ANALISIS PENGETAHUAN GIZI IBU BALITA DI DESA PASIRLANGU CISARUA BANDUNG BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia yang berkualitas dalam pembangunan Bangsa

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN. Kesimpulan penelitian Manfaat Penyuluhan Gizi dalam Upaya Peningkatan

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang sejak. pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan, meliputi seluruh kehidupan masyarakat baik dari segi sosial,

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN. Kesimpulan penelitian mengenai Persepsi Ibu Pada Penyuluhan Pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional menurut Radiansyah (dalam

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PRAKTEK KADARZI DI KECAMATAN TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BAYI DENGAN PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN BAYI USIA 6-12 BULAN DI DESA MANGGUNG SUKOREJO MUSUK BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa yang membutuhkan perhatian lebih dari

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

BAB I PENDAHULUAN menjadi 228 kasus pada Angka kematian bayi menurun dari 70

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU

d. Mendistribusikan kartu panggilan/undangan penimbangan melalui pengurus kelompok PKK RT 2. Hari Pelaksanaan Penimbangan (H) Pada hari buka Posyandu

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN

MATERI PENYEGARAN KADER

BAB I PENDAHULUAN. penting yaitu memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental

KERANGKA ACUAN PROGRAM GIZI PUSKESMAS KAMPAR KIRI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak seimbang menimbulkan masalah yang sangat sulit sekali

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

Upaya Kader Posyandu Dalam Peningkatan Status Gizi Balita di Kelurahan Margasuka Kota Bandung

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia mengalami masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang

BAB I PENDAHULUAN. Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan bentuk partisipasi. masyarakat yang membawa arti yang sangat besar bagi kesehatan dan

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI SMA PEDESAAN DAN PERKOTAAN DI KABUPATEN KLATEN

KMS = Kartu Menuju Sehat Sebagai alat bantu pengukuran dan pemantauan STATUS GIZI balita Masih ditemukan tingginya kesalahan pada saat pengisian KMS

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan gizi masih menjadi masalah yang serius. Kekurangan gizi

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status

PENERAPAN HASIL BELAJAR NUTRISI PADA PERILAKU GIZI SISWA SMK SANDHY PUTRA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI KURANG PADA BALITA TERHADAP KEJADIAN GIZI KURANG DI DESA PENUSUPAN TAHUN 2013

KATA PENGANTAR. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional pada dewasa ini diarahkan pada taraf hidup dan

KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI DAN KADARZI PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 I.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang baik. Menciptakan sumber daya

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN. Kesimpulan penelitian Pemanfaatan Konsultasi Gizi Untuk Peningkatan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN. Kesimpulan penelitian mengenai Pemanfaatan Hasil Belajar Ilmu Gizi

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB I PENDAHULUAN. namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis

BAB 1 PENDAHULUAN. essensial bagi manusia untuk mempertahankan hidup dan kehidupan (Maslow, 1970

HUBUNGAN FREKUENSI KEHADIRAN ANAK USIA 1-3 TAHUN (BATITA) DALAM PENIMBANGAN DI POSYANDU DENGAN STATUS GIZI ANAK

mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari baik sebagai pribadi, maupun sebagai anggota keluarga, masyarakat, ataupun sebagai pekerja.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi oprasional dalam penelitian ini perlu dikemukakan untuk menghindari

BAB I PENDAHULUAN. gizi yang terdiri dari 5,7% balita yang gizi buruk dan 13,9% berstatus gizi

frekuensi kontak dengan media massa (Suhardjo, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Status gizi menjadi indikator dalam menentukan derajat kesehatan anak.

