BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau biasa juga disebut sebagai PHBS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang mempunyai peranan besar dalam menentukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sehat merupakan hak setiap individu agar dapat melakukan segala

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan perhatian khusus dan perlu penanganan sejak dini. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kebijakan Indonesia sehat 2010 ( Dinkes Makassar, 2006 )

BAB I PENDAHULUAN. menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu, pembangunan kesehatan di arahkan

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Atikah Sapta Maritsa, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

BAB I PENDAHULUAN. mmpengaruhi kesehatan mereka (Hilderia, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

BAB 1 : PENDAHULUAN. sendiri. Karena masalah perubahan perilaku sangat terkait dengan promosi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari

dilaporkan ke pelayanan kesehatan sehingga jumlah yang tercatat tidak sebesar angka survey (Dinas Kesehatan Provinsi Riau, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang setinggi-tingginya. Dengan kata lain bahwa setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. belum banyak diterapkan dalam kehidupan sehari hari (Depkes, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai danhak setiap individu agar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. internal maupun eksternal. Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat menekankan pada praktik-praktik kesehatan (Wong, 2009). Di dalam

BAB I PENDAHULUAN. (socially and economically productive life). Status kesehatan berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan ditingkatkan. Hendrik L. Bloom dalam Notoadmojo (2007)

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai. Sehat juga investasi untuk

Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO. Dwi Helynarti Syurandari*)

BAB I PENDAHULUAN. Sehat dalam keperawatan anak adalah keadaan kesejahteraan yang optimal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pencegahan penyakit dengan mengurangi atau menghilangkan faktor resiko

Anwar Hadi *, Umi Hanik Fetriyah 1, Yunina Elasari 1. *Korespondensi penulis: No. Hp : ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa diare masih merupakan

Suplemen. PHBS di Sekolah. Suplemen 2011

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka

BAB I PENDAHULUAN. perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Masa usia sekolah disebut

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia sekolah merupakan kelompok usia yang kritis karena pada usia

BAB I PENDAHULUAN. Dara Sopyan, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Indikator untuk menilai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di

Peningkatan Derajat Kesehatan..., Rizsanti, Diny, Putri, Gina, Farida

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menular maupun tidak menular (Widyaningtyas, 2006). bayi dan menempati posisi pertama angka kesakitan balita.

BAB 1 PENDAHULUAN. produktivitas kerja guna meningkatkan kesejahteraan keluarga. Orang bijak

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT BAGI SISWA- SISWI SEKOLAH DASAR DI DUSUN PANJANG KECAMATAN TANAH TUMBUH

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. maju adalah mempunyai derajat kesehatan yang tinggi, karena derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KABUPATEN PATI

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya guna tercapainya negara yang kuat (Ratna, 2011).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. trakea bahkan paru-paru. ISPA sering di derita oleh anak anak, baik di negara

Oleh: Aulia Ihsani

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. (PHBS) dapat dilaksanakan di masyarakat, rumah tangga, dan sekolah. PHBS

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. proporsinya yang tinggi dalam keseluruhan populasi rakyat Indonrsia

GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT KOTA BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

terdapat di tingkat SD/Sederajat. lebih tinggi di luar Temanggung. waktu satu tahun per kelahiran hidup.

PEMERINTAH KABUPATEN SUMEDANG DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SUMEDANG SELATAN Jln. Pangeran Kornel No. 48 Telp Sumedang 45313

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Panti Asuhan Harapan Kita. merupakan Panti Asuhan yang menampung anak-anak terlantar dan yang sudah

PENURUNAN ANGKA KESAKITAN DAN KEMATIAN MELALUI PENERAPAN PHBS

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang rutin dilaksanakan puskesmas dengan mengontrol status PHBS di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang diupayakan pencapaiannya oleh pemerintah. Upaya ini sebagai langkah

terdapat di tingkat SD/Sederajat. lebih tinggi di luar Temanggung. 1) Angka Kematian Bayi waktu satu tahun per kelahiran hidup.

