I. PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan oleh manusia untuk mencapai suatu perkembangan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. (2012:5) guru berperan aktif sebagai fasilitator yang membantu memudahkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (UUSPN) No. 20 Tahun 2003, menyatakan bahwa: Penyelenggaraan pendidikan menengah kejuruan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. dikarenakan sasaran dari pendidikan adalah peningkatan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu pembelajaran yang ada di sekolah adalah pembelajaran Ilmu

I. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum

1. PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan suatu bangsa karena sasaran dari

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang wajib diikuti oleh

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORITIS. Pengertian belajar dan pembelajaran ini banyak diungkapkan beberapa ahli dalam

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan nasional di era globalisasi seperti saat ini menghadapi

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi seperti saat ini menimbulkan persaingan di berbagai bidang kehidupan

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sekolah menengah atas adalah mata pelajaran Matematika. Mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi

I. PENDAHULUAN. Kondisi pendidikan di Indonesia saat ini semakin hari kualitasnya makin

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sri Istikomah, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang paling penting dalam kehidupan kita. Seorang guru dalam pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. penguasaan matematika yang kuat sejak dini (BNSP, 2007).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. hasil belajar siswa disekolah. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk. kehidupan Bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. pendidikan menengah, beberapa upaya yang dilakukan pemerintah untuk

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan mengemukakan beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. luas, kreatif, terampil dan berkepribadian baik. oleh masyarakat yang ditujukan kepada lembaga pendidikan, baik secara langsung

I. PENDAHULUAN. Masalah, dan Pembatasan Masalah. Beberapa hal lain yang perlu juga dibahas

I. PENDAHULUAN. dalam mempersiapkan generasi muda, termasuk peserta didik dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang dialami langsung oleh siswa. Nana Sudjana. (2008:22) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006 menuntut perubahan

I. PENDAHULUAN. Guru mengajar hendaknya memiliki kemampuan yang cukup, ditunjukkan dengan

I. PENDAHULUAN. mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Undang-Undang Nomor 20 Tahun. Berdasarkan hal itu pemerintah terus berupaya mewujudkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

balik antara guru dan siswa dalam suatu situasi pendidikan. Oleh karena itu, guru dalam menyampaikan pembelajaran dituntut untuk mampu menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidup dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan. Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003:

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan peserta didik yang berkualitas, baik dilihat dari prestasi bidang

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

I. PENDAHULUAN. karena kemajuan suatu negara akan sangat dipengaruhi oleh kualitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN KEAKTIFAN BERKOMUNIKASI SISWA DENGAN STRATEGI SNOWBALL THROWING

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu tempat dimana siswa mendapatkan ilmu secara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu proses yang tidak hanya sekedar menyerap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam peningkatan kualitas pendidikan yang juga tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

Penerapan Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII-A SMP Brawijaya Smart School Malang

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. itu, untuk menciptakan sumber daya manusia yang kreatif, inovatif dan produktif

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yaitu dengan menempuh proses pembelajaran. juga dikembangkan seperti dibuatnya metode-metode baru dalam belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dikarenakan dalam pembelajaran sejarah di berbagai sekolah lebih menekankan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk menumbuhkembangkan potensi SDM melalui

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2013, hlm Muhammad Rohman dan Sofan Amri, Strategi & Desain Pengembangan Sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem pernapasan manusia adalah sistem organ yang terjadi dalam tubuh manusia. Pada materi ini siswa

`BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan pembelajaran. Peran guru tidak hanya mentransfer ilmu kepada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Berdasarkan UU No. 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional,

I. PENDAHULUAN. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini, yang mana praktik-praktik pembelajaran di lapangan cenderung

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

HASIL BELAJAR KIMIA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN METODE THINK-PAIR-SHARE DAN METODE EKSPOSITORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. manusia, karena melalui pendidikan manusia dapat berproses ke arah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Salah satu cara yang digunakan meningkatkan kualitas pendidikan. adalah dengan pembaharuan sistem pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

I. PENDAHULUAN. Rendahnya mutu pendidikan merupakan salah satu masalah yang terus

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dirinya dan masyarakat (Anonim 2008). pembelajaran saat pembelajaran berlangsung.