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Almatsier (2002), zat gizi (nutrients) adalah ikatan kimia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan antara asupan makanan dan penggunaan zat gizi. Bila tubuh

BAB III METODE PENELITIAN

PENGETAHUAN MAHASISWA TENTANG METODA PENELITIAN PENDIDIKAN TATA BOGA SEBAGAI DASAR PENYUSUNAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional menurut Radiansyah (dalam Oktaviani,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian negara berkembang di dunia termasuk Indonesia menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ismawati tahun 2010 (dalam Ariyani dkk, 2012), posyandu

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

MENGISI DAN MEMBACA KARTU MENUJU SEHAT (KMS) Manjilala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS KEPANJEN Jalan Raya Jatirejoyoso No. 04 Telp. (0341) Kepanjen

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan berat

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi atau peran serta masyarakat mempunyai arti yang sangat luas, yang pada

Lampiran 1 Tingkat ketahanan pangan di berbagai wilayah di Provinsi Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. merupakan salah satu tempat potensial untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta

BAB I PENDAHULUAN. yang ditanam di Malang mempunyai nama Apel Malang. Buah dan sayur memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator pembangunan kesehatan adalah melihat perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang masih tersebar luas di negara-negara. berkembang termasuk di Indonesia, masalah yang timbul akibat asupan gizi

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

No. Dokumen : C. KEBIJAKAN Puskesmas Gedongan mengatur tata cara melakukan konsultasi gizi kepada pasien

UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM)

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

BAB I PENDAHULUAN. yakni gizi lebih dan gizi kurang. Masalah gizi lebih merupakan akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. sebelum berangkat melakukan aktivitas sehari-hari (Utter dkk, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya paling besar mengalami masalah gizi. Secara umum di Indonesia

Transkripsi:

60 ANALISIS PENGETAHUAN GIZI IBU BALITA DI DESA PASIRLANGU CISARUA BANDUNG BARAT Vera Susanti 1, Sri Subekti 2, dan Ai Nurhayati 3 Program penyuluhan gizi di desa Pasirlangu, Cisarua, Bandung Barat diberikan kepada Ibu Balita pada tahun 2014. Jumlah seluruh Balita di desa Pasirlangu yaitu 229 Balita, 220 Balita memiliki status gizi baik, 5 Balita memiliki status gizi kurang, dan 4 Balita memiliki status gizi lebih, walaupun angka masalah gizi terbilang kecil, hal ini akan berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia di masa depan. Tingkat pengetahuan gizi Ibu Balita di desa Pasirlangu harus diukur untuk menilai hasil dari penyuluhan yang telah di programkan oleh Puskesmas desa Pasirlangu, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang pengetahuan gizi Ibu Balita di desa Pasirlangu meliputi pengetahuan tentang Pengenalan Zat Gizi, Mengukur Status Gizi Dengan KMS, Pentingnya Menggunakan Garam beryodium, Gizi Seimbang, dan Gizi Seimbang Untuk Balita serta menganalisis bagaimana tingkat pengetahuan gizi Ibu Balita di desa Pasirlangu.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif yang dianalisis dengan statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan gizi Ibu Balita di desa Pasirlangu, dikategorikan ke dalam kriteria sedang, dengan masing-masing kriteria tingkat pengetahuan materi yaitu tingkat pengetahuan Ibu Balita termasuk dalam ketogori baik untuk materi pengenalan zat gizi, mengukur status gizi dengan KMS dan gizi seimbang. Sedangkan untuk materi beryodium dan materi gizi seimbang untuk Balita termasuk dalam kategori sedang, untuk itu penulis merekomendasikan agar Puskesmas melakukan penyuluhan secara individual untuk materi yang belum termasuk kedalam kriteria baik. Kata kunci : Pengetahuan Gizi, Ibu Balita, Desa Pasirlangu, Cisarua, Bandung Barat. PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Masalah gizi selalu mendapat perhatian, tidak hanya di negara-negara yang masih terbelakang, namun juga di negera-negara berkembang dan maju. Masalah gizi yang dijumpai di masyarakat umumnya bukan karena faktor medis melainkan faktor konsumsi pangan, meskipun sering berkaitan dengan masalah kekurangan pangan, pemecahan masalah gizi tidak selalu berupa peningkatan produksi dan pengadaan pangan. 1) Vera Susanti, Alumni Prodi Pendidikan Tata Boga Departemen PKK FPTK UPI 2) Sri Subekti, Ai Nurhayati Dosen Prodi Pendidikan Tata Boga Departemen PKK FPTK UPI Dalam konteks ini masalah gizi tidak lagi semata-mata masalah kesehatan tetapi juga masalah kemiskinan, pemerataan, kesempatan kerja, dan masalah pengetahuan tentang gizi (pendidikan gizi). Upaya pemerintah dalam meningkatkan keadaan gizi masyarakat salah satunya adalah memberikan penyuluhan gizi melalui posyandu dengan memberikan masukan pesan-pesan gizi sederhana, pelayanan gizi, serta pemanfaatan lahan pekarangan (Dep Kes, 2000: xiii). Penyuluhan gizi yang dilakukan di posyandu-posyandu merupakan sebuah bentuk pemberian pendidikan gizi kepada masyarakat dalam konteks pendidikan non formal, yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman serta pengetahuan masyarakat tentang gizi, diharapkan dengan adanya berbagai

