolaan HPD masih terbatas pada penelitian tanaman. Kurangnya monitoring burung menyebabkan tidak adanya data aktual untuk pengelolaan burung dalam rangka menunjang kelestarian ekosistem HPD. Penelitian burung di HPD telah dilakukan oleh Solihati (2007) yang berhasil mendapatkan informasi mengenai keanekaragaman jenis burung sebanyak 29 jenis. Namun, tidak ada tindak lanjut untuk kegiatan monitoring dari pihak pengelola sehingga diduga akan terjadi perubahan data jumlah jenis burung. Oleh sebab itu, penelitian mengenai keanekaragaman jenis burung di HPD perlu dikaji kembali agar mendapatkan informasi terkini. Selain itu, pembagian HPD menjadi beberapa tipe habitat diharapkan bisa mengetahui perbedaan jenis burung antar tipe habitat serta penambahan data mengenai karakteristik habitat maupun aktivitas masyarakat sekitar HPD diharapkan bisa menambah informasi untuk pengelolaan burung kedepannya. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk: 1. menghitung keanekaragaman jenis burung pada beberapa tipe habitat Hutan Penelitian Dramaga; 2. mengidentifikasi karakteristik beberapa tipe habitat Hutan Penelitian Dramaga; 3. mengidentifikasi aktivitas masyarakat sekitar hutan dalam memanfaatkan Hutan Penelitian Dramaga.

2 Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat menjadi data aktual mengenai keanekaragaman jenis burung dan menjadi salah satu pedoman dalam pengelolaan burung di HPD. METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Hutan Penelitian Dramaga, Bogor, Jawa Barat (Gambar 1). Hutan Penelitian Dramaga secara administrasi termasuk dalam Kelurahan Situ Gede dan Bubulak, Kotamadya Bogor, Provinsi Jawa Barat, sedangkan secara geografis terletak pada 6 o 33 08-6 o 33 35 LS dan 106 o 44 50-106 o 45 19 BT. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-Agustus dan Desember 2014. Gambar 1 Lokasi penelitian

3 Alat dan Obyek Alat yang digunakan untuk penelitian adalah binokular, kompas, kamera, alat tulis, jam tangan, meteran, pita ukur, walking stick dan tally sheet. Obyek yang digunakan untuk penelitian ini adalah burung, komponen habitat dan responden masyarakat sekitar Hutan Penelitian Dramaga (HPD). Metode Penelitian Pemilihan lokasi Lokasi penelitian dibagi menjadi empat tipe habitat yang dijadikan pengamatan yaitu sekitar jalan hutan, tepian rumah, tepian sungai dan daerah interior. Lokasi ini dipilih karena untuk mengetahui perbedaan tipe habitat, selain itu HPD berbatasan langsung dengan permukiman maupun sungai serta hutan yang di batasi oleh jalan umum. Sekitar jalan hutan merupakan areal di dalam hutan yang dilewati oleh jalanan besar yang mempunyai lebar jalan 7 m. Tepian rumah merupakan peralihan antara Hutan Penelitian Dramaga dengan perumahan warga. Tepian sungai merupakan peralihan antara Hutan Penelitian Dramaga dengan Sungai Cisadane. Daerah interior merupakan areal Hutan Penelitian Dramaga yang berada di bagian dekat sungai dan berjarak sekitar 200 m dari jalan hutan. Profil habitat Pengamatan terhadap pohon yang menempati setiap tipe lokasi yang dipilih untuk melihat struktur pohon dan habitat sekitarnya dengan ukuran 10 m x 50 m. Data yang diambil adalah pohon yang ada di plot tersebut dengan pengukuran terhadap diameter, tinggi total pohon, tinggi bebas cabang, arah tajuk dan posisi pohon serta pengukuran jarak pohon dengan garis absis dan jarak pohon dengan garis ordinat. Keanekaragaman burung Metode yang digunakan untuk mendapatkan nilai keanekaragaman jenis burung adalah observasi langsung dengan metode titik hitung (Bibby et al. 2000). Titik hitung ditempatkan di areal yang mewakili setiap tipe habitat sehingga menghasilkan data burung secara kuantitatif. Jumlah titik hitung pengamatan berbeda-beda disesuaikan dengan kondisi lapang tiap tipe habitat. Pengambilan data burung dilakukan selama 10 menit dalam setiap titik hitung yang beradius 50 m (Gambar 2). Pengamatan dilakukan pada pagi hari (06:00 09:00), karena pagi hari adalah waktu yang terbaik untuk pengamatan burung (Bibby et al. 2000; MacKinnon et al. 2010). Identifikasi burung menggunakan buku MacKinnon et al. (2010). Penempatan titik hitung pada habitat sekitar jalan hutan sebanyak 6 titik hitung menyesuaikan jalur dari jalan hutan, habitat tepian rumah ditempatkan 10 titik hitung pada wilayah yang mewakili bagian tepian rumah, habitat tepian sungai ditempatkan 6 titik hitung sepanjang aliran Sungai Cisadane, habitat daerah interior ditempatkan 3 titik hitung mengikuti jalur setapak. Pengamatan burung diulangi sebanyak 3 kali pada hari yang berbeda.

4 Gambar 2 Pengamatan metode titik hitung Informasi mengenai kekayaan jenis burung pada penelitian ini menggunakan metode daftar jenis MacKinnon (MacKinnon et al. 2010). Setiap daftar berisikan 10 jenis burung yang berbeda. Setelah daftar pertama terisi sepuluh jenis berbeda, maka dilanjutkan pada daftar selanjutnya. Pada daftar selanjutnya diperbolehkan sama dengan jenis yang terdapat pada daftar sebelumnya. Aktivitas masyarakat sekitar hutan Pengamatan aktivitas masyarakat sekitar HPD dilakukan dengan metode wawancara dengan pemilihan responden menggunakan teknik snowball sampling. Responden yang dipilih merupakan masyarakat sekitar yang melakukan aktivitas di hutan. Responden pada awalnya ditentukan berdasarkan arahan dari pengelola kemudian bertambah dari referensi responden yang telah diwawancarai. Jumlah responden yang diwawancarai sebanyak 30 orang. Bentuk-bentuk aktivitas masyarakat sekitar hutan yang diamati berupa pemanfaatan hasil hutan secara langsung. Analisis Data Pengolahan data mengenai diagram profil pohon dengan cara membuat posisi absis dan ordinat serta diameter, tinggi total pohon, tinggi bebas cabang dan arah tajuk. Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (Magurran 2004) yang digunakan yaitu: H = n i=1 pi ln pi Keterangan : H : indeks keanekaragaman jenis burung p i : nilai kelimpahan burung (ni/n) ln : logaritma natural Indeks kemerataan (Ludwig dan Reynolds 1988) yang digunakan yaitu: E = H ln (S) Keterangan : E : indeks kemerataan jenis H : indeks keanekaragaman jenis ln : logaritma natural S : jumlah jeseluruhan jenis

