BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memiliki banyak kebutuhan, terutama yang berkaitan dengan dana. Dana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terdapat di neraca. Menurut Munawir (2004:32) solvabilitas menunjukkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk. PADA PERIODE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham.

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH MERGER PADA PT BANK OCBC NISP, Tbk.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era globalisasi, perusahaan dituntut untuk mempertahankan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Rahim dan Irpa, 2008).

Bab II. Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh invesment opportunity

ANALISIS KINERJA BANK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penelitian Budi Hardiatmo dan Daljono (2013) Penelitian ini mengambil topik tentang analisis faktor - faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan bertujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan uraian-uraian teori, hasil penelitian, dan analisis baik secara

BAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BANK. Alat likuid: uang kas di bank dan rekening giro yang disimpan di Bank Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian PBV, DER, EPS, dan ROA Pengertian PBV (Price Book Value)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat walaupun keadaan ekonomi memburuk. Pekembangan industri

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Stice, at al, (Pasadena, 2013) Dividen adalah pembagian kepada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lancarnya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan.

BAB III PEMBAHASAN. Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Salah satu kebijakan yang utama untuk memaksimalisasi keuntungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi ini dunia usaha semakin berkembang pesat dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaat diantaranya dividen dan capital gain. Dividend merupakan bagian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dana kas besar ialah bagian dari persediaan uang tunai yang tidak langsung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. jangka panjang atau long-term financial asset. Jenis surat berharga yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksilalkan nilai perusahaan. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang jumlahnya relatif lebih banyak. Tetapi jika dipandang dari sisi manajernen,

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank

lokal. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam hubungannya dengan leverage, sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak lepas dari transaksi keuangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS. Octavianus Hendratmo (2004) meneliti dengan judul Analisis Pengaruh

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat. Undang-Undang Nomor 21 pasal 1 ayat 2 tahun 2008 tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Jogianto (2003:109), return merupakan hasil yang diperoleh dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Return investasi dapat berupa return realisasi dan return ekspektasi. Return

BAB I PENDAHULUAN. (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi, dengan dukungan teknologi informasi, telah membuka peluang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Seiring bertambah dewasanya perusahaan, mereka harus dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:111). investasi dalam bentuk saham. Saham (stock atau share) adalah tanda

BAB I PENDAHULUAN. mengingat bahwa hasil operasi yang ditanamkan kembali dalam perusahaan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan untuk mempertahankan hidup perusahaan semakin beraneka ragam.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang penganalisis untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang mempunyai dana yang kelebihan dengan pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh laba. Laba merupakan hasil yang diperoleh atas usaha yang

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan adalah alat ukur yang paling sering igunakan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana serta menawarkan surat berharga dengan cara listing

BAB I PENDAHULUAN. tetapi perusahaan juga memiliki tujuan utama yaitu meningkatkan. kekayaan pemegang saham. Melihat bahwa kekayaan pemegang saham

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. Pendahuluan. optimal dalam industri perbankan nasional. Paska terbitnya Undang-Undang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Pengklasifikasian Utang. Utang Menurut Djarwanto (2004) merupakan kewajiban perusahaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan pasar tempat bertemunya pihak yang membutuhkan dana

BAB I PENDAHULUAN. 1.6 Latar Belakang Masalah. Investasi merupakan kegiatan yang sangat dianjurkan, karena dengan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan masyarakat, tempat untuk meminjam, menukar, memindahkan dan menerima uang serta menerima segala macam bentuk pembayaran masyarakat. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, dimana setiap aktivitas bank berkaitan dalam bidang keuangan sehingga bank juga tidak terlepas dari masalah keuangan. Ada dua aktivitas utama yang dilakukan oleh bank yaitu menghimpun dana dari masyarakat luas yang disebut sebagai aktivitas funding, dan aktivitas menyalurkan dana dalam bentuk pinjaman atau kredit (lending). 11

2.2 Likuiditas 2.2.1 Pengertian Likuiditas Menurut Joseph E. Burns dalam Siamat (2005 : 336) likuiditas berkaitan dengan kemampuan suatu bank untuk menghimpun sejumlah dana tertentu dengan biaya tertentu dan dalam jangka waktu tertentu. Menurut Sastradipoera (2004 : 247), Likuiditas merupakan kemampuan sebuah bank untuk menyediakan alat-alat lancar guna membayar kembali titipan yang jatuh tempo dan memberikan pinjaman kepada nasabah yang membutuhkannya. Dapat disimpulkan bahwa likuiditas merupakan kemampuan bank dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo. Ketidakmampuan perusahaan dalam membayar kewajibannya terutama hutang jangka pendek (yang sudah jatuh tempo) akan mengakibatkan krisis kepercayaan dari berbagai pihak yang terlibat dalam kegiatan bisnis dan bank akan mengalami risiko likuidasi. Menurut Kasmir (2008:129) ketidakmampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: 1. Bank memang sedang tidak memiliki dana sama sekali. 2. Bank memiliki dana, namun saat jatuh tempo perusahaan tidak memiliki dana (tidak cukup) secara tunai. 12

