BAB I PENDAHULUAN. lambat cepatnya proses tersebut bergantung pada masing-masing individu.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan dan kerusakan banyak sel-sel syaraf, sehingga lansia seringkali

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI KELURAHAN DALEMAN TULUNG KLATEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. berstruktur lanjut usia karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jaringan lunak secara perlahan-lahan untuk memperbaiki diri maupun

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR JENIS KELAMIN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI DESA LUWANG, GATAK, SUKOHARJO SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jumlah penduduk lansia di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Salah satu gangguan psikologis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari siklus kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa dihindari. Lanjut usia (lansia) menurut Undang-Undang Republik

SRAGEN SKRIPSI JURUSAN FAKULTAS. Disusun oleh: J

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN MEKANISME KOPING PADA LANSIA DI DESA POLENG GESI SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy). Dilihat dari masa

BAB I PENDAHULUAN. tercatat paling pesat di dunia dalam kurun waktu Pada tahun 1980

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP LANJUT USIA DI DESA KEMBANG KUNING CEPOGO BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan upaya pemeliharaan kesehatan bagi

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AGAMA DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN di prediksikan jumlah lansia akan mengalami peningkatan sebesar 28,8 juta

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai anak yang normal. Melihat anak anak balita tumbuh dan. akan merasa sedih. Salah satu gangguan pada masa kanak kanak yang

PENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, menurunkan angka kematian, dan meningkatkan usia harapan hidup,

BAB I PENDAHULUAN. global yang harus segera ditangani, karena mengabaikan masalah mata dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia adalah masa dimana seseorang mengalami masa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa. (United Nation, 2002). Populasi lansia di dunia mengalami

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. baik orang dewasa, remaja, bahkan anak anak. Peningkatan konsumsi rokok

BAB I PENDAHULUAN. perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan memberikan dampak peningkatan pada angka Umur Harapan Hidup

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI DESA MANDONG TRUCUK KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. dua miliar pada tahun 2050 (WHO, 2013). perkiraan prevalensi gangguan kecemasan pada lanjut usia, mulai dari 3,2 %

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. diulang kembali. Hal-hal yang terjadi di masa awal perkembangan individu akan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan masyarakat (Darmodjo, 2000) Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara psikologis dan

BAB I PENDAHULUAN. berupa pembengkakan yang disertai nyeri pada bagian-bagian tubuh seperti lutut, jari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan dengan waktu,

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. umur harapan hidup tahun (Nugroho, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses menua adalah suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sosialisasi merupakan suatu proses di dalam kehidupan seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tugas-tugas perkembangannya dengan baik agar dapat tumbuh menjadi individu

BAB I PENDAHULUAN. yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. psikologis, sosial, dan ekonomi Menurut (BKKBN 2006). WHO dan Undang-

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI WILAYAH DESA BUMIHARJO KECAMATAN NGUNTORONADI KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. Lansia yang berhenti bekerja, umumnya menderita post power. syndrome, kehilangan kepercayaan diri karena berkurangnya peran

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan, pekerjaan dan pergaulan (Keliat, 2006). Menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit dan dirawat di rumah sakit khususnya bagi anak-anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 200 juta jiwa pada tahun 2000,

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran bahwa dirinya akan menjadi tua, tidak sehat, dan tidak cantik lagi.

BAB I PENDAHULUAN. lansia. Semua individu mengikuti pola perkemban gan dengan pasti. Setiap masa

SENAM TAI CHI TERHADAP FLEKSIBILITAS PUNGGUNG LANSIA

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

tanda keberhasilan pembangunan di Indonesia. Semakin terjadinya peningkatan usia harapan hidup penduduk, dapat mengakibatkan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. karena itu pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIADI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. yang di sebut dengan proses menua (Hurlock, 1999 dalam Kurniawan,

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah tumor malignan yang berasal dari epitel duktus

