DAMPAK APLIKASI KOMBINASI PESTISIDA KIMIA DAN AGENS HAYATI TERHADAP POPULASI Coccinella repanda DAN Paederus fuscipes CURTIS PADA TANAMAN KACANG HIJAU

dokumen-dokumen yang mirip
V. KACANG HIJAU. 36 Laporan Tahun 2015 Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pengamatan para ahli, kedelai (Gycines max L. Merril) merupakan tanaman

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaman Hama pada Pertanaman Edamame Hama Edamame pada Fase Vegetatif dan Generatif

EFEKTIVITAS SINERGISME ISOLAT JTM 97c DENGAN BEBERAPA ISOLAT SLNPV DALAM PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK POLONG KEDELAI

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L) Meriill) merupakan salah satu komoditi tanaman yang

AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN)

Hama Kedelai dan Kacang Hijau

KACANG HIJAU. 16 Hasil Utama Penelitian Tahun 2013 PERBAIKAN GENETIK

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

Teknologi Budidaya Kedelai

Teknologi Produksi Kedelai

PENGARUH KERAPATAN KONIDIA Lecanicillium lecanii TERHADAP MORTALITAS Paederus fuscipes DAN Coccinella sp. PADA TANAMAN KEDELAI

Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Pertanaman Kedelai di Kebun Percobaan Natar dan Tegineneng

I. PENDAHULUAN. Kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar

TEKNOLOGI PRODUKSI DAN PENGEMBANGAN KEDELAI PADA LAHAN SAWAH SEMI INTENSIF DI PROVINSI JAMBI

Petunjuk Teknis Teknologi Produksi Benih Kacang Hijau. Oleh : Rudi Iswanto Titik Sundari Didik Harnowo

TEKNIK BUDIDAYA TOMAT

Pendahuluan menyediakan dan mendiseminasikan rekomendasi teknologi spesifik lokasi

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

PERSILANGAN BUATAN PADA TANAMAN KACANG HIJAU (VIGNA RADIATA (L.) WILCZEK)

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

Hama penting tanaman kacang hijau.

I. PENDAHULUAN. Kepik hijau (Nezara viridula L.) merupakan salah satu hama penting pengisap

PENINGKATAN KEEFEKTIFAN SLNPV UNTUK MENGENDALIKAN HAMA PENGGEREK POLONG KEDELAI MELALUI PENINGKATAN FREKUENSI APLIKASI

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.3, Juni (595) :

HAMA KUMBANG BIBIT Plesispa reichei PADA TANAMAN KELAPA. Amini Kanthi Rahayu, SP. POPT Ahli Pertama

III. KEDELAI. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 5

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung di Indonesia (Zea mays L.) merupakan komoditas tanaman

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman sumber protein yang

APLIKASI BEBERAPA PENGENDALIAN TERHADAP LALAT BIBIT (Ophiomya phaseoli Tryon) DI TANAMAN KEDELAI. Moh. Wildan Jadmiko, Suharto, dan Muhardiansyah

EFEKTIVITAS Spodoptera litura Nuclear Polyhedrosis Virus JTM 97C TERHADAP LARVA Helicoverpa armigera

TINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK TONGKOL, ULAT GRAYAK, DAN BELALANG PADA JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. Abdul Fattah 1) dan Hamka 2)

Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang

KELIMPAHAN HAMA DAN MUSUH ALAMI PADA