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan karakter manusia. Hal itu sejalan dengan Undang-Undang tentang. dan negara. Menurut pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kondisi pembelajaran awal siswa sebelum diterapkan metode pembelajaran

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang yang sangat penting bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan pemerintah melalui kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran. Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas biasanya masih berfokus

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia khususnya dalam bidang pendidikan.

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat diperlukan oleh manusia untuk mencapai suatu perkembangan dan pembentuk sikap dalam bertingkah laku, memperoleh pengetahuan dan mengembangkan keterampilan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan tingkat kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusiamanusia pembangun yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Dalam konteks penyelenggaraanya, guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dan berpedoman pada seperangkat aturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional, tampaknya belum dapat

2 direalisasikan secara optimal. Salah satu masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan kegiatan inti dalam pembelajaran yang mana titik keberhasilan dalam pendidikan. Karena pembelajaran itu merupakan proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar sehingga proses pembelajaran perlu direncanakan, dinilai dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien. Apabila guru kurang maksimal dalam melakukan perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran dapat mengakibatkan kegagalan guru dalam menyampaikan materi pelajaran untuk diterima ke siswa. Kemungkinan kegagalan guru dalam menyampaikan materi disebabkan, kurangnya persiapan siswa untuk mengikuti pelajaran. Penyebabnya, kemungkinan besar siswa tidak belajar terlebih dahulu tentang materi terkait, sehingga siswa kurang siap untuk menerima materi yang dijelaskan oleh guru. Selain itu kurangnya perhatian siswa pada saat proses belajar mengajar, kondisi tersebut menandakan siswa kurang antusias untuk mengikuti pelajaran sehingga guru terkesan kurang membangkitkan perhatian dan aktivitas peserta didik dalam mengikuti pelajaran. Proses pembelajaran tersusun atas sejumlah komponen atau unsur yang saling berkaitan satu dengan lainnya. Selain itu, interaksi antara guru dengan peserta didik pada saat proses belajar mengajar memegang peranan penting dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Hal ini dikarenakan keterlaksanaan proses pembelajaran sebagai kegiatan inti dalam pembelajaran

3 terhadap siswa. Seperti yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dalam Rusman (2012: 4) yakni salah satu standar yang harus dikembangkan adalah standar proses yang mana meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.. Proses pembelajaran yang akan diteliti ialah proses pembelajaran pada mata pelajaran geografi yang bertujuan untuk peningkatan hasil belajar geografi pada kelas XI IPS 1 dan 2 di SMA Negeri 1 Sekampung. Pelajaran Geografi pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Definisi geografi menurut SEMLOK (1988) di dalam Suharyono dan Moch. Amien (1994:15) ialah geografi merupakan ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa Geografi sebagai ilmu yang mempelajari seluruh isi bumi merupakan materi pelajaran yang kompleks yakni mencakup segala bidang dengan lingkup kajiannya menururt SEMLOK (1988) dalam Suharyono dan Moch. Amien (1994:10) dibatasi pada fenomena yang ada di permukaan bumi atau geosfer. Pembelajaran geografi yang didominasi dengan banyaknya materi yang perlu dihafalkan sehingga ketika ulangan akhir dilaksanakan mereka cenderung banyak yang lupa dan mendapat nilai yang rendah untuk pokok bahasan semester ganjil. Di samping itu, guru masih menggunakan metode ceramah secara monoton dalam kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga menimbulkan kebosanan dan rendahnya minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi kurang kondusif sehingga siswa menjadi pasif. Maka dari itu dibutuhkan suatu model pembelajaran yang tepat dan menyenangkan supaya

