LAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI BIDANG : INDUSTRI, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, STANDARDISASI, BP BATAM, DAN BPKS SABANG

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI BIDANG : INDUSTRI, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, STANDARDISASI, BP BATAM, DAN BPKS SABANG

Restrukturisasi dan privatisasi BUMN. Sistem Ekonomi Indonesia

LAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI B I D A N G PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, BSN DAN KPPU

BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA LAPORAN SINGKAT RAPAT PANJA PENGHARMONISASIAN, PEMBULATAN, DAN PEMANTAPAN KONSEPSI RUU TENTANG PENYIARAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2001 TENTANG TIM KEBIJAKAN PRIVATISASI BADAN USAHA MILIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN

BAB I PENDAHULUAN. BUMN adalah sebuah badan usaha yang mempunyai peranan penting

WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH

Strategi Pengelolaan BUMN Di Masa Mendatang

RINGKASAN INFORMASI JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN BUMN

JADWAL ACARA RAPAT-RAPAT BADAN LEGISLASI DPR RI PADA MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG

RINGKASAN PUTUSAN. 1. Pemohon : Mohammad Yusuf Hasibuan Reiza Aribowo

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran Umum BUMN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

BAB I PENDAHULUAN. bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat yang dianut hampir

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT

BAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Perpustakaan LAFAI

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaaan yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. adalah salah satu perusahaan yang dibentuk oleh Badan Usaha Milik Negara

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. barang, pesaing, perkembangan pasar, perkembangan perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan

RINGKASAN INFORMASI JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN BUMN JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA SETARA DENGAN ESELON II

BUMN yang usahanya berkaitan dengan kepentingan umum yang

PEMERINTAH KOTA BATU

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

ekonomi K-13 PELAKU EKONOMI DALAM SISTEM PEREKONOMIAN K e l a s A. BADAN USAHA a. Pengertian Badan Usaha Tujuan Pembelajaran

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ekonomi, pemerintah merupakan agen, dimana peran pemerintah

KESIMPULAN/KEPUTUSAN RAPAT

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari kekayan negara yang dipisahkan, merupakan salah satu pelaku

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. (Pakto 88), menjadi 240 bank pada tahun Sedangkan Bank

Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Pada Usia Produktif Untuk Menghadapi Peluang Dan Tantangan Dari Bonus Demografi Di Kabupaten Gunung Mas

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI BUMN (BADAN USAHA MILIK NEGARA) DALAM RANGKAH MENINGKATKAN DEVISA NEGARA Andi Wardhana

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR... TAHUN... TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG TIM KONSULTASI PRIVATISASI BADAN USAHA MILIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Program privatisasi pertama kali dikenalkan di Inggris pada masa

Pembentukan Badan Usaha Milik Negara Khusus (Bumn-K) Untuk Pengelolaan Minyak Dan Gas Bumi, Tepatkah? Oleh : Muhammad Yusuf Sihite *

b. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting

TOPIK LOMBA DEBAT KENEGARAAN SE-JATIM 2016 HIMPUNAN MAHASISWA PRODI ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN,

BAB I PENDAHULUAN. Investasi memiliki peran yang sangat penting dalam mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku ekonomi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat.

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kenaikan harga kebutuhan bahan pokok, semakin melemahkan kondisi

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SANGGAU NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH PUSAKA DARANANTE

NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA

b. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat;

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA LAPORAN SINGKAT RAPAT PANJA PENGHARMONISASIAN, PEMBULATAN, DAN PEMANTAPAN KONSEPSI RUU TENTANG PENYIARAN

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 58/PUU-VI/2008 Tentang Privatisasi BUMN

Keterangan pemerintah pada sidang kali ini akan kami bagi dalam 3 (tiga) Bagian.

NO. HARI/TANGGAL/ WAKTU 1. Kamis, 18 Mei WIB selesai 2. Senin, 22 Mei WIB. JENIS RAPAT Rapat Paripurna

BAB I PENDAHULUAN. Setelah beberapa tahun kemudian atau di tahun 1970-an, fakta

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63/DPD RI/IV/ TENTANG HASIL PENGAWASAN

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

RINGKASAN EKSEKUTIF. Halaman ii

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang telah dilaksanakan selama ini telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Faisal

b. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat;

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bentuk Hukum Perusahaan Perseroan (Persero) Perusahaan merupakan istilah ekonomi yang dipakai dalam perundang-undangan,

PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR NOMOR : PER- 01 /M.