61 penyuluhan tentang gizi tersebut, pemahaman serta pengetahuan masyarakat tentang gizi semakin meningkat sehingga dapat memberikan penyelenggaraan makan yang baik untuk Balita. Desa Pasirlangu merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat yang terdiri dari 13 RW dengan 1 unit Puskesmas. Para Kader dan Bidan desa di setiap Posyandu yang tersebar di 13 RW yang turut melakukan penyuluhan gizi kepada masyarakat, diantaranya penyuluhan tentang Pengenalan Zat Gizi, Mengukur Status Gizi Dengan KMS, Pentingnya Menggunakan Garam beryodium, Gizi Seimbang, dan Gizi Seimbang Untuk Balita, sebagai bentuk pelayanan kepada masyarakat agar status gizi masyarakat desa Pasirlangu terutama Balita dalam keadaan status gizi yang baik. Dari data yang diperoleh dari Puskesmas desa Pasirlangu saat ini dari jumlah keseluruhan Balita yaitu 229 Balita, 220 Balita memiliki status gizi yang baik, 5 Balita memiliki status gizi kurang, dan masih ada 4 Balita memiliki status gizi lebih dengan jumlah keseluruhan Ibu Balita sebanyak 226 orang, meskipun angka masalah gizi terbilang kecil, hal ini akan berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia di masa yang akan datang. Oleh karena itu, tingkat pengetahuan gizi Ibu Balita di desa Pasirlangu, Cisarua, Bandung Barat harus diukur untuk menilai hasil dari penyuluhan yang telah di programkan oleh Puskesmas desa Pasirlangu, Cisarua, Bandung Barat. Keadaan tersebutlah yang membuat penulis termotivasi untuk meneliti dan menganalisis bagaimana pengetahuan gizi Ibu Balita di desa Pasirlang yang telah mengikuti penyuluhan gizi yang diprogramkan oleh Puskesmas desa Pasirlangu,Cisarua, Bandung Barat. Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh data mengenai: a. Pengetahuan gizi Ibu Balita di desa Pasirlangu, Cisarua, Bandung Barat, meliputi pengetahuan tentang Pengenalan Zat Gizi, Mengukur Status Gizi Dengan KMS, Pentingnya Menggunakan Garam beryodium, Gizi Seimbang, dan Gizi Seimbang Untuk Balita. b. Menganalisis bagaimana tingkat pengetahuan gizi Ibu Balita di desa Pasirlangu, Cisarua, Bandung Barat. ISI Penyebaran instrumen dilakukan kepada 70 responden yang tersebar di dalam 7 RW yang memiliki posyandu di desa Pasirlangu, Cisarua, Bandung Barat. Dengan masing-masing jumlah responden setiap RW adalah 16 responden untuk RW 6, 12 responden untuk RW 7, 6 responden untuk RW 8, 4 responden untuk RW 9, 13 responden untuk RW 11, 11 responden untuk RW 12 dan 8 responden untuk RW 13. Waktu yang dibutuhkan untuk penyebaran dan pengumpulan instrumen adalah 4 hari, hingga waktu yang telah ditentukan instrumen yang kembali terkumpul dan telah diisi oleh responden berjumlah sama pada saat penyebaran instrumen yaitu 70 eksemplar instrumen.