4 siswa lebih responsif dalam mengikuti pelajaran geografi sehingga diharapkan hasil belajar siswa meningkat. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada saat pra penelitian di SMA Negeri 1 Sekampung, proses pembelajaran geografi di kelas XI IPS 1 dan IPS 2 dapat dilihat bahwa siswa kurang bersemangat dengan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru yang mana guru menggunakan metode ceramah, diskusi serta tanya jawab. Oleh karena itu perlu upaya peningkatan proses pembelajaran geografi yang lebih inovatif, kreatif, dan menarik agar dapat meningkatkan kualitas pengetahuan siswa ketika pembelajaran berlangsung di dalam kelas. Hal tersebut dikarenakan bahwa geografi merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah menengah atas yang mana memberikan kemampuan untuk berfikir kongkrit dalam memecahkan masalah, berfikir kritis, analitis dan sistematis dalam menyelesaikan suatu permasalahan seperti materi yang akan dipelajari yakni pemanfataan dan pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan dapat terlaksana dengan tepat dan sesuai. Proses pembelajaran geografi yang terlaksana dengan tepat dan sesuai di dukung adanya pemilihan model pembelajaran yang sesuai agar dapat menciptakan cara belajar dengan mudah diterapkan dan dilaksanakan sehingga siswa mampu memahami, menyelesaikan soal-soal yang dihadapi dalam belajar dan akan berpengaruh terhadap ketuntasan hasil belajar yang dicapai. Ketuntasan hasil belajar geografi di SMA Negeri 1 Sekampung memiliki batas minimal nilai sebesar 70. Berdasarkan nilai ulangan siswa kelas XI IPS 1 dan 2 di SMA Negeri 1 Sekampung pada semester genap dengan materi Pemanfaatan

5 dan Pelestarian Lingkungan Hidup dalam Kaitannya Pembangunan Berkelanjtan menunjukkan bahwa dari 64 siswa masih terdapat 36 % atau 23 siswa yang nilainya kurang dari 70 dengan nilai terendah 40 dan 64 % atau 41 siswa mendapatkan nilai di atas KKM. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2010: 107), tingkat keberhasilan pembelajaran dikatakan baik atau optimal apabila sebagian besar (76% s.d 99%) bahan pembelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa. Jadi dapat disimpulkan bahwa keberhasilan pembelajaran di SMA Negeri 1 Sekampung tingkat keberhasilannya belum optimal. Berikut rekapitulasi hasil belajar geografi bisa dilihat pada tabel berikut: Tabel 1.1 Pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Mata Pelajaran Geografi berdasarkan Nilai Semester Genap Kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Sekampung Tahun Pelajaran 2010/2011. Nilai Jumlah Jumlah (%) <70 23 36 > 71 41 64 Jumlah 64 100 Sumber: Arsip Guru Mata Pelajaran Geografi SMA Negeri 1 Sekampung Tahun Pelajaran 2010/2011. Hasil belajar geografi yang rendah dengan materi pelajaran Pemanfaatan dan Pelestarian Lingkungan Hidup dalam kaitannya dengan Pembangunan Berkelanjutan disebabkan karena proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru kurang sesuai terhadap pembelajaran ke siswa. Permasalahan disebabkan oleh metode yang digunakan guru kurang menarik karena masih bersifat teacher centered.

6 Kesimpulan diperoleh dari hasil observasi langsung di kelas dan hasil wawancara dengan siswa. Metode yang bersifat teacher centered lebih memaksimalkan peran guru dan meminimalkan peran siswa, sehingga penggunaan metode ini menyebabkan siswa kurang termotivasi sehingga menimbulkan kurangnya keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan guru geografi kelas XI SMA Negeri 1 Sekampung, diperoleh keterangan bawasannya proses pembelajaran di dalam kelas masih menggunakan metode ceramah namun sudah melibatkan siswa. Hal ini dapat dilihat pada saat peneliti melakukan observasi terhadap proses pembelajaran, guru mengadakan interaksi dengan para siswa dengan metode tanya jawab. Meskipun pembelajaran bersifat teacher centered tapi guru sudah melibatkan siswa untuk turut serta berpartisipasi dalam proses belajar mengajar. Deskripsi tentang pembelajaran yang berlangsung ialah guru terlebih dahulu memberi tugas kepada siswa untuk mempelajari materi yang akan dibahas dipertemuan selanjutnya. Materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya akan diberitahu oleh guru sehingga para siswa tidak bingung mempelajari materi yang akan datang. Para siswa mempelajari materi yang akan datang dengan membaca isi buku paket atau dari sumber yang lainnya seperti mencari informasi di internet sesuai dengan materi yang telah diberitahu oleh guru pada pertemuan sebelumnya. Hal ini dimaksudkan agar ketika pada pertemuan selanjutnya, guru hanya menyampaikan keterangan tambahan dari materi yang diajarkan. Guru menulis hal-hal yang penting pada papan tulis, namun setiap akan menulis di papan tulis guru selalu melakukan tanya jawab dengan siswa. Namun realitanya