BAB I PENDAHULUAN. yang dimulai dari bayi hingga remaja (Departemen Kesehatan RI, 2008). Derajat

HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 27 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) tahun 2014

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ely Isnaeni, S. Kep, M. Kes

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 131/Menkes/SK/II/2004 dan salah satu Subsistem dari SKN adalah Subsistem

PERBEDAAN PEMBERIAN PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PHBS PADA IBU RUMAH TANGGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKALONGAN SELATAN

V. IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT KELURAHAN MOODU KECAMATAN KOTA TIMUR KOTA GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

BAB I. PENDAHULUAN UKDW. hidup seoptimal mungkin (Depkes RI, 2006). Di bidang pencegahan dan

BAB I PENDAHULUAN. lakukan seringkali dekat dengan kuman-kuman yang dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LEMBAR PRATES DAN POST-TEST PELATIHAN DENGAN METODE SIMULASI KEPADA TOKOH MASYARAKAT TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT TATANAN RUMAH TANGGA

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

BAB 1 PENDAHULUAN. pertama. Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi penting untuk. meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas bayi.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data WHO (World Health Organization) (2013), terjadi peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan suatu negara. Angka kematian ibu (AKI) adalah indikator di

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN. tahun. Berikut data ketenagaan pegawai di Puskesmas Banguntapan III per 31

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau biasa juga disebut sebagai PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Hidup bersih dan sehat sendiri merupakan suatu hal yang seharusnya memang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat sebagai salah satu cara menjaga kesehatannya. Mengingat kesehatan merupakan hal penting bagi setiap manusia mulai dari konsentrasi dalam bekerja dan beraktivitas dalam kehidupan seharihari. Menteri Kesehatan Republik Indonesia telah membuat Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang ada dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 2269/MENKES/PER/XI/2011 yang mengatur mengenai upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat. Dalam perilaku hidup bersih dan sehat ada beberapa indikator yang harus diikuti untuk memenuhi kriteria perilaku hidup bersih dan sehat yang baik. Beberapa indikator tersebut adalah persalinan oleh tenaga kesehatan, melakukan penimbangan bayi dan balita, memberikan ASI Eksklusif, mencuci tangan dengan sabun dan air bersih, memakai jamban sehat, melakukan aktivitas fisik setiap hari, konsumsi 1

2 buah dan sayur setiap hari, tidak merokok dalam rumah, penggunaan air bersih, dan memberantas jentik nyamuk (RISKESDAS, 2013). Secara nasional persentase rumah tangga yang melakukan perilaku hidup bersih dan sehat sebesar 56,58%, dengan proporsi rumah tangga dengan perilaku hidup bersih dan sehat baik lebih tinggi di perkotaan yaitu 41,5% dibandingkan di pedesaan 22,8%. Di Sumatera Utara pencapaian rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat adalah 60,04% (Kementerian Kesehatan RI, 2015) dan estimasi jumlah penduduk di Sumatera Utara pada 2014 adalah sekitar 13.527.937 jiwa (Pusat data dan informasi Kementerian Kesehatan, 2014). Menurut RISKESDAS 2013 Kota Medan berada diurutan ke dua puluh dengan proporsi 20% dan berada dibawah proporsi nasional yaitu 32,3%. Masyarakat sering menganggap pelaksanaan perilaku bersih dan sehat merupakan hal yang tidak begitu penting sehingga sering dalam pelaksanaannya tidak dilakukan secara benar. Peran orang tua sangat penting dalam mengajarkan perilaku hidup bersih dan sehat pada anaknya, bukan sampai tahap itu saja tapi juga sebagai pembimbing, memberikan pengertian, mengingatkan, dan menyediakan fasilitas kepada anak. Namun pengetahuan dan pemahaman yang kurang di masyarakat menyebabkan kurangnya juga pengetahuan dan pemahaman anak tentang perilaku hidup bersih dan sehat (Setiawan,2014). Salah satu perilaku hidup bersih dan sehat yang paling mudah dilakukan dan memiliki manfaat yang paling besar adalah Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS). Menurut data Kementerian Kesehatan RI (2015) tentang CTPS proporsi masyarakat melakukan CTPS adalah 47,0% sedangkan di Sumatera utara proporsi 2

