BAB VII CATATAN REFLEKSI PENDAMPINGAN. yang melatarbelakanginya. Dari persoalan ekonomi, pendidikan, agama, budaya,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mulia dibanding makhluk lainnya. Manusia memiliki fitrah untuk saling

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERNIKAHAN SIRRI SEORANG ISTRI YANG MASIH DALAM PROSES PERCERAIAN

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dipilih manusia dengan tujuan agar dapat merasakan ketentraman dan

ANTARA PRIA DAN WANITA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG TRADISI MELARANG ISTRI MENJUAL MAHAR DI DESA PARSEH KECAMATAN SOCAH KABUPATEN BANGKALAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. yang positif dalam mewujudkan tujuan pernikahan. Allah SWT. Berfirman

MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki

BAB IV. A. Analisis Tentang Deskripsi Pasangan Kawin Sirri Di Desa Blimbing. Pernikahan secara sirri di Desa Blimbing Kecamatan Mojo

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Q.S.Adz-Dzariyat: 49).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri. 1 Pernikahan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

BAB I PENDAHULUAN. untuk itu. Perkawinan merupakan faktor untuk membina kerja sama antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. suci atau jalinan ikatan yang hakiki antara pasangan suami istri. Hanya melalui

Lingkungan Mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah Swt. menciptakan manusia di bumi ini dengan dua jenis yang

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera

BAB II. Persetujuan Pasangan Suami Istri Dalam Menentukan Jodoh

BAB I PENDAHULUAN. Qur an, Jakarta:1992, hlm Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahannya, Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-

BAB I PENDAHULUAN. ajaran Islam sangat mementingkan pemeliharaan terhadap lima hal, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemaknaan Keharmonisan Pernikahan Pemuda Dewasa Dini. berbunyi sebagaimana berikut :

BAB IV. Setelah mempelajari putusan Pengadilan Agama Sidoarjo No. 2355/Pdt.G/2011/PA.Sda tentang izin poligami, penulis dapat

yang dapat membuahi, didalam istilah kedokteran disebut Menarche (haid yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG IZIN POLIGAMI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Nikah Sirri Menurut UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Wahyu Widodo*

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sarana untuk bergaul dan hidup bersama adalah keluarga. Bermula dari keluarga

MAKALAH ISLAM. Urgensi Perjanjian Suci Dalam Perkawinan

BAB IV ANALISIS YURUDIS TERHADAP KEBIJAKAN KEPALA DESA YANG MENAMBAH USIA NIKAH BAGI CALON SUAMI ISTRI YANG BELUM

AYAT-AYAT AL-QUR AN Tentang ASAL-USUL MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan tersebut didasarkan pada Pasal 28 UUD 1945, beserta

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGALIHAN NAMA ATAS HARTA WARIS SEBAB AHLI WARIS TIDAK PUNYA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perkawinan sebagaimana yang diisyaratkan oleh Al-Quran dan

Tanya Jawab Edisi 3: Warisan Anak Perempuan: Syari'at "Satu Banding Satu"?

BAB II TEORI DAN KONSEP PEMBERDAYAAN. kuasa. Masyarakat yang berdaya berarti masyarakat memiliki power atau kuasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari siklus kehidupan manusia adalah terbentuknya pasangan baru (new couple), di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan terhadap sesama manusia, sumber maupun alasannya

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

IZIN POLIGAMI AKIBAT TERJADI PERZINAAN SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DI PENGADILAN AGAMA YOGYAKARTA

Mushaf al-azhar, Al-Qur an dan Terjemahan, Bandung: Penebit Hilal, 2010, hal. 354

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian dalam Islam menjadi hal yang harus dipatuhi, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dan diabadikan dalam Islam untuk selama-lamanya. Pernikahan secara terminologi adalah sebagaimana yang dikemukakan

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing

BAB IV MAKNA IDEAL AYAT DAN KONTEKSTUALISASINYA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH. A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia yang normal.

Oleh : TIM DOSEN SPAI

BAB VI PENUTUP. 1. Kesimpulan

BAB IV ANALISIS MAṢLAḤAH TENTANG POLIGAMI TANPA MEMINTA PERSETUJUAN DARI ISTRI PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ini menjadi sangat penting setelah selama ribuan tahun perempuan berada. ideologi yang mendunia dan dianggap kodrat Tuhan.

