BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini, ilmu pengetahuan dan teknologi informasi (iptek) telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Peran ilmu pengetahuan dan teknologi informasi memiliki dampak yang luas terutama pada bidang ekonomi dan bisnis. Sejalan dengan perkembangan iptek, perkembangan ekonomi dan bisnis telah menciptakan persaingan antar perusahaan untuk berusaha meningkatkan kinerja perusahaan dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi agar dapat mencapai tujuan perusahaan yang utama berdasarkan theory of the firm yaitu memaksimalkan kekayaan atau nilai perusahaan. Nilai perusahaan adalah indikasi dari kualitas sebuah perusahaan (Orens et al., 2009), persepsi peran investor terhadap perusahaan (Prapaska, 2012), dan harga yang bersedia dibayar oleh calon investor jika perusahaan dijual (Setiono, 2013). Nilai perusahaan memiliki peran yang penting dalam memproyeksikan kinerja perusahaan sehingga dapat mempengaruhi persepsi investor dan calon investor terhadap suatu perusahaan (Mulianti, 2010). Nilai perusahaan (value of the firm) tercermin dari nilai saham perusahaan yang beredar. Semakin tinggi harga saham, maka nilai perusahaan dan kemakmuran pemegang saham juga akan meningkat. Tobbin s q adalah gambaran statistik yang berfungsi sebagai proksi dari nilai perusahaan dari perspektif investor, Tobbin s Q merupakan nilai pasar dari aset perusahaan dan replacement value of those assets (Sudiyatno, 2010). 1
Menurut Gamayuni (2010), rasio-q merupakan ukuran yang lebih teliti tentang seberapa efektif manajemen memanfaatkan sumber-sumber daya ekonomis dalam kekuasaannya. Inovasi teknologi dan persaingan bisnis pada era globalisasi ini mendorong perusahaan untuk mengubah cara mereka menjalankan bisnisnya. Perusahaan telah mengubah cara mereka menjalankan bisnisnya dari bisnis yang didasarkan pada tenaga kerja (labor-based business) menuju bisnis berdasarkan ilmu pengetahuan (Knowledge based business), sehingga karakteristik utama perusahaan menjadi perusahaan berbasis ilmu pengetahuan (OECD 2001). Seiring dengan perubahan ekonomi yang berkarakteristik ekonomi berbasis ilmu pengetahuan dengan penerapan manajemen pengetahuan (knowledge management), kemakmuran suatu perusahaan akan bergantung pada suatu penciptaan transformasi dan kapitalisasi dari pengetahuan itu sendiri (Sawarjuwono, 2003). Menurut Soraya (2013), pentingnya peran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pengelolaan perusahaan menekankan pada semakin pentingnya peran aset tidak berwujud dalam perusahaan. Perusahaan dituntut untuk melakukan inovasi produk agar mampu bertahan dan berkompetisi seiring dengan berkembangnya isu-isu baru dalam bidang ekonomi dan bisnis (Yuliana, 2012). Kegiatan penelitian dan pengembangan (Research and Development/R&D) merupakan kegiatan yang berperan dalam sebuah inovasi dan memiliki kepentingan komersial dalam kaitannya dengan riset ilmiah murni dan perkembangan aplikatif di bidang teknologi. Dilakukannya kegiatan R&D bertujuan untuk menciptakan suatu produk baru atau 2
mengembangkan produk yang sudah ada agar bisa menarik para konsumen sehingga adanya peningkatan jumlah konsumen dan konsumen menjadi loyal terhadap perusahaan dan nantinya akan berdampak pada peningkatan pendapatan bagi perusahaan. Menurut Sujoko dan Subianto (2007) dalam Yuliana (2012), earning perusahaan yang semakin meningkat menunjukkan prospek perusahaan yang bagus di masa yang akan datang. Prospek bagus tersebut akan direspon positif oleh investor. Respon positif dari investor tersebut akan meningkatkan harga saham untuk selanjutnya akan meningkatkan nilai perusahaan. Menurut Gleason dan Klock (2003), intangible capital yang penting dan terbukti secara statistik berperan dalam meningkatkan nilai perusahaan adalah penelitian dan pengembangan / R&D. Yuliana (2012) menyatakan bahwa variabel DER (Debt To Equity Ratio) dan intensitas R&D berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada sektor perusahaan manufaktur tahun 2008-2009. Setiono (2013) menyatakan bahwa R&D yang dimoderatori oleh variabel karakteristik perusahaan, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, free cash flow, market share, external financial dependence, labor intensity, dan capital intensity secara bersama-sama berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diproksikan dengan Tobin s Q. Gee-jung (2014) menyatakan berdasarkan bukti empiris bahwa investasi pada penelitian dan pengembangan / R&D secara non-linear berpengaruh pada nilai perusahaan berdasarkan ukuran perusahaan, penjualan, debt ratio, dan intensitas R&D pada perusahaan kecil dan menengah di Korea. Setiaji (2011) mengungkapkan rasio intensitas penelitian dan pengembangan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Solikhah (2010) dan Yuniasih 3
mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Setiaji dimana modal intelektual tidak berpengaruh pada nilai pasar perusahaan. Istilah Aset Intelektual, Modal Intelektual, dan Aset Tidak Berwujud sering digunakan secara bergantian karena istilah-istilah tersebut merepresentasikan aset non-fisik yang dapat memberikan manfaat di masa yang akan datang. Pakar ekonomi menggunakan istilah Knowledge Asset, manajer professional menggunakan istilah Modal Intelektual, sedangkan para akuntan menggunakan istilah Aset Tidak Berwujud atau Aset Intelektual (Kavida, 2008). Ketertarikan penelitian tentang aset tidak berwujud dan modal intelektual telah muncul dari banyak negara, baik di negara maju maupun negara berkembang. Contohnya para peneliti tertarik untuk mengkaji nilai yang tidak dilaporkan (invisible value) yang terkandung dalam laporan keuangan sebagai akibat dari meningkatnya selisih antara nilai pasar dan nilai buku perusahaan (Chen et al., 2005). Dalam buku yang ditulis oleh Lev (2001; 9), antara periode 1980-2001 rasio nilai pasar perusahaan Standard and Poors (S&P) 500 dibandingkan dengan nilai bukunya telah mengalami peningkatan dari 1:1 sampai lebih dari 1:5, hal tersebut menunjukkan bahwa 80% dari nilai pasar perusahaan belum tercermin dalam laporan keuangan perusahaan. Keterbatasan laporan keuangan dalam menjelaskan nilai perusahaan menegaskan fakta dimana nilai dari sumber ekonomi tidak hanya berasal dari aset yang berwujud saja, akan tetapi dari penciptaan modal intelektual atau aset tidak berwujud (Chen et al., 2005). Penelitian terkini tentang aset tidak berwujud, seperti ilmu pengetahuan, penelitian dan pengembangan, paten dan merk menjadi komponen terbesar dari 4
nilai perusahaan (Bartholomew, 2008 dalam Soraya, 2013). Di Asia, perkembangan nilai aset tidak berwujud juga memiliki tren positif, sama seperti di Amerika dan Eropa. Salah satu contohnya adalah perkembangan nilai aset tidak berwujud di Malaysia juga menunjukkan tren positif, dimana perkembangan signifikan dimulai pada tahun 2004 (Salamudin, et al., 2010). Di Indonesia, fenomena aset tidak berwujud mulai berkembang setelah munculnya PSAK No. 19, aset tidak berwujud adalah aktiva non-moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak memiliki wujud fisik, serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif. Namun PSAK No. 19 masih dibatasi oleh ruang lingkup yang terbatas dan tidak menjelaskan secara rinci aset tidak berwujud sebagai unexplained value. Aset tidak berwujud telah menjadi aset yang penting dan sangat bernilai dalam dunia bisnis modern dan dapat memberikan manfaat nyata bagi perusahaan. Hal tersebut dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ali et al., (2012) dengan hasil penelitian aset tidak berwujud berpengaruh positif signifikan terhadap nilai pasar perusahaan. Castro dan Benetti (2013) menyatakan bahwa semakin tinggi nilai aset tidak berwujud yang dicatat dalam laporaan keuangan, maka semakin rendah perbedaan antara nilai pasar perusahaan dengan nilai bukunya. Gamayuni (2012) juga menjelaskan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara nilai buku ekuitas dan nilai pasar ekuitas. Hal ini mengindikasikan adanya unexplained value atau nilai aset tidak berwujud yang tidak dilaporkan. Shukor (2008) menyatakan aset tidak berwujud berpengaruh 5