Perbandingan kesamaan jenis burung pada dua habitat yang berbeda digunakan indeks kesamaan jenis (Krebs 1978) dengan rumus: IS = 2C A + B Keterangan : IS : indeks kesamaan jenis A : jumlah jenis yang ada di tempat A B : jumlah jenis yang ada di tempat B C : jumlah jenis yang sama di kedua tempat Informasi mengenai tingkat kemudahan dalam melihat burung digunakan data dari daftar jenis MacKinnon. Tingkat pertemuan tersebut dianalisis menurut beberapa kategori kelimpahan yaitu jarang, sedang, umum dan melimpah yang dimodifikasi dari klasifikasi kelimpahan sederhana (Bibby et al. 2000) (Tabel 1). Tabel 1 Tingkat kelimpahan burung No Jumlah Daftar Jenis MacKinnon Kategori Kelimpahan 1 16 20 Melimpah 2 10 15 Umum 3 6 10 Sering 4 1 5 Jarang Data hasil wawancara masyarakat disajikan dalam bentuk tabulasi dan persentase. Hasil tersebut dianalisis secara deskriptif kualitatif. 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi umum lokasi penelitian Hutan Penelitian Dramaga merupakan salah satu hutan yang berada di Kota Bogor. Hutan ini termasuk kategori hutan yang berada di perkotaan dan berada pada ketinggian 244 mdpl. Akses menuju hutan ini bisa menggunakan angkutan umum. Akses jalan bisa digunakan untuk jalur alternatif menuju kampus IPB Dramaga. Hutan Penelitian Dramaga Bogor mulai ditanam pada tahun 1956 seluas 60 ha oleh Balai Penyelidikan Kehutanan. Secara administrasi pemerintahan, HPD termasuk ke dalam wilayah Kelurahan Situ Gede dan Bubulak, Kecamatan Bogor Barat, Kotamadya Bogor. Sejak tahun 1956 sampai 1998 di HPD telah diintroduksi sebanyak 130 jenis tanaman. Berdasarkan daerah penyebaran alaminya, jenis tanaman tersebut dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu jenis asing (penyebaran alaminya di luar Indonesia) sebanyak 42 jenis dan jenis asli (penyebaran alaminya di Indonesia) sebanyak 88 jenis (Fahutan IPB 1999). Kawasan di dalam hutan beberapa luasannya digunakan untuk kantor CIFOR (Center for International Forestry Research) dan penangkaran rusa. Kawasan yang dijadikan perkantoran CIFOR mulai digunakan sekitar tahun 1970-

6 an, sedangkan penangkaran rusa pada tahun 2008. Akses menuju kedua tempat ini mudah, karena terdapat jalan yang bisa dilalui oleh kendaraan roda empat pribadi dan angkutan umum. Keadaan iklim selama periode 10 tahun (1989-1998), suhu rata-rata tertinggi pada bulan Mei sebesar 26,08 o C dan terrendah pada bulan Januari sebesar 24,99 o C dengan kelembaban relatif rata-rata tertinggi pada bulan Januari dan Februari sebesar 89,2% dan terrendah pada bulan Agustus 79,8%. Curah hujan tertinggi pada bulan Januari sebesar 444 mm dan terrendah pada bulan Juli sebesar 163 mm, sedangkan curah hujan rata-rata tahunan sebesar 3.940 mm. Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, tipe curah hujan di HPD termasuk tipe A dan tidak memiliki bulan kering (Fahutan IPB 1999). Tipe habitat sekitar jalan hutan Habitat sekitar jalan hutan merupakan areal di dalam hutan yang dilewati oleh jalanan besar yang mempunyai lebar 7 m (Gambar 3). Jalan hutan ini menghubungkan dari Kelurahan Situ Gede menuju Kelurahan Bubulak serta digunakan untuk jalur alternatif menuju kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Dramaga. Jalan hutan dilewati oleh kendaraan pribadi dan tidak digunakan oleh angkutan umum. Jalannya berlubang sehingga saat hujan akan tergenang dengan air. Jalan hutan tidak diperbaiki agar kendaraan tidak menggunakan jalur ini. Meskipun jalan ini rusak dan tidak diperbaiki, tapi masih banyak kendaraan melewati jalur ini. Jenis burung yang ditemukan di tipe habitat sekitar jalan hutan sebanyak 21 jenis burung dari 17 suku (Tabel 2). Jenis burung yang melimpah pada habitat sekitar jalah hutan yaitu Streptopelia chinensis, Cacomantis merulinus, Cacomantis sepulcralis, Halcyon chloris dan Orthotomus sepium. Tabel 2 Jenis burung di habitat sekitar jalan hutan No Nama Indonesia Nama Ilmiah Famili Kelimpahan 1 Tekukur biasa Streptopelia chinensis Columbidae Melimpah 2 Wiwik kelabu Cacomantis merulinus Cuculidae Melimpah 3 Wiwik uncuing Cacomantis sepulcralis Cuculidae Melimpah 4 Walet linci Collocalia linchi Apodidae Umum 5 Rajaudang meninting Alcedo meninting Alcedinidae Sering 6 Cekakak jawa Halcyon cyanoventris Alcedinidae Umum 7 Cekakak sungai Halcyon chloris Alcedinidae Melimpah 8 Takur Tulungtumpuk Megalaima javensis Capitonidae Jarang 9 Layanglayang batu Hirundo tahitica Hirundinidae Jarang 10 Jingjing batu Hemipus hirundinaceus Campephagidae Jarang 11 Cipoh kacat Aegithina tiphia Aegithinidae Sering 12 Cucak kutilang Pycnonotus aurigaster Pycnonotidae Jarang 13 Anis merah Zoothera citrina Turdidae Jarang 14 Pelanduk topi-hitam Pellorneum capistratum Timaliidae Umum 15 Cinenen pisang Orthotomus sutorius Sylviidae Umum 16 Cinenen jawa Orthotomus sepium Sylviidae Melimpah 17 Kipasan belang Rhipidura javanica Rhipiduridae Jarang 18 Munguk beledu Sitta frontalis Sittidae Jarang 19 Cabai jawa Dicaeum trochileum Dicaeidae Sering 20 Burungmadu sriganti Nectarinia jugularis Nectariniidae Jarang 21 Kacamata biasa Zosterops palpebrosus Zosteropidae Umum

