BAB I PENDAHULUAN. Cedera otak traumatik (traumatic brain injury) masih merupakan masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. umur dibawah 45 tahun, perbandingan laki-laki dan wanita adalah 2 : 1. Penyebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena penderitanya sebagian besar orang muda, sehat dan produktif (Ropper &

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya dimana kerusakan disebabkan gaya mekanik dari luar sehingga timbul gangguan

BAB I PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk pengambilan keputusan klinis, alokasi sumber daya dan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pengambilan data primer dari pasien cedera kepala tertutup derajat sedang berat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cedera kepala merupakan salah satu penyebab utama kematian pada

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. klinis cedera kepala akibat trauma adalah Glasgow Coma Scale (GCS), skala klinis yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Stroke merupakan suatu gangguan fungsional otak yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besar. Kecacatan yang ditimbulkan oleh stroke berpengaruh pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. intelektual serta gangguan fungsi fisiologis lainnya. Hal ini disebabkan oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setiap tahunnya dan orang membutuhkan rawat inap untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. traumatik merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan pada anak-anak dan

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. populasi dunia berumur dibawah 45 tahun (Werner & Engelhard, 2007). Penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian terbesar kedua. setelah penyakit jantung, menyumbang 11,13% dari total

BAB 1 PENDAHULUAN. Peningkatan pelayanan di sektor kesehatan akan menyebabkan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mortalitas yang tinggi pada penderitanya. Selain sebagai penyebab kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menduduki urutan ke 10 dari urutan prevalensi penyakit. Inflamasi yang terjadi pada sistem saraf pusat

Jon Hadi 1, Syaiful Saanin 2, Erkadius 3 Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Andalas / RS M.Djamil Padang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pendahuluan. Cedera kepala penyebab utama morbiditas dan mortalitas Adanya berbagai program pencegahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cedera kepala merupakan kasus yang sering ditemui. di Instalasi Rawat Darurat. Cedera kepala adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. fungsi psikososial, dengan disertai penurunan atau hilangnya kesadaran

BAB I adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler (WHO, 1988). bergantung sepenuhnya kepada orang lain (WHO, 2002).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum stroke merupakan penyebab kematian yang ketiga

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Cedera atau trauma adalah permasalahan yang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Stroke didefinisikan sebagai defisit neurologis yang terjadi tiba-tiba

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Stroke merupakan suatu sindroma neurologis yang. terjadi akibat penyakit kardiovaskular.

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lima belas juta orang di dunia setiap tahunnya terkena serangan

Lampiran 1. Medan, 2013 Yang membuat pernyataan persetujuan. penjelasan. dr... Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. detik seseorang akan terkena stroke. 6 Sementara di Inggris lebih dari. pasien stroke sekitar milyar dolar US per tahun.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr.

Hasil Akhir Penderita dengan Diffuse Brain Injury yang Dirawat di Neurosurgical Critical Care Unit RS Hasan Sadikin, Bandung

ABSTRAK. Validitas Faktor-Faktor Resiko Kematian dalam 14 Hari pada Pasien Cidera Kepala Berat di RSUP Sanglah Denpasar

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom klinik ini terjadi karena adanya respon tubuh terhadap infeksi, dimana

BAB 4 HASIL PENELITIAN. sedang-berat yang memenuhi kriteria sebagai subyek penelitian. Rerata umur

BAB I PENDAHULUAN. terbesar menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia (Misbach, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. cedera kepala murni akan tetapi juga disertai cedera di regio lain. Trauma yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan stroke iskemik sebagai kasus utamanya (Fenny et al., 2014). Penderita penyakit

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

PENGARUH KOAGULOPATI TERHADAP GLASGOW OUTCOME SCALE PENDERITA CEDERA KEPALA BERAT DENGAN GAMBARAN CT SCAN DIFFUSE INJURY

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit jantung dan kanker (Ginsberg, 2008). Lebih dari orang meninggal

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Stroke telah menjadi penyebab utama kedua terhadap kejadian disabilitas

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab utama kematian di. Indonesia (Sagita, 2013). Adapun stroke adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan

BAB I PENDAHULUAN. 5% meninggal (Lamsudin, 1998) dan penyebab kematian yang ketiga setelah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cedera kepala merupakan masalah kesehatan, sosial, ekonomi yang penting di seluruh dunia dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. orang meninggal akibat trauma. Di antara trauma - trauma yang terjadi, trauma maksilofasial

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Imunologi.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Stroke adalah salah satu penyakit epidemik global. yang mengancam kehidupan, kesehatan, dan kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

HUBUNGAN ANTARA TEKANAN INTRAKRANIAL BERDASARKAN GAMBARAN CT-SCAN DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA PASIEN CEDERA KEPALA

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang prevalensinya paling tinggi dalam masyarakat umum dan. berperan besar terhadap mortalitas dan morbiditas.