Kedua situasi tersebut merupakan akibat dari kelalaian manajemen perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasi. Fungsi utama likuiditas adalah jaminan bahwa uang yang disimpan atau dipinjamkan kepada bank dapat dibayar kembali oleh bank tersebut pada saat jatuh tempo. Bank akan dianggap likuid apabila: 1. Memiliki sejumlah likuiditas / memegang alat-alat likuid, cash assets (uang kas, rekening pada bank sentral dan bank lainnya) sama dengan jumlah kebutuhan likuiditas yang diperkirakan. 2. Memiliki likuiditas kurang dari kebutuhan, tetapi bank memiliki surat-surat berharga yang segera dapat dialihkan menjadi kas, tanpa mengalami kerugian baik sebelum / sesudah jatuh tempo. 3. Memiliki kemampuan untuk memperoleh likuiditas dengan cara menciptakan uang, misalnya penggunaan fasilitas diskonto, call money, penjualan surat berharga dengan repurchase agreement (repo). Menurut Ali (2004:327) suatu bank dinilai telah memiliki tingkat likuiditas yang cukup apabila bank tersebut setiap saat dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang segera (current liabilities) terhadap pihak ketiga atau pihak-pihak lain di luar bank. Siamat (2005:340-343) mengemukakan bahwa teori manajemen likuiditas pada dasarnya adalah teori yang berkaitan dengan bagaimana mengelola dana dan sumber-sumber dana bank agar 13

dapat memelihara posisi likuiditas dan memenuhi segala kebutuhan dalam kegiatan operasional bank sehari-hari. 2.2.2 Rasio Likuiditas Menurut Kasmir (2008:130) likuiditas bank dapat diukur dengan rasio likuiditas dikenal juga sebagai rasio modal kerja yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu bank. a. Rasio Cepat/ Quick Ratio (QR) Quick ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajibannya terhadap para deposan (pemilik simpanan giro, tabungan dan deposito) dengan harta yang paling likuid yang dimiliki oleh bank. Quick ratio dapat dirumuskan: Quick Ratio = Liquid Assets Total Deposits x 100% Dalam mengukur likuiditas yang terpenting bukan besar kecilnya perbedaan antara aktiva lancar dengan hutang lancar melainkan harus dilihat pada hubungannya atau perbandingannya yang mencerminkan kemampuan mengembalikan hutang. Quick ratio yang tinggi baik bagi sudut pandang kreditor, tetapi dari sudut pandang pemegang saham hal ini kurang menguntungkan karena aktiva lancar tidak didayagunakan dengan efektif. Sebaliknya quick ratio 14

yang rendah menunjukkan bahwa manajemen telah mengoperasikan aktiva lancar secara efektif. b. Rasio Kas/ Cash Ratio (CR) Cash ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam melunasi kewajiban yang harus segera dibayar dengan harta likuid yang dimiliki bank tersebut. Cash ratio dapat dirumuskan: Liquid Assets Cash Ratio = Short Term Borrowing x 100% Para kreditor lebih menyenangi rasio likuiditas yang tinggi, semakin tinggi rasio likuiditas semakin besar pula kemampuan bank melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendek dalam keadaan likuidasi. Kemampuan membayar tersebut akan memberikan jaminan bagi pihak deposan/ kreditor untuk memberikan pinjaman selanjutnya. 2.3 Solvabilitas 2.3.1 Pengertian Solvabilitas Solvabilitas merupakan kemampuan membayar hutang jangka panjang baik hutang pokok dan bunganya. Menurut Kasmir (2008:151) solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar seluruh kewajibannya, baik jangka 15

pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. Kemampuan untuk membayar hutang jangka panjang bergantung pada kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba karena cicilan hutang pokok maupun bunga pada umumnya dibayar dalam bentuk kas, dan besarnya kas sangat ditentukan dengan besarnya laba berupa kas yang diperoleh perusahaan. Suatu perusahaan dikatakan solvabel bila perusahaan tersebut memiliki modal atau aktiva yang cukup untuk melunasi hutangnya. Sebaliknya perusahaan yang tidak solvabel (insolvabel) berarti perusahaan tersebut tidak memiliki modal atau aktiva yang cukup untuk melunasi hutangnya, sehingga perusahaan tersebut akan mengalami kesulitan keuangan baik untuk melunasi hutangnya tersebut ataupun untuk mencari modal tambahan. Keadaan ini akan menghambat kegiatan operasi perusahaan dan berdampak pada kinerja keuangan perusahaan. Tingkat penggunaan hutang sebagai sumber pembiayaan memiliki beberapa implikasi: 1. Jika bank memperoleh penghasilan melebihi dana yang dipinjamnya dibandingkan dengan bunga yang harus dibayar, maka pengembalian kepada pemilik akan lebih besar. 2. Adanya peningkatan dana pinjaman, pemilik dapat tetap mempertahankan kendali atas perusahaan. 3. Pihak kreditor mengharapkan adanya dana yang disediakan pemilik sebagai marjin keamanan. Jika dana yang disediakan 16

pemilik kecil, maka risiko bisnis akan lebih banyak ditanggung oleh kreditor. Umumnya bank yang memiliki rasio solvabilitas tinggi juga akan memiliki risiko kerugian yang tinggi pula, namun diimbangi dengan kemungkinan adanya peluang untuk memperoleh laba yang lebih besar. Sebaliknya, bank yang memiliki rasio solvabilitas rendah tidak berisiko tinggi, dan akan mempunyai risiko kerugian dan memperoleh laba yang kecil. Bank diharapkan mampu menetapkan keseimbangan antara tingkat pengembalian dengan tingkat risiko, agar para investor tidak enggan melakukan investasi. Solvabilitas selalu berkaitan dengan struktur modal. Menurut Bringham dan Houston (2006:5) kebijakan struktur modal melibatkan perimbangan (trade-off) antara risiko dan tingkat pengembalian. 2.3.2 Sumber-sumber Penawaran Modal Bank Sumber-sumber penawaran dana bank dapat dibagi menjadi dua yaitu: a. Sumber Internal (internal Source) Modal internal adalah modal atau dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan, seperti: 1. Laba ditahan Laba ditahan merupakan laba yang dimasukkan dalam dana cadangan atau ditahan, besarnya tergantung pada 17

kebijakan deviden dan laba yang diperoleh selama periode tertentu. 2. Depresiasi Depresiasi adalah pengurangan nilai ekonomis aktiva tetap yang disebabkan oleh penggunaan aktiva tersebut oleh perusahaan selama masa manfaat. Depresiasi bisa menjadi salah satu sumber dana bagi perusahaan yang akan digunakan untuk penggantian pada saat aktiva tersebut tidak mempunyai manfaat teknis lagi. 3. Setoran modal dari pemegang saham Bank akan mendapatkan setoran modal dari pemegang saham bila bank menerbitkan saham dan menawarkannya kepada pemegang saham lama atau kepada pemegang saham yang baru. 4. Cadangan-cadangan bank Merupakan cadangan-cadangan laba pada tahun buku sebelumnya yang tidak dibagi kepada para pemegang saham, cadangan ini sengaja disediakan untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk dari laba tahun mendatang. b. Sumber Eksternal (external source), adalah sumber modal yang berasal dari para kreditor dan pemilik, peserta atau pengambil bagian di dalam perusahaan. Pada bank, sumber eksternal dibagi menjadi: 18

1. Dana yang berasal dari masyarakat luas Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai kegiatannya dari sumber dana ini. Adapun sumber dana dari masyarakat luas dapat dilakukan dalam bentuk: a) Simpanan giro b) Simpanan tabungan c) Simpanan deposito 2. Dana yang bersumber dari lembaga lainnya Sumber dana ini merupakan tambahan jika bank mengalami kesulitan dalam pencarian dana dari kedua sumber diatas, perolehan dana ini dapat diperoleh dari: a) Kredit likuidasi dari Bank Indonesia Merupakan kredit yang diberikan oleh Bank Indonesia kepada bank-bank yang mengalami kesulitan likuidasinya. b) Pinjaman antarbank (call money) Pinjaman ini diberikan kepada bank-bank yang mengalami kalah kliring pada lembaga kliring. c) Pinjaman dari bank-bank luar negeri Merupakan pinjaman yang diperoleh perbankan dari pihak bank luar negeri. 19

d) Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) Pihak bank akan menerbitkan SBPU kemudian diperjualbelikan kepada pihak yang berminat. 2.3.3 Rasio Solvabilitas Solvabilitas bank dapat diukur dengan rasio solvabilitas. Rasio ini menunjukkan sejauh mana bank dibiayai oleh hutang (dana pihak luar). Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan perusahaan sehingga memperbesar risiko yang ditanggung bank. Menurut Kasmir (2008:156) rasio solvabilitas dapat menggunakan dua ukuran, yaitu rasio hutang terhadap total aktiva (debt ratio/dr) dan rasio hutang terhadap total ekuitas (debt to equity ratio/der). a. Rasio hutang terhadap total aktiva/ debt ratio (DR) Debt ratio merupakan rasio hutang yang melihat keseluruhan total hutang baik jangka panjang maupun jangka pendek yang disediakan kreditor dibandingkan dengan total aktiva. Rasio ini digunakan untuk melihat seberapa besar jumlah aktiva yang digunakan untuk menjamin besarnya hutang sehingga debt ratio atau debt to asset ratio (DR) dapat dirumuskan: Debt to asset ratio (DR) = Total Debt Total Assets x 100% b. Rasio hutang terhadap total ekuitas/ debt to equity ratio (DER) 20

Rasio ini digunakan dengan cara membandingkan seluruh hutang yaitu hutang jangka panjang dan hutang jangka pendek dengan seluruh ekuitas yang dimiliki oleh bank. Debt to equity ratio menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban dalam membayar hutangnya dengan jaminan modal sendiri. Debt to equity ratio dapat dirumuskan: Total Debt Debt to equity ratio (DER) = x 100% Total Equity Para kreditur lebih menyenangi rasio hutang yang rendah, karena semakin rendah rasio hutang semakin besar pula perlindungan yang diperoleh oleh para kreditur dalam keadaan likuidasi. Sebaliknya pemilik perusahaan lebih menyukai rasio yang tinggi dengan pertimbangan rasio yang tinggi dapat memperbesar tingkat keuntungan atau mungkin untuk menghindari penjualan saham karena penjualan saham akan menyebabkan berkurangnya kendali atas perusahaan. 2.4 Profitabilitas 2.4.1 Pengertian Profitabilitas Keuntungan merupakan tanda tercapainya keberhasilan suatu perusahaan, namun keberhasilan tersebut perlu ditelaah lebih jauh apakah keuntungan yang diperoleh sudah menggunakan sumbersumber daya secara efektif dan efisien karena laba yang besar jumlahnya belum tentu merupakan ukuran bahwa perusahaan 21

tersebut telah bekerja secara efisien. Untuk mengetahuinya perlu dilakukan pengukuran lebih lanjut tehadap berbagai komponen keuangan perusahaan, salah satu tolak ukur yang sering digunakan adalah rasio profitabilitas. Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba. Menurut Darsono (2005:36) profitabilitas adalah benih dari sejumlah kebijakan dan keputusan perusahaan. Beberapa pengukuran terhadap profitabilitas perusahaan dimana masing-masing pengukuran dihubungkan dengan besarnya pendapatan. Dari profitabilitas perusahaan dapat diketahui tingkat efektivitas manajemen dan ditunjukkan oleh besarnya laba yang dihasilkan dari kegiatan operasional perusahaan maupun investasi pada aktiva produktif. 2.4.2 Rasio Pengukuran Profitabilitas Dalam dunia perbankan, rasio rentabilitas sering disebut profitabilitas usaha. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dapat diukur dengan menggunakan rasio profitabilitas. Menurut Kasmir (2008:234) rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Adapun rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah earning per share. 22

Menurut Bringham dan Houston (2006 : 613) yang dialihbahasakan oleh Tim Penerjemah Erlangga bahwa Earning per share dihitung dengan membagi laba bersih setelah dikurangi pajak dengan jumlah saham biasa yang beredar. EPS bertujuan mengukur besarnya kemampuan perusahaan dalam mendistribusikan pendapatannya kepada pemegang saham. Dengan demikian, EPS merupakan besaran pendapatan yang diterima oleh para pemegang saham dari setiap lembar saham biasa yang beredar dalam periode waktu tertentu. Laba per lembar saham akan sangat diperhatikan oleh peserta saham, karena besarnya laba per lembar saham dari suatu bank merupakan cerminan dari nilai bank tersebut. Berikut adalah rumus earning per share: NIAT Devidend Preferred Stock Earning Per Share = x 100% Number of share outstanding Rasio ini menggambarkan besarnya pengembalian modal untuk setiap satu lembar saham. Semakin tinggi nilai EPS berarti semakin besar laba yang disediakan bagi pemegang saham, artinya EPS merupakan ukuran tingkat kesejahteraan para pemegang saham. Oleh karena itu, para investor lebih memilih untuk berinvestasi pada perusahaan yang menawarkan saham dengan nilai EPS yang tinggi. Earnings per share yang rendah cenderung membuat harga saham turun. Nilai laba per saham bank akan meningkat apabila persentase 23