-2- salah satu penyumbang bagi penerimaan Daerah, baik dalam bentuk pajak, dividen, maupun hasil Privatisasi. BUMD merupakan badan usaha yang seluruh

Transkripsi:

LAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI BIDANG : INDUSTRI, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, STANDARDISASI, BP BATAM, DAN BPKS SABANG Tahun Sidang : 2014-2015 Masa Persidangan : III Jenis Rapat : RDPU Sifat Rapat : Terbuka Rapat ke : 3 (tiga) Hari/Tanggal : Senin, 30 Maret 2015 W a k t u : Pukul 20.00 s.d 22.00 WIB Tempat : Ruang Rapat Komisi VI DPR RI Ketua Rapat : Heri Gunawan, SE, MBA (Wk. Ketua Komisi VI DPR RI/F- PGERINDRA) didampingi : 1. Ir. H. Achmad Hafisz Tohir (Ketua Komisi VI DPR RI/ F- PAN) 2. Ir. H. Azam Azman Natawijana (Wk. Ketua Komisi VI DPR RI/F-PD) 3. DR. IR. HM. Farid Al-Fauzi, MMT (Wk. Ketua Komisi VI DPR RI/F-PHANURA). Sekretaris Rapat : Wahyu Prameswari, SH, M.Si (Kabagset. Komisi VI DPR RI). A c a r a : Masukan terhadap Penyusunan Draft RUU tentang BUMN Hadir : A. Ketua Umum HIPMI beserta jajaran B.40 dari 48 Anggota Komisi VI DPR-RI I. PENDAHULUAN 1. RDPU Komisi VI DPR RI dibuka pada pukul 20.00 WIB, setelah kuorum terpenuhi dan telah dihadiri 40 dari 48 Anggota Komisi VI DPR RI dan rapat dinyatakan tertutup untuk umum. 2. Ketua Rapat menginformasikan bahwa agenda RDPU hari ini, Senin, 30 Maret 2014 dalam rangka meminta masukan kepada Ketua Umum HIPMI dalam rangka membahas Draft RUU tentang BUMN. 3. Ketua Rapat memberikan kesempatan kepada Ketua Umum HIPMI untuk memberikan pemaparan mengenai masukan terhadap Draft RUU tentang BUMN.

4. Ketua Rapat memberikan kesempatan kepada Anggota Komisi VI DPR RI untuk memberikan tanggapan dan pendalaman atas penjelasan Ketua Umum HIPMI mengenai masukan terhadap Draft RUU tentang BUMN. II. POKOK-POKOK PEMBAHASAN : (MASUKAN KETUA UMUM HIPMI) 1. Bonus Demografi adalah Landasan Pertumbuhan Ekonomi Perlu Sinergi antara Pengusaha, BUMN dan Pemerintah. Bonus demografi memberi peluang untuk meningkatkan produktivitas dan memicu pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kualitas human capital - Suplai tenaga kerja yang besar meningkatkan pendapatan per kapita apabila mendapat kesempatan kerja yang produktif - Peranan perempuan: jumlah anak sedikit memungkinkan perempuan memasuki pasar kerja, membantu peningkatan pendapatan - Tabungan masyarakat yang diinvestasikan secara produktif - Modal manusia yang besar apabila ada investasi untuk itu BUMN Menurut Perundangan - Landasan yuridisnya UUD 1945 Pasal 33 yang memberikan hak kepada negara untuk menguasai cabang-cabang produksi yang penting dan menguasai hajat hidup orang banyak - Pasal 1 UU No.19/Prp/1960 Perusahaan negara atau BUMN adalah semua perusahaan dalam bentuk apapun yang modalnya untuk seluruhnya merupakan kekayaan negara Republik Indonesia, kecuali jika ditentukan lain dengan atau berdasarkan undang-undang - UU No. 9 Th 1969 BUMN adalah seluruh bentuk usaha negara yang modal seluruhnya atau sebagian dimiliki oleh negara/pemerintah dan dipisahkan dari kekayaan negara. - UU No. 19 Th 2003 (Pasal 1) BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yg dipisahkan. BUMN IDEAL : - Menjadi pioner terdepan usaha di indonesia yang menjadi pelopor inovasi bisnis dengan spirit nasionalisme. - Menjadi sektor usaha profesional yang berdaya saing global dan aktif di pasar global. - Memiliki fungsi sosial sebagai pengerak perekonomian nasional. - Bersinergi dengan pelaku usaha nasional membangun jaringan usaha domestik yang sinergis. - Memberi keuntungan usaha baik dalam bentuk pajak maupun assets yang memberi kontribusi positif bagi perekonomian nasional.