negatif tetapi tidak semua signifikan terhadap penilaian perusahaan. Vergauwen (2007) menyatakan hubungan antara market to book ratio dan modal intelektual menunjukkan hubungan yang negatif. Penelitian tersebut bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ali et al., (2012), Castro dan Benetti (2013), dan Gamayuni (2012). Meskipun aset tidak berwujud telah disajikan dalam laporan keuangan, namun masih ada unexplained value yang tidak disajikan dalam laporan keuangan. Unexplained value tersebut biasanya berasal dari aset tidak berwujud yang dihasilkan secara internal oleh perusahaan yang dibuktikan dengan adanya perbedaan yang signifikan antara nilai pasar perusahaan dibandingkan dengan nilai bukunya. Aset tidak berwujud diyakini oleh para peneliti memiliki peran yang penting dalam meningkatkan nilai perusahaan maupun kinerja keuangan. Pemanfaatan aset tidak berwujud yang efisien oleh perusahaan dapat meningkatkan kinerja keuangan dan juga akan meningkatkan nilai pasarnya. Hubungan antara aset tidak berwujud dengan kinerja keuangan telah dibuktikan secara empiris oleh (Chen et al., 2005) yang ditunjukkan oleh hubungan yang positif antara modal intelektual dengan kinerja keuangan perusahaan (ROA) yang terdaftar di bursa efek Taiwan dan Soetedjo (2014) yang membuktikan bahwa modal intelektual yang diproksikan dengan human capital efficiency, Structural Capital efficiency, dan costumer employed efficiency memiliki pengaruh yang positif terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang diproksikan dengan ROA, baik secara parsial maupun bersama-sama. Hasil penelitian-penelitian tersebut bertolak 6
belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2012) yang menyatakan bahwa modal intelektual tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. Digunakannya variabel pemediasi dalam penelitian ini karena terjadinya inkonsistensi hasil penelitian sebelumnya sehingga diyakini bahwa untuk menjelaskan pengaruh research and development dan aset tidak berwujud lainnya terhadap nilai perusahaan, ada variabel yang dipengaruhi terlebih dahulu oleh research and development dan aset tidak berwujud lainnya sebelum mempengaruhi nilai perusahaan. Untuk menjembatani inkonsistensi hasil penelitian sebelumnya dan mengembangkan model penelitian terdahulu, penelitian ini menggunakan variabel pemediasi return on asset karena return on asset mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari total aset yang dimiliki. Apabila perusahaan mampu memanfaatkan komponen aset tidak berwujud dengan baik, maka kinerja perusahaan akan meningkat dan selanjutnya akan meningkatkan nilai perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Sunarsih dan Mendra (2011) menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan mampu memediasi hubungan antara modal intelektual dan nilai perusahaan. Muliani dkk (2014) menyatakan kinerja keuangan yang diproksikan dengan ROA memiliki pengaruh yang positif terhadap nilai perusahaan yang diproksikan dengan Tobbin s Q. Mendukung penelitian yang dilakukan oleh Muliani dkk (2014), Yuniasih (2007) menyatakan bahwa kinerja keuangan perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai perushaan. Bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Muliani dkk (2014) dan 7