7 tidak semua siswa ikut aktif dalam tanya jawab yang dilakukan oleh guru. Keterlibatan siswa masih kurang dan belum menyeluruh serta didominasi oleh siswa-siswa tertentu. Siswa lebih sering menjawab pertanyaan guru dengan serempak. Akan tetapi, apabila model pembelajaran ini dilakukan secara terus menerus tanpa adanya variasi model yang lain, maka siswa kerap merasa bosan di dalam kelas yang mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa seperti yang tertera pada tabel 1.1 halaman 5. Mata pelajaran geografi sampai saat ini masih tergolong sulit, hal ini dikarenakan para siswa beranggapan bahwa geografi hanyalah sekumpulan konsep-konsep yang perlu dihafalkan, yang pada akhirnya geografi membosankan dan tidak menyenangkan. Hal tersebut berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi yang masih tergolong rendah sehingga terbilang belum tuntas, seperti halnya hasil belajar geografi di kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sekampung. Oleh karena itu, mata pelajaran geografi harus diajarkan kepada siswa dengan metode yang tepat, menarik dan menyenangkan. Maka dari itu, dibutuhkan salah satu cara untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut, salah satunya yaitu dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi pembelajaran yang ada. Hal ini di awali dengan perencanaan proses pembelajaran yang matang oleh guru dan kesiapan siswa ketika akan menghadapi pembelajaran. Upaya peningkatan hasil belajar siswa tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Untuk itu diperlukan guru yang kreatif sehingga dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh guru perlu direncanakan dan dibangun

8 sedemikian rupa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh hasil belajar yang optimal. Dari pernyataan tersebut maka model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru yakni menggunakan model pembelajaran kooperatif. Guru menerapkan model pembelajaran kooperatif yang mana dapat meningkatkan pemahaman terhadap materi yang akan di pelajari oleh siswa sehingga diharapkan dapat berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar geografi. Maka model pembelajaran kooperatif dipandang sebagai proses pembelajaran yang aktif, sebab siswa akan lebih banyak belajar melalui proses pembentukan (constructing) dan penciptaan, kerja dalam kelompok dan berbagi pengetahuan serta tanggung jawab individu tetap merupakan kunci keberhasilan pembelajaran (Rusman, 2010: 223). Berdasarkan pernyataan di atas bahwa upaya untuk meningkatkan hasil belajar geografi dapat diterapkan dengan model pembelajaran yang kreatif dan inovatif seperti model pembelajaran kooperatif. Adapun macam-macam model pembelajaran kooperatif ialah: Tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) tim siswa atau peserta didik kelompok prestasi, TGT (Team Game Tournament), Jigsaw (Tim ahli atau Expert Group), Kelompok Investigasi atau Group Investigation (GI), NHT (Numbered Head Together) atau kepala bernomor, Kepala Bernomor Struktur (KBS), Think- Pair-Share (TPS), Mind mapping (MM) atau Concept Mapping (CM) atau peta konsep, Snowball Throwing (ST) atau melempar bola salju, Dua Tinggal-Dua Tamu (DUTI-DUTA), Time Token (TITO), Debate, Picture and Picture (PP), Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), dan Student Fasilitator and Expailing (SFE), Cooperative Script (CS) (Yatim Riyanto, 2010: 268-280).

