Penerapan Reversible Contrast Mapping pada Audio Watermarking

dokumen-dokumen yang mirip
dalam Reversible Watermarking

EFEK FUNGSI RCC DALAM AUTENTIKASI CITRA BERWARNA BERBASIS TRANSFORMASI INTEGER

Stenografi dan Watermarking. Esther Wibowo Erick Kurniawan

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR GAMBAR... x. DAFTAR TABEL... xii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah...

BAB I PENDAHULUAN. diakses dengan berbagai media seperti pada handphone, ipad, notebook, dan sebagainya

Reversible Watermarking Dengan Kemampuan Koreksi Error Yustina Retno Wahyu Utami 7)

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

STEGANOGRAFI DENGAN METODE PENGGANTIAN LEAST SIGNIFICANT BIT (LSB)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan digital watermarking. Watermarking bekerja dengan menyisipkan

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II DASAR TEORI. 1. Citra diam yaitu citra tunggal yang tidak bergerak. Contoh dari citra diam adalah foto.

PENYISIPAN WATERMARK MENGGUNAKAN METODE DISCRETE COSINE TRANSFORM PADA CITRA DIGITAL

Digital Watermarking

STEGANOGRAPHY CHRISTIAN YONATHAN S ELLIEN SISKORY A. 07 JULI 2015

BAB I PENDAHULUAN. melalui media internet ini. Bahkan terdapat layanan internet seperti SoundCloud,

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan bagi sebagian besar manusia. Pertukaran data dan informasi semakin

Studi dan Analisis Teknik-Teknik Steganografi Dalam Media Audio

PERANCANGAN APLIKASI DIGITAL AUDIO WATERMARKING DENGAN METODE LOW BIT CODING. Ardi Firmansyah Teknik Informatika

* Kriptografi, Week 13

ANALISIS METODE MASKING-FILTERING DALAM PENYISIPAN DATA TEKS

Pendahuluan. Media Penampung Data yang akan disembunyikan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STMIK GI MDP. Program Studi Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap Tahun 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. Pendahuluan. 2. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. kecepatan koneksi menggunakan saluran yang aman ini cenderung lambat.

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

TUGAS SEKURITI KOMPUTER

Studi Digital Watermarking Citra Bitmap dalam Mode Warna Hue Saturation Lightness

ijns.org Indonesian Journal on Networking and Security - Volume 5 No 3 Agustus 2016

BAB I PENDAHULUAN I-1

IMPLEMENTASI TEKNIK STEGANOGRAFI LEAST SIGNIFICANT BIT (LSB) DAN KOMPRESI UNTUK PENGAMANAN DATA PENGIRIMAN SURAT ELEKTRONIK

PENINGKATAN KECEPATAN PROSES PADA METODE COLOR ORDERING DAN MAPPING DENGAN PENDEKATAN DELAPAN-KETETANGGAAN

BAB IV. ANALISIS DAN PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGGUNAAN METODE LSB DALAM MELAKUKAN STEGANOGRAFI PADA MEDIA GAMBAR DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN MATLAB

BAB III. ANALISIS MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Banyak permasalahan yang dihadapi dalam pengarsipan file

Analisis Beberapa Teknik Watermarking dengan Domain Spasial pada Citra Digital

IV. RANCANG BANGUN SISTEM. Perangkat lunak bantu yang dibuat adalah perangkat lunak yang digunakan untuk

Studi Perbandingan Metode DCT dan SVD pada Image Watermarking

1.1 Latar Belakang Sejak zaman dahulu, pentingnya kerahasiaan suatu informasi telah menjadi suatu perhatian tersendiri. Manusia berusaha mencari cara

BAB II. Tinjauan Pustaka dan Dasar Teori. studi komparasi ini diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Verdi Yasin, Dian

LOGO PEMBERIAN TANDA AIR MENGGUNAKAN TEKNIK KUANTISASI RATA-RATA DENGAN DOMAIN TRANSFORMASI WAVELET DISKRIT. Tulus Sepdianto