62 Dalam pelaksanaan penyebaran instrumen peniliti dibantu oleh para kader disetiap posyandu sehingga penyebaran dan pengumpulan instrumen lebih mudah dan cepat. Berdasarkan hasil olah dan analisis data diperoleh hasil penelitian sesuai dengan tujuan penelitian sebagai berikut : Gambar Diagram 1 Pengetahuan Ibu Balita di Desa Pasirlangu Cisarua Bandung Barat Berdasarkan gambar diagram 1 dapat dilihat rata-rata tingkat pengetauan gizi Ibu Balita di desa Pasirlangu Cisarua Bandung Barat berada pada kriteria sedang dengan persentase frekuesi responden sebesar 79%. Dari diagram 4.6 dapat terlihat responden tingkat pengetahuan responden paling tinggi adalah materi mengukur status gizi dengan KMS dengan persentase sebesar 95% dan berada pada kriteria baik. Tingkat pengetahuan responden juga berada pada kriteria baik untuk materi pengenalan zat gizi dengan persentase sebesar 86% dan materi gizi seimbang dengan persentase sebesar 82%. Sedangkan untuk materi gizi seimbang untuk Balita dengan persentase sebesar 69% dan materi pentingnya menggunakan garam beryodium dengan persentase sebesar 65% masih berada pada kriteria sedang. Berdasarkan data dan hasil analisis dapat disimpulkan rata-rata tingkat penguasaan responden terhadap materi pengenalan zat gizi sudah sebagian besar responden (86%) memiliki kriteria tingkat pengetahuan yang baik dengan persentase 95% untuk pertanyaan yang berkaitan dengan usia rawan gizi dan tingkat pengetahuan yang sedang dengan persentase 76% untuk pertanyaan yang berkaitan dengan fungsi zat gizi, sehingga penyuluhan gizi dengan materi pengenalan zat gizi yang di programkan oleh Puskesmas desa Pasirlangu, Cisarua, Bandung Barat sudah diterima responden dengan baik, meskipun harus ada peningkatan pengetahuan lagi berkaitan dengan sub materi fungsi zat gizi untuk Balita agar tingkat pengetahuan pada sub materi fungsi zat gizi untuk Balita meningkat menjadi baik. Tingkat pengetahuan responden yang baik terkait materi Pengenalan Zat Gizi diharapkan dapat menghasilkan perilaku individu dan masyarakat yang dapat meningkatkan dan mempertahankan gizi baik masyarakat desa Pasirlangu sebagai hasil dari penyuluhan gizi yang telah diberikan oleh puskesmas desa Pasirlangu, Cisarua, Bandung Barat. Seperti yang dikutip dari pendapat Suhardjo (2003, hlm.29) yang menyatakan bahwa penyuluhan gizi adalah pendekatan edukatif yang menghasilkan perilaku individu atau masyarakat yang diperlukan dalam peningkatan atau mempertahankan gizi baik. Persentase rata-rata pengetahuan Ibu Balita tentang materi mengukur status gizi dengan KMS termasuk dalam kategori baik. Hasil pengolahan data mengenai pengetahuan Ibu Balita mengenai materi mengukur status gizi dengan KMS menunjukkan dari keempat point pertanyaan mengenai KMS, secara keseluruhan pengetahuan sebagian besar (95%) responden termasuk dalam kategori baik, sehingga dapat ditarik