MEAN ARTERIAL PRESSURE POSTRESUSITASI SEBAGAI PREDIKTOR KELUARAN PASIEN CEDERA OTAK TRAUMATIK BERAT DENGAN GAMBARAN CT CEDERA DIFUS

HUBUNGAN ANTARA STATUS GLASSGOW COMA SCALE DENGAN ANGKA LEUKOSIT PADA PASIEN TRAUMA KEPALA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD Dr MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut WHO MONICA project, stroke didefinisikan sebagai gangguan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan dua fase yaitu gerakan bola mata cepat atau Rapid Eye

BAB 1 PENDAHULUAN. pembuluh darah dalam mengalirkan darah ke otak. Ini bisa disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. baru atau berulang. Kira-kira merupakan serangan pertama dan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Desain penelitian : prospektif dengan pembanding internal. U1n. U2n

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian yang berskala cukup besar di Indonesia dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sakit kritis nondiabetes yang dirawat di PICU (Pediatric Intensive Care Unit)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai mortalitas relative tinggi apakah penderita dioperasi atau tidak. Oleh karena itu

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

MANAJEMEN KEJANG PASCA TRAUMA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mengakibatkan hampir mortalitas (Goldszmidt et al, 2013). Stroke juga

ALGORITMA PENATALAKSANAAN CEDERA KEPALA RINGAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung. iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia

BAB I PENDAHULUAN. juga dihadapi oleh berbagai negara berkembang di dunia. Stroke adalah penyebab

ABSTRAK KORELASI ANTARA SATURASI OKSIGEN BULBUS JUGULARIS DENGAN FOUR SCORE PADA KASUS CEDERA KEPALA BERAT DI RSUP SANGLAH DENPASAR

BAB I. Pendahuluan. I.1 Latar Belakang. Angina adalah tipe nyeri dada yang disebabkan oleh. berkurangnya aliran darah ke otot jantung.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi pada. kelompok umur tahun, yakni mencapai 15,9% dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

USULAN PENELITIAN HUBUNGAN FAKTOR RISIKO DAN OUTCOME PASIEN EPIDURAL HEMATOMA PASCA TREPANASI EVAKUASI HEMATOMA DI RSUP SANGLAH DENPASAR

BAB 5 PEMBAHASAN. penelitian terdiri atas pria sebanyak 21 (51,2%) dan wanita sebanyak 20

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya komplikasi yang lebih berbahaya. diakibatkan oleh sepsis > jiwa pertahun. Hal ini tentu menjadi

BAB I PENDAHULUAN. otak, biasanya akibat pecahnya pembuluh darah atau adanya sumbatan oleh

DAMPAK GLASSGOW COMA SCALE DAN MEAN ARTERIAL PRESSURE TERHADAP LAMA HARI RAWAT PADA PASIEN CIDERA KEPALA DI RSUD BANYUMAS

BAB III METODE PENELITIAN. Kariadi Semarang pada periode Maret Juni neutrofil limfosit (NLR) darah tepi sebagai indikator outcome stroke iskemik

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. 45% dari kematian anak dibawah 5 tahun di seluruh dunia (WHO, 2016). Dari

BAB I PENDAHULUAN kematian akibat stroke. Pada keadaan tidak adanya pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. secara spontan dan teratur segera setelah lahir. 1,2. penyebab mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir dan akan membawa berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak atau brain attack ditandai

Hubungan antara skala skor FOUR dan CT Marshall dengan penilaian GCS pada penderita cedera otak akibat trauma

LAPORAN PENDAHULUAN. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn.S Dengan CKR ( CIDERA KEPALA RINGAN )

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan gangguan aliran. yang menyumbat arteri. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah otak

MODUL KEPANITERAAN KLINIK BEDAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke secara nyata menjadi penyebab kematian dan kecacatan di seluruh

BAB I PENDAHULUAN kasus stroke ( stroke iskemik dan stroke. hemoragik) dengan kematian dari kasus ini (Ropper, 2005).

