BAB 2 DATA DAN ANALISIS Perang Wanara dan Raksasa. satu ksatria yang sangat ditakuti oleh lawannya.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 DATA DAN ANALISA. Dalam survey lapangan yang dilakukan di Museum Wayang Jakarta, dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. ujian mata kuliah Proyek Akhir yang bertema The Futuristic Of. Ramayana. Yang bertujuan untuk memperkenalkan suatu budaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (Trisman, 2003:12). Karya sastra terdiri atas puisi, prosa, dan drama.

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. pembacanya. Banyak sekali manfaat yang terkandung dari membaca buku. Selain

2014 GENDERANG BARATAYUDHA VISUALISASI NOVEL PEWAYANGAN KE DALAM BENTUK KOMIK SEBAGAI MEDIA PENYAMPAIAN CERITA PEWAYANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan kapan cerita itu diceritakan. Salah satu dari cerita klasik yang terkenal

BAB I PENDAHULUAN. Larasita Puji Daniar, 2014 Legenda Ciung Wanara Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Cerita rakyat menurut Danandjaja dalam bukunya folklore Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. manusia di jaman dahulu. Mahabharata berasal dari kata maha yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. memprihatinkan. Norma norma dan nilai nilai yang mencerminkan jati diri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

RAMAYANA FULL STORY DALAM RANGKA FESTIVAL RAMAYANA INTERNATIONAL DI INDIA

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. yang terkandung dalam novel tersebut sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. daerah di Indonesia mempunyai kebudayaan dan adat istiadatnya sendiri. Dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situs goblog.blog.stisitelkom.ac.id pada awal penemuannya, film animasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori/Metode Teori membuat Komik. Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah

BAB 2 DATA DAN ANALISA

GAME ACTION RAMAYANA SEBAGAI MEDIA PELESTARIAN SENI BUDAYA WAYANG PADA ANAK USIA 7-12 TAHUN DI KOTA SEMARANG

home Identifikasi Batasan Rumusan Konsep video

Ilustrasi komik the dragon s mark Dengan tema aksi misteri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tujuan penelitian ini adalah membuat buku referensi superhero Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. cerita rakyat buatan Indonesia, masyarakat juga dibanjiri oleh cerita-cerita dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia yang memiliki nilai-nilai luhur. Wayang tidak hanya secara artistik memiliki kualitas

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai perkembangan seni

FASILITAS KOMUNITAS KOMIK INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB I PENDAHULUAN. Aizid, Rizem, Atlas Tokoh-tokoh Wayang, (Yogjakarta:Diva press, 2012:24) 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Elwin Adlian Raharja, 2015

PENANAMAN NILAI PATRIOTISME MELALUI TOKOH WAYANG BIMA PADA CERITA BRONTOYUDHO DALAM LAKON DURYUDONO GUGUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Film berperan sebagai komunikasi bahasa. Film mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

satu alasannya adalah sebagai industri, Indonesia sudah kalah waktu. Industri game di Indonesia belum ada 15 tahun dibanding negara lain. Tentunya sei

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab 5. Ringkasan. Semua orang selalu gemar menonton drama dan film. Pemilihan topik yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGEMBANGAN GAME EDUKASI 2D PLATFORMER PETUALANGAN RAMA SINTA BERBASIS ANDROID

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERANCANGAN KARAKTER ANIMASI TELEVISI ALANG DAN BUKU AJAIB SERI MALIN KUNDANG

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penerangan, dakwah, pendidikan, pemahaman filsafat, serta hiburan.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan

2015 PENCIPTAAN KARAKTER SUPERHERO SEBAGAI SUMBER GAGASAN BERKARYA SENI LUKIS

BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Analisis Struktur dan Fungsi Novel Hanoman Karya Pitoyo Amrih

BHISMA DEWABHARATA (BABAK I)

ANIMASI FILM TOKOH PANDAWA DAN KURAWA SEBAGAI HASIL KREATIVITAS SENIMAN YANG MENGANDUNG FALSAFAH HIDUP MASYARAKAT JAWA

PEDOMAN BELAJAR. Menghadapi Raksasa (Pelajaran 1) Ucapkan doa singkat bersama anak-anak sebelum Anda memulai pelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. bangsawan serta orang kaya di Eropa pada masa itu (Haviland, 1988:228).