Digital Audio Watermarking dengan Fast Fourier Transform

N, 1 q N-1. A mn cos 2M , 2N. cos. 0 p M-1, 0 q N-1 Dengan: 1 M, p=0 2 M, 1 p M-1. 1 N, q=0 2. α p =

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. Citra digital sebenarnya bukanlah sebuah data digital yang normal,

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Pendahuluan. Contoh : Dari contoh diatas huruf awal setiap kata bila di rangkai akan membentuk pesan rahasia :

PENERAPAN DISCRETE DAUBECHIS WAVELET TRANSFORM D A L A M W A T E R M A R K I N G C I T R A D I G I T A L

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III IMPLEMENTASI WATERMARKING PADA VIDEO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin maraknya social media, aplikasi foto sharing dan blog gambar

Optimasi Konversi String Biner Hasil Least Significant Bit Steganography

Implementasi Boosted Steganography Scheme dengan Praproses Citra Menggunakan Histogram Equalization

Tanda Tangan Digital Untuk Gambar Menggunakan Kriptografi Visual dan Steganografi

STUDI DAN IMPLEMENTASI WATERMARKING CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN FUNGSI HASH

ANALISIS DIGITAL AUDIO WATERMARKING BERBASIS LIFTING WAVELET TRANSFORM PADA DOMAIN FREKUENSI DENGAN METODE SPREAD SPECTRUM

Grafik yang menampilkan informasi mengenai penyebaran nilai intensitas pixel-pixel pada sebuah citra digital.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Digital Watermarking pada Gambar Digital dengan Metode Redundant Pattern Encoding

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IMPLEMENTASI STEGANOGRAFI MENGGUNAKAN METODE LEAST SIGNIFICANT BIT (LSB) DALAM PENGAMANAN DATA PADA FILE AUDIO MP3

1.1 LATAR BELAKANG I-1

Watermark pada Game I. PENDAHULUAN II. TEKNIK WATERMARKING PADA CITRA

REVERSIBLE DATA HIDING. Iwan Setyawan Anton Dharmalim Fakultas Teknik Program Studi Teknik Elektro UKSW JL. Diponegoro No Salatiga 50711

ANALISA WATERMARKING MENGGUNAKAN TRASNFORMASI LAGUERRE

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II. DASAR TEORI 2.1 CITRA DIGITAL

Watermarking Audio File dengan Teknik Echo Data Hiding dan Perbandingannya dengan Metode LSB dan Phase Coding

Penyembunyian Pesan pada Citra GIF Menggunakan Metode Adaptif

BAB I PENDAHULUAN. orang lain. Tuntutan keamanan menjadi semakin kompleks, apalagi bila data itu dikirimkan, dan

Analisis dan Implementasi Watermark untuk Copyright Image Labelling

IMPLEMENTASI VISIBLE WATERMARKING DAN STEGANOGRAFI LEAST SIGNIFICANT BIT PADA FILE CITRA DIGITAL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENYISIPAN WATERMARK PADA CITRA GRAYSCALE BERBASIS SVD

PERBANDINGAN TEKNIK PENYEMBUNYIAN DATA DALAM DOMAIN SPASIAL DAN DOMAIN FREKUENSI PADA IMAGE WATERMARKING

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Penerapan Steganografi Metode Least Significant Bit (LSB) dengan Invers Matriks Pada Citra Digital

PENGGUNAAN KRIPTOGRAFI DAN STEGANOGRAFI BERDASARKAN KEBUTUHAN DAN KARAKTERISTIK KEDUANYA

IMPLEMENTASI TEKNIK STEGANALISIS MENGGUNAKAN METODE IMPROVEMENT DIFFERENCE IMAGE HISTOGRAM PADA STEGANOGRAFI LSB

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pemberian Hiddentext Palsu pada Steganografi Visual

Metode Steganografi Penyisipan Karakter dengan Teknik LSB dan Penempatan Bit mengikuti Langkah Kuda Catur (L-Shape)

Implementasi Steganografi Pesan Text Ke Dalam File Sound (.Wav) Dengan Modifikasi Jarak Byte Pada Algoritma Least Significant Bit (Lsb)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