Tipe habitat sekitar jalan hutan memiliki kerapatan tajuk yang cukup rapat. Jenis tanaman yang ditemukan adalah Litsea sp., Tracy lobium, Calophyllum soulatri, Melia excelsa, Dracontomelon dao, Khaya grandifolia, Strombosia zeylanica, Maesopsis eminii, Terminalia superba, Delonix regia dan Pinus merkusii (Gambar 3). 7 Gambar 3 Kondisi dan profil habitat sekitar jalan hutan Tipe habitat tepian rumah Tepian rumah merupakan peralihan antara HPD dengan perumahan warga (Gambar 4). Peralihan ini dibatasi jalan beraspal yang mempunyai lebar 5 m. Jalan ini cukup baik untuk dilalui oleh kendaraan. Kendaraan umum yang melewati jalan ini ialah angkutan perkotaan jurusan Merdeka-Sindang Barang Jero. Perumahan yang terdapat di kawasan ini merupakan rumah permanen yang menggunakan tembok dan atapnya memakai genting. Selain itu, terdapat tambak milik warga yang berada dekat dengan perumahan. Peralihan hutan ini dipisahkan oleh jalan sehingga tajuk pohon masih cukup menutupi jalan. Namun karena dekat dengan perumahan, tajuk yang lebar dipangkas agar tidak terjadi patah ranting yang bisa merusak perumahan warga. Jenis tanaman yang ditemukan ialah Delonix regia, Ceiba pentandra, Alstonia scholaris, Melia excelsa, Shorea leprosula dan Nephelium lappaceum (Gambar 4). Jenis burung yang ditemukan di habitat tepian rumah sebanyak 26 jenis dari 18 suku (Tabel 3). Jenis yang hanya ditemukan di habitat tepian rumah yaitu Dendrocopos moluccensis, Dicaeum trigonostigma, Passer montanus dan Artamus leucorhynchus. Jenis yang melimpah pada habitat tepian rumah ialah Streptopelia chinensis, Collocalia linchi, Orthotomus sepium dan Zosterops palpebrosus. Gambar 4 Kondisi dan profil habitat tepian rumah

8 Tabel 3 Jenis burung di habitat tepian rumah No Nama Indonesia Nama Ilmiah Famili Kelimpahan 1 Kareo padi Amaurornis phoenicurus Rallidae Jarang 2 Tekukur biasa Streptopelia chinensis Columbidae Melimpah 3 Wiwik kelabu Cacomantis merulinus Cuculidae Umum 4 Wiwik uncuing Cacomantis sepulcralis Cuculidae Umum 5 Kedasi hitam Surniculus lugubris Cuculidae Jarang 6 Walet linci Collocalia linchi Apodidae Melimpah 7 Rajaudang meninting Alcedo meninting Alcedinidae Jarang 8 Cekakak jawa Halcyon cyanoventris Alcedinidae Sering 9 Cekakak sungai Halcyon chloris Alcedinidae Umum 10 Caladi tilik Dendrocopos moluccensis Picidae Jarang 11 Layanglayang batu Hirundo tahitica Hirundinidae Jarang 12 Layanglayang loreng Hirundo striolata Hirundinidae Jarang 13 Jingjing batu Hemipus hirundinaceus Campephagidae Jarang 14 Cipoh kacat Aegithina tiphia Aegithinidae Jarang 15 Cucak kutilang Pycnonotus aurigaster Pycnonotidae Umum 16 Pelanduk topi-hitam Pellorneum capistratum Timaliidae Umum 17 Cinenen pisang Orthotomus sutorius Sylviidae Jarang 18 Cinenen jawa Orthotomus sepium Sylviidae Melimpah 19 Cabai bunga-api Dicaeum trigonostigma Dicaeidae Jarang 20 Cabai jawa Dicaeum trochileum Dicaeidae Umum 21 Burungmadu sriganti Nectarinia jugularis Nectariniidae Jarang 22 Kacamata biasa Zosterops palpebrosus Zosteropidae Melimpah 23 Bondol jawa Lonchura leucogastroides Estrildidae Jarang 24 Bondol peking Lonchura punctulata Estrildidae Jarang 25 Burunggereja erasia Passer montanus Ploceidae Jarang 26 Kekep babi Artamus leucorhynchus Artamidae Jarang Tipe habitat tepian sungai Tepian sungai merupakan peralihan antara HPD dengan Sungai Cisadane. Lebar sungai mencapai 25 m dan di seberang sungai merupakan kebun masyarakat yang ditanami pisang, singkong dan lain-lain. Jenis yang ditemukan ialah Pinus merkuisii, Evodia aromatic, Bambusa sp. dan Paraserianthes falcataria (Gambar 5). Jenis burung yang ditemukan di tepian sungai sebanyak 27 jenis dari 20 suku (Tabel 4). Jenis yang hanya ditemukan di tepian sungai yaitu Centropus bengalensis dan Lonchura maja. Jenis yang melimpah ialah Streptopelia chinensis, Collocalia linchi dan Orthotomus sepium. Gambar 5 Kondisi dan profil habitat tepian sungai

