BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan diwajibkan melakukan pencatatan dan pelaporan tentang semua kegiatannya dalam bentuk Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (DPR RI dan Presiden RI, 2009). Kegiatan di rumah sakit meliputi pelayanan pendaftaran, rawat jalan, laboratorium, radiologi, rehabilitasi medis, rawat inap, nutrisi, rekam medis, farmasi, keuangan, serta pelayanan penunjang lainnya. Maraknya penggunaan sistem informasi rumah sakit untuk kepentingan manajemen pelayanan kesehatan pasien dan manajemen rumah sakit menyebabkan berlimpahnya data yang ada di rumah sakit pada khususnya maupun di departemen kesehatan pada umumnya. Limpahan data ini merupakan kumpulan dari data transaksional yang terekam selama bertahun-tahun, yang berasal dari aplikasi OLTP (On-Line Transaction Processing) (Sellappan and Ling, 2008) Banyaknya data yang dikumpulkan dan disimpan di berbagai tempat, sehingga data sulit dipahami/dianalisis secara efektif dan efisien tanpa diolah dan dipresentasikan dengan baik, hal ini digambarkan sebagai data rich but information poor. Akibatnya, data yang dikumpulkan hanya disimpan saja sebagai arsip yang jarang digunakan dalam pengambilan keputusan penting, sehingga sering menyebabkan pengambilan keputusan hanya berdasarkan intuisi pembuat keputusan bukan berdasarkan pertimbangan data yang ada. Hal ini disebabkan karena pengambil keputusan tidak memiliki alat untuk mengekstrak pengetahuan yang berharga tertanam dalam besarnya data. (Han et al. 2006) Tehnologi data mining memberikan pendekatan yang berorientasi pada pattern/pola baru yang tersembunyi di dalam data. Administrator kesehatan bisa menggunakan ini untuk meningkatkan kualitas pelayanan, selain itu juga bisa digunakan oleh praktisi medis menemukan pengetahuan untuk mengurangi jumlah efek obat yang merugikan, mengurangi terapi yang mahal sebagai alternatif terapi 1
2 yang setara (Kaur and Wasan, 2006). Penurunan biaya dan peningkatan pelayanan kesehatan merupakan tuntutan masyarakat terhadap industri kesehatan. Validitas, relevansi, dan ketepatan waktu suatu informasi masih menjadi masalah umum dihadapi oleh industri kesehatan, sehingga untuk pengelolaan operasional yang efektif masih diperlukan adopsi yang inovatif (Sellappan and Ling, 2008) Laporan status global tentang penyakit tidak menular yang dikeluarkan oleh WHO tahun 2010 menunjukkan bahwa penyakit tidak menular adalah penyebab kematian terbesar di seluruh dunia. Diproyeksikan kematian yang diakibatkan oleh penyakit tidak menular mengalami peningkatan 15% secara global dari tahun 2010 sampai 2020. Pada tahun 2008, lebih dari 36 juta jiwa meninggal akibat penyakit tidak menular, terutama penyakit kardiovaskular (48%), kanker (21%), penyakit pernapasan kronis (12%) dan diabetes (3%). Dari kasus kematian tersebut di negara negara berpenghasilan rendah dan menengah terdapat 29 % kasus kematian yang terjadi pada orang yang berumur kurang dari 60 tahun. (World Health Organization, 2010). Di Amerika, diabetes merupakan penyebab utama dari penyakit jantung dan stroke, pada tahun 2004. Tercatat pada sertifikat kematian pasien penyakit jantung dan stroke yang berumur 65 tahun atau lebih, mempunyai riwayat diabetes sebanyak 68% dan 16%. Orang dengan dengan diabetes mempunyai resiko dua sampai empat kali lebih tinggi untuk terkena penyakit jantung dan stroke dibanding dengan orang yang tanpa diabetes (Center for Disease Control and Prevention, 2011) Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF) Atlas pasien diabetes mengalami peningkatan terus menerus di setiap negara. Data tahun 2012, menunjukkan bahwa lebih dari 371 juta dan meningkat di tahun 2013 menjadi 382 juta orang di dunia menderita diabetes. Penderita diabetes diperkirakan meningkat hingga 55% pada tahun 2035 sehingga jumlah pasien diabetes menjadi 592 juta. Kematian akibat diabetes ini mencapai 4,6 juta pada tahun 2011, 4,8 juta pada tahun 2012, dan di tahun 2013 sejumlah 5,2 juta sehingga bisa dikatakan setiap enam detik terdapat seorang penderita diabetes meninggal dunia. Penderita diabetes Indonesia menduduki peringkat ketujuh di dunia, setelah China, India,