3 ini hanya sebesar 32,9% dan termasuk kedalam lima provinsi dengan proporsi terendah. Data CTPS di Kota Medan menurut LSM HeartIndo (2011) berdasarkan kegiatan LSM tersebut di 10 kecamatan di Medan ada sekitar 28.721 orang yang sudah mendapat sosialisasi CTPS. Kementerian Kesehatan (2015) menyatakan kegiatan cuci tangan pakai sabun ini dilaksanakan untuk tujuan menurunkan tingkat kematian pada anak terutama yang terkait dengan kurangnya akses sanitasi dan pendidikan kesehatan. Menurut peneliti World Health Organization (WHO) mencuci tangan pakai sabun dan air bersih menurunkan resiko diare hingga 50%. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) bila dipraktikkan secara tepat dan benar juga merupakan cara termudah dan efektif untuk mencegah berjangkitnya penyakit seperti ISPA, kolera, cacingan, flu, hepatitis A, dsb (Setiawan, 2014). Perilaku cuci tangan dengan sabun sangat dekat kaitannya dengan pencegahan kejadian diare dan ISPA. Pada tahun 2013, jumlah perkiraan kasus diare sebanyak 285.183 kasus yang ditemukan dan ditangani sebanyak 223,895 kasus (78,5%) dengan period prevalence diare dari semua umur yaitu 7,0% dengan insiden 3,5%, di Sumatera Utara period prevalence diare terjadi sebanyak 6.7% dengan insiden 3,3% (Riskesdas 2013). Khusus di Kota Medan angka perkiraan kejadian diare terjadi sebanyak 45.437 dengan jumlah penduduk 2.123.210 jiwa (Dinas Kesehatan Kota Medan 2015 dalam Nasution,2016). Sedangkan period prevalence ISPA di Indonesia terdapat sebanyak 25,0% dan di Sumatera Utara period prevalence ISPA sebanyak 19,9% (Riskesdas2013). 3

4 Menurut dinas kesehatan kota Medan pada September 2015 diperkirakan mencapai 23.393 jiwa. Anak merupakan kelompok yang paling rentan terserang penyakit. Permasalahan perilaku kesehatan pada anak terutama usia dini ( usia setelah kelahiran sampai dengan usia sekitar 6 tahun) biasanya berkaitan dengan kebersihan perorangan dan lingkungan. Penyakit yang sering muncul akibat rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat antara lain cacingan, diare, sakit gigi, sakit kulit, gizi buruk, dan lain sebagainya. Hal ini akan mempengaruhi tumbuh kembang anak dan kualitas kesehatannya. Perilaku cuci tangan pakai sabun ini umumnya telah diajarkan dan diperkenalkan kepada anak-anak sejak dini, tidak hanya di lingkungan rumah tapi juga di lingkungan sekolah. Beberapa sekolah bahkan sudah menjadikan pembelajaran tentang cuci tangan pakai sabun (CTPS) sebagai kegiatan rutin di sekolah terutama di Taman Kanak-kanak sampai Sekolah Dasar hal ini mengingat usia anak pada tahap ini berkisar 3-6 tahun yang termasuk usia rentan untuk terinfeksi penyakit. Pada umumnya proses pembelajaran pada anak usia dini lebih diutamakan pada metode bermain sambil belajar. Hal ini sesuai dengan kondisi anak-anak yang cenderung lebih suka bermain. Langkah yang dapat diambil dalam menunjang kegiatan pembelajaran agar efektif dan efisien adalah pemanfaatan media pembelajaran yang disesuaikan dengan metode pembelajaran (Windaviv, 2013). 4