Tabel 4 Jenis burung di habitat tepian sungai No Nama Indonesia Nama Ilmiah Famili Kelimpahan 1 Kareo padi Amaurornis phoenicurus Rallidae Jarang 2 Tekukur biasa Streptopelia chinensis Columbidae Melimpah 3 Wiwik kelabu Cacomantis merulinus Cuculidae Sering 4 Wiwik uncuing Cacomantis sepulcralis Cuculidae Umum 5 Kedasi hitam Surniculus lugubris Cuculidae Jarang 6 Bubut alang-alang Centropus bengalensis Cuculidae Jarang 7 Walet linci Collocalia linchi Apodidae Melimpah 8 Rajaudang meninting Alcedo meninting Alcedinidae Sering 9 Cekakak jawa Halcyon cyanoventris Alcedinidae Umum 10 Cekakak sungai Halcyon chloris Alcedinidae Umum 11 Takur tulungtumpuk Megalaima javensis Capitonidae Jarang 12 Takur tenggeret Megalaima australis Capitonidae Jarang 13 Layanglayang batu Hirundo tahitica Hirundinidae Jarang 14 Layanglayang loreng Hirundo striolata Hirundinidae Jarang 15 Cipoh kacat Aegithina tiphia Aegithinidae Jarang 16 Cucak kutilang Pycnonotus aurigaster Pycnonotidae Umum 17 Merbah cerukcuk Pycnonotus goiavier Pycnonotidae Jarang 18 Pelanduk topi-hitam Pellorneum capistratum Timaliidae Sering 19 Cinenen pisang Orthotomus sutorius Sylviidae Jarang 20 Cinenen jawa Orthotomus sepium Sylviidae Melimpah 21 Kipasan belang Rhipidura javanica Rhipiduridae Jarang 22 Cabai jawa Dicaeum trochileum Dicaeidae Sering 23 Burungmadu sriganti Nectarinia jugularis Nectariniidae Jarang 24 Kacamata biasa Zosterops palpebrosus Zosteropidae Umum 25 Bondol jawa Lonchura leucogastroides Estrildidae Umum 26 Bondol peking Lonchura punctulata Estrildidae Jarang 27 Bondol haji Lonchura maja Estrildidae Jarang Tipe habitat daerah interior Habitat daerah interior merupakan areal hutan yang berada di dalam hutan yang berdekatan dengan sungai dan sekitar 200 m dari jalan hutan. Areal ini didominasi oleh Pinus merkusii yang ditanami pada tahun 1978 (Gambar 6). Terdapat jalan setapak yang tertutupi oleh semak-semak. 9 Gambar 6 Kondisi dan profil habitat daerah interior Jenis burung yang ditemukan sebanyak 21 jenis dari 15 suku (Tabel 5). Jenis burung yang melimpah ialah Streptopelia chinensis, Halcyon cyanoventris, Orthotomus sepium dan Zosterops palpebrosus. Terdapat jenis unik yang

10 ditemukan pada habitat daerah interior yang biasa ditemukan di areal lahan basah yaitu Amaurornis phoenicurus. Hal ini dikarenakan habitat yang berdekatan dengan sungai sehingga memungkinkan untuk dikunjungi Amaurornis phoenicurus. Tabel 5 Jenis burung di habitat daerah interior No Nama Indonesia Nama Ilmiah Famili Kelimpahan 1 Kareo padi Amaurornis phoenicurus Rallidae Jarang 2 Tekukur biasa Streptopelia chinensis Columbidae Melimpah 3 Wiwik kelabu Cacomantis merulinus Cuculidae Sering 4 Wiwik uncuing Cacomantis sepulcralis Cuculidae Umum 5 Kedasi hitam Surniculus lugubris Cuculidae Jarang 6 Walet linci Collocalia linchi Apodidae Umum 7 Rajaudang meninting Alcedo meninting Alcedinidae Umum 8 Cekakak jawa Halcyon cyanoventris Alcedinidae Melimpah 9 Cekakak sungai Halcyon chloris Alcedinidae Sering 10 Cipoh kacat Aegithina tiphia Aegithinidae Jarang 11 Cucak kutilang Pycnonotus aurigaster Pycnonotidae Umum 12 Anis merah Zoothera citrina Turdidae Jarang 13 Pelanduk topi-hitam Pellorneum capistratum Timaliidae Sering 14 Perenjak jawa Prinia familiaris Sylviidae Jarang 15 Cinenen pisang Orthotomus sutorius Sylviidae Sering 16 Cinenen jawa Orthotomus sepium Sylviidae Melimpah 17 Kipasan belang Rhipidura javanica Rhipiduridae Jarang 18 Cabai jawa Dicaeum trochileum Dicaeidae Sering 19 Burungmadu sriganti Nectarinia jugularis Nectariniidae Sering 20 Kacamata biasa Zosterops palpebrosus Zosteropidae Melimpah 21 Bondol jawa Lonchura leucogastroides Estrildidae Jarang Kekayaan dan keanekaragaman jenis burung Total jenis burung yang dijumpai selama penelitian adalah 35 jenis yang terdiri atas 22 suku. Kurva penemuan jenis burung yang diperoleh dengan menggunakan metode daftar jenis MacKinnon dari empat tipe habitat pada areal penelitian tersaji dalam Gambar 7. Kurva penemuan jenis pada habitat tepian sungai menempati jenis tertinggi yaitu 27 jenis. Jumlah jenis terkecil ada dua tipe habitat yaitu sekitar jalan hutan dan daerah interior sebanyak 21 jenis. Sedangkan tepian rumah sebanyak 26 jenis burung. Jumlah jenis 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Hutan Penelitian Dramaga Tepian Sungai Tepian Rumah Sekitar Jalan Hutan Daerah Interior 0 5 10 15 20 25 Daftar ke- Gambar 7 Kurva penemuan jenis burung dengan metode daftar jenis MacKinnon di empat tipe habitat

Indeks keanekaragaman jenis burung tertinggi pada tipe habitat daerah interior yaitu sebesar 2,34 (Tabel 6). Indeks keanekaragaman jenis burung Shannon-Wiener terrendah pada tipe habitat tepian sungai yaitu sebesar 1,86. Indeks kemerataan jenis burung tertinggi pada tipe habitat daerah interior yaitu sebesar 0,84 (Tabel 6). Indeks kemerataan jenis burung terrendah pada tipe habitat tepian sungai yaitu sebesar 0,62. Indeks kesamaan jenis burung Indeks kesamaan jenis merupakan indeks yang menunjukkan kesamaan suatu komunitas dengan komunitas lainnya di areal penelitian (Tabel 7). Indeks kesamaan jenis tertinggi adalah jalan hutan dengan daerah interior sebesar 0,81. Indeks kesamaan jenis terrendah ialah antara habitat sekitar jalan hutan dengan habitat tepian rumah sebesar 0,72. Jenis burung dilindungi Jenis burung pada areal penelitian beberapa diantaranya dilindungi oleh Peraturan Pemerintan Nomor 7 Tahun 1999. Jumlah jenis burung yang dilindungi sebanyak 6 jenis yang terdiri dari 4 famili (Tabel 8). Tipe habitat sekitar jalan hutan dan tepian sungai ditemukan 6 jenis burung yang dilindungi. Tepian rumah memiliki jumlah jenis dilindungi terrendah yaitu 4 jenis. Tabel 6 Rekapitulasi data dengan metode titik hitung dan daftar jenis MacKinnon, indeks keanekaragaman (H ) dan indeks kemerataan jenis (E) Tipe Habitat Jumlah Famili Jumlah Jenis IPA MacKinnon IPA MacKinnon H E Sekitar jalan hutan 12 17 15 21 2,21 0,81 Tepian rumah 16 18 20 26 1,97 0,66 Tepian sungai 15 16 20 27 1,86 0,62 Daerah interior 10 15 16 21 2,34 0,84 Total 18 22 26 35 2,14 0,66 Tabel 7 Indeks kesamaan jenis (IS) burung pada empat tipe habitat di Hutan Penelitian Dramaga Lokasi Sekitar Jalan Tepian Tepian Hutan Rumah Sungai Daerah Interior Sekitar jalan hutan - 0,72 0,75 0,81 Tepian rumah - - 0,79 0,77 Tepian sungai - - - 0,79 Daerah Interior - - - - Tabel 8 Jenis burung dilindungi pada areal penelitian Jenis Famili PP No. 7 CITES IUCN Th 1999 I II Alcedo meninting Alcedinidae - - - Halcyon cyanoventris Alcedinidae - - - Halcyon chloris Alcedinidae - - - Megalaima javensis Capitonidae - - Rhipidura javanica Rhipiduridae - - - Nectarinia jugularis Nectariniidae - - - 11