Permasalahan BUMN saat ini : - Di era liberalisasi dan globalisasi daya saing BUMN masih rendah, kalah bersaing dengan perusahaan swasta, apalagi jika dibandingkan dengan perusahaan asing - BUMN banyak yang mengalami gulung tikar karena kinerjanya yang buruk sehingga tidak mendapatkan laba - Dengan ketetapan kepemilikan perseroan BUMN yang bisa dimiliki pihak lain, banyak BUMN yang sahamnya dimiliki oleh pihak asing. Bahkan tidak jarang lebih dari 50% saham BUMN dimiliki oleh pihak asing - BUMN belum dapat mendorong perekonomian, terlihat dari pendapatan negara dari BUMN yang sangat terbatas. BUMN Saat Ini : - Lemahnya profesionalisme, aset dan daya saing sehingga penetrasi di pasar global belum maksimal. - Masih lemahnya independensi BUMN mengingat masih tingginya intervensi non ekonomi dalam pengambilan keputusan bisnisnya. - Belum terbangunnya good corporate governance di internal BUMN sehingga efisiensi dan inovasi belum tercapai dengan baik mungkin disebabkan olehnya banyak peraturan yang mengatur BUMN. - sinergi dengan pelaku usaha lain belum terbangun dengan baik bahkan berpotensi mematikan. POKOK PIKIRAN YANG HARUS DIUBAH DALAM UU BUMN - Secara umum, posisi BUMN belum secara jelas ditunjukan dalam UU No. 19 tahun 2003, untuk itu perlu ada kejelasan bagaimana posisi BUMN bagi negara pada UU selanjutnya. - Sesuai dengan UUD 1945, Pasal 33 khususnya ayat (2) dan (3) yang menyebutkan bahwa; cabang-cabang produksi penting bagi Negara yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara. Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. - Tujuan utama negara membentuk badan usaha adalah untuk memenuhi segala kebutuhan masyarakat, bukan untuk mengejar keuntungan - Adanya legalitas kepemilikan asing pada BUMN, tidak sesuai dengan UUD pasal 33 yang seharusnya banyak perusahaan yang menguasai sumber daya alam yang dikuasai oleh negara. - Dalam bagian restrukturisasi BUMN belum disebutkan kriteria perusahaan yang dapat direstrukturisasi - Selanjutnya pada privatisasi secara jelas menyebutkan kriteria perusahaan yang bisa di privatisasi namun, belum secara tegas menyebutkan perusahaan yang bergerak pada sektor sumber daya alam berjenis apa saja yang tidak boleh diprivatisasi sesuai dengan UUD pasal 33 - Pada undang-undang tidak disebutkan adanya pengelolaan BUMN yang terintegrasi dengan program dan visi misi pembangunan pemerintah, sehingga sampai saat ini BUMN jarang dapat membantu program prioritas pembangunan pemerintah (BUMN dan pemerintah terkesan berjalan sendiri-sendiri).