9 Dari sekian banyak model pembelajaran kooperatif yang telah diuraikan secara singkat di atas, maka peneliti memilih dua model pembelajaran kooperatif untuk diterapkan dalam penelitiannya. Model pembelajaran kooperatif yang akan digunakan di dalam penelitian ialah model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing. Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation adalah suatu penyelidikan yang dilakukan secara berkelompok, yakni siswa secara berkelompok melakukan penyelidikan dengan aktif sehingga memungkinkan menemukan prinsip. Model GI merupakan pembelajaran kooperatif yang melibatkan kelompok kecil, siswa menggunakan inkuiri kooperatif (perencanaan dan diskusi kelompok) kemudian mempresentasikan penemuan mereka di kelas. Model ini memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan secara aktif dan kooperatif. Pada akhirnya, siswa akan lebih termotivasi untuk menemukan masalah dan pemecahannya sendiri (Sumarmi, 2012: 123). Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation, guru hanya sebagai fasilitator dan motivator serta pembelajaran berpusat kepada siswa karena siswa dibentuk suatu kelompok yang mana tiap kelompok terdiri dari enam sampai dengan tujuh siswa untuk membuat sebuah laporan hasil dari pengamatan para siswa terhadap objek tertentu yang mana sesuai dengan tema yang telah ditentukan sebelum melakukan pengamatan. Dalam merealisasikan pengamatan dari setiap subtopik tersebut, siswa dapat melakukan pengamatan dengan terjun langsung ke lapangan, mencari data di jaringan internet, buku yang berkaitan maupun dari sumber-sumber lainnya. Faktor pendukung lainnya di SMA Negeri 1 Sekampung dalam menerapkan model pembelajaran Group Investigation sudah memiliki jaringan akses internet berupa Wi-Fi sehingga memudahkan para siswa untuk mencari data-data yang di inginkan. Hal ini lebih bermanfaat dari pada para siswa menggunakan fasilitas

10 jaringan Wi-Fi untuk hal yang kurang bermanfaat seperti melakukan game online. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation maka pengetahuan dan wawasan para siswa tidak hanya berpusat pada materi yang disampaikan oleh guru di dalam kelas bahkan para siswa bisa mendapatkan pengetahuan baru dari media lainnya. Selain itu, model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat melatih siswa untuk pembuatan laporan yang mana para siswa hanya mendapatkan teori pembuatan laporan namun belum di realisasikan secara langsung sehingga dengan menggunakan model Group Investigation tersebut, para siswa dapat merealisakannya dengan bekerja sama dalam pembuatan laporan. Model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing merupakan model pembelajaran kooperatif yang berbentuk permainan dimana siswa dalam kelompok membuat dan menjawab pertanyaan yang dipadukan melalui permainan yang membentuk dan melempar bola kertas. Selain itu, model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran ini juga berpengaruh terhadap aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang mana siswa tidak hanya belajar untuk individu saja melainkan siswa dapat berinteraksi langsung antar siswa. Dalam pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing, guru hanya sebagai fasilitator dan pembelajaran berpusat ke siswa yang mana siswa lebih aktif karena siswa yang lebih bergerak banyak seperti berdiskusi, membuat pertanyaan, menjawab pertanyaan dan menanggapi jawaban pertanyaan sedangkan guru hanya

11 menjelaskan materi secara garis besarnya dan menyimpulkan hasil kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Selain itu, model ini dapat memunculkan suasana belajar yang hangat dan demokratis sehingga siswa tidak cepat merasa jenuh dikarenakan suasana belajarnya dapat melatih siswa untuk berpikir secara analisis dan sintesis. Selanjutnya, dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing ini dapat merangsang siswa untuk lebih berani dalam bertanya, menjawab pertanyaan dan menanggapi suatu pertanyaan sehingga siswa juga dapat berlatih untuk menyamakan suatu persepsi dari jawaban dan tanggapan di antara kelompok yang berbeda. Selanjutnya, pemilihan kedua model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dan Group Investigation sebagai objek dalam penelitian dikarenakan kedua model pembelajaran tersebut dapat berpengaruh positif terhadap pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Hal ini dapat didukung dari pernyataan Sharan dan Sachar dalam Robert E.Slavin, (2011: 57) yang menuturkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation memberikan pengaruh positif yang sangat besar. Selain itu juga menurut Robert E.Slavin, (2011: 108) yakni para siswa yang telah melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation memiliki sikap etnik yang jauh lebih baik daripada para siswa yang berada dalam kelas-kelas konvensional. Kelas konvensional berbentuk pembelajaran terpusat kepada guru yang menggunakan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab. Penerapan kedua tipe ini bertujuan agar suasana kelas lebih hidup, tidak membosankan, serta dapat meningkatkan keaktifan siswa di kelas. Di samping itu,