BAB V PEMBAHASAN. Telah dilakukan penyebaran kuesioner pada Mahasiswa Muslim Angkatan

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 6 Nomor 1, Februari 2018

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB I PENDAHULUAN. alami yang dialami oleh semua makhluk hidup. Di Indonesia, hal-hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Lanjut usia biasanya mengalami perubahan-perubahan fisik yang wajar,

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan sejak bayi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

BAB 1 PENDAHULUAN. normalnya secara perlahan (Darmojo, 2009). Dalam proses tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan lainnya ( Samuel, 2012). Menurut Friedman, (2008) juga

BAB III METODE PENELITIAN

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WERDHA DAN DI RUMAH BERSAMA KELUARGA

SRI REJEKI J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari

III. METODE PENELITIAN. Lampung pada semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012 yang terdiri atas 7

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. The United Nation telah memprediksikan bahwa

GAMBARAN SKALA DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA MARGOMULYO KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. dari program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk membantu remaja

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka Penarikan Contoh Penelitian. Purposive. Kecamatan Bogor Barat. Purposive. Kelurahan Bubulak

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses penuaan dalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal yang wajar akan dialami semua orang yang dikaruniai umur panjang, hanya lambat cepatnya proses tersebut bergantung pada masing-masing individu. Secara individu, pada usia di atas 60 tahun tejadi proses penuaan secara ilmiah. Hal ini akan menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologis. Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Contantinides, 1994 dalam Nugroho, 2000). Manusia berinteraksi dengan sesamanya dalam kehidupan untuk menghasilkan pergaulan hidup dalam sesuatu kelompok sosial. Pergaulan hidup semacam itu baru akan terjadi apabila manusia dalam hal ini orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia bekerja sama, saling berbicara, berbagi dan sebagainya untuk mencapai tujuan bersama mengadakan persaingan, petikaian dan lain-lain. Maka dapat dikatakan bahwa interaksi sosial adalah proses sosial yang menunjukan hubungan sosial yang dinamis di masyarakat. Kesejahteraan sosial lanjut usia adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, baik material maupun spiritual, yang meliputi rasa 1

keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir dan batin yang memungkinkan setiap lanjut usia untuk mengadakan pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri lansia, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak dan kewajiban asasi manusia (Hardiwynoto dkk, 2005). Setelah seseorang memasuki masa lansia, maka dukungan sosial dari orang lain menjadi sangat berharga dan akan menambah ketenteraman hidupnya. Namun demikian dengan adanya dukungan sosial tersebut tidaklah berarti bahwa setelah memasuki masa seorang lansia hanya tinggal duduk, diam, tenang, dan berdiam diri saja. Untuk menjaga kesehatan baik fisik maupun kejiwaannya lansia justru tetap harus melakukan aktivitas-aktivitas yang berguna bagi kehidupannya (Kusumoputro, 2002). Dukungan sosial bagi lansia sangat diperlukan selama lansia sendiri masih mampu memahami makna dukungan sosial tersebut sebagai penyokong/penopang kehidupannya. Namun dalam kehidupan lansia seringkali ditemui bahwa tidak semua lansia mampu memahami adanya dukungan sosial dari orang lain, sehingga walaupun ia telah menerima dukungan sosial tetapi masih saja menunjukkan adanya ketidakpuasan, yang ditampilkan dengan cara menggerutu, kecewa, kesal dan sebagainya. Dalam hal ini memang diperlukan pemahaman dari pemberi bantuan tentang keberadaan (availability) dan ketepatan/ kelayakan (adequacy) dari bantuan

