ABSTRACT. Keywords: Perception, Availability of Information Media, Courageous Risk Behavior Literature: 42 ( )

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

Skripsi Ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat. Untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: NORDINA SARI J

MENGANALISIS TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PAPARAN MEDIA INFORMASI TERHADAP PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMP N 2 MOJOSONGO BOYOALI

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SEKS BEBAS PADA REMAJA KELAS XI DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI STIKES X TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

UNIVERSITAS UDAYANA LUH GD. DWI KARTIKA PUTRI

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Astrid Rusmanindar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UNIVERSITAS UDAYANA PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA SEKAA TERUNA TERUNI DI DESA BENGKALA TAHUN 2015 LUH ANIEK PRAWISANTI

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, PERAN KELUARGA DAN SUMBER INFORMASI (MEDIA) DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA PRANIKAH DI SMP 1 PARANG KABUPATEN MAGETAN

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN SIKAP DAN PERILAKU TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA KELAS X DAN XI DI SMA MUHAMMADIYAH SEWON BANTUL

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

HUBUNGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH DENGAN USIA MENIKAH PADA REMAJA YANG MENIKAH DI TAHUN 2015 DI KECAMATAN PLAYEN KABUPATEN GUNUNGKIDULYOGYAKARTA 2015

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI CIREBON

PENGARUH KONSEP DIRI REMAJA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN SEKS BEBAS DI SMP Z SEMARANG. Abstrak

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan International Conference on Population and

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UNIVERSITAS UDAYANA TINGKAT EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ORANG TUA PADA REMAJA TENTANG SEKSUALITAS REMAJA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKAWATI I TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MENGENAI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PADA GURU DI SMP X DI KOTA CIMAHI TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas

PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PERILAKU SEKSUAL SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU REMAJA TENTANG SEKS PRA NIKAH

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

Kata Kunci : seksual remaja, berpacaran, sumber informasi

HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP SEKSUAL PADA REMAJA DI SMP N 7 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

Jurnal Obstretika Scientia ISSN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SEKSUAL PRANIKAH DENGAN PERILAKU SEKSUAL

PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI SMA BERBASIS AGAMA DAN SMA NEGERI DI BANTUL NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

POLA PERILAKU SEKS PRANIKAH DI KALANGAN SISWA SMA RAKSANA MEDAN TAHUN 2010 OLEH: KASTHOORIBHAEE SELVADURAI

The Factors Related to Pre Marriage Sexual Behavior of Adolescents in Grade X and XI in State Senior High School 1 in Bandar Lampung

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Jurnal Riset Kesehatan PERBEDAAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS DI SMA PERKOTAAN DAN PEDESAAN KABUPATEN KUDUS

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Remaja dalam Mencegah Hubungan Seksual (Intercourse) Pranikah di SMA Muhammadiyah 1 Banjarmasin Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA MENGENAI MASTURBASI DI SMP X DI KOTA CIMAHI TAHUN 2010

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MENGENAI MENARCHE PADA SISWI SMP X DI KOTA CIMAHI TAHUN 2010

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI KELAS TIGA SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI WANITA

HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI MENGAKSES MEDIA AUDIO VISUAL DVD/ VCD PORNO DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMAN 1 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA SKRIPSI

ANALISIS PERILAKU SEKSUAL SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 BANTUL TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA REMAJA DI DESA SUSUKAN KECAMATAN SUMBANG

Rahmawati, Murwati, Henik Istikhomah Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Kebidanan

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Asti Listyani PROGRAM

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No.23 Tahun 1992 mendefinisikan bahwa kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yaitu tahun, adalah. disebut masa remaja. (Widyastuti, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. (Soetjiningsih, 2004). Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Oleh karena itu, orang dewasa merupakan individu yang. bersama dengan orang dewasa lainnya (Hurlock, 2004).

STUDI D IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : RINI INDARTI PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara tahun 1970 dan

GAMBARAN MEDIA INFORMASI, PENGARUH TEMAN, TEMPAT TINGGAL DENGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2017

BAB І PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRA NIKAH PADA REMAJA ANAK JALANAN DI KOTA SURAKARTA

Lina Afiyanti 2, Retno Mawarti 3 INTISARI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI OLEH REMAJA DI SMPN 19 WILAYAH KERJA PUSKESMAS AUR DURI KOTA JAMBI

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA TERHADAP SIKAP SEKSUAL REMAJA DI SMK PIRI 3 YOGYAKARTA 2012

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN PAPARAN MEDIA MASSA DENGAN PERILAKU PACARAN REMAJA DI KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO

PENGARUH PAPARAN INFORMASI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL SISWA SMA DI KECAMATAN BANJARSARI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH REMAJA DI INDONESIA (ANALISIS DATA SDKI 2012)

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA SISWI KELAS XI SMA X KABUPATEN BANDUNG TERHADAP PERILAKU SEKSUAL.