12 keunggulan kedua tipe model pembelajaran kooperatif tersebut dengan tipe yang lainnya pun menjadi pertimbangan selanjutnya, dimana tipe model pembelajaran ini lebih bervariasi dalam pelaksanaanya. Letak variasi dari pembelajaran terlihat dari strategi pembelajarannya yang mana model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing berupa permainan yakni permainan bola salju yang berisi pertanyaan sedangkan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berupa pengamatan terhadap suatu permasalahan para siswa yang telah dikelompokkan kemudian para siswa membuat laporan hasil pengamatannya tersebut. Setelah itu, tiap kelompok mempresentasikan hasil pengamatannya di kelas. Kedua model pembelajaran tipe Snowball Throwing dan Group Investigation belum pernah dilakukan oleh guru sehingga belum diketahuinya hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi di SMA Negeri 1 Sekampung siswa kelas XI IPS 1 dan XI IPS 2. Oleh karena itu dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dan model pembelajaran kooperatif Group Investigation yang mana bertujuan untuk meningkatkan ketertarikan siswa terhadap mata pelajaran geografi yang mana dapat berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar. Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang ada, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang Perbandingan Hasil Belajar Geografi Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing dan Tipe Group Investigation Pada Materi Lingkungan Hidup Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sekampung Tahun Pelajaran 2012/2013.

13 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, dapat diidentifikasi permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi belum diterapkan oleh guru geografi di SMA Negeri 1 Sekampung. 2. Pembelajaran masih terpusat pada guru (teacher centered), sehingga peran guru sangat dominan dalam kelas. Oleh karena itu, guru geografi di SMA Negeri 1 Sekampung masih menggunakan metode ceramah. 3. Masih rendahnya hasil belajar geografi siswa kelas XI IPS 1 dan 2 di SMA Negeri 1 Sekampung yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) pada pokok bahasan Pemanfaatan dan Pelestarian Lingkungan Hidup dalam Kaitannya Pembangunan Berkelanjutan. 4. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dan Group Investigation di kelas XI IPS 1 dan 2 belum pernah dilakukan pada pembelajaran geografi di SMA Negeri 1 Sekampung. C. Batasan Masalah Pembatasan masalah dalam penelitian sangatlah diperlukan agar penelitian menjadi lebih terarah dan meminimalisir kesalahan. Maka dalam penelitian ini permasalahan dibatasi pada perbandingan hasil belajar geografi menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dengan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dengan materi pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan.

14 D. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah ada perbedaan hasil belajar geografi menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing di kelas XI IPS 1 dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation di XI IPS 2 pada post-test pertama? 2. Apakah ada perbedaan hasil belajar geografi menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation di kelas XI IPS 1 dengan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing di kelas XI IPS 2 pada post-test kedua? 3. Apakah rerata hasil belajar geografi menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation? E. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar geografi menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing di kelas XI IPS 1 dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation di kelas XI IPS 2 pada post-test pertama. 2. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar geografi menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation di kelas XI IPS 1 dengan

15 model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing di kelas XI IPS 2 pada post-test kedua. 3. Untuk mengetahui rerata hasil belajar geografi menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation. F. Kegunaan penelitian Kegunaan dalam penelitian adalah: 1. Bagi Siswa a) Dengan diterapkannya model pembelajaran ini diharapkan dapat membantu siswa yang mengalami kesulitan untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan siswa lain sehingga meningkatkan hasil belajar siswa. b) Siswa dapat memperoleh pengalaman belajar secara langsung dengan model pembelajaran kooperatif yang diharapkan dapat meningkatkan rasa senang, meningkatkan kemampuan bersosialisasi dan tanggung jawab. 2. Bagi Guru Sebagai acuan dan bahan pertimbangan bagi guru mengenai variasi model pembelajaran yang dapat digunakan sebagai usaha untuk meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan materi pembelajaran. 3. Bagi Sekolah Diharapkan dapat bermanfaat bagi lulusan (output) yang dihasilkan, sehingga kualitas lulusan lebih bermutu dan meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

16 G. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah: 1. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sekampung semester genap tahun pelajaran 2012/2013. 2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah hasil belajar geografi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dan model pembelajaran koopertif tipe Group Investigation. 3. Penelitian ini bertempat di SMA Negeri 1 Sekampung. 4. Waktu penelitian dilaksanakan pada akhir semester genap tahun pelajaran 2012/2013. 5. Ruang Lingkup Ilmu adalah Pembelajaran Geografi Menurut Sumaatmadja (2001: 82) Strategi pembelajaran geografi adalah cara berusaha dan bertindak yang diarahkan kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.