63 kesimpulan tingkat pengetahuan responden berkaitan dengan materi mengukur status gizi dengan KMS sudah baik. Tingkat pengetahuan yang baik mengenai materi mengukur status gizi dengan KMS diharapkan Ibu Balita dapat mengoptimalkan penggunaan KMS, karena dengan KMS gangguan pertumbuhan atau resiko kelebihan ataupun kekurangan gizi dapat diketahui lebih dini, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan secara lebih cepat dan tepat sebelum masalahnya lebih berat. Melihat tingkat peresentase pengetahuan sebagian besar (95%) responden termasuk dalam kategori baik, KMS cukup berhasil menjadi media yang edukatif dalam upaya penyuluhan gizi kesehatan. Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 155/Menkes/Per/I/2010 tentang penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk Balita, bahwa fungsi utama dari KMS adalah : a. Sebagai alat untuk memantau pertumbuhan anak. b. Sebagai catatan pelayanan kesehatan anak. Di dalam KMS dicatat riwayat pelayanan kesehatan dasar anak terutama berat badan anak, pemberian kapsul vitamin A, pemberian ASI pada bayi 0-6 bulan dan imunisasi. c. Sebagai alat edukasi. Di dalam KMS dicantumkan pesan-pesan dasar perawatan anak seperti pemberian makanan anak, perawatan anak bila menderita diare. Berdasarkan hasil olah data mengenai materi garam beryodium menunjukan rata rata persentase pengetahuan Ibu Balita tentang materi beryodium berada pada kriteria Sedang, dengan rata rata persentase sebesar (65%). Pengetahuan Ibu Balita mengenai materi tentang pentingnya menggunkan garam beryodium terbagi menjadi 4 kriteria yaitu, sebagian besar responden (99%) mengetahui dengan baik bahwa garam yang baik digunakan untuk mengolah makanan untuk Balita adalah garam beryodium, sebagian besar responden (87%) mengetahui dengan baik bahwa kekurangan yodium dalam tubuh akan menyebabkan penyakit gondok, namun hanya lebih dari setengah responden (53%) yang mengetahui fungsi garam beryodium, dan hanya sebagian kecil (20%) yang mengetahui cara tes kadar yodium secara sederhana. Melihat rata-rata presentase pengetahuan Ibu Balita di desa Pasirlangu, Cisarua, Bandung Barat termasuk dalam kategori sedang (65%), perlu adanya tindakan penyuluhan yang lebih intensif berkaitan dengan materi beryodium agar pengetahuan Ibu Balita berkaitan dengan garam beryodium di desa Pasirlangu, Cisarua, Bandung Barat dapat meningkat menjadi baik. Pengetahuan mengenai garam beryodium sangat penting, mengingat akibat yang ditimbulkan dari kekurangan yodium sangat berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia seperti yang dikutip dari pendapat Almatsier S (2009, hlm.264) defisiensi iodium berpengaruh berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia secara luas, meliputi tumbuh kembang, termasuk perkembangan otak. Persentase rata-rata tingkat pengetahuan Ibu Balita tentang materi gizi seimbang berada pada kriteria Baik, dengan rata rata persentase sebesar (82%). Rata-rata persentase tersebut diperoleh dari 9 sub materi yang memiliki

64 kriteria tingkat pengetahuan yang berbeda-beda. Pengetahuan responden mengenai tujuan dari pemberian makanan sehat dan gizi seimbang untuk keluarga berada pada kriteria baik dengan presentase 97% yang berarti sebagian besar responden sudah mengetahui dengan baik bahwa tujuan dari pemberian makanan sehat dan gizi seimbang untuk keluarga adalah tercapainya kesehatan yang optimal. Pengetahuan yang baik berkaitan dengan materi tujuan pemberian makanan sehat dan gizi seimbang untuk keluarga, diharapkan Ibu Balita dapat memberikan penyelenggaraan makan dengan komposisi zat gizi yang seimbang sesuai dengan kebutuhan Balita agar dapat mencapai kesehatan yang optimal dan terhindar dari masalah gizi baik kekurangan gizi maupun kelebihan gizi. Hal ini sesuai dengan pendapat Kurniasih D (2010, hlm.7) bahwa kekurangan dan kelebihan gizi muncul karena pola makan bergizi tak seimbang, kekurangan gizi terjadi akibat asupan gizi dibawah kebutuhan, sedangkan kelebihan gizi timbul karena asupan gizi melebihi kebutuhan. Berdasarkan hasil olah hasil analisis data dapat dismpulkan bahwa tingkat pengetahuan responden mengenai materi gizi seimbang sudah baik, namun responden masih kurang mengetahui sub materi mengenai sumber zat pembangun yang berasal dari hewani dan sumber zat pembangun yang berasal dari nabati yang cocok dikonsumsi oleh Balita. Penyuluhan gizi dengan materi gizi seimbang yang diprogramkan oleh puskesmas desa Pasirlangu, Cisarua, Bandung Barat sudah dapat diterima dengan baik oleh responden. Namun, masih kurang untuk sub materi mengenai sumber zat pembangun yang berasal dari hewani dan sumber zat pembangun yang berasal dari nabati yang cocok dikonsumsi oleh Balita sehingga diperlukan adanya penyuluhan secara individual berkaitan dengan sub materi ini agar pengetahuan responden dapat meningkat menjadi baik. Pengetahuan mengenai menyusun menu sehat seimbang untuk Balita sangat penting untuk responden. Pengetahuan ini merupakan dasar yang harus dimiliki oleh responden agar dapat memberikan penyelenggaraan makan yang sehat dan seimbang untuk Balita. Penyelenggaraan makan yang sehat dan seimbang sangat penting untuk Balita mengingat Balita merupakan usia rawan gizi yang perkembangan fisik dan mentalnya akan berpengaruh diusia remaja dan dewasa. Seperti yang dikutip dari pendapat Kurniasih D (2010, hlm.74) usia Balita cukup rawan karena pertumbuhan dan perkembangan di usia ini akan menentukan perkembangan fisik dan mental anak di usia remaja dan dewasa. Berdasarkan hasil olah data dan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan gizi Ibu Balita di desa Pasirlangu, Cisarua, Bandung Barat belum baik karena hanya 79% responden yang mengetahui dengan baik seluruh materi penuyuluhan sehingga tingkat pengetahuan responden dikategorikan ke dalam kriteria sedang. Untuk itu diperlukan adanya penyuluhan gizi secara individual berkaitan dengan materi beryodium dan gizi seimbang untuk Balita agar tingkat pengetahuan gizi Ibu Balita di desa Pasirlangu, Cisarua, Bandung Barat dapat meningkat menjadi baik. Karena dengan tingkat pengetahuan gizi yang baik diharapkan dapat meningkatkan status gizi masyarakat yang nantinya akan sangat berhubungan