tersebut bagi lansia, sehingga tidak menyebabkan dukungan sosial yang diberikan dipahami secara keliru dan tidak tepat sasaran. Jika lansia (karena berbagai alasan) sudah tidak mampu lagi memahami makna dukungan sosial, maka yang diperlukan bukan hanya dukungan sosial namun layanan atau pemeliharaan secara sosial (social care) sepenuhnya. Bila yang terakhir ini tidak ada yang melaksanakan berarti lansia tersebut menjadi terlantar dalam kehidupannya (Kuntjoro, 2002). Secara mental psikologik para lansia akan tertekan dengan perubahan yang mereka alami, pada kondisi ini dapat dilihat apakah lansia dapat menerima dengan baik atau tidak perubahan yang mereka alami. Hal ini berkaitan dengan mekanisme koping lansia, mekanisme koping sangat dibutuhkan untuk menyeimbangkan masalah-masalah yang mungkin timbul atau dihadapi oleh para lansia. Lansia dikatakan sehat jiwa apabila struktur kepribadian individu relatif stabil dalam berinteraksi dengan lingkungannya dan mampu menjaga atau menahan stress yang berasal dari lingkungannya. Begitu juga dengan keadaan fisik-biologik dan sosial-ekonomi para lansia, hal ini juga akan mempengaruhi keadaan lansia (Hawari, 2001). Koping adalah salah satu cara yang dilakukan untuk merubah lingkungan atau situasi untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi atau diartikan sebagai usaha perubahan kognitif dan perilaku secara konstan untuk menyelesaikan masalah. Ada banyak ragam mekanisme koping, tetapi tidak semuanya efektif. Mekanisme koping yang paling tidak efektif dapat dikelompokkan kedalam kategori pengelakan seperti penyalahgunaan alkohol,

penganiayaan (diri sendiri atau orang lain), permusuhan, pengasingan diri dan bunuh diri (Seaward, 2004). Sedangkan mekanisme koping yang efektif adalah dengan cara mencari solusi terbaik untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi, misalnya dengan mendekatkan diri dengan yang Maha Kuasa atau memenuhi kebutuhan dasar spiritual dengan cara memperbanyak ibadah (Mu tadin, 2002). Di Indonesia tahun 2000 proporsi penduduk lanjut usia (lanjut usia) adalah 7,18 persen dan tahun 2010 meningkat sekitar 9,77 persen, sedangkan tahun 2020 diperkirakan proporsi lanjut usia dari total penduduk Indonesa dapat sampai 11,34 persen. Tahun 2010 proporsi penduduk lanjut usia sudah menyamai proporsi penduduk balita. Pada saat ini penduduk lanjut usia berjumlah sekitar 24 juta dan tahun 2020 diperkirakan sekitar 30-40 juta jiwa (Komnas Lansia RI, 2010). Provinsi Jawa Tengah, merupakan uratan kedua dari tujuh provinsi di Indonesia yang mengalami peningkatan jumlah lansia. Data Departemen Sosial (Depsos) menyebutkan, jumlah penduduk lansia di Jawa Tengah mencapai 9.36%. Daerah lain yang juga masuk tujuh besar di antaranya Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebesar 12,48%, Jawa Timur 9,36%, Bali 8,77% dan Jawa Barat 7,09% (Suara Merdeka, 2009). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Pemalang tahun 2010, populasi lansia terbanyak di Kabupaten Pemalang berada di Kecamatan Pemalang dengan jumlah lanjut usia berjumlah 15.697 orang. Populasi lansia tersebut tersebar di 20 Desa di Kecamatan Pemalang, adapun 5 (lima) desa

