BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dampak perkembangan zaman dan pembangunan dewasa ini, menjadi faktor peningkatan permasalahan kesehatan fisik dan juga masalah kesehatan mental spiritual sehingga penderita gangguan jiwa makin meningkat (Casmita,2008). Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan. Kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan suatu hal yang dibutuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya, serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Menkes, 2005). Menurut badan kesehatan dunia (WHO) mengatakan gangguan jiwa di seluruh dunia telah menjadi masalah serius. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 prevalensi masalah mental emosional yakni depresi dan ansietas sebanyak 11,60 % dari jumlah penduduk Indonesia dan prevalensi gangguan jiwa berat atau psikosis sebanyak 0,46 % dari jumlah penduduk Indonesia ( Teguh, 2011). Semen (2008) mengemukakan bahwa 15 % persen dari jumlah penduduk di Indonesia terdeteksi mengalami gangguan kesehatan jiwa dan persentase itu juga berlaku di semua daerah. Data Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007 menunjukkan bahwa 1 diantara 1000 orang menderita gangguan jiwa (Wiranto, 2007).
Menurut Depkes (2005) jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan tercatat setiap tahun mengalami peningkatan, tercatat sebanyak 6 juta kasus atau sekitar 2,5% dari jumlah penduduk Indonesia. Pada tahun 2020 masalah kesehatan jiwa akan meningkat dan menjadi masalah kesehatan jiwa yang utama di dunia sebesar 15%. Gerald mengatakan persentase gangguan kesehaan jiwa akan terus meningkat bertambah seiring dengan meningkatnya beban hidup masyarakat Indonesia. Himpitan hidup akibat tekanan ekonomi rentan menimbulkan gangguan kesehatan jiwa, demikian pula akibat politik praktis yang berdampak depresi mental (Danang,2008). Proses keperawatan pada pasien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan tantangan yang unik karena masalah kesehatan jiwa mungkin tidak dapat dilihat langsung, seperti pada masalah fisik yang memperlihatkan bermacam gejala dan disebabkan berbagai hal. Kejadian masa lalu yang sama dengan kejadian saat ini, tetapi mungkin muncul gejala yang berbeda dan kontradiksi. Kemampuan mereka untuk berperan dalam menyelesaikan masalah juga bervariasi. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis termotivasi memilih bidang keperawatan jiwa dalam rangka menyelesaikan tugas mata ajar Praktik Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK). Praktik Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) merupakan mata kuliah yang bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa dalam menghadapi realita kerja dengan memberikan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan dalam mengaplikasikan semua teori
dan konsep yang telah diperoleh selama proses pendidikan. Kegiatan PBLK ini juga diharapkan secara langsung dapat memberikan masukan untuk peningkatan pelayanan keperawatan pada tempat yang menjadi lahan praktik. PBLK dilaksanakan di Ruang Cempaka Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan selama 4 minggu, dimulai tanggal 11 Juni 2012 sampai dengan 7 Juli 2012. Kegiatan PBLK dimulai dengan pengarahan dari dosen pembimbing PBLK masing-masing. Selanjutnya kelompok melakukan survey, wawancara, dan observasi fenomena yang terjadi di lapangan untuk mendapatkan gambaran umum tentang program yang akan dilaksanakan. Berdasarkan hasil pengkajian keperawatan pada bulan Juni 2012 terdapat 24 pasien yang dirawat di ruang Cempaka RSJD Provsu Medan, 7 diantaranya (%) dengan diagnosa Isolasi Sosial. Diagnosa Isolasi Sosial ini menempati peringkat pertama, pasien terbanyak di ruang Cempaka RSJD Provsu Medan. Hal tersebut menunjukkan bahwa Isolasi Sosial memiliki prevalensi yang cukup tinggi dan berdampak buruk terhadap individu, orang lain dan keluarga. Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain. Asuhan keperawatan jiwa memiliki peranan yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas mental, intelektual, emosianal, sosial, dan fisik serta ekonomi sebagai sumber kesejahteraan klien. Sistem asuhan keperawatan jiwa berbeda dengan asuhan keperawatan pada orang sakit fisik dan orang normal pada
umumnya. Jenis pelayanan kesehatan yang dilakukan pada penanganan pasien dengan isolasi sosial di atas adalah membina hubungan saling percaya dan melatih pasien untuk berinteraksi dengan orang lain (Purba, dkk, 2008). Hubungan saling percaya antara perawat dan pasien merupakan dasar utama dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa. Hal ini penting karena peran perawat dalam asuhan keperawatan jiwa adalah membantu pasien untuk dapat menyelesaikan masalah sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Cara pasien yang mengalami gangguan jiwa untuk mengatasi masalah sangat unik kadang pasien menghindar serta menolak berperan serta dan peran perawat bertanggung jawab untuk melakukan pendekatan secara holistik untuk membantu masalah yang dihadapi oleh pasien yang mengalami gangguan jiwa atau hanya membiarkan khususnya terhadap pasien yang tidak menimbulkan keributan dan tidak membahayakan. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka mahasiswa Praktik Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) melakukan manajemen keperawatan dan melaksanakan asuhan keperawatan jiwa untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan jiwa khususnya pada klien dengan Isolasi Sosial. B. Tujuan PBLK a) Melaksanakan asuhan keperawatan jiwa pada pasien yang dirawat di ruang Cempaka Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan dan pengembangan professional keperawatan jiwa dengan konsep keperawatan jiwa
b) Mengintegrasikan konsep berfikir logis dan analisis, kritis, berinisiatif dan kreatif dalam pemecahan masalah dan koordinasi dengan tim dalam praktek keperawatan yang didasarkan pada kondisi nyata serta mengaplikasikan teori dan konsep di lapangan praktek. C. Manfaat PBLK a) Bagi mahasiswa Memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan, keterampilan, dan mengaplikasikan teori dan konsep yang telah diperoleh selama pendidikan secara komprehensif ke dalam praktek langsung dalam bentuk pelayanan professional baik pada pengelolaan manajemen pelayanan keperawatan secara efektif dan efisien. b) Bagi Institusi Pendidikan Secara langsung memberikan masukan metode pemberian asuhan keperawatan jiwa melalui pengaplikasian konsep dan teori keperawatan jiwa ke dalam praktek langsung sehingga dapat digunakan untuk peningkatan pengelolaan asuhan keperawatan yang bermanfaat bagi instansi pendidikan. c) Bagi Lahan Praktik Secara langsung dapat memberikan masukan untuk peningkatan dan pengoptimalan pengelolaan asuhan keperawatan dan pengelolaan manajemen keperawatan di ruang Cempaka Rumah Sakit Jiwa Daerah Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Medan.