65 dengan meningkatnya kesehatan dan kesejahteraan masyarakat desa pasirlangu. Hal ini sesuai dengan pendapat Suhardjo (2003, hlm. 28) alasan mengapa pengetahuan gizi penting didasarkan pada 3 kenyataan yaitu : 1) Status gizi yang baik adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan; 2) Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal, pemeliharaan dan energi; 3) Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar menggunakan pangan dengan baik bagi kesejahteraan gizi. PENUTUP Berdasarkan hasil olah dan analisis data hasil penelitian Analisis Pengetahuan Gizi Ibu Balita Di Desa Pasirlangu Cisarua Bandung Barat dapat disimpulkan bahwa Tingkat pengetahuan gizi Ibu Balita di desa Pasirlangu, Cisarua, Bandung Barat dikategorikan ke dalam kriteria sedang dengan masingmasing kriteria tingkat pengetahuan materi yaitu tingkat pengetahuan Ibu Balita termasuk dalam ketogori baik untuk materi pengenalan zat gizi, mengukur status gizi dengan KMS dan gizi seimbang, sedangkan untuk materi beryodium dan materi gizi seimbang untuk Balita termasuk dalam kategori sedang. Oleh karena itu, penulis merekomendasikan kepada puskesmas desa Pasirlangu, Cisarua, Bandung Barat agar melakukan penyuluhan gizi secara individual agar tingkat pengetahuan gizi Ibu Balita di desa Pasirlangu dapat meningkat menjadi baik. Terutama untuk materi beryodium dan gizi seimbang untuk Balita yang tingkat pengetahuaa Ibu Balita terhadap kedua materi tersebut masih berada pada kriteria sedang. Dengan memiliki pengetahuan gizi yang baik diharapkan Ibu Balita dapat dapat memberikan peyelenggaraan makan yang baik untuk Balita agar Balita dapat terhindar dari berbagai macam masalah gizi sehingga dapat meningkatkan tingkat kesehatan dan kesejahteraan masayarakat desa Pasirlangu, kecamatan Cisarua, kabupaten Bandung Barat. DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S.(2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Kurniasih, Dedeh. (2010). Sehat & Bugar Berkat Gizi Seimbang. Jakarta : PT Penerbitan Sarana Bobo. Suhardjo. (2003). Petunjuk Laboraturium : Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Bogor : Departement Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan Dan Gizi, IPB Sumber Lain : Departemen Kesehatan Indonesia No.8, Tahun 2000 Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 155/Menkes/Per/I/2010