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA SMA SANTO THOMAS 1 MEDAN MENGENAI SEKS BEBAS PADA TAHUN 2009

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PERILAKU SEKSUAL REMAJA PADA SISWA SMA DI KECAMATAN BATURRADEN DAN PURWOKERTO

Hubungan Akses Media Massa dengan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi pada Remaja ( Studi Kasus di SMK Kristen Gergaji)

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI USIA DINI TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS V SD MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN MOTIVASI IBU DALAM MENINGKATKAN STATUS GIZI PADA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARENG

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan seksual pranikah umumnya berawal dari masa pacaran atau masa penjajakan.

Keywords: Bandungan tourist area, elementary school, early adolescents, health education, knowledge level, reproductive health education.

BAB I PENDAHULUAN. baik secara biologis, psikologis maupun secara sosial. Batasan usia

Rini Agustina. Masyarakat Universitas Diponegoro. Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI DAN MP-ASI DENGAN PERTUMBUHAN BADUTA USIA 6-24 BULAN (Studi di Kelurahan Kestalan Kota Surakarta)

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Priyanti 1, Maya Fitria 2, Erna Mutiara 2 ABSTRACT

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN (KTD) DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMA NEGERI 1 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

JURNAL KEBIDANAN DAN KESEHATAN (JOURNAL OF MIDWIFERY AND HEALTH)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

PENGARUH MEDIA SOSIAL (YOUTUBE) TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS REMAJA DI YAYASAN PENDIDIKAN X

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KARYA TULIS ILMIAH. HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU TERHADAP MINUMAN KERAS Studi Kasus di PT Esa Express Surabaya

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. yang bisa dikatan kecil. Fenomena ini bermula dari trend berpacaran yang telah

Transkripsi:

HUBUNGAN PERSEPSI REMAJA TENTANG KEPEDULIAN ORANGTUA DAN KETERSEDIAAN MEDIA INFORMASI KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN PERILAKU PACARAN BERISIKO DI SMK X SEMARANG TAHUN 2017 Paska Aprina br Purba, Sri Winarni, Dharminto, Farid Agushyibana Bagian Biostatistik dan Kependudukan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Email: paskaaprinabrpurba@gmail.com ABSTRACT PILAR PKBI survey conducted in 2015 in City and District Semarang obtained that the behavior of teen courtship has been heading towards a very risky. Even adolescents who are still in school have sexual intercourse. In the location where the study was obtained 2 cases of students were issued due to pregnancy cases outside marriage in 2016. The purpose of this study is to analyze the relationship between adolescent perceptions about parental care and the availability of reproductive health information media with risky dating behavior in students of SMK X Semarang in 2017. Type of research explanatory research with cross sectional method. The population of this study are all students of class X and XII SMK X Semarang who ever dating and are courting 169 people. The sample in this study is the total population, which is 146 people. The result of univariate analysis shows that the highest percentage of teenagers is female teenager (79,5%) where age at most is age 17 year (41,8%). The result of spearman Rank correlation statistic test shows that there is no significant correlation between adolescent perception about parental care (p = 0,376) and availability of media of reproduction health information (p = 0,310) with risk dating behavior at student of SMK X Semarang 2017. Suggestion for parents to become teenage friends in sharing their problems, paying attention through text messages / direct calls while outdoors, providing knowledge to adolescents on issues related to reproductive health. Keywords: Perception, Availability of Information Media, Courageous Risk Behavior Literature: 42 (1995-2017) PENDAHULUAN Perilaku seksual pranikah pada para remaja sangat mengkhawatirkan. Hubungan terjadi karena pemahaman yang salah atas modernisasi, kebebasan, dan hak individual. Hubungan seksual pranikah tidak dapat dibenarkan dalam norma etika, susila, terlebih lagi pada norma agama. Jika 231 perilaku seksual dilakukan oleh pelajar, akan terjadi hal-hal yang tidak dikehendaki atau memiliki anak pada usia muda.. Akibatnya, pendidikannya akan terhambat sehingga peluang untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi akan sangat sulit. (2)