Vol. 8, No.2, 102-109, Januari 2012 Penerapan Reversible Contrast Mapping pada Audio Watermarking Hendra dan Marzhelly Djuan Kristanta Abstrak Perkembangan teknologi informasi dalam hal pertukaran informasi yang semakin canggih menuntut adanya solusi untuk mengatasi masalah mengenai izin penggunaan, penggandaan, maupun pemodifikasian suatu produk digital. Digital watermarking merupakan salah satu solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut. Salah satu teknik watermarking yang dapat digunakan dalam penyembunyian informasi citra digital adalah Reversible Contrast Mapping. Dalam tulisan ini, reversible contrast mapping diterapkan pada audio dengan mentransformasi seluruh pasangan byte yang nilai bit-nya bukan merupakan bilangan ganjil dan menyisipkan payload pada salah satu dari pasangan byte tersebut. Sedangkan pasangan byte yang kedua lainnya merupakan bilangan ganjil, penyisipan payload dilakukan dalam proses transformasi. Hasil dari penulisan ini menunjukkan bahwa semakin kecil control distorsi yang diberikan maka nilai SNR akan semakin besar. Selain itu, ukuran payload yang digunakan tidak mempengaruhi nilai SNR yang dihasilkan. Kata kunci: audio, digital watermarking, Reversible Contrast Mapping. 1. Pendahuluan Watermarking adalah suatu bentuk steganografi yaitu ilmu yang mempelajari tentang penyembunyian suatu data pada data yang lain. Watermarking juga merupakan suatu teknik dalam membantu pengamanan berkas-berkas digital dengan memberikan suatu tanda tertentu pada berkas tersebut untuk menunjukkan akan kepemilikkan dari berkas tersebut [4]. Pengamanan data menggunakan watermarking dapat diterapkan pada semua dokumen multimedia seperti citra, audio dan video. Teknik watermarking memanfaatkan kelemahan indera penglihatan maupun pendengaran manusia yang tidak sensitif dalam membedakan objek yang serupa sehingga tidak dapat mendeteksi keberadaan watermark yang tersembunyi dalam suatu media. Reversible watermarking adalah salah satu jenis watermarking dimana media host dapat dipulihkan setelah watermark dalam media tersebut dikeluarkan. Saat ini telah banyak metode watermarking jenis ini yang ditemukan khususnya pada media citra. Skema metode watermarking menggunakan banyak pendekatan di antaranya menggunakan kompresi data, difference expansion dan pergeseran histogram [2]. Selain ketiga skema tersebut masih terdapat satu skema yang masih tergolong baru yaitu menggunakan transformasi integer. Dalam skema ini hanya terdapat dua jenis metode yaitu Reversible Contrast Mapping (RCM), lihat [1], dan Reversible Low Contrast Mapping (RLCM), lihat [3]. Penerapan metode watermarking pada media audio disebut sebagai audio watermarking. Dibandingkan watermarking pada media yang lain, audio watermarking lebih sulit dikembangkan karena indera pendengaran manusia lebih sensitif dibandingkan indera yang lain. Saat ini telah Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Makassar