kenaikan laba bersihnya lebih besar daripada persentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar. 2.5 Tinjauan Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu No Peneliti (tahun) Judul Variabel Penelitian Analisis Hasil Penelitian 1. T.Putri Analisis Variabel dependen: Analisis Variabel M.Sibarani Pengaruh Debt earning per share regresi independen (2009) to Total Asset Ratio dan Debt to Equity Ratio Terhadap Earning Per Share Pada (EPS) Independen: debt to total asset ratio (DR) dan debt to equity ratio (DER) linier berganda memiliki pengaruh positif terhadap variabel dependen Perusahaan Sektor Properti dan Sektor Manfaktur yang Go Public di BEI 2. Jaka Pengaruh Variabel Analisis Variabel Hermawan Rentabilitas dan dependen: loan to regresi independen (2009) Solvabilitas Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan deposit ratio (LDR) Independen: return to asset linier berganda memiliki pengaruh terhadap variabel 24

Perbankan yang Go Public (ROA), return on equity (ROE), operating expense to operating income (OEOI), Capital adequancy ratio (CAR) 3. Hilda Analisis Variabel Anggarini Hubungan dependen: ROI (2009) Rasio Likuiditas Independen: CR, dan Leverage QR, DR, DER Terhadap Rasio Profitabilitas Pada PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Tanjung Morawa Sumber: Diolah dari berbagai sumber, 2013 Analisis regresi linier berganda dependen Variabel independen memiliki pengaruh terhadap variabel dependen Berikut ini adalah uraian dari tabel tinjauan terdahulu yang diuraikan sebagai berikut: T.Putri M.Sibarani (2009) meneliti tentang debt to asset ratio (DR) dan debt to equity ratio terhadap earning per share (EPS) pada perusahaan sektor properti dan sektor manufaktur. Penelitian dilakukan selama tahun 2004 hingga 2007. Penelitian ini 25

menghasilkan kesimpulan bahwa DR dan DER berpengaruh positif dan signifikan terhadap EPS. Nizwar Irawan (2012) meneliti tentang pengaruh rasio likuiditas terhadp profitabilitas pada perusahaan perbankan syari ah. Penelitian ini dilakukan selama tahun 2007 2009. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa rasio likuiditas memiliki pengaruh terhadap provitabilitas. Hilda Anggarini (2009) meneliti tentang hubungan rasio likuiditas dan leverage terhadap rasio profitabilitas pada PT. Perkebunan Nusantara II. Penelitian ini dilakukan selama 2004 2008. Penelitian ini menggunakan variabel dependen Return on Investment. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa CR dan QR memiliki hubungan signifikan terhadap ROI sedangkan DR dan DER tidak memiliki hubungan yang signifikan. 2.6 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 2.6.1 Kerangka Konseptual Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independennya adalah rasio keuangan yang terdiri dari total aktiva terhadap total deposit (quick ratio-qr), total aktiva terhadap total kewajiban segera (cash ratio-cr), total hutang terhadap total aktiva (debt ratio-dr), dan total hutang terhadap total ekuitas (debt to equity ratio-der). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah earning per share (EPS) yang digunakan dalam menghitung profitabilitas. Berdasarkan 26

latar belakang masalah, tinjauan pustaka dan tinjaun penelitian terdahulu, maka dirumuskan kerangka konseptual penelitian pada gambar berikut. Variabel Independen Likuiditas Quick Ratio (QR) (X1) Cash Ratio (CR) (X2) Solvabilitas Debt To Asset Ratio (DR) (X3) H1 H2 H3 Variabel Dependen Profitabilitas Earning Per Share (EPS) (Y) Debt To Equity Ratio (DER) (X4) H4 H5 Sumber Data: Penulis, 2013 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.6.2 Hipotesis Penelitian Menurut Erlina (2008:49) hipotesis adalah preposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris. Preposisi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan fenomena-fenomena. Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual, maka hipotesis dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 27

H1 : Quick ratio (QR) berpengaruh secara parsial terhadap earning per share (EPS). H2 : Cash ratio (CR) berpengaruh secara parsial terhadap earning per share (EPS). H3 : Debt to asset ratio (DR) berpengaruh secara parsial terhadap earning per share (EPS). H4 : Debt to equity ratio (DER) berpengaruh secara parsial terhadap earning per share (EPS). H5 : Quick ratio (QR), cash ratio (CR), debt to asset ratio (DR), dan debt to equity ratio (DER) berpengaruh secara simultan terhadap earning per share (EPS). 28