Perilaku seksual yang tidak sehat di kalangan remaja yang belum menikah juga cenderung meningkat. Dapat diketahui dari laporan data SKRRI 2007 dan SKRRI 2012 berpacaran remaja di Indonesia cenderung semakin berani dan terbuka, diantaranya berpegangan tangan tahun 2007 perempuan 68,3% menjadi 72% pada tahun 2012 dan laki-laki 69% menjadi 80%. Berciuman laki-laki 41,2% sedangkan perempuan 29,3% menjadi 30%. Meraba/merangsang, laki-laki 26,5% meningkat menjadi 30% sedangkan perempuan 9,1% menjadi 6% pada tahun 2012. Remaja perempuan memiliki persepsi bahwa keperawanan bagi seorang perempuan lebih penting (77%) dibandingkan laki-laki (66%) persepsi ini lebih rendah bila dibandingkan data SKRRI 2007 (masing-masing 99% dan 98%). (3)(4) Pada tahun 2015 PILAR PKBI juga melakukan minisurvey untuk mengetahui tren kenaikan angka perilaku remaja berisiko di Kota dan Kabupaten Semarang. Hasilnya adalah, dari 2843 responden remaja 39,6% sudah mempunyai status pacaran pada usia 16-19 tahun dan 73,3% sudah berpacaran pada usia 10-15 tahun. Dari 2843 responden tersebut, perilaku pacaran menunjukkan bahwa 24,6% melakukan ciuman, 43,7% melakukan pelukan, 11,2% pernah memegang organ reproduksi pasangannya, 11,2% keinginan berhubungan seksual, 2,4% melakukan petting dan 2,2% pernah melakukan hubungan seksual. Maka dari hasil minisurvey ini menunjukkan bahwa hampir 50% remaja pernah melakukan perilaku seksual pranikah. (1) Menurut penelitian yang dilakukan Shaluhiyah, dkk (2006) pada penelitiannya menemukan bahwa ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi munculnya masalah perilaku seksual remaja diantaranya, kurangnya informasi tentang seks sehingga remaja cenderung meniru apa yang dilihat dan didengar dari media massa. Kekurangtepatan terhadap pemilihan media mengakibatkan munculnya permasalahan seksualitas. (5) Berdasarkan buku laporan catatan perilaku siswa tahun 2013 terdapat satu siswa yang dikeluarkan dari SMK Swadaya Semarang karena hamil diluar nikah dan tahun 2014 juga terdapat satu siswa yang dikeluarkan karena hamil diluar nikah. Catatan terakhir pada tahun 2016 ada 2 siswa yang dikeluarkan juga dari sekolah karena hamil di luar nikah. Peneliti juga melakukan wawancara kepada 10 siswa yang ada di SMK Swadaya Semarang. Dari hasil wawancara tersebut di dapatkan bahwa 70% siswa sedang berpacaran dan 30% lainnya pernah berpacaran. Bahkan ada 20% siswa yang sudah pacaran saat SD dan 80% siswa pacaran saat SMP. Kemudian dengan pertanyaan apa saja yang biasa mereka lakukan saat pacaran dan jawaban mereka adalah, 100% siswa mengatakan berpegangan tangan, 60% siswa menjawab cium kening, 70% siswa menjawab cium pipi, dan ada 20% siswa yang mengatakan berpacaran dengan meraba pasangannya. Dari keterangan yang di dapat, hampir seluruhnya dilarang pacaran oleh orangtua mereka. Lalu saat di tanya apakah mereka mendapat informasi tentang kesehatan reproduksi dan bahaya seks bebas dari orang tua, banyak yang menjawab tidak mendapatkannya dari orangtua, tapi didapat dari sekolah, petugas kesehatan, media elektronik seperti 232