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan dan tradisinya masing-masing. Syari at Islam tidak

BAB VI PENUTUP. Setelah melihat data tentang relasi jender pada tafsir al-sya`râwî, dan

SOAL SEMESTER GANJIL ( 3.8 )

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dalam Islam merupakan perintah bagi kaum muslimin. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang sempurna. Pernikahan adalah suatu cara yang dipilih Allah SWT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN YURIDIS TERHADAP KAWIN SETOR KECAMATAN OMBEN KABUPATEN SAMPANG

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN RIFFAT HASSAN DAN MANSOUR FAKIH TENTANG KESETARAAN JENDER DALAM ISLAM: SEBUAH PERBANDINGAN

BAB IV ANALISIS PERAN MEDIASI PERKARA SYIQAQ DI BP4 KOTA SEMARANG PASCA MUNAS KE XIV TAHUN 2009

POLIGAMI DALAM PERPEKTIF HUKUM ISLAM DALAM KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG PERKAWINAN Oleh: Nur Hayati ABSTRAK

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN MUT AH DALAM PUTUSAN MA RI NO. REG. 441 K/ AG/ 1996

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

Bab 26 Mengadakan Perjalanan Tentang Masalah Yang Terjadi dan Mengajarkan kepada Keluarganya

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan sangat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan kehidupan manusia dalam rangka menuju hidup sejahtera.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

MENTELU DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN LAMONGAN

PENGAJIAN PENCERAH LAZISMU & MAJELIS TABLIGH PDM SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KEWAJIBAN SUAMI KEPADA ISTRI DALAM KELUARGA JAMAAH TABLIGH

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perempuan pastilah yang terbaik untuk mendampingi lelaki, sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Aunur Rohim Faqih, Bimbingan Konseling dalam Islam, UII Pres, Yogyakarta, 2001, hlm. 70 2

BAB IV. ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN PERJANJIAN PRANIKAH PASCA PERKAWINAN (Studi Kasus di Desa Mojopilang Kabupaten Mojokerto)

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dalam Islam merupakan anjuran bagi kaum muslimin. Dalam undang

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

BAB I PENDAHULUAN. wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada kodratnya adalah sebagai makhluk sosial (zoon politicon)

BAB I PENDAHULUAN. poligami dalam bentuknya yang beragam telah ada dalam tahap-tahap awal dari

BAB I PENDAHULUAN. hati. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-Qur an 1

TINJAUAN TEORITIS ASAS MONOGAMI TIDAK MUTLAK DALAM PERKAWINAN. Dahlan Hasyim *

DILEMATIKA PERIJINAN POLIGAMI. Oleh: Ahsan Dawi Mansur. Diskursus tentang poligami selalu menjadi kajian aktual.

BAB I PENDAHULUAN. manusia, tanpa menghilangkan kebutuhannya. 1. dengan ikatan hukum Islam, dengan memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

KONSEP ANAK DALAM ISLAM

BAB III PERKAWINAN SIRI DI INDONESIA. A. Upaya Pemerintah Dalam Menangani Maraknya Perkawinan Siri

BAB IV ANALISA TENTANG TINJAUN HUKUM ISLAM TERHADAP KAWIN DI BAWAH UMUR. A. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kawin di Bawah Umur

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Syariah Fakultas Syariah Program Studi Ahwal Al-Syakhshiyah (AS) OLEH:

BAB VII REFLEKSI TEORITIS A. ANALISIS TEORI PRESPEKTIF TEORI PEMBERDAYAAN. menggunakan teori pemberdayaan. Dalam konsep pemberdayaan, manusia adalah

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Terhadap Prosedur Pengajuan Izin Poligami Di Pengadilan Agama

Transkripsi:

BAB VII CATATAN REFLEKSI PENDAMPINGAN A. Nikah Sirri: Problem yang Kompleks Praktik nikah sirri di Indonesia tidak terlepas dari rantai permasalahan yang melatarbelakanginya. Dari persoalan ekonomi, pendidikan, agama, budaya, hukum hingga persolan teknis, seperti administrasi dan lain sebagainya. 98 Perempuan di Desa Kalisat rata-rata banyak yang melakukan praktek nikah sirri dikarenakan ada beberapa faktor, antara lain faktor perekonomian, pendidikan, pemahaman agama yang dangkal, sosial budaya, dan birokrasi. Faktor-faktor tersebut yang menjadikan perempuan di Desa Kalisat melakukan praktek nikah sirri dan pihak keluargalah yang berperan penting dalam proses terlaksananya praktik nikah sirri. Tujuan keluarga khususnya orang tua menikahkan anak perempuannya melakukan praktik nikah sirri untuk meningkatkan perekonomian keluarga yang rendah. Peningkatan perekonomian tersebut dikarenakan setiap seminggu sekali pihak laki-laki memberikan uang untuk perempuan yang dinikahi sirri. Selain itu mahar yang diterima oleh pihak perempuan tergantung pada jumlah yang ditetapkan oleh keluarga perempuan. Sehingga orang tua bisa mendapatkan pemasukan tambahan dari hasil praktik nikah sirri tersebut. 98 Masnun Tahir, Meredam Kemelut Kontroversi Nikah Sirri (Perspektif Maslahah), Jurnal Al- Mawarid, vol XI, No.2, September-Januari 2011 (Mataram: IAIN Mataram Press), h. 258, (http://www.journal.uii.ac.idindex.php.pdf, diakses tanggal 11 April 2015). 163

164 Anak perempuan itu ibarat komoditi yang bisa ditukar apabila komoditi tersebut memiliki nilai guna atau manfaat. 99 Dalam hal ini orang tua bisa menikahkan anak perempuannya ketika anak tersebut sudah memiliki nilai lebih seperti kematangan dalam berfikir, kemampuan dalam mengatur rumah tangga dan lain-lain. Akan tetapi dalam proses nikah sirri rata-rata orang tua menikahkan anak perempuannya yang belum memiliki nilai lebih tersebut. Sehingga anak perempuanlah yang menanggung semua dampak dari praktik nikah sirri tersebut. Perempuan korban nikah sirri lebih banyak mengurus anaknya dari pagi sampai malam.dari mengantarkan sekolah, menjemput sekolah sampai belajar bersama anak karena perempuan korban nikah sirri rata-rata hanya tinggal bersama anak dari perkawinan sirri tanpa harus mengurus suaminya. Suami sirrinya lebih banyak tinggal dirumah istri dari perkawinan yang sah dari pada tinggal dirumah istri dari perkawinan sirri. Karena rata-rata perempuan korban nikah sirri hanya dijadikan sebagai istri kedua. Maka dari adanya faktor-faktor tersebut pendamping terdorong untuk melakukan suatu perubahan pola pikir terhadap perempuan korban nikah sirri sehingga perempuan korban nikah sirri menyadari akan begitu besarnya dampak praktik nikah sirri yang ditanggung oleh dirinya dan hal yang dialaminya jangan sampai menurun kepada anak dan cucunya. 99 Coen Husain Pontoh, Komoditi sebagai Hubungan Sosial, Kajian capital, LBR edisi IV/2012, (http://indroprogress.com/2012/11/komoditi sebagai hubungan sosial). Diakses pada tanggal 21 Agustus 2015.

165 B. Merubah Pola Pikir Membebaskan dari Belenggu Nikah Sirri Pendidikan dan pemahaman agama yang dangkal juga termasuk pemicu terjadinya praktik nikah sirri seperti pemahaman agama yang masih menganut apa kata kyai. Sehingga masyarakat banyak yang patuh dengan perkataan kyai. Oleh karena itu pendamping bersama local leader melakukan diskusi untuk sebuah perubahan pola pikir/kesadaran. Pola pikir tersebut dilakukan dengan aksi pendidikan andragogi, experiential learning dan kesadaran kritis. Diskusi tersebut bertujuan supaya perempuan menyadari tentang dampak dari melakukan praktik nikah sirri. Melihat permasalahan yang ada di Desa Kalisat, pendamping bersama local leader melakukan aksi untuk perubahan bagi masyarakat di Desa Kalisat khusunya perempuan korban nikah sirri. Perubahan tersebut dengan memberikan kegiatan berbasis pendidikan andragogi, experiential learning, dan kesadaran kritis. Pendidikan orang dewasa atau lebih dikenal dengan pendekatan andragogi merupakan pendekatan yang menempatkan peserta belajar sebagai orang dewasa. Pada metode pendidikan orang dewasa dikenal satu model daur belajar yang menggunakan prinsip pendekatan partisipatif. Yakni menggunakan pengalaman dan pengetahuan partisipan itu sendiri untuk diproses dalam mendorong