12 Aktifitas masyarakat sekitar hutan Hutan Penelitian Dramaga selain menjadi habitat bagi burung tapi juga menjadi tempat aktivitas masyarakat sekitar. Aktivitas tersebut dibatasi mengenai pemanfaatan sumberdaya hutan berupa penangkapan burung, mengambil kayu, mengambil pakis dan kegiatan lainnya. Kelompok umur tertinggi yang memanfaatkan HPD adalah kelompok umur >61 tahun dan kelompok umur 41-50 tahun dengan jumlah 10 orang (33,33%) (Tabel 9). Kemudian pada urutan berikutnya pada kelompok umur 51-60 tahun. Persentase jenis kelamin yang melakukan kegiatan pemanfaatan dilakukan oleh laki-laki sebanyak 23 orang (76,67%), sedangkan perempuan hanya 7 orang (23,33%). Aktivitas di hutan biasanya menggunakan fisik yang kuat sehingga jenis kelamin laki-laki yang banyak beraktivitas di hutan seperti mengambil kayu. Pengambilan kayu ini bisa satu ikat dan dipanggul sehingga aktivitas fisiknya cukup tinggi. Tingkat pendidikan masyarakat yang memanfaatkan hutan ialah 20 orang atau 66,67% memiliki tingkat pendidikan SD (Tabel 9). Pendidikan SD menempati persentase tertinggi dari pendidikan masyarakat sekitar hutan yang melakukan pemanfaatan terhadap HPD. Persentase tingkat pendidikan terrendah ialah tidak sekolah. Tabel 9 Karakteristik masyarakat yang memanfaatkan HPD No Kriteria Kategori Jumlah Responden Persentase (%) 21 30 4 13,33 31 40 1 3,33 1 Kelompok Umur 41 50 10 33,33 51 60 5 16,67 > 61 10 33,33 2 Tingkat Pendidikan Tidak sekolah 2 6,67 SD 20 66,67 SMP 4 13,33 SMA 4 13,33 3 Pekerjaan Buruh 18 60,00 Wiraswasta 6 20,00 Pegawai/karyawan 4 13,33 Tidak bekerja 2 6,67 4 Bentuk Pemanfaatan Mengambil kayu bakar 22 59,46 Menanam tanaman 5 13,51 Menangkap burung 4 10,81 Mengambil pakis 3 8,11 Mengunduh buah 2 5,41 Mengambil kroto 1 2,70 Responden yang memiliki pekerjaan sebagai buruh sebanyak 18 orang atau 60%. Persentase urutan berikutnya sebanyak 6 orang mempunyai pekerjaan sebagai wiraswasta. Responden yang tidak bekerja menempati urutan terrendah sebanyak 2 orang atau 6,67% (Tabel 9).

Bentuk pemanfaatan masyarakat terdapat 6 tipe (Tabel 9). Pemanfaatan tertinggi ialah mengambil kayu bakar sebesar 59,46%. Bentuk pemanfaatan berikutnya ialah menanam tanaman sebanyak 5 orang (13,51%). 13 Pembahasan Keanekaragaman jenis burung Jumlah jenis burung yang ditemukan di HPD secara keseluruhan sebanyak 35 jenis burung. Jumlah jenis burung menggunakan metode daftar jenis burung MacKinnon dengan metode titik hitung terdapat perbedaan. Daftar jenis burung MacKinnon menghasilkan jumlah jenis burung lebih tinggi yaitu sebanyak 35 jenis, sedangkan metode titik hitung menghasilkan 26 jenis. Perbedaan ini dikarenakan metode daftar jenis MacKinnon tidak dibatasi oleh waktu dan batasan jangkauan areal penelitian. Jenis burung yang ditemui dengan metode MacKinnon, tetapi tidak ditemukan dengan metode titik hitung sebanyak 9 jenis, yaitu Megalaima javensis, Hirundo striolata, Hemipus hirundinaceus, Pycnonotus goiavier, Zoothera citrina, Sitta frontalis, Dicaeum trigonostigma, Lonchura maja dan Passer montanus. Jumlah jenis burung pada penelitian ini lebih banyak dibandingkan dengan penelitian sebelumnya (Solihati 2007) yang menemukan jenis burung sebanyak 29 jenis. Terdapat 17 jenis burung yang ditemukan sama dengan penelitian sebelumnya, diantaranya yaitu Streptopelia chinensis, Cacomantis merulinus, Aegithina tiphia dan Prinia familiaris. Perbedaan jenis burung yang ditemukan diduga karena penggunaan metode yang digunakan. Penelitian Solihati (2007) hanya menggunakan metode titik hitung sedangkan pada penelitian ini menggunakan metode titik hitung dan daftar jenis MacKinnon. Penggunaan daftar jenis MacKinnon mampu menghasilkan data jumlah jenis burung lebih banyak dibandingkan dengan menggunakan metode titik hitung. Terdapat beberapa jenis burung yang ditemukan pada penelitian ini, namun tidak ditemukan pada penelitian sebelumnya. Jenis burung tersebut diantaranya Amaurornis phoenicurus, Surniculus lugubris dan Alcedo meninting. Amaurornis phoenicurus hidup di dekat air dan lantai hutan sehingga terkadang sulit dilihat saat berjalan karena tertutup oleh tumbuhan bawah atau rerumputan. Alcedo meninting hidup di dekat air dan terbang di atas air serta memiliki ukuran yang kecil. Terdapat beberapa jenis burung pada penelitian sebelumnya ditemukan, namun pada penelitian ini tidak ditemukan seperti elang jawa (Nisaetus bartelsi). Pada hasil pengamatan yang tidak ditemukannya elang jawa dikarenakan habitat HPD banyak aktivitas manusia. Elang jawa sensitif terhadap gangguan manusia sehingga populasi di alam terbatas. Kekayaan jenis burung di HPD lebih kecil dibandingkan dengan areal terdekat seperti Kampus IPB Dramaga yang mempunyai kekayaan jenis burung sebanyak 85 jenis burung (HIMAKOVA 2011) dan Kebun Raya Bogor yang memiliki kekayaan jenis burung sebanyak 46 jenis burung (Hermawan 2001). Hal ini diduga karena habitat HPD memiliki luas yang lebih kecil dibandingkan dengan Kampus IPB Dramaga dan Kebun Raya Bogor. Tersedianya habitat yang