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB II KETOKOHAN HANOMAN DAN PERKEMBANGAN USIA ANAK. II.1 Wayang Sebagai Media Penyebaran Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul " Surakarta Comic Art Center Surakarta : Sebuah kota yang terletak di wilayah otonom provinsi Jawa Tengah,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang

BAB II SIKAP NASIONALIS TOKOH KUMBAKARNA

BAB I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah.

ANALISIS NILAI-NILAI MORAL NOVEL RAMAYANA KARYA SUNARDI D.M. DAN IMPLEMENTASI PEMBELAJARANNYA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan yang akan dicapai dalam Tugas Akhir ini adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB I PENDAHULUAN. dituangkan dalam sebuah karya. Sastra lahir dari dorongan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Tema dan Karya Alasan Pemilihan Tema

Perancangan Media Komik Dari Buku Gajahmada Karangan Langit K.Hariadi. Gilbert Jansen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemilihan Studi. 1. Judul Perancangan

INTERNALISASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DAN PELESTARIAN BUDAYA DAERAH MELALUI PERTUNJUKAN KETHOPRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era globalisai ini, media merupakan suatu alat yang tidak pernah lepas dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DATA DAN ANALISA. - Muljana, Slamet Tafsir Sejarah Nagara Kretagama, Yogyakarta : LKiS

Perancangan Komik Poconggg Juga Pocong. Merisca Christanti

BAB VI SIMPULAN & REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, terutama media televisi yang selalu menayangkan berbagai acara seperti,

Penelusuran Masalah Analisa Objek desain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan di negara manapun di dunia ini. Kebudayaan apapun dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Dilihat dari perkembangan teknologi informasi saat ini, industri game merupakan

BAB I PENDAHULUAN. lain, seperti koran, televisi, radio, dan internet. produksi Amerika Serikat yang lebih dikenal dengan nama Hollywood.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

BAB I PENDAHULUAN. Budaya merupakan suatu kebiasaan masyarakat yang sukar diubah dan

Bab VI Simpulan & Saran

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu gejala positif yang seharusnya dilakukan oleh para sastrawan,

BAB I PENDAHULUAN. budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pengalaman dan gambaran dalam bermasyarakat.

Transkripsi:

BAB 2 DATA DAN ANALISIS 2.1. Legenda Hanoman 2.1.1 Perang Wanara dan Raksasa Setelah lakon Hanoman Obong. Hanoman kembali bersama Sri Rama dan Laskmana beserta ribuan pasukan wanara untuk menyerang Alengka demi menyelamatkan Dewi Sita dan menumpas kejahatan Rahwana. Dalam pertempuran besar ini, Hanoman mampu mengalahkan banyak tentara raksasa. Ia merupakan salah satu ksatria yang sangat ditakuti oleh lawannya. Dengan gada yang selalu menemaninya dalam pertempuran, siapapun pasti akan menghembuskan nyawa jika harus berhadapan dengan Hanoman. Kemampuannya dalam berolah senjata dan kesaktiannya semakin membuat Hanoman tak tertandingi. Pada saat peperangan melawan Indrajit. Laksmana terkena panah Nagapasa milik Indrajit sehingga tidak dapat bergerak dan racun panah tersebut dapat membunuh Laksmana dalam waktu dekat. Hanoman kemudian ditugaskan untuk mencari Bunga Sanjiwani yang tidak lain merupakan tanaman penawar racun Nagapasa oleh Sri Rama. Hanoman dengan segera pergi ke Himalaya dan mencari Bunga Sanjiwani. Dalam perjalanannya mencari tanaman tersebut, banyak sekali rintangan yang menghadang, padahal waktu yang ada 4

- 5 - tidaklah banyak. Ketika sampai disana, Hanoman sebenarnya tidak tahu persis bagaimana ciri-ciri tanaman tersebut. Lalu dengan kesaktiannya, ia mengangkat gunung tersebut dan membawanya ke hadapan Sri Rama. Dengan adanya Bunga Sanjiwani, panah Nagapasa milik Indrajit tidak lagi berguna. Indrajit lalu ditaklukkan oleh Laksmana. Alengka mulai terdesak oleh bala tentara Sri Rama. Pada akhirnya Alengka jatuh dan pasukan Rahwana dapat dikalahkan. 2.1.2 Karakter Karakter Dalam Legenda Hanoman Berikut merupakan tokoh tokoh yang muncul pada Legenda Hanoman bagian pertempuran besar di Alengka : 2.1.2.1 Hanoman Kera putih sakti yang juga seekor wanara, ksatria yang mempunyai perwatakan pemberani, sopan santun, setia, prajurit ulung, waspada, pandai berlagu dan berbahasa, rendah hati, teguh dalam pendirian, kuat dan tabah. 2.1.2.2 Sri Rama Dikenal dengan nama Ramayana, merupakan putra mahkota kerajaan Ayodya, sifatnya pemberani, tulus, sopan santun, rendah hati dan berjiwa pemimpin 2.1.2.3 Laksmana Adik Sri Rama yang juga adalah seorang ksatria sakti, sejak kecil ia sangat setia dan sayang kepada Sri Rama.