dengan jumlah lansia terbanyak yaitu : Desa Pelutan sebanyak 5.327 orang, Desa Mulyoharjo sebanyak 2.574 orang, Desa Kebondalem sebanyak 2.275 orang, Desa Sugihwaras sebanyak 2.223 orang, dan Desa Bojongbata sebanyak 2.196 orang. Berdasarkan survey yang dilakukan peneliti pada tanggal 23 November 2011 terhadap 10 lansia di Desa Pelutan Kecamatan Pemalang yaitu : lansia yang mendapat dukungan masyarakat sebanyak 6 orang (60%) dan yang tidak mendapat dukungan masyarakat sebanyak 4 orang (40%). Sedangkan hasil wawancara dan observasi pada lansia dengan respon koping spiritual didapat hasil: melaksanakan ibadah secara kontinyu tetapi tidak khusyu karena takut ibadahnya tidak diterima sebanyak 9 orang (90%), membaca kitab suci sebanyak 6 orang (60%), tidak mau mengikuti kegiatan kerohaniahan karena merasa malu 7 orang (70%) dan membaca buku ibadah sebanyak 2 orang (20%). Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik mengambil judul Hubungan Antara Dukungan Sosial Masyarakat Dengan Mekanisme Koping Spiritual Lansia di Desa Pelutan Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang untuk di teliti lebih lanjut. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah adakah hubungan antara dukungan sosial masyarakat dengan mekanisme koping spiritual lansia di Desa Pelutan Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian a. Tujuan umum Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial masyarakat dengan mekanisme koping spiritual lansia di Desa Pelutan Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang. b. Tujuan khusus 1) Untuk mengetahui dukungan sosial masyarakat di Desa Pelutan Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang. 2) Untuk mengetahui mekanisme koping spiritual lansia di Desa Pelutan Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang. 3) Untuk mengindentifikasi adanya hubungan antara dukungan sosial masyarakat dengan mekanisme koping spiritual lansia di Desa Pelutan Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang. D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan gambaran secara nyata sehingga dapat memperkuat serta menambah wawasan ilmu pengetahuan berkenaan dengan hubungan antara dukungan sosial masyarakat dengan mekanisme koping spiritual lansia. 2. Secara Praktis a. Bagi Peneliti Sebagai bahan guna menambah pengalaman dalam penelitian dan menambah pemahaman untuk mengembangkan cara berpikir secara

ilmiah melalui kegiatan penelitian. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar bagi penelitian selanjutnya. b. Bagi Institusi Pendidikan Hasil dari penelitian ini dapat di gunakan sebagai salah satu referensi bagi mahasiswa yang membutuhkan serta sebagai perbendaharaan kepustakaan yang berkaitan dengan hubungan antara dukungan sosial masyarakat dengan mekanisme koping spiritual lansia. c. Bagi Masyarakat Diharapkan penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi sehingga masyarakat khususnya para lansia dapat menyadari arti penting hubungan antara dukungan sosial masyarakat dengan mekanisme koping spiritual lansia. E. Keaslian Penelitian 1. Sari Hayati Pengaruh dukungan sosial terhadap kesepian pada lansia. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dukungan sosial terhadap kesepian lansia. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 60 orang lansia, yang terdiri dari 36 orang (60%) lansia pria dan 24 orang (40%) lansia wanita. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan simple random sampling. Data dikumpulkan melalui dua buah skala yaitu skala dukungan sosial yang disusun peneliti berdasarkan dimensi dari Orford (1992) dan skala kesepian yang disusun peneliti berdasrkan dimensi dari Wrightsman (1993). Skala dukungan sosial memiliki nilai reliabilitas koefisien alpha (0,874) dan skala kesepian memiliki nilai

reliabilitas koefisien alpha (0,906). Data yang diperoleh pada penelitian ini diolah dengan menggunakan analisa regresi. Hasil penelitan ini ada pengaruh signifikan dukungan sosial terhadap kesepian lansia. Dukungan sosial memberikan sumbangan efektif sebesar 13,7%. 2. Diah Puspito Rini dengan judul Pengaruh sosialisasi (peer group support) terhadap interaksi sosial lansia studi quasy experimental di Panti Werdha Hargo Dedali Surabaya. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh sosialisasi (peer group support) terhadap interaksi sosial lansia. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah quasy experimental (pre-post) test group design. Variabel independen dalam penelitian ini adalah peer group support dan variabel dependen pada penelitian ini adalah interaksi sosial lansia. Populasi pada penelitian ini adalah semua lansia yang tinggal di Panti Sasana Tresna Werdha Hargo Dedali Surabaya sebanyak 38 lansia. Penelitian ini menggunakan tehnik purposive sampling, dengan sampel 16 lansia yang terbagi dalam 8 lansia kelompok perlakuan dan 8 lansia kelompok kontrol. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner interaksi sosial sebelum dan sesudah dilaksanakkan peer group support. Analisis data menggunakan uji statistik Mann Whitney U Test dan Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil analisis data menunjukkan pada kelompok control p=0,157 dan pada kelompok perlakuan adalah p=0,046. hasil uji Mann Whitney U Test diperoleh nilai p=0,442. Hasil dari pengolahan data menunjukkan ada pengaruh peer group support terhadap interaksi sosial