televisi, ada juga yang diakses melalui internet. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada SMK Swadaya Semarang. Jenis penelitian ini merupakan penelitian Explanatory Research yaitu penelitian dengan melakukan uji hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat melalui persepsi remaja tentang kepeduliaan orangtua dan kesehatan reproduksi remaja dengan variabel terikat perilaku pacaran berisiko dengan pendekatan cross sectional study. Untuk pengambilan data variabel dependent dan independent dimana dilakukan pada waktu bersamaan (point time approach). Pengumpulan data dilakukan melalui angket. Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan total sampling dimana semua anggota populasi Siswa kelas X dan XII SMK Swadaya Semarang, Pernah atau sedang berpacaran, Tinggal satu rumah dengan orangtua.bersedia menjadi responden saat penelitian. Analisis data yang dilakukan yaitu distribusi frekuensi dan uji korelasi Rank Spearman. Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif dimana akan diukur hubungan variabel bebas dengan variabel terikat. HASIL A. Karakteristik Responden Tabel 1. Karakteristik Responden Frekuensi karakteristik remaja berdasarkan jenis kelamin, persentase jumlah perempuan lebih besar dibandingkan laki-laki yaitu sebesar 79,5%. Berdasarkan usia, persentase remaja yang berusia 17 Karakteristik Remaja f % 1. Jenis Kelamin Perempuan 116 79,5 Laki-laki 30 20,5 2. Usia Remaja 15 tahun 42 28,8 16 tahun 25 17,1 17 tahun 61 41,8 18 tahun 17 11,6 19 tahun 1,7 3. Pekerjaan Orangtua Nelayan 6 3,8 Becak 2 1,4 Buruh 49 33,6 Karyawan Swasta 6 4,1 Pedagang 5 3,4 Pegawai Swasta 33 22,6 Pensiunan 1,7 PNS 2 1,4 Rumah Tangga 2 1,4 Satpam 4 2,8 Servis dynamo 1,7 Sopir 2 1,4 Tukang Ojek 1,7 Wiraswasta 27 18,5 Wirausaha 2 1,4 4. Tinggal satu Rumah dengan Orangtua Ya 146 90,7 5. Pernah berpacaran Ya 146 100 Tidak 0 0 6. Sedang berpacaran Tidak 76 52,1 Ya 70 47,9 tahun paling besar dibandingkan usia remaja lainnya yaitu sebesar 41,8%. Berdasarkan pekerjaan orangtua, persentase orangtua remaja yang bekerja sebagai buruh lebih besar dibandingkan dengan jenis pekerjaan lainnya, yaitu 33,6%. Seluruh remaja tinggal satu rumah dengan orangtuanya. Remaja yang diteliti merupakan remaja yang pernah pacaran sehingga persentasenya 100%, sedangkan persentase remaja yang tidak sedang berpacaran lebih besar dari 233

persentase remaja yang sedang berpacaran, yaitu sebesar 52,1%. Tabel 2. Distribusi frekuensi perilaku pacaran berisiko Persentase antara perilaku pacaran Perilaku Seksual f % Remaja Berat 67 45,9 Ringan 79 54,1 Total 146 100 berisiko berat dan ringan tidak jauh berbeda. Dimana perilaku pacaran berisiko seksual berat sebesar 45,9% dan perilaku pacaran berisiko seksual ringan sebesar 54,1%. A. Hubungan Persepsi Remaja tentang Kepedulian Orangtua dan Ketersediaan Media Informasi Kesehatan Reproduksi dengan Perilaku Pacaran Berisiko Tabel. 3 Rekapitulasi hasil uji hubungan antar variabel menggunakan Uji Rank Spearman Nilai signifikansi persepsi remaja tentang kepedulian berisiko adalah nilai sig.= 0,376 (p>0,05), berarti tidak ada hubungan bermakna persepsi remaja tentang kepedulian berisiko seksual remaja. Nilai signifikansi kesehatan reproduksi dengan perilaku pacaran berisiko adalah nilai sig.= 0,310 (p>0,05), berarti tidak ada hubungan bermakna persepsi remaja tentang kepedulian berisiko seksual remaja. 234 PEMBAHASAN Hubungan Persepsi Remaja Tentang Kepeduliaan Orangtua dengan Perilaku Pacaran Berisiko Seksual Hasil penelitian menunjukkan lebih dari setengah remaja mempunyai persepsi yang buruk tentang kepeduliaan orangtua. Berdasarkan hasil uji Rank Spearman penelitian menunjukkan nilai p = 0.376 (> 0,05). Artinya bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel persepsi remaja tentang kepeduliaan berisiko pada SMK Swadaya Semarang tahun 2017 Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Mantili yang menjelaskan hubungan persepsi remaja tentang kepedulian remaja terhadap perkembangan seksual dan penggunaan internet dengan perilaku seksual remaja di rw 2 dan 3 Kelurahan Kalibanteng Kulon Semarang Tahun 2014 (p=0,01). (6) Variabel bebas Variabel Nilai N o. 1. Persepsi remaja tentang kepeduliaan orangtua 2. Ketersediaan media informasi KesPro Terikat Perilaku pacaran berisiko Perilaku pacaran berisiko Hubungan Ketersediaan Media Informasi Kesehatan Reproduksi dengan Perilaku Pacaran Berisiko Seksual Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengah (55,3%) remaja menyatakan tidak pernah memperoleh/ mendengar/ melihat/ membaca/ informasi yang berkaitan dengan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR), yang berarti Interpretas sig i 0,376 Tidak ada hubungan yang bermakna 0,310 Tidak ada hubungan yang bermakna