166 transformasi pemahaman baru yang akan membawa hasil perubahan pengetahuan dan sikap dari partisipan itu sendiri. 100 Pendampingan yang telah dilakukan mengakibatkan perubahan pola pikir orang tua tentang dampak nikah sirri terhadap anaknya. Walaupun perubahan tersebut tidak terlalumenyeluruh kepada semua masyarakat, tetapi awal dari perubahan tersebut berasal dari masyarakat itu sendiri. Kegiatan tersebut melibatkan pendamping, local leader dan beberapa perempuan korban nikah sirri. Kegiatan tersebut berupa proses saling bercerita antara perempuan satu dengan perempuan yang lainnya tentang praktik nikah sirri yang pernah dialaminya. Keterbukaan perempuan korban nikah sirri tersebut merupakan salah satu awal untuk menuju perubahan pola pikir perempuan korban nikah siri. Partisipasi perempuan yang sudah melakukan nikah sirri merupakan bukti akan keinginan perubahan yang didapat oleh perempuan. Selain perubahan dari sektor keluarga, juga perubahan pola pikir dari perempuan tersebut. Pola pikir kritis yang didapat oleh para perempuan dapat meningkatkan kesejahteraan perempuan khususnya untuk kebaikan hidup anak-anak mereka. Dengan partisipasi perempuan yang sangat aktif, kegiatan perubahan pola pikir dapat berjalan dengan lancar. Kegiatan tersebut dihadiri oleh 2 local leader, pendamping dan 5 perempuan korban nikah sirri. Dalam kegiatan tersebut perempuan berharap praktik nikah sirri dapat berkurang di Desa Kalisat. 100 Mansour Fakih, dkk. Pendidikan Populer (Membangun Kesadaran Kritis) (Yogyakarta: Read Books, 2000), h. 50.

167 Adapun tujuan kegiatan andragogi, experiential learning dan kesadaran kritis untuk menyadarkan perempuan korban nikah sirri tentang dampak melakukan praktik nikah sirri. Supaya kejadian yang pernah dialami oleh para perempuan jangan sampai terjadi kepada anak-anaknya kelak. Maka dari itu dengan adanya kegiatan tersebut para perempuan mulai menyadari bahwa praktik nikah sirri yang selama ini mereka lakukan dapat berdampak pada kehidupan anak-anak mereka. Munculnya kesadaran kritis dari perempuan korban nikah sirri tersebut menjadikan perempuan mulai menyadari bahwa praktik nikah sirri dapat merugikan dirinya dan anaknya. Kesadaran tersebut diperkuat dengan adanya komitmen dari perempuan untuk melindungi anak-anak mereka dari praktik nikah sirri. Menyadarkan perempuan korban nikah sirri tentang dampak dari perkawinan sirri agar seorang perempuan mampu menjaga harga dirinya dengan tidak melakukan nikah sirri. Sehingga masa depan dirinya maupun anaknya akan lebih terjamin ketika melakukan pernikahan secara sah sesuai agama dan negara sesuai dengan undang-undang yang diatur oleh negara untuk melindungi perempuan dan anak. C. Pendampingan Perempuan Korban Nikah Sirri sebagai Pola Dakwah Bilhal Proses pendampingan yang dilakukan bersama local leader dan beberapa perempuan korban nikah sirri di Desa Kalisat bersifat partisipasi masyarakat. Partisipasi tersebut dengan melakukan kegiatan yang berbasis pendidikan andragogi, experiential learning, dan kesadaran kritis.