JST Kesehatan, Oktober 2017, Vol. 7 No. 4 : ISSN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera otak traumatik (traumatic brain injury) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang besar. Diperkirakan insidensinya lebih dari 500 per 100.000 populasi dan lebih dari 200 kunjungan rumah sakit per 100.000 kunjungan di Eropa setiap tahunnya (Maas et al., 2007; Styrke et al., 2007). Di banyak negara yang sedang berkembang dan negara maju, trauma masih memimpin sebagai penyebab kematian untuk usia dibawah 45 tahun, menyebabkan hilangnya masyarakat usia produktif lebih banyak daripada penyakit jantung dan cerebrovaskuler. Pada trauma, cedera kepala menyebabkan mortalitas sekitar 50% (Selladurai dan Reilly, 2007). Di Amerika Serikat cedera kepala setiap tahunnya diperkirakan mencapai 500.000 kasus. Dari jumlah di atas, 10% penderita meninggal sebelum tiba di rumah sakit, sedangkan yang sampai di rumah sakit, 80% termasuk cedera kepala ringan (Glasgow Coma Scale (GCS) 13-15), 10% cedera kepala sedang (GCS 9-12) dan sisanya (10%) cedera kepala berat (GCS kurang dari atau sama dengan 8) (Muttaqin, 2002). Dalam mengelola penderita cedera kepala dapat timbul penyulit yang akan memperburuk luaran dari penderita. Beberapa peneliti mengelompokkan komplikasi pada penderita cedera kepala menjadi dua kelompok yaitu komplikasi intrakranial dan komplikasi ekstrakranial. Komplikasi ekstrakranial adalah komplikasi organ ekstra kranial selama perawatan yang dapat mengenai paru, 1

kardiovaskuler, pembuluh darah perifer, gastrointestinal, ginjal, hati, gangguan keseimbangan elektrolit, koagulopati, dan sepsis (Vander et al., 2001). Luaran setelah kerusakan otak berdampak besar terhadap aspek sosial dan ekonomi baik pasien maupun keluarganya. Selain kematian, cedera otak traumatik juga mengakibatkan ketidakmampuan fungsi hidup, tingkah laku, dan kognitif. Paling sedikit 5,3 juta penduduk Amerika, atau sekitar 2% di Amerika Serikat, memiliki ketergantungan jangka panjang maupun seumur hidup untuk melakukan aktivitas sebagai akibat dari cedera otak traumatik ini (Thurman et al., 1999). Prognosis pasien dengan cedera kepala dapat diprediksi berdasarkan GCS, tipe lesi intrakranial, peninggian tekanan intra kranial, pemeriksaan neurologi, dan adanya koagulopati (Steven, 1987; Marshall dan Marshall, 1996; Takhahoshi et al., 1997; Muttaqin, 2002). Tipe lesi intrakranial disimpulkan berdasarkan gambaran CT scan saat masuk yang dapat digunakan untuk menilai gross pathology yang terjadi. Klasifikasi dari Traumatic Coma Data Bank tahun 1991 berdasar temuan CT scan maka penderita dapat dikategorikan ada indikasi operasi atau tidak. Penderita dengan gambaran CT scan diffuse injury termasuk kategori yang tidak perlu operasi (Marshall dan Marshall, 1996; Muttaqin, 2002). Penderita dengan temuan CT scan evacuated mass tanpa adanya midline shift memiliki risiko rendah kematian atau peninggian tekanan intrakranial, dengan kata lain tanpa menjalani operasi memiliki kecenderungan tidak mengalami peningkatan tekanan intrakranial serta mempunyai luaran yang lebih baik (Muttaqin, 2002). 2