kesehatan reproduksi remaja masih tersedia buruk. Berdasarkan hasil uji Rank Spearman penelitian menunjukkan nilai p = 0.310 (> 0,05). Artinya bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel kesehatan reproduksi dengan perilaku pacaran berisiko pada SMK Swadaya Semarang tahun 2017. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Jaziliah yang menjelaskan ada hubungan yang bermakna antara media informasi dengan perilaku seksual remaja pada siswa/siswi kelas XI dan kelas XII di SMK Kanisius Ungaran Kabupaten Semarang (p = 0,0001)(p < 0,05). (7) Media informasi kesehatan yang baik adalah media yang mampu memberikan informasi atau pesan-pesan kesehatan yang sesuai dengan tingkat penerimaan sasaran, sehingga sasaran mau dan mampu untuk mengubah perilaku sesuai dengan pesan yang disampaikan. KESIMPULAN 1. Tidak ada hubungan yang bermakna antara persepsi remaja tentang kepeduliaan orangtua dengan perilaku pacaran berisiko ( nilai p = 0,376). 2. Tidak ada hubungan yang bermakna antara ketersediaan media informasi kesehatan reproduksi dengan perilaku pacaran berisiko (nilai p =0,310) SARAN 1. Bagi peneliti selanjutnya yang berniat meneliti maslah perilaku pacaran berisiko, disarankan untuk menggali lebih lagi mengenai ketersediaan media informasi kesehatan reproduksi remaja, dapat diteliti lebih spesifik lagi tidak hanya jumlah pengenalan akan media kesehatan reproduksi namun juga kepemilikan akan media, frekuensi terpapar media dan lama pengenalan akan media kesehatan reproduksi remaja. 2. Saran bagi orangtua agar menjadi teman remaja dalam berbagi masalahnya, memberikan perhatian melalui pesan teks/telepon langsung saat berada di luar rumah, memberikan pengetahuan kepada remaja terkait hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi. 3. Remaja harus menjaga hubungan dengan tidak melakukan sentuhan badan (seperti menjaga daerah sensitif, dan organ-organ reproduksi). UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terimakasih disampaikan pada seluruh pihak FKM Undip yang telah memberikan ilmu dan bimbingan, kedua orang tua, adikadik, sahabat /teman saya dan semua pihak yang baik secara langsung maupun tidak langsung telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA 1. PKBI. Perilaku seksual remaja beresiko tahun 2015. 2015; 2. Waluya B. Menyelami Fenomena Sosialdi Masyarakat. 1st ed. Fakhrudin H, editor. Bandung: PT Setia Purna Inves; 2007. 3. Badan Pusat Statistik BKKBN Depkes RI. Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia 2007. Jakarta: BPS,BKKBN, Kemenkes; 2008. 4. Badan Pusat Statistik BKKBN Depkes RI. Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia 2012. Jakarta: BPS; 2013. 5. Dkk S. Faktor-faktor yang 235

mempengaruhi perilaku seksual di Jawa Tengah : Implikasi terhadap kebijakan an layanan Kesehatan Seksual dan Reproduksi. 2006;10:29 40. 6. Mantili. Hubungan persepsi remaja tentang kepedulian remaja terhadap perkembangan seksual dan penggunaan internet dengan perilaku seksual remaja di rw 2 dan 3 Kelurahan Kalibanteng Kulon Semarang; 2014 7. Jaziliah.Hubungan yang bermakna antara media informasi dengan perilaku seksual remaja pada siswa/siswi kelas XI dan kelas XII di SMK Kanisius Ungaran Kabupaten Semarang; 2015 236