103 banyak metode audio watermarking yang dikembangkan dengan skema yang berbeda-beda di antaranya menggunakan metode Quantisasi, Spread-Spectrum, watermark shaping, metode dua himpunan, replika, metode self-marking dan metode sinkronisasi [5]. Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan metode reversible watermarking yang dikembangkan oleh Coltuc dan Chassary yaitu metode RCM pada media audio. Penggunaan metode RCM pada audio serupa dengan metode quantisasi pada digital audio tetapi karena sifat watermarking ini yang reversible sehingga penerapannya sangat berbeda dengan metode quantisasi maupun metode audio watermarking yang lain. 2. Metode Penelitian Pada tahun 2007, Coltuc dan Chassery mengembangkan suatu skema watermarking pada domain spasial dengan menggunakan suatu fungsi transformasi integer yang diaplikasikan pada pasangan piksel yang bertetangga. Berdasarkan hal tersebut, maka pada penulisan yang menggunakan audio sebagai media ini pun, fungsi transformasi tersebut akan diaplikasikan pada pasangan byte yang bertetangga, dengan fungsi transformasi yang didefinisikan sebagai berikut : x' 2x y dan y' 2y x (1) Sedangkan fungsi invers didefinisikan sebagai berikut : 2 1 x x' y' 3 3 dan 1 2 y x' y' 3 3 (2) Kedua fungsi inilah yang kemudian disebut sebagai Reversible Contrast Mapping (RCM). Kedua fungsi ini memiliki sifat khusus yaitu jika x dan y keduanya bukan bilangan ganjil maka pergantian least significant bit (LSB) kedua hasil transformasi dengan persamaan (1) yaitu x dan y menjadi 0 akan tetap menghasilkan nilai x dan y yang benar setelah ditransformasi balik dengan persamaan (2). Akan tetapi jika x dan y keduanya adalah bilangan ganjil, kedua fungsi ini tidak dapat menghasilkan nilai x dan y yang benar jika LSB x dan y diganti dengan 0. 2.1 Metode Penyisipan Watermark Sama halnya proses penyisipan citra watermark pada citra yang telah dikembangkan oleh Coltuc dan Chassery, penyisipan citra watermark (payload) pada audio pun dilakukan dengan memanfaatkan sifat istimewa dari Reversible Contrast Mapping, yaitu dengan mentransformasi seluruh pasangan byte yang nilai bit-nya bukan merupakan bilangan ganjil dan kemudian menyisipkan payload pada salah satu dari pasangan byte tersebut. Sedangkan untuk pasangan byte yang kedua nilai bit-nya merupakan bilangan ganjil, maka penyisipan payload dilakukan dalam proses transformasi. Metode ini bekerja pada domain waktu dimana signal audio sebagai media penyimpanan data. Pada audio satu channel, pasangan data didefinisikan dari signal audiopada dua waktu yang berdekatan. Sedangkan pada audio dua channel pasangan data didefinisikan dari kedua nilai signal pada waktu yang sama dari masing-masing channel. Proses penyisipan harus menghindari terjadinya overflow dan underflow yaitu kondisi dimana hasil transformasi di luar domain nilai intensitas sehingga hasil tranformasi dibatasi oleh D 0, L L,0 dimana L =255 untuk audio dengan format file WAV satu channel. Selain itu, byte-byte yang berada pada tepi domain D yang merupakan byte ambiguitas harus ditangani