5 Penggunaan media pembelajaran dapat memperjelas pesan yang ingin disampaikan kepada anak, dapat membantu anak untuk meningkatkan motivasinya dalam belajar, serta membuat pembelajaran lebih bervariasi dan diharapkan pembelajaran yang dilakukan anak lebih bermakna ( Ermayani, 2009 dalam Windaviv, 2013). Selain itu menurut Musfiqon (2012) dalam Utari (2015) media pembelajaran merupakan alat bantu yang berfungsi untuk menjelaskan sebagian dari keseluruhan program pembelajaran yang sulit dijelaskan secara verbal. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan perkembangan media dalam pembelajaran juga semakin berkembang salah satu contoh media lain yang sering digunakan dalam pembelajaran untuk anak adalah penggunaan video. Video dianggap mampu dalam melukiskan gambar hidup dan suara yang memberikan daya tarik tersendiri (windaviv, 2013). Media pembelajaran video merupakan media pendidikan yang mengandung unsur audio dan unsur visual, sehingga memberikan informasi yang jelas terhadap pesan yang disampaikan (Sardiman dalam Siburian, 2016). Beberapa penelitian yang memperlihatkan pengaruh video terhadap anak Siburian, 2016 juga meneliti tentang efektivitas media leaflet dan media video terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap terhadap deteksi dini kanker payudara dan bersadarkan penelitian tersebut menyatakan bahwa video terbukti lebih efektif. Selain itu penelitian Windaviv pada tahun 2013 yaitu pengaruh penggunaan media audio visual untuk meningkatkan minat belajar anak di 5

6 kelompok B TK Perwadina Rejoso Nganjuk dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa penggunaan media audio visual berpengaruh secara signifikan untuk meningkatkan minat belajar anak di kelompok B TK Perwanida Rejoso Nganjuk. Menurut Departemen Kesehatan RI (2008), untuk mempromosikan kesehatan di sekolah sebaiknya menggunakan pendekatan yang sesuai dengan dunianya anak sekolah. Salah satu metode promosi kesehatan yang dapat digunakan untuk anak TK dan SD adalah dengan menggunakan permainan ular tangga, dimana pesan-pesan kesehatan dapat dituangkan kedalam permainan tersebut sehingga anak lebih tertarik. Selain itu permainan ular tangga mudah dimodifikasi sesuai kebutuhan pembelajaran. permainan juga merupakan media yang baik untuk mengajari anak sesuatu hal. Salah satu permainan yang biasa digunakan sebagai media dalam proses belajar anak adalah ular tangga. Permainan ular tangga merupakan alat bermain yang bersifat edukatif sehingga membuat anak-anak senang bermain sekaligus dapat mengembangkan kemampuan mengasah logika dan meningkatkan keterampilan juga melatih anak untuk berkonsentrasi, teliti dan sabar menunggu giliran (Anonim dalam Yandri, 2015). Salah satu penelitian yang pernah dilakukan berkaitan dengan permainan ular tangga dilakukan oleh Sumantri tentang pengaruh perubahan tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada pelajar usia 7-8 tahun di dua sekolah dasar kecamatan Mandiangin Koto Selayan Kota Bukittinggi melalui permainan edukasi kedokteran gigi, berdasarkan hasil yang diperoleh permainan edukasi kedokteran gigi menggunakan media ular tangga memberikan pengaruh lebih baik 6

7 dalam peningkatan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dan dapat dikatakan metode ini efektif untuk dijadikan metode pendidikan kesehatan gigi dan mulut untuk pelajar usia 7-8 tahun. Indrawati (2016) melakukan pengujian terhadap pengaruh penyuluhan dengan media monolog dan ular tangga terhadap pengetahuan dan sikap siswa SD mengenai rokok dan hasil yang diperoleh adalah metode ular tangga dan monolog berpengaruh terhadap pengetahuan dan sikap siswa dan metode ular tangga lebih efektif. Selain itu penelitian mengenai ular tangga sebagai media pembelajaran juga pernah diteliti oleh Hanum (2015) dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa media ular tangga efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap siswa sekolah dasar di Desa Tanoh Mirah, Di Kota Medan penggunaan ular tangga sebagai media pembelajaran telah digunakan juga di beberapa TK/PAUD salah satunya TK Pelangi yang pernah menggunakan metode ini dalam pengajaran berhitung kepada anak didiknya. TK Dian Ekawati adalah salah satu TK yang berada di kecamatan Medan Tembung. Di TK Dian Ekawati pengajaran tentang PHBS personal pada anak telah diajarkan dengan metode ceramah dan praktik. Salah satu PHBS yang diajarkan kepada anak adalah CTPS. Pengajaran mengenai CTPS juga terbatas pada pengetahuan guru-guru mengenai CTPS. Sehingga pengetahuan dan pemahaman yang diperoleh anak menjadi tidak maksimal. CTPS di sekolah ini belum berjalan dengan baik, pengawasan dari guru untuk memantau anak melakukan CTPS terbatas. Sarana dan prasarana CTPS di sekolah ini sudah 7