lansia, tetapi tidak ada perbedaan pada kelompok perlakuan dan kontrol. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa peer group support tidak berdampak meningkatkan interaksi sosial lansia. 3. Rika Sabri dengan judul Analisa hubungan antara karakteristik usia lanjut, dukungan sosial dan keaktifannya dalam kelompok dengan kesehatan psikososial di Kecamatan Cakung, Jakarta Timur tahun 2002. Desain yang digunakan deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, dengan jumlah sampel total populasi (152 responden), seluruh responden berusia diatas 60 tahun yang ikut dalam kelompok di RW. Penelitian dilaksanakan tanggal 24 Juli sampai dengan 1 September 2002. Hasil penelitian 62,5 % usia lanjut anggota kelompok di Kecamatan Cakung mempunyai psikososial sehat dengan rincian, berusia > 70 tahun (75%), 60-64 tahun (68,6 %), status perkawinan janda (72,5%), dan berlatar belakang pendidikan rendah (66%), serta tidak memiliki latar belakang pekerjaan (63,3%) tetapi mandiri dalam mobilisasi fisik (63,7%). Usia lanjut yang sehat psikososialnya mendapat dukungan optimal dari keluarga (73,%), teman (71,1%), dan dari masyarakat (65,6%). Usia lanjut yang mempunyai psikososial yang sehat adalah yang aktif dalam kegiatan keagamaan (67.5%) dan kegiatan olah raga (72.3%). Dari hasil uji chi square, dari 13 variabel hanya 6 variabel yang berhubungan dengan kesehatan psikososial (usia, status perkawinan, dukungan keluarga, dukungan teman, keaktifan dalam kegiatan keagamaan, keaktifan dalam kegiatan olah raga). Hasil analisa multivariat (regresi logistik), hanya ada 4 dari 13 variabel independen yang paling berkontribusi dengan kesehatan psikososial usia lanjut yaitu status

perkawinan, dukungan keluarga, dukungan dari teman dan keaktifan usia lanjut dalam kegiatan olah raga. Dapat disimpulkan bahwa status perkawinan (janda), latar belakang pendidikan, dukungan keluarga, dukungan teman, keaktifan usia lanjut dalam kegiatan olah raga dan keagamaan berhubungan dengan status kesehatan psikososial usia lanjut yang perlu kita perhatikan dan optimalkan. Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian di atas adalah penelitian ini menggunakan desain korelasi dengan pendekatan cross sectional, populasi dalam penelitian ini sebanyak 5.327 orang lansia umur 60 tahun keatas dengan menggunakan acidental sampling untuk mengambil sampelnya dan diperoleh 98 responden dari jumlah populasi sebanyak 5.327 orang di Desa Pelutan Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang. Korelasi yang digunakan adalah korelasi Pearson product moment untuk mencari hubungan dua variabel yaitu variabel dukungan sosial masyarakat dengan mekanisme koping spiritual lansia setelah diketahui koefisien korelasi selanjutnya menggunakan koefisien determinan untuk melihat seberapa besar pengaruh dukungan sosial masyarakat terhadap mekanisme koping spiritual lansia.