Tekanan perfusi otak (cerebral perfusion pressure (CPP)) juga dapat dijadikan sebagai prediktor keluaran TBI (Chestnut et al., 1998). Namun pengukuran CPP sukar dilakukan akibat tidak tersedianya alat ukur yang menunjang. Perfusi otak langsung dipengaruhi oleh mean arterial pressure (MAP) yang umumnya memiliki nilai yang lebih dekat dengan nilai tekanan darah diastol (diastolic blood pressure (DBP)) daripada tekanan darah sistolik (systolic blood pressure (SBP)) (Vander et al., 2001; Ropper et al., 2005; Mohrman dan Heller, 2006). Hiperglikemia sebagai suatu komponen respon stres pada fase akut, hampir selalu ada pada cedera otak berat. Hiperglikemia akan memacu terjadinya cedera sekunder yang akhirnya menyebabkan kerusakan sel sehingga memperburuk defisit neurologik pada penderita cedera kepala (Narayan et al., 1996; Markam et al., 1999). Luaran penderita cedera kepala dapat dinilai menggunakan Glasgow Outcome Scale (GOS). Hal ini karena parameter tersebut telah banyak digunakan oleh peneliti-peneliti dari luar negeri. Terdiri 5 kategori yaitu: Good dan Moderate Disable, dikatakan luaran yang baik, dan buruk pada Severe Disable, Vegetatif dan Death (Steven, 1987; Marshall dan Marshall, 1996; Muttaqin, 2002). Pada beberapa penelitian sebelumnya ada beberapa parameter yang digunakan untuk memprediksi luaran penderita cedera kepala seperti derajat kesadaran saat masuk rumah sakit, abnormalitas pupil dan refleks cahaya, gambaran CT scan saat masuk rumah sakit seperti adanya perdarahan 3

intracerebral, perdarahan subdural, perdarahan subarakhnoid, perdarahan epidural, infark cerebri, dan edema otak serta adanya trauma yang mengenai organ lain. Walaupun banyak faktor prognosis untuk cedera otak traumatik telah dievaluasi, namun sistem skoring untuk memprediksi luaran pasien cedera otak traumatik belum berkembang. Faktor-faktor prognosis yang telah diteliti sebelumnya juga memberikan hasil yang tidak konsisten untuk memprediksi luaran penderita cedera otak traumatik sedang sampai berat. Oleh sebab itu penelitian ini akan menelaah lebih mendalam beberapa parameter untuk memprediksi luaran penderita cedera otak traumatik sedang sampai berat yang tidak menjalani terapi operatif dan juga karena hal ini belum pernah diteliti di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. B. Permasalahan Penelitian Berdasarkan fakta-fakta tersebut di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Cedera otak traumatik (traumatic brain injury) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang besar. 2. Luaran setelah kerusakan otak berdampak besar terhadap aspek sosial dan ekonomi baik pasien maupun keluarganya. Selain kematian, cedera otak traumatik juga mengakibatkan ketidakmampuan fungsi hidup, tingkah laku, dan kognitif. 4

3. Prognosis pasien dengan cedera kepala dapat diprediksi berdasarkan beberapa parameter, yaitu: usia, onset, nilai motorik GCS, respon pupil, MAP, hipertermia, INR, jumlah leukosit, dan kadar gula darah. 4. Faktor-faktor prognosis yang telah diteliti sebelumnya memberikan hasil yang tidak konsisten untuk memprediksi luaran penderita cedera otak traumatik. 5. Penelitian yang menelaah parameter untuk memprediksi luaran penderita cedera otak traumatik sedang sampai berat belum pernah dilakukan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Setelah mencermati permasalahan tersebut, selanjutnya diajukan beberapa pertanyaan penelitian. C. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dirumuskan suatu pertanyaan penelitian sebagai berikut: - Apakah usia, onset, nilai motorik GCS, respon pupil, MAP, hipertermia, INR, jumlah leukosit, dan kadar gula darah merupakan faktor prognosis untuk cedera otak traumatik? D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah usia, onset, nilai motorik GCS, respon pupil, MAP, hipertermia, INR, jumlah leukosit, dan kadar gula darah merupakan faktor prognosis untuk cedera otak traumatik. 5