3 USA, Brasil, Rusia, dan Mexico (International Diabetes Federation, 2012 dan 2013). Disamping itu juga ditunjukkan dalam Riset kesehatan dasar (Riskesdas) Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007 bahwa terjadi pergeseran penyebab kematian di Indonesia dari penyakit menular ke penyakit tidak menular. Tingginya prevalensi penyakit tidak menular di Indonesia, diantaranya hipertensi pada umur lebih dari 18 tahun (29,8 %), penyakit jantung (7,2%), stroke (0,8%), asma (4,0%), penyakit sendi (30,3%), tumor/kanker (0,4%), diabetes (1,1%), sedangkan prevalensi diabetes nasional untuk penduduk dengan umur lebih dari 15 tahun yang tinggal untuk daerah perkotaan adalah 5,7%. Dalam Riskesdas tersebut juga disebutkan bahwa Jawa tengah merupakan salah satu propinsi yang prevalensi diabetesnyaa lebih tinggi dari prevalensi nasional (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008). American Diabetes Association (ADA) memperkirakan sekitar 132 miliar dolar amerika dihabiskan untuk orang dengan diabetes pada tahun 2002, dan pada tahun 2020 meningkat menjadi 192 miliar dolar amerika (WHO dan IDF, 2006). Sementara hasil penelitian dari Zhuo et al. 2013, biaya medis langsung yang dibutuhkan, untuk pengobatan selama hidup pada pasien diabetes tipe 2 dan komplikasinya yaitu untuk laki laki dengan umur 25-44 tahun, 45-54 tahun, 55-64 tahun, dan 65 tahun atau lebih masing masing adalah 124.700 dolar Amerika, 106.200 dolar Amerika, 84.000 dolar Amerika, dan 54.700 dolar Amerika, sedangkan untuk wanita adalah 130.800 dolar Amerika, 110.400 dolar Amerika, 85.500 dolar Amerika, 56.600 dolar Amerika. Biaya rata-rata untuk pengobatan medis langsung seumur hidup adalah 85.200 dolar Amerika, dimana 53% dari biaya tersebut digunakan untuk mengobati komplikasi diabetes. Biaya mengelola komplikasi makrovaskuler menyumbang 57% dari biaya seluruh komplikasi. Di Jerman, biaya rata-rata tahunan pasien diabetes pada tahun 2001 adalah 5.262 euro (biaya langsung) dan 5.019 euro (biaya tidak langsung). Pada kelompok kontrol biaya langsungnya adalah 2.755 euro dan biaya tidak langsungnya adalah 3.691 euro, komponen biaya tertinggi ada pada perawatan
4 rawat inap, sedangkan biaya obat hipoglikemi hanya membutuhkan seperempat dari biaya pengobatan (Köster et al., 2006). Menurut IDF, untuk biaya kesehatan pasien diabetes dibutuhkan lebih dari 471 miliar dolar Amerika pada tahun 2012. Di Amerika Serikat Biaya pengobatan untuk orang dengan diabetes dua kali lebih tinggi dibandingkan orang tanpa diabetes. Sementara menurut ADA, terjadi peningkatan biaya pasien diabetes yaitu sekitar 41% dari tahun 2007 sejumlah 174 miliar dolar menjadi 245 miliar dolar Amerika pada tahun 2012 yang terbagi menjadi biaya medis sebesar 176 miliar dolar dan biaya tidak langsung (penurunan produktifitas) sebanyak 69 miliar dolar Amerika. Komponen biaya tersebut, paling besar untuk rawat inap di rumah sakit (43%) dari total biaya medis), obat untuk mengobati komplikasi diabetes (18%), obat antidiabetes dan perlengkapan diabetes (12%), visite dokter (9%), dan perawatan (8%). Orang dengan diabetes harus mengeluarkan rata-rata sekitar 13.700 dolar Amerika per tahun untuk biaya medis, dimana sekitar 7.900 dolar Amerika terkait dengan diabetes (American Diabetes Assosiation, 2013). Melihat besarnya beban biaya pengobatan diabetes dan biaya pengobatan komplikasi yang ditimbulkannya, maupun biaya yang ditimbulkan karena turun/hilangnya produktifitas akibat dari ini maka perlu bagi pengambil keputusan untuk membuat perencanaan dan mengalokasikan sumber daya serta menerapkan strategi dalam pencegahan dan pengelolaan diabetes serta komplikasnya (Tharkar et al. 2010). Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan oleh BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) bidang kesehatan mulai diimplementasikan pada tanggal 1 Januari 2014. RSUD Cilacap sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan tingkat lanjutan turut serta dalam penyelenggaraan program JKN ini, dimana sistem pembiayaan yang digunakan adalah dengan sistem paket INA CBG s (Indonesian Case Based Groups) atau dengan kata lain sistem pembayaran berdasarkan paket diagnosis dan tindakan/prosedur yang diberikan (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2014).