168 Dakwah yang digunakan berupa dakwah bil-hal. Dakwah bil-hal merupakan model dakwah yang sesuai dikembangkan dalam pembangunan atau pengembangan masyarakat, mengingat pengembangan masyarakat menuntut adanya kerja dan karya nyata. 101 Dalam pendampingan ini dakwah yang bisa diangkat adalah tentang tingkah laku dan moral masyarakat terhadap pernikahan. Oleh karena itu pendamping melakukan dakwah bil-hal dengan masyarakat untuk mulai mengenali apa yang terjadi selama ini yang dilakukan oleh perempuan korban nikah sirri. Sehingga pernikahan dapat dilihat dari segala bidang salah satunya dalam segi hukum yang tercantum pada Q.S An-Nisa ayat 21 yang berbunyi: Artinya: bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-isteri. Dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat.( QS. An- Nisa : 21) Firman-Nya: Padahal sebagian kamu telah bergaul luas dengan sebagian yang lainmerupakan salah satu sebab mengapa maskawin yang telah dijanjikan atau diberikan tidak boleh diambil kembali. Ini karena suami istri telah bergaul luas satu sama lain. Dari segi tinjauan hukum, larangan mengambil maskawin itu, disebabkan karena dengan pernikahan istri telah bersedia menyerahkan dengan rela rahasianya yang terdalam, dengan membolehkan suami untuk melakukan hubungan seks dengannya. Dengan demikian, maskawin yang diserahkan bukan 101 Faizal, Dakwah Bil-Hal Dalam Perspektif Al-Qur an, Jurnal Ilmu Dakwah Dan Pengembangan Komunitas, Vol. VIII No. 2 Juli 2013, h. 3, (http://www. ejurnal.iain radenintan.ac.id, diakses tanggal 10 Juli 2015).

169 menggambarkan harga seorang wanita, atau imbalan kebersamaannya dengan suami sepanjang masa. Kalaupun seandainya maskawin dinilai sebagai harta atau upah, maka ia adalah harga sesaat hubungan seks itu, sehingga begitu saat tersebut berlalu, harga atau upah itu, bukan lagi menjadi milik suami. 102 Sedangkan dalam Q.S Ar-Rum ayat 21 yang berbunyi: Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (Qs. Ar-Rum: 21) Kata ilaiha yang merangkai kata litaskunu mengandung makna cenderung/menuju kepadanya, sehingga penggalan ayat diatas bermakna Allah menjadikan pasangan suami istri masing-masing merasakan ketenangan disamping pasangannya serta cenderung kepadanya. Karena itu, Allah mensyariatkan bagi manusia perkawinan, agar kekacauan pikiran dan gejolak jiwa itu mereda dan masing-masing memperoleh ketenangan. Mawaddah wa rahmah adalah karakter manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Jika binatang melakukan hubungan seksual semata-mata untuk kebutuhan seks itu sendiri juga 102 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur an, Vol. 2 (Jakarta:Lentera Hati, 2002), h. 386-387.

170 dimaksudkan untuk berkembang biak. Sedangkan perkawinan manusia bertujuan untuk mencapai ridha Allah disamping tujuan yang bersifat biologis. 103 Dakwah juga menjelaskan bagaimana menyejahterakan anak-anak yang lemah dari adanya praktik nikah sirri. Sehingga seorang anak hanya bisa merasakan dampak dari perilaku nikah sirri. Seperti yang tercantum dalam Q.S. An-Nisa ayat 9 yang berbunyi: Artinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. Firmannya: Dan hendaklah orang-orang yang memberi aneka nasihat kepada pemilik harta, agar membagikan hartanya kepada orang lain sehingga anak-anaknya terbengkalai, hendaklah mereka membayangkan sehingga mereka akan meninggalkan di belakang mereka, yakni setelah kematian mereka anakanak yang lemah, karena masih kecil atau tidak memiliki harta, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan atau penganiayaan atas merekai, yakni ank-anak yang lemah itu. Karena itu- hendaklah mereka takut kepada Allah, atau keadaan anak-anak mereka di masa depan. 104 103 Ibid, Vol. 11, h. 357. 104 Ibid, Vol. 2, h. 354-356.