E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai dapat atau tidaknya usia, onset, nilai motorik GCS, respon pupil, MAP, hipertermia, INR, jumlah leukosit, dan kadar gula darah dijadikan sebagai faktor prognosis untuk cedera otak traumatik. Bagi peneliti: Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai pertimbangan dalam pengelolaan pasien dan sebagai bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut. Bagi pasien: Sebagai bahan informasi bahwa cedera otak traumatik (traumatic brain injury) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang besar. Luaran setelah kerusakan otak berdampak besar terhadap aspek sosial dan ekonomi baik pasien maupun keluarganya. Selain kematian, cedera otak traumatik juga mengakibatkan ketidakmampuan fungsi hidup, tingkah laku, dan kognitif. Bagi institusi: Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan secara ilmiah bahwa usia, onset, nilai motorik GCS, respon pupil, MAP, hipertermia, INR, jumlah leukosit, dan kadar gula darah dapat dijadikan sebagai faktor prognosis untuk cedera otak traumatik. 6

F. Keaslian Penelitian Tabel 1. Keaslian Penelitian Nama No peneliti, tahun 1 Baroto, 2007 2 Aritonang, 2007 3 Indharty, 2007 4 Rung et al., 2008 5 Irawan, 2010 6 Aman et al., 2012 Desain Penelitian Kohort 50 PT n Variabel bebas APTT TT Kohort 57 Kadar gula darah (GDS, GDP, dan GD 2 jampp) Retrospektif kohort Retrospektif kohort Prospektif observasional Observasional prospektif 234 Usia 84 Usia Derajat diffuse brain injury Refleks pupil Midline shift praoperasi ISS Kraniektomi 30 Glasgow Coma Scale (GCS) 40 GCS GCS GCS Pengukuran variabel Dihitung dengan metode automatik pada sediaan darah tepi Diukur dengan menggunakan Glucocard TM Test Strip II Rekam medis Gambaran CT scan Anamnesis Pemeriksaan CT scan Pemeriksaan Rekam medis Anamnesis dan pemeriksaan GCS 7 hari pasca trauma GCS 3 bulan pasca trauma GCS 7 hari pasca trauma. Variabel tergantung Glasgow Outcome Scale Skor Disability Rating Scale (DRS) Kondisi akhir Glasgow Outcome Scale Disability Rating Scale (DRS) IL-6 IL-6 Asam urat Pengukuran variabel Dinyatakan 1 bulan setelah cedera Anamnesis dan pemeriksaan Dinyatakan dengan hidup atau meninggal Dinyatakan 6 bulan setelah cedera kepala Anamnesis dan pemeriksaan Pengukuran kadar dalam serum pasien dilakukan praoperasi dan pascaoperasi Hasil Penelitian PT memanjang terhadap outcome bermakna secara statistik (p=0,045) RR=6,102 (95% CI 1,040-35,791) serta AR=35% APTT memanjang terhadap outcome tidak bermakna secara statistik (p=0,178). TT memanjang terhadap outcome tidak bermakna secara statistik (p=0,548). GDS, GDP, dan GD 2 jampp saat masuk RS mempunyai korelasi positif dengan skor DRS pada hari ke-14, dengan nilai r 0,6; 0,6; 0,4. Usia memiliki hubungan yang bermakna dengan kecenderungan peningkatan proporsi kematian (p=0,04). Derajat diffuse brain injury memiliki hubungan yang bermakna dengan kecenderungan peningkatan proporsi kematian (p=0,01). Pasien dengan usia diatas 40 tahun berasosiasi dengan luaran buruk (p<0.001). Refleks pupil praoperasi yang tidak responsif berasosiasi dengan luaran buruk (p=0.001). Midline shift praoperasi berasosiasi dengan luaran buruk (p=0.008). Injury severity score (ISS) yang tinggi berasosiasi dengan luaran buruk (p=0.007). Kraniektomi berasosiasi dengan luaran buruk (p<0.05). Didapatkan hubungan yang bermakna antara GCS dan DRS (p=0,046). Komponen GCS yang menunjukkan hubungan bermakna dengan DRS adalah respons motorik (p=0,001) dan respons membuka mata (p=0,014). Kadar IL6 pascaoperasi berhubungan bermakna dengan GCS hari ke-7 (p = 0,006). Kadar IL6 pascaoperasi berhubungan bermakna dengan GCS bulan ke-3 (p = 0,016). Kadar asam urat pascaoperasi berhubungan bermakna dengan GCS hari ke-7 (p = 0,042). 7

Penelitian mengenai faktor prognosis untuk memprediksi luaran pasien cedera otak traumatik sedang sampai berat yang tidak dilakukan tindakan operasi seperti telah disebutkan di atas sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan dan baru pertama kali dilakukan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. 8