Yuniasih (2007), Rahayu (2010) menyatakan bahwa kinerja perusahaan yang diproksikan dengan ROE berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini mereplikasi penelitian yang dilakukan oleh Soraya (2013) yang berjudul Pengaruh Nilai Aset Tidak Berwujud dan Penelitian dan Pengembangan Terhadap Nilai Pasar Peusahaan. Penelitian ini kembali dilakukan untuk menguji apakah nilai aset tidak berwujud dan intensitas penelitian dan pengembangan (litbang) berpengaruh terhadap nilai perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung melalui variabel pemediasi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Soraya (2013) adalah waktu penelitian, variabel independen, variabel pemediasi, variabel dependen, alat analisis, dan metode penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Soraya (2013) dilakukan antara tahun 2009-2010, sedangkan penelitian ini dilakukan pada tahun 2012-2014. Penelitian ini menggunakan variabel independen intensitas R&D, dan aset tidak berwujud lainnya, menambahkan variabel kinerja perusahaan sebagai variabel pemediasi, dan menggunakan metode pengukuran nilai perusahaan yang berbeda. Soraya (2013) menggunakan nilai pasar perusahaan untuk mengukur nilai perusahaan, sedangkan penelitian ini menggunakan Tobbin s q untuk mengukur nilai perusahaan. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah penelitian yang diajukan adalah Kinerja Keuangan Perusahaan Sebagai Pemediasi Pengaruh Intensitas Research and Development dan Aset Tidak Berwujud Lainnya Pada Nilai Perusahaan. 8
1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang, adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Apakah intensitas R&D berpengaruh pada kinerja perusahaan? 2) Apakah aset tidak berwujud lainnya berpengaruh terhadap kinerja perusahaan? 3) Apakah intensitas R&D berpengaruh terhadap nilai perusahaan? 4) Apakah aset tidak berwujud lainnya berpengaruh terhadap nilai perusahaan? 5) Apakah kinerja perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan? 6) Apakah kinerja perusahaan mampu memediasi pengaruh research and development dan aset tidak berwujud lainnya pada nilai perusahaan? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Untuk mengetahui pengaruh intensitas R&D terhadap kinerja perusahaan. 2) Untuk mengetahui pengaruh aset tidak berwujud lainnya terhadap kinerja perusahaan. 3) Untuk mengetahui pengaruh intensitas R&D terhadap nilai perusahaan. 4) Untuk mengetahui pengaruh aset tidak berwujud lainnya terhadap nilai perusahaan. 9
5) Untuk mengetahui pengaruh kinerja perusahaan terhadap nilai perusahaan 6) Untuk mengetahui mediasi kinerja perusahaan terhadap pengaruh research and development dan aset tidak berwujud lainnya pada nilai perusahaan. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu: 1) Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan informasi serta tambahan rujukan bukti empiris yang baru terkait dengan aset tidak berwujud, penelitian dan pengembangan (litbang) di Indonesia. 2) Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh perusahaan-perusahaan yang go public untuk lebih menekankan pentingnya aset tidak berwujud yang dilaporkan di dalam laporan keuangan dan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan oleh pihak-pihak yang berkepentingan terutama bagi pemerintah dalam membuat standar akuntansi terkait aset tidak berwujud. 10
3) Sistematika Penulisan Skripsi ini terdiri dari lima bab dan setiap bab memiliki hubungan yang saling berkaitan. Deskripsi masing-masing bab akan dijelaskan sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan Bab ini menguraikan mengenai isi skripsi yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II : Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian Bab ini menguraikan teori-teori yang telah diperoleh melalui studi pustaka dari berbagai literatur yang berkaitan dengan masalah penelitian yang ditetapkan untuk selanjutnya digunakan dalam landasan pembahasan dan pemecahan masalah serta berisi tentang rumusan hipotesis penelitian. BAB III : Metode Penelitian Bab ini membahas tentang desain penelitian, lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, uji asumsi klasik, teknik analisis data, dan pengujian hipotesis. BAB IV : Pembahasan Hasil Penelitian Bab ini membahas tentang deskripsi objek penelitian, analisis data, dan interpretasi hasil yang didasarkan pada hasil analisis data. 11
BAB V : Simpulan dan Saran Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian, keterbatasan penelitian, dan saran untuk penelitian selanjutnya. 12