ARAH PERUBAHAN UNDANG UNDANG BUMN - UU tentang BUMN terdiri dari XI Bab, 95 pasal, ada beberapa yang perlu mendapatkan perbaikan oleh HIPMI dan HIPMI akan serahkan Daftar Inventaris Masalah (DIM) ke Komisi VI DPR RI setelah pembahasan internal HIPMI dengan melibatkan seluruh daerah pasca pelantikan kamis tangal 4 april 2015 dan pelaksanaan seminar mengenai BUMN HIPMI. - Tapi secara umum beberapa point sebelumnya merupakan arah dan gambaran umum pandangan HIPMI terkait UU BUMN. - Tambahan lain yang perlu dipertegas menyangkut defenisi keuangan BUMN dan anak perusahaannya, pengertian persero, pemberlakuan sistem perusahaan dalam pengelolaan BUMN, ketentuan public servis obligation, persoalan piutang BUMN dan piutang negara, serta beberapa hal lain yang akan kami susulkan dalam bentuk DIM. ARAH BUMN KE DEPAN - Perbaikan good corporate BUMN governance BUMN melalui penguatan kelembagaan bisnis internal BUMN. - Peningkatan independensi BUMN.dengan pengawasan, opsi go public maksimal 49% mungkin perlu dikaji lebih dalam tapi dengan melakukan peningkatan nilai sebelum go publik. - Holding BUMN, yang dalam bayangan HIPMI bisa menjadi 5 holding BUMN (perkebunan dan pertanian, infratsrukture, pertambangan, logistik, perbankan), atau bahkan disatukan seperti temasek holding singapura. - Perbaikan sinergi seluruh pelaku usaha Indonesia agar mampu menjadi tuan rumah di negeri sendiri yang berdaya saing global. LANGKAH-LANGKAH YANG HARUS DITEMPUH PEMERINTAH - Pemerintah harus fokus terhadap jenis usaha yg dikelola masing-masing BUMN dan melakukan pengabungan BUMN sejenis - Pemerintah melakukan divestasi jenis usaha yang merugi dan tdk dikerjakan pemerintah - Melanjutkan investasi secara strategis - Melakukan aliansi strategis dan kompetitif (bentuk kepemilikan, manajemen, kepemimpinan bisnis antar pemerintah dan swasta) Kelembagaan yang Menyebabkan BUMN Tidak Fleksibel Layaknya Swasta. - Lembaga yang terlibat dalam pembinaan, pengelolaan, dan pengawasan BUMN lebih banyak daripada swasta. Kondisi ini menjadikan BUMN tidak memiliki LEVEL OF PLAYING FIELD yang sama dengan SWASTA. - BUMN diwajibkan untuk mematuhi ketentuan yang jumlah dan lingkupnya lebih banyak daripada swasta. Kondisi ini menjadikan BUMN tidak memiliki LEVEL OF PLAYING FIELD yang sama dengan SWASTA. HIPMI merangkum harapan dan pokok pikirannya dalam tiga poin besar: 1. Peningkatan Peran BUMN sebagai Agent of Develompment dalam Pembangunan Infrastruktur (PNM) 2. Penciptaan Pengusaha Baru 3. Kinerja BUMN: BUMN yang mampu bersaing di tingkat global

Tambahan Penjelasan (Stressing Point): a. Transaksi Perdagangan yang dilakukan di dalam negeri wajib menggunakan mata uang rupiah dan BUMN harus mendorong agar memperkuat mata uang rupiah dan jangan menggunakan mata uang dolar. b. Untuk lebih efekfif dan efisien banyak perusahaan BUMN yang sejenis sehingga harus dilakukan merger menjadi 6 atau 7 Perusahaan BUMN. c. HIPMI perlu bersinergi dengan dunia pendidikan dan kampus-kampus dalam rangka melahirkan bibit-bitit baru generasi pengusaha-pengusaha muda dalam rangka meningkatkan soliditas dalam menghadapi persaingan di tingkat global d. Pelaksanaan tugas BUMN harus dipilah mana yang bertugas melakukan tugas PSO dan BUMN mana yang harus benar-benar provit oriented sehingga BUMN tidak harus selalu menjadi pemburu rente. e. BUMN harus berperan lebih aktif dalam melakukan pembinaan, pengembangan, dan memberikan bantuan permodalan terhadap sektor UMKM, diaman perusahaan yang belum bankable harus benar-benar didukung dari aspek permodalannya agar dapat bersaing di tingkat global. III. KESIMPULAN Komisi VI DPR RI menerima semua masukan dan saran-saran yang disampaikan HIPMI (Himpungan Pengusaha Muda Indonesia) untuk selanjutnya Komisi VI DPR RI meminta agar HIPMI menyampaikan rumusan draft secara tertulis dalam bentuk matrik sehingga dapat dijadikan acuan oleh Fraksi-Fraksi dalam penyusunan DIM RUU tentang BUMN. IV. PENUTUP Rapat ditutup pada pukul 22.00 WIB PIMPINAN KOMISI VI DPR RI KETUA RAPAT, TTD HERI GUNAWAN, SE, MBA A-346