14 luas memungkinkan memiliki keanekaragaman jenis burung yang tinggi (Kurni et al. 2005). Habitat yang memiliki kekayaan jenis burung paling tinggi dibandingkan ketiga habitat lainnya ialah pada habitat tepian sungai. Hal ini diduga karena habitat tepian sungai memiliki tutupan tajuk yang terbuka sehingga burung lebih sering terlihat. Aktivitas burung yang bisa terlihat pada tutupan tajuk yang terbuka diantaranya terbang dan mencari makan. Menurut Wisnubudi (2009) keterbukaan tajuk mempengaruhi banyaknya jenis burung yang ditemukan, semakin terbuka tutupan tajuknya maka semakin banyak burung yang akan ditemukan dibandingkan dengan habitat yang tajuknya rapat dan tertutup. Hal ini juga dibuktikan pada habitat sekitar jalan hutan yang memiliki tajuk yang rapat sehingga menghasilkan jumlah jenis burung lebih kecil dibandingkan dengan habitat tepian sungai. Selain itu, pengaruh dari efek tepi membuat habitat tepian sungai lebih banyak ditemukan jumlah jenis burung (Odum 1993). Jenis burung di habitat dengan gangguan rendah seperti habitat daerah interior mempunyai jumlah jenis burung lebih kecil dibandingkan dengan habitat yang banyak aktivitas masyarakat seperti habitat tepian sungai dan habitat tepian rumah. Termasuk penelitian Ahmadi (2014) dan Sayogo (2009) yang mendapatkan informasi jumlah jenis burung lebih banyak pada habitat terganggu dibandingkan tidak terganggu. Habitat daerah interior memiliki indeks keanekaragaman jenis (H ) tertinggi yaitu 2,34 dan memiliki indeks kemerataan (E ) 0,84. Padahal jumlah jenis burung yang ditemukan sebanyak 16 jenis menggunakan metode IPA sedangkan menggunakan daftar jenis MacKinnon sebanyak 21 jenis. Adanya jenis burung yang mendominasi di habitat ini menyebabkan indeks keanekaragamannya tinggi tapi jumlah jenis burungnya rendah. Nilai H dan E di habitat daerah interior yang didominasi oleh pinus lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian di Gunung Merbabu oleh Sawitri et al. (2010) yang memiliki nilai H 0,9153 dan E 0,3167. Hal ini dikarenakan habitat di Gunung Merbabu banyak aktivitas masyarakat yang mengganggu seperti pengambilan rumput, pengambilan kayu bakar dan konversi lahan. Habitat sekitar jalan hutan memiliki indeks keaneragaman jenis (H ) urutan kedua yaitu 2,21 dan indeks kemerataan jenisnya (E ) 0,81. Hal ini didukung dengan berbagai tanaman yang berada di kanan kiri jalan hutan untuk keberlangsungan hidup burung. Tutupan tajuk yang cukup rapat dan adanya kendaraan yang sering melewati jalan hutan mempengaruhi pertemuan dengan burung. Indeks kesamaan jenis Seluruh indeks kesamaan jenis pada empat habitat berada pada rentangan 0,72-0,81. Indeks kesamaan jenis tertinggi antara habitat sekitar jalan hutan dengan habitat daerah interior sebesar 0,81. Indeks kesamaan jenis yang tinggi berikutnya ialah antara habitat tepian rumah dengan habitat tepian sungai dan antara habitat tepian sungai dengan habitat daerah interior. Nilai indeks kesamaan jenis yang tinggi ini karena habitat yang memililiki karakteristik yang sama. Sama halnya dengan Ahmadi (2014) yang memiliki indeks kesamaan komunitas yang sama antar habitat lokasi penelitian dikarenakan vegetasi penyusun habitatnya hampir sama. Selain itu, luasan Hutan Penelitian