104 dengan baik sehingga byte-byte ini tidak menyebabkan kesalahan dalam proses deteksi watermark. Dalam metode ini, proses penyisipan dilakukan pada pasangan byte dalam audio dimana pasangan nilai byte (x, y) ditransformasi ke persamaan (1) sehingga diperoleh pasangan byte (x, y ). Langkah selanjutnya LSB dari x diganti dengan 1. Hasil proses ini adalah LSB dari y dapat diganti untuk menyisipkan bit watermark. Akan tetapi jika (x, y) berada dalam D c tetapi keduanya merupakan pasangan bilangan ganjil maka nilai x dan y diambil dari nilai x dan y kemudian LSB dari x diganti dengan 0. Seperti sebelumnya, hasil dari langkah ini LSB dari y dapat diganti untuk menyisipkan bit watermark. Jika pasangan nilai byte (x, y) berada di luar D c maka nilai x dan y diambil dari nilai x dan y kemudian LSB dari x diganti dengan 0. Sedangkan LSB dari x harus disimpan untuk proses recovery. Pasangan byte (x, y) dikatakan berada dalam D c jika memenuhi syarat berikut : 1. dan 2. (x, y) bukan merupakan pasangan piksel ambiguitas yaitu tidak memenuhi salah satu dari persamaan berikut atau atau atau Untuk menyisipkan payload yang lebih besar, proses penyisipan dapat dilakukan dalam beberapa level, yaitu dengan mengulang proses penyisipan tersebut sejumlah level yang diinginkan dimana audio ter-watermark hasil suatu level dijadikan audio host pada level berikutnya. Bit-bit payload yang belum termuat pada level pertama akan disisipkan pada level selanjutnya. 2.2 Deteksi dan Recovery Proses deteksi dan recovery dilakukan dengan memeriksa nilai LSB dari byte yang dijadikan kode dalam proses penyisipan. Dalam proses ini, audio harus dikelompokkan kedalam pasangan-pasangan byte (x, y ). Selanjutnya dilakukan pemeriksaan terhadap setiap pasangan byte apakah LSB dari x adalah 1, jika terpenuhi maka LSB dari y diganti dengan 0 yang kemudian ditransformasi balik dengan menggunakan persamaan (2). Jika LSB dari x adalah 0 dan setelah LSB dari pasangan byte (x, y ) diganti dengan 1 masih berada dalam D c maka LSB dari y harus disimpan sebagai barisan watermark yang terdeteksi. Namun, jika setelah LSB dari pasangan byte (x, y ) diganti dengan 1 tidak berada dalam D c maka diberikan tanda positif pada byte x karena byte tersebut harus diganti dengan bitbit watermark yang telah terdeteksi sebelumnya 2.3 Kapasitas Penyembunyian Data Kapasitas penyembunyian data baik pada citra maupun audio merupakan kapasitas maksimum payload yang dapat disisipkan. Dalam penulisan ini, proses penyisipan payload akan dilakukan dengan audio sebagai medianya sehingga kapasitas penyembunyian data dinyatakan dalam satuan jumlah bit per byte. Kapasitas maksimum payload yang dapat disisipkan pada suatu audio merupakan selisih dari jumlah pasangan byte yang dapat disisipi dengan jumlah pasangan byte yang tidak dapat disisipi bit watermark. Nilai ini akan membatasi ukuran payload yang akan disisipkan yaitu jika ukuran payload lebih besar daripada nilai kapasitas maksimum tersebut akan menyebabkan tidak seluruh bit pada payload akan disisipkan. Besarnya nilai dipengaruhi oleh hubungan nilai intensitas pasangan byte dalam audio dan control distorsi yang digunakan. Sehingga kapasitas penyembunyian data pada audio dapat dihitung dengan rumus :

105 2T P B bpb (3) 2P dimana P adalah jumlah pasangan byte dan T adalah jumlah pasangan byte yang dapat disisipi watermark. Fungsi ini diperoleh berdasarkan algoritma yang digunakan, dimana hubungan antara pasangan intensitas piksel ditunjukkan pada Gambar 1. Bagian yang diberi warna hitam adalah pasangan intensitas piksel yang dapat digunakan untuk menyisipkan watermark (embeddable) sedangkan selebihnya adalah pasangan intensitas piksel yang tidak dapat digunakan untuk meyisipkan watermark (non-embeddable) sehingga salah satu LSB dari pasangan tersebut harus disimpan kembali bersama payload untuk proses recovery. 2.4 Kontrol Distorsi Gambar 3. Hubungan Nilai Intensitas antara Pasangan Piksel pada Metode Coltuc dan Chassery. Kontrol distorsi didefinisikan sebagai perbedaan antara nilai byte x pada audio asli dengan nilai byte x pada audio ter-watermark. Kontrol distorsi diperlukan untuk menghindari rendahnya fidelity yang ditimbulkan akibat transformasi. Berdasarkan transformasi yang digunakan oleh Coltuc dan Chassery maka kontrol distorsi dinyatakan sebagai berikut : x y (4) dimana adalah nilai threshold 3. Hasil dan Pembahasan Pada penelitian ini, metode Reversible Contrast Mapping diimplementasikan pada file audio dengan format WAV yang berukuran 111 kb. Gambar 2 menunjukkan signal audio pada domain waktu. Adapun payload yang digunakan berupa dua buah citra biner dengan masingmasing ukuran yang berbeda, yakni 116 x 104 atau sebesar 12080 bit dan 108 x 47 atau sebesar 5076 bit yang diperoleh dari dari jumlah piksel dalam payload ditambah 16 bit yang selanjutnya akan digunakan untuk menyimpan informasi (lihat Gambar 3).

signal Hendra dan Marzhelly Djuan Kristanta 106 waktu Gambar 2. Grafik Signal Audio Media Host. a. Citra Logo (116 x 104) b. Citra contoh (108 x 47) Gambar 3. Citra Watermark Pada Gambar 6 ditunjukkan perbandingan signal audio asli dan signal audio terwatermark dimana proses watermarking dilakukan dengan menyisipkan citra logo sebagai payload-nya dan menggunakan konstrol distorsi sebesar 255. Pada gambar tersebut terlihat perubahan pada signal audio cukup signafikan tetapi karena dilakukan pada rangkaian waktu yang berdekatan sehingga perubahan ini tidak terdengar dengan jelas oleh indera pendengaran manusia.