8 tersedia seperti kran air, handsoap, dan lap tangan namun jarang digunakan dan tidak terawat. Menurut Kepala Sekolah TK Dian Ekawati belum pernah dicoba mengajarkan anak mengenai CTPS dengan metode yang lain. Penggunaan media sebagai pendukung pembelajaran juga tidak pernah dilakukan oleh pihak sekolah. Dengan demikian, berdasarkan uraian yang telah dijabarkan diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan desain yang dirancang, yaitu mengunakan media video dan permainan ular tangga. Video dan permainan ular tangga ini akan di padukan dengan pembelajaran mengenai perilaku cuci tangan dengan sabun dan diberikan kepada anak usia dini yang berada di Taman Kanakkanak khususnya TK Dian Ekawati melihat latar belakang pengajaran CTPS yang pernah dilakukan di sekolah ini sebelumnya. 1.2 Permasalahan Penelitian Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan penelitian ini adalah bagaimana pengaruh media video dan ular tangga dalam peningkatan perilaku anak mengenai cuci tangan pakai sabun (CTPS) di TK Dian Ekawati, Medan. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui pengaruh media video dan ular tangga dalam peningkatan perilaku anak mengenai cuci tangan pakai sabun (CTPS) di TK Dian Ekawati, Medan. 8

9 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui perbedaan perilaku anak sebelum dan sesudah diberikan media video mengenai cuci tangan pakai sabun (CTPS) di TK Dian Ekawati, Medan. 2. Mengetahui perbedaan perilaku anak sebelum dan sesudah diberikan media permainan ular tangga mengenai cuci tangan pakai sabun (CTPS) di TK Dian Ekawati, Medan. 3. Mengetahui perbedaan perilaku antara kelompok media video dengan kelompok metode media ular tangga. 1.4 Hipotesis 1. Ho: tidak ada perbedaan perilaku anak berdasarkan hasil pretest dan posttest kelompok media video dan permainan ular tangga mengenai perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS). H 1 : ada perbedaan perilaku anak berdasarkan hasil pretest dan posttest kelompok media video dan permainan ular tangga mengenai perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS). 2. Ho : tidak ada perbedaan perilaku antara kelompok media video dengan kelompok media ular tangga. H 1 : ada perbedaan perilaku antara media video dengan kelompok media ular tangga. 9

10 1.5 Manfaat Penelitian 1. Bagi Departemen Kesehatan seperti Dinas Kesehatan, video dan permainan ular tangga mengenai perilaku cuci tangan pakai sabun dapat dijadikan sebagai program alternatif intervensi untuk anak usia dini di PAUD maupun di TK dalam meningkatan pengetahuan mengenai PHBS terkhusus tentang CTPS untuk anak usia dini. 2. Bagi Dinas Pendidikan video dan permainan ular tangga mengenai perilaku cuci tangan pakai sabun dapat dijadikan alat bantu belajar mengajar bagi sekolah-sekolah yang memiliki program kesehatan. 3. Bagi sekolah, video dan permainan ular tangga mengenai perilaku cuci tangan pakai sabun dapat dimasukkan dalam kegiatan belajar mengajar sebagai alat bantu, terutama bagi sekolah untuk anak usia dini yang konsepnya bermain sambil belajar. 4. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat, video dan permainan ular tangga mengenai perilaku cuci tangan pakai sabun dapat dijadikan alternative media edukasi kepada anak-anak usia dini baik untuk kegiatan pengabdian masyarakat seperti penyuluhan dan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL). 10