Dramaga sebesar 60 ha tidak mempengaruhi penyebaran jenis burung sehingga tidak terlihat perbedaan jenis yang signifikan antara empat habitat yang diteliti. Hal ini didukung oleh penelitian Purnomo (2010) di Stasiun Penelitian Pondok Ambung, Taman Nasional Tanjung Putting, Kalimantan Tengah yang menghasilkan data indeks keanekaragaman jenis yang sama karena luasan yang sempit dan plot contoh yang kecil. Kelimpahan jenis Tingkat kelimpahan tiap jenis berbeda-beda pada setiap tipe habitat. Terdapat jenis yang melimpah pada salah satu habitat, namun menjadi tidak melimpah pada habitat lainnya. Selain itu, terdapat jenis yang hanya ditemukan di salah satu habitat dan termasuk kategori jarang. Jenis Streptopelia chinensis merupakan jenis yang melimpah di empat tipe habitat. Hal ini dikarenakan ukuran tubuhnya yang berukuran agak besar sehingga mudah untuk dilihat. Kebiasaan bertengger di bagian tajuk luar memudahkan dalam penemuan jenis ini. Selain itu, jenis ini menyukai habitat yang sedikit terbuka dan memiliki suara yang khas berupa tekukkur yang cukup keras. Jenis burung yang kategori kelimpahannya jarang, bahkan hanya ditemukan pada satu habitat yaitu Dicaeum trigonostigma yang hanya ditemukan di habitat tepian rumah. Jenis Dicaeum trigonostigma ditemukan di pekarangan rumah, sama halnya menurut MacKinnon et al. yang menyebutkan kebiasaan burung Dicaeum trigonostigma menyukai pekarangan dan beraktivitas di tajuk pohon kecil (MacKinnon et al. 2010). Jenis Dicaeum trigonostigma ini juga ditemukan di Kampus IPB Dramaga pada penelitian Dewi (2014), padahal penelitian sebelumnya pada tahun 1986-2012 belum pernah ditemukan. Collocalia linchi termasuk jenis umum pada habitat sekitar jalan hutan dan habitat daerah interior, namun jenis melimpah pada habitat tepian rumah dan habitat tepian sungai. Jenis ini mudah ditemukan pada habitat yang terbuka seperti habitat tepian rumah dan habitat tepian sungai dibandingkan pada habitat sekitar jalan hutan dan daerah interior yang tertutup tajuk sehingga tidak mudah mendeteksi Collocalia linchi. Kelimpahan jenis ini lebih mudah dideteksi pada habitat yang terbuka dibandingkan dengan tutupan tajuk tertutup karena perilakunya yang aktif terbang (Ahmadi 2014). Jenis burung khas lainnya yang hanya menempati satu habitat ialah Passer montanus pada habitat tepian rumah. Jenis ini sudah mampu beradaptasi dengan manusia sehingga sering ditemukan di permukiman (Sawitri et al. 2012). Oleh sebab itu, jenis ini bisa ditemukan di permukiman jarang penduduk maupun padat penduduk. Jenis burung dilindungi Kelimpahan jenis burung yang ditemukan di Hutan Penelitian Dramaga terdapat enam jenis burung dari empat famili yang termasuk kategori dilindungi menurut PP No. 7 Tahun 1999 dan salah satu jenis tersebut termasuk kategori daftar merah IUCN. Suku Alcedinidae dan Nectarinidae secara keseluruhan jenisnya dilindungi oleh PP No. 7 Tahun 1999, sedangkan Capitonidae dan Rhipiduridae dilindungi berdasarkan jenisnya. Satu jenis yang termasuk kategori NT (Near Threatened) daftar merah IUCN ialah Megalaima javensis. 15

16 Empat jenis burung menempati seluruh tipe habitat, sedangkan dua jenis lainnya menempati dua dan tiga tipe habitat. Megalaima javensis yang merupakan jenis burung endemik di Jawa dan Bali hanya menempati dua tipe habitat di Hutan Penelitian Dramaga yaitu habitat sekitar jalan hutan dan habitat tepian sungai. Jenis ini sulit dilihat karena bentuknya yang menyerupai warna daun sehingga lebih mudah diketahui dengan suaranya. Jenis Nectarinia jugularis termasuk kategori burung yang dilindungi oleh PP No 7 Tahun 1999 tapi tidak termasuk kategori daftar merah IUCN. Peranan burung madu yang membantu penyerbukan di alam menjadi salah satu alasan dilindunginya jenis ini. Burung ini menyukai habitat dataran rendah terbuka (MacKinnon et al. 2010), hutan sekunder, sungai dan lahan budidaya (Coates et al. 1997) sehingga Hutan Penelitian Dramaga menjadi habitat yang cocok untuk Nectarinia jugularis. Aktivitas masyarakat sekitar hutan Masyarakat sekitar Hutan Penelitian Dramaga sampai saat ini masih terdapat yang memanfaatkan hasil hutan kayu maupun non kayu. Hasil hutan kayu yang dimanfaatkan adalah kayu bakar, sedangkan hasil hutan non kayu berupa pakis, buah, burung dan kroto. Selain itu, terdapat lahan yang dimanfaatkan masyarakat sekitar hutan untuk ditanami tanaman. Pada umumnya, masyarakat sekitar hutan seringkali memanfaatkan hasil hutan untuk kebutuhan sehari-hari (Indrawan et al. 2012). Pemanfaatan masyarakat sekitar hutan tertinggi ialah pada pengambilan kayu bakar sebanyak 22 orang (59,46%) (Tabel 11). Hal ini dikarenakan Hutan Penelitian Dramaga merupakan hutan tanaman berupa kayu yang mulai ditanam sejak tahun 1956 sehingga saat ini pohonnya memiliki diameter besar dan tajuk yang lebar. Pohon berkayu inilah yang menghasilkan ranting kayu. Rantingranting kayu tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk digunakan sebagai kayu bakar. Teknik pengambilan ranting kayu oleh masyarakat yaitu dengan cara memungut di lantai hutan. Penggunaan ranting kayu untuk kayu bakar yang dilakukan oleh masyarakat sekitar hutan merupakan hal umum yang dilakukan oleh masyarakat sekitar hutan lainnya di Indonesia (Noerdjito et al. 2005). Ranting kayu yang diambil memiliki ukuran diameter <10 cm dan berada di lantai hutan. Ranting tersebut tidak dipotong saat masih dalam bentuk tegakan sehingga tidak merusak pohon. Ranting pohon yang berukuran >10 cm tidak diambil karena ranting tersebut dibiarkan membusuk. Kegiatan pengambilan kayu bakar masyarakat sekitar Hutan Penelitian Dramaga termasuk kegiatan yang tidak merusak habitat karena tetap memperhatikan keberlangsungan ekosistem hutan. Keberlangsungan ekosistem ini penting untuk mendukung habitat burung agar terus berkembangbiak. Pemanfaatan hutan yang memperhatikan kelestarian hutan akan tetap lestari dan memberikan hasil yang berkelanjutan (Hidayatullah dan Saragih 2013). Kegiatan pengambilan kayu tidak termasuk gangguan terhadap burung, karena tidak secara langsung mempengaruhi populasi burung. Kegiatan masyarakat hutan yang diduga mengganggu langsung pada burung adalah penangkapan burung. Hal ini dikarenakan penangkapan burung mampu mempengaruhi keberadaan burung. Penangkapan burung di Hutan Penelitian