107 (a) Audio Asli (b) Audio Terwatermark Gambar 4. Contoh Sampel Audio Asli dan Audio Terwatermark pada Suatu Potongan Waktu. Kualitas hasil watermarking menggunakan metode RCM sangat tergantung pada kontrol distorsi yang diberikan. Semakin kecil nilai kontrol distrorsi yang diberikan semakin baik kualitas audio watermarking yang dihasilkan. Ukuran citra payload tidak berpengaruh secara signifikan pada kualitas audio terwatermark. Ukuran payload yang besar dapat menyebabkan gagalnya penyisipan karena kapasitas penyembunyian data yang lebih kecil dibandingan ukuran payload tersebut.

108 Tabel1. PerbandinganNilai SNR Hasil Kontrol Distorsi yang Diberikan pada Signal Host. Nilai SNR (db) Kontrol Distorsi Citra contoh Citra logo 255 29,3174 29,3142 100 29,3174 29,3142 50 29,3174 29,3142 25 29,4163 29,4121 10 33,8456 33,8351 5 38,3693 38,3498 2 40,4968 40,4889 Pada Tabel 1 di atas ditunjukkan perbandingan kualitas audio terwatermark dengan kontrol distorsi yang berbeda dan perbandingan kualitas audio terwatermark pada kedua payload yang digunakan. Pada Tabel 2 diberikan perbandingan kapasitas penyembunyian data metode RCM pada kontrol distorsi yang beda dengan payload menggunakan adalah citra logo. Hasil pengujian menunjukkan semakin kecil kontrol distorsi yang diberikan semakin kecil pula watermark yang dapat disembunyikan pada audio tersebut. Hal ini menyebabkan penentuan kontrol distorsi harus disesuaikan dengan ukuran payload yang akan disembunyikan Tabel 2. Perbandingan Kapasitas Penyembunyian Data. Kontrol Distorsi Kapasitas Penyembunyian Data (bit) 255 57068 100 57068 50 57068 25 56970 10 49312 5 38700 2 28966 4. Kesimpulan Metode audio watermarking menggunakan RCM menggunakan skema watermarking yang serupa dengan metode quantisasi akan tetapi kelebihan metode ini adalah sifat reversiblenya sehingga audio terwatermark dapat dipulihkan kembali seperti semula. Pada metode ini kualitas audio terwatermark dapat diatur dengan mengubah kontrol distorsi yang diberikan. semakin kecil kontrol distorsi yang diberikan semakin baik kualitas audio terwatermark, dan di sisi lain akan menyebabkan semakin kecilnya kapasitas penyembunyian data pada audio host..

109 Daftar Pustaka [1] Chassery dan Coltuc, 2007. Very Fast Watermarking by Reversible Contrast Mapping. IEEE Signal Processing Letters, vol. 14, no. 4. [2] Feng J.B., Lin I.C., Tsai C.S., Chu Y.P., 2006. Reversible Watermarking: Current Status and Key Issue. International Journal of Network Security, Vol. 2, No. 33. PP.161-171. [3] Hendra, 2008. Reversible Watermarking Menggunakan Transformasi Integer, Tesis S2 Ilmu Komputer, UGM. [4] Juanda, Kuspriyanto, Supangkat, Suhono H., 2000. Watermarking Sebagai Teknik Penyembunyian Label Hak Cipta pada Data Digital. Departemen Teknik Elektro, Institut Teknologi Bandung. [5] Kim H.J., 2012. Audio Watermarking Techniques. Sumber: http://omen.cs.unimagdeburg.de/cms/upload/lehre/sommer05/audiowatermarking techniques.pdf, [Diakses 11 Februari 2012]