5 Program pembiayaan dengan sistem paket INA CBG s telah digunakan pada tahun sebelumnya yaitu pada program jamkesmas. Sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Presiden No 12 tahun 2013 peserta JKN ini selain PBI (Penerima Bantuan Iuran) yang dulu disebut peserta Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat), juga termasuk peserta non PBI meliputi pegawai negeri sipil, Anggota TNI/Polri, Pengawai swasta, pegawai pemerintah non pegawai negeri, dan pegawai yang menerima upah lainnya (Presiden RI, 2013). Dengan bertambahnya jumlah peserta sejalan dengan bertambahnya pasien yang dibiayai dengan menggunakan sistem paket INA CBG s, sehingga rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang tepat secara efisien dan efektif dalam menjalankan program ini. Salah satu upaya untuk memberikan pelayanan yang efisien dan efektif dalam pengelolaan pasien diabetes ini adalah dengan melakukan analisis besaran biaya dan komponennya, supaya bisa dilakukan pendeteksian adanya over treatment (Hai-yan et al., 2009) B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat dirumuskan masalahnya yaitu apakah implementasi data mining dapat digunakan untuk mendapatkan pengetahuan tentang besaran beban biaya pelayanan rawat inap dan pengelompokan komponen biayanya pada pasien diabetes di RSUD Cilacap? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengimplementasikan data mining untuk mendapatkan pengetahuan tentang besaran beban biaya pelayanan rawat inap dan pengelompokan komponen biayanya pada pasien diabetes di RSUD Cilacap. 2. Tujuan Khusus a. Mendapatkan diskripsi karakteristik pasien diabetes berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin dan wilayah (kecamatan).
6 b. Menghitung beban biaya dan rerata biaya pelayanan rawat inap pasien diabetes. c. Menghitung beban biaya dan rerata biaya pelayanan rawat inap pada pasien diabetes yang disertai atau tidak disertai komplikasi/penyakit lain. d. Membuat pengelompokan (clustering) komponen biaya pelayanan perawatan rawat inap pasien diabetes. e. Menyajikan data pengelompokan (clustering) komponen biaya rawat inap pasien diabetes dengan menggunakan dimensi waktu dan dimensi dokter. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pemerintah Gambaran mengenai beban biaya dan komponen biaya pelayanan rawat inap pada pasien diabetes bisa digunakan untuk membuat perencanaan dan mengalokasikan sumber daya serta menerapkan strategi dalam pencegahan dan pengelolaan diabetes serta komplikasnya. 2. Bagi Rumah Sakit Diterapkannya program JKN pada semua peserta BPJS (baik PBI dan Non PBI), penelitian ini bisa dijadikan pertimbangan dalam pengelolaan pasien diabetes di rumah sakit. 3. Bagi Institusi pendidikan Sebagai bahan referensi ilmiah tentang gambaran beban biaya dan komponen pelayanan rawat inap pasien diabetes di RSUD Cilacap.
7 E. Keaslian Penelitian Peneliti Andayani, 2006 Franciosi et al. 2013 Subyek penelitian Pasien rawat jalan diabetes mellitus tipe 2 tanpa penyulit 58 klinik diabetes pada pasien dengan diabetes tipe 1 Sumber data - catatan medik, - perincian biaya obat di bagian farmasi, - kuitansi pasien Kuesioner Jenis Penelitian / Tehnik pengolahan data Deskriptif Data yang dianalisis: a. Data demografi pasien, b. Perhitungan biaya rata-rata dari penggunaan antidiabetik c. Perhitungan biaya rata-rata berdasarkan komplikasi d. Perhitungan ratarata biaya medik langsung Kasus kontrol Analisis statistik yang digunakan adalah univariat dan multi variat Perbedaan dan Persamaan Subjek penelitian : pasien dan rekam medis, sementara penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data billing sistem yang ada dalam sistem informasi rumah sakit Persamaan: Rancangan penelitian diskriptif - analisis statistik - subjek penelitian - pasien dengan diabetes tipe 1 Persamaan: tujuan penelitian yaitu menilai biaya perawatan yang pada pasien diabetes Manna, 2012 Pasien jamkesmas dengan diagnosis stroke non hemoragik Dokumen rekam medis Deskriptif Data dianalisis menggunakan metode analisis univariat, korelasi bivariat dan multivariat. - Subyek penelitian pasien stroke non hemoragik - Sumber data : rekam medis Persamaan : Tujuan penelitian analisis biaya perawatan pasien
8 Peneliti Javanbakht et al. 2011 Subyek penelitian Pasien diabetes tipe 2 yang datanya diambil dari register nasional setempat Sumber data - Rekam medis - Dokumen wawancara Jenis Penelitian / Tehnik pengolahan data Prevalencebased cost of illness (COI) study dengan fokus pada biaya perawatan kesehatan langsung Perbedaan dan Persamaan - Penghitungan biaya pasien diabetes berbasis prevalensi - Cakupan data : data pelayanan rawat jalan, rawat inap, pendidikan, dan biaya non medis dari 2 register nasional setempat. Persamaan : tujuan penelitian yaitu menilai biaya perawatan yang pada pasien diabetes