Dramaga mempunyai motif untuk menangkap burung yang memiliki suara burung yang indah diantaranya cipoh kacat (Aegithina tiphia). Penangkapan burung di Hutan Penelitian Dramaga dilakukan 3 cara yaitu jaring, kandang pemikat dan tenggeran berlem. Teknik penangkapan menggunakan jaring yaitu dengan membentangkan jaring di areal hutan kemudian didiamkan hingga burung tersebut terkena jaring. Penangkap menunggu seharian agar saat burung tertangkap bisa langsung diambil kemudian dikandangkan. Kandang pemikat merupakan teknik penangkapan burung yang menggunakan kandang. Kandang sebelumnya telah diisi oleh burung yang sama jenisnya dengan burung buruan. Bagian luar kandang dibuat tenggeran sehingga saat burung liar menghampiri burung yang berada di kandang dan kemudian bertengger maka burung liar tersebut masuk ke dalam kandang, karena tenggeran tersebut dibuat rapuh sehingga pada saat burung bertengger maka akan jatuh ke dalam kandang. Penangkapan burung menggunakan tenggeran berlem hampir sama dengan kandang pemikat, namun bedanya tenggeran yang digunakan diberikan lem sehingga saat burung bertengger tidak bisa terbang lagi karena terkena lem. Kegiatan penangkapan dilakukan diantaranya di daerah interior yang sedikit aktivitas manusia sehingga lebih leluasa melakukan penangkapan burung. Penangkapan burung di daerah interior bisa menggunakan jaring. Jaring ini bisa menangkap burung yang sedang terbang. Setelah diketahui terdapat burung yang terkena perangkap maka segera dilepaskan agar tidak terjadi kematian pada burung. Penangkapan ini bisa sesuai dengan harapan bahkan bisa juga tidak, karena perangkap berbentuk jaring membuat burung yang sedang terbang bisa terkena jaring tersebut. Penangkapan jenis burung ditentukan dari awal. Burung yang ditangkap biasanya burung peliharaan yang lepas. Hal ini sangat mungkin menjadi tempat habitat burung peliharaan yang lepas, karena areal hutannya dekat dengan permukiman. Penangkapan burung bisa terjadi di areal Hutan Penelitian Dramaga. Areal hutan yang berbatasan langsung dengan permukiman dan tidak ada pembatas sehingga masyarakat bisa keluar masuk dengan mudah. Akses yang mudah membuat kelonggaran dalam melakukan pemburuan. Hal ini sesuai dengan Indrawan et al. (2012) yang menyatakan akses masuk hutan yang mudah membuat para pemburu lebih leluasa dalam berburu. Kegiatan penanaman tanaman yang dilakukan merupakan salah satu aktivitas masyarakat sekitar hutan. Tanaman yang ditanam yaitu singkong, buah mangga, buah pepaya, sirsak dan lain-lain. Kegiatan penanaman ini bisa menimbulkan dampak menguntungkan dan merugikan bagi kelestarian burung yang terdapat di HPD. Hal yang menguntungkan dalam kegiatan penanaman oleh masyarakat yaitu tersedianya pakan burung berupa buah. Namun, kegiatan ini bisa menjadi hal merugikan yang mengganggu burung karena aktivitas manusia yang tinggi seperti penanaman singkong yang dimulai dari persiapan penanaman, proses penanaman, pembersihan rumput hingga panen. Hal ini dikarenakan burung merupakan satwaliar yang jika ada kedatangan manusia maka akan pergi. Sama halnya dengan Warsito dan Yuliana (2007) menyatakan bahwa aktivitas manusia mampu mempengaruhi jumlah jenis burung yang ditemui. Upaya konservasi Secara umum, habitat Hutan Penelitian Dramaga termasuk cukup baik untuk mendukung kehidupan burung. Hal ini ditunjukkan dengan masih terjaganya 17

18 habitat Hutan Penelitian Dramaga. Habitat yang terjaga ini bisa terlihat secara visual seperti pohon yang menempati areal hutan masih lebat, tajuk yang lebar dan diameter pohon yang besar. Pengelolaan yang dilakukan oleh pihak pengelola dalam mengelola keanekaragaman burung belum dilakukan dengan intensif. Pengelola masih terbatas penjagaan habitat diantaranya inventarisasi pohon. Terkait bertambah atau berkurangnya burung yang menghuni Hutan Penelitian Dramaga belum dilakukan, bahkan kebijakan dalam pengelolaan burung belum ada. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, beberapa kegiatan konservasi yang memungkinkan untuk dilakukan oleh pihak pengelola adalah sebagai berikut: 1. Monitoring burung Kegiatan monitoring burung merupakan kegiatan untuk mengetahui populasi, kelimpahan jenis burung, penyebaran burung, potensi dan manfaat burung, dan sebagainya. Kegiatan monitoring ini sebaiknya dilakukan sebulan sekali yang dilaksanakan oleh pengelola HPD yang dibantu lembaga swadaya masyarakat (LSM) maupun bekerja sama dengan organisasi mahasiswa dari perguruan tinggi terdekat. Perubahan data burung tiap tahun diduga akan berubah, hal ini terlihat pada perbandingan pada penelitian ini menghasilkan data jumlah jenis burung sebanyak 35 jenis, sedangkan oleh Solihati (2007) menghasilkan data sebanyak 29 jenis burung. Adanya monitoring burung bermanfaat untuk mengetahui jenis burung aktual. 2. Pengamanan HPD Kegiatan pengamanan HPD ini penting dilakukan agar habitat yang ada bisa terjaga dengan baik. Pengamanan ini juga bisa mencegah orang-orang yang melakukan kegiatan ilegal seperti perburuan burung. Hal ini dikarenakan mudahnya akses ke dalam hutan sehingga sulit terkontrol orang yang masuk maupun keluar dari dalam hutan. Pengamanan tersebut diantaranya adalah patroli harian atau mingguan dengan menyisir seluruh kawasan Hutan Penelitian Dramaga. 3. Pembinaan habitat burung Pembinaan habitat ini telah dilakukan oleh pihak pengelola berupa inventarisasi hutan sehingga bisa mengetahui potensi HPD. Selain itu, pemeliharaan berupa penyulaman pohon yang telah tumbang juga rutin dilakukan. Namun, belum adanya pembinaan khusus untuk pembinaan habitat yang mendukung perkembangbiakkan burung. Pembinaan habitat burunhg yang bisa dilakukan adalah dengan mengkaitkan kegiatan pembinaan habitat yang ada dengan pengelolaan burung seperti menjaga pohon sarang dan pohon pakan. Pohon yang perlu dibina tersebut diantaranya adalah Paraserianthes falcataria. 4. Sosialisasi Monitoring, pengamanan maupun pembinaan HPD diharapkan bisa melibatkan masyarakat, karena hutan ini berbatasan langsung dengan masyarakat sehingga selalu ada interaksi antara manusia dengan hutan. Interaksi masyarakat ini diharapkan bisa menjaga kelestarian habitat. Oleh sebab itu, sosialisasi pada masyarakat juga perlu dilakukan pada tokoh masyarakat maupun siswa sekolah terdekat karena dengan adanya pengetahuan yang dimiliki oleh tokoh masyarakat dan siswa mampu meningkatkan kesadaran dalam melestarikan hutan pada