- 6 - Laksmana memiliki watak yang halus, setia dan pemberani. 2.1.2.4 Indrajit Putra mahkota kerajaan Alengka, memiliki sifat mudah naik darah, berwatak bengis, kejam dan mau menang sendiri. Banyak mengoleksi senjata pusaka. 2.1.3 Babak Mencari Bunga Sanjiwani Dalam literatur literatur yang menjadi narasumber bagi penulis, tidak ada bagian yang menceritakan proses bagaimana kisah Hanoman pada saat mencari Bunga Sanjiwani. Disini penulis mengembangkan kisah kepahlawanan Hanoman dalam babak mencari Bunga Sanjiwani dengan komik India Authentic #11 (Virgin Comics) karya Dheepak Chopra sebagai referensi. 2.2 Wawancara 2.2.1 Wawancara dengan Bambang Gunawan Santoso Data yang diperoleh setelah wawancara dengan Bapak Bambang Gunawan Santoso selaku supervisor, art director, animator dan pecinta seni kebudayaan Indonesia. Beliau mengatakan bahwa sebenarnya animasi yang pernah mengangkat tema pewayangan sudah pernah dirilis pada tahun 2004 silam, namun karena hanya muncul sekali banyak orang yang tidak tahu mengenai keberadaan animasi tersebut. Kurangnya promosi menjadi kendala berhentinya

- 7 - kontiniuti yang seharusnya dijaga untuk kelangsungan sebuah produk animasi. Beliau juga menjelaskan bahwa kesempatan sebuah animasi bersaing dengan program televisi lainnya tergantung dengan kualitas dari animasi tersebut. Terlepas dari faktor pemasaran animasi tersebut, kualitas dan segi cerita memegang peranan penting dalam menyajikan sebuah cerita animasi pendek. Faktor faktor yang mempengaruhi agar animasi dapat diterima oleh masyarakat adalah : Kualitas dari animasi tersebut harus baik dan berdasarkan 12 prinsip animasi, baik penerapannya pada animasi 2d maupun 3d. Bila mengangkat sebuah tema yang cukup berat seperti Legenda Hanoman, cerita dibuat lebih fleksibel agar lebih mudah diterima masyarakat. Penyebab hiburan yang bernafas budaya lokal kurang dekat dengan masyarakat adalah: Era globalisasi yang menawarkan banyak sekali hiburan yang lebih fun daripada budaya lokal. Zaman yang sudah berubah menyebabkan orang tua jarang menurunkan cerita-cerita budaya lokal. Cerita impor yang lebih menjual karena kelestariannya yang tetap dijaga, sehingga lebih menarik untuk diikuti.

- 8-2.2.2 Wawancara dengan Budi Santoso Data yang diperoleh melalui wawancara dengan Bapak Budi Santoso dari pihak Museum Wayang, diantaranya mecakup tokoh Hanoman melalui kisah pewayangan didalam masyarakat Indonesia, nilai filosofi yang terkandung didalam Legenda Hanoman, dan perbandingan Legenda Hanoman dari beberapa daerah. Dalam kisah pewayangan Ramayana dan Mahabharata banyak sekali tokoh tokoh wayang yang populer. Baik itu tokoh yang baik maupun yang jahat. Rata rata masyarakat Indonesia mengenal tokoh tokoh wayang yang populer. Masyarakat terutama anak-anak dan remaja mengetahui adanya tokoh Hanoman melalui kisah pewayangan. Walaupun hanya dalam batasan - batasan sosok dan sifat. Hal ini setidaknya dapat memberikan kesadaran bahwa kita memiliki tokoh tersebut. Legenda Hanoman dari berbagai daerah sebenarnya memiliki perbedaan yang tipis. Kebanyakan perbedaan tersebut berada pada penamaan pada tokoh-tokoh dalam cerita Legenda Hanoman dan adanya penambahan cerita yang diadaptasi menurut daerah yang bersangkutan. Berikut beberapa perbedaan Legenda Hanoman: Menurut kisah pewayangan Cirebon, Legenda Hanoman lebih kental dengan nilai nilai agama Islam. Menurut kisah pewayangan Jawa Tengah, Legenda Hanoman mengalami pergeseran nilai nilai animismedinamisme dari Hindu ke Islam.

- 9 - Menurut kisah pewayangan Bali, Legenda Hanoman mengikuti cerita versi India yang kental dengan agama Hindu. Nilai - nilai filosofis yang dapat terlihat dalam Legenda Hanoman antara lain: Tuntunan tentang perlawanan kebaikan terhadap kejahatan. Bekerja keras untuk mendapatkan kebahagiaan. 2.3 Film Pendek Hanoman 2.3.1 Gambaran Umum Film pendek Hanoman adalah film pendek yang menggambarkan cerita kepahlawanan Hanoman pada saat berperang melawan para Raksasa, tepatnya pada babak dimana dia pergi mencari Bunga Sanjiwani untuk menyelamatkan Laksmana ketika terkena racun Nagapasa milik Indrajit. 2.3.2 Definisi Film Film pendek Hanoman adalah film animasi pendek yang berkisah tentang kepahlawanan Hanoman dengan kesaktiannya dapat menyelamatkan Laksmana dan kesetiaan terhadap Sri Rama. Film ini bisa dikatakan semi fiksi, karena selain mengambil dari cerita aslinya, ada modifikasi dalam penceritaan namun tetap disajikan dengan apik, agar juga memiliki nilai komersil.

- 10 - Penggambaran fiksi dalam cerita dimaksudkan untuk lebih berkreasi dengan cerita yang sudah ada sehingga dapat menciptakan inovasi yang tidak menjenuhkan penonton. 2.3.3 Tujuan Film Melalui film animasi pendek ini, diharapkan masyarakat Indonesia dapat kembali memiliki sebuah ikon melalui kisah kepahlawanan Hanoman dan sekaligus sebagai upaya pelestarian budaya cerita lokal. Film animasi ini juga ditujukan sebagai sarana hiburan yang mengajarkan nilai-nilai kepahlawanan yang luhur dan dapat meramaikan industri animasi Indonesia. 2.3.4 Ruang Lingkup Film Ruang lingkup dari Film animasi pendek yang akan dibuat adalah Kisah Hanoman yang menyelamatkan Laksmana dari kematian akibat panah Nagapasa milik Indrajit. 2.3.5 Masalah Yang Dihadapi Masyarakat yang memiliki apresiasi rendah terhadap budaya lokal, dan cerita dari Legenda Hanoman yang menghilangkan tradisi tingkat kesopanan dimana biasanya dipakai disetiap lakon lakonnya, sehingga menghilangkan nilai nilai penting cerita tersebut.

- 11-2.4 Sasaran Yang Dituju 2.4.1 Demografis Usia Jenis Kelamin Kelas Ekonomi Pendidikan : 10 17 tahun : laki-laki : tingkat sosial B dan C : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama 2.4.2 Geografis Daerah perkotaan Kepadatan pusat kota dan pinggir kota Iklim Tropis 2.4.3 Psikografis Ceria dan berjiwa petualang Gemar membaca Gemar mendengar cerita Gemar menonton acara televisi Dapat membedakan cerita fiksi dan nyata Memiliki imajinasi Gaya hidup menengah Suka bersosialisasi dengan teman dan lingkungan 2.5 Analisa Masalah

- 12-2.5.1 Faktor Pendukung Perkembangan teknologi yang maju dan membuka peluang di bidang animasi yang semakin populer di industri kreatif mulai dari iklan sampai pada film menjadi faktor pendukung suksesnya film ini. 2.5.2 Faktor Penghambat Hal hal yang dapat menjadi penghambat atau rintangan dalam pembuatan film animasi pendek Hanoman ini adalah kurangnya apresiasi dam minat Masyarakat terhadap budaya lokal khususnya cerita rakyat, masuknya film-film dan cerita dari luar negeri telah membuat buaday lokal dan cerita rakyat kini mulai ditinggalkan dan dilupakan. Selain itu, kualitas animasi dalam negeri yang masih kalah baik jika dibandingkan dengan film-film animasi dari luar negeri juga menjadi faktor penghambat lain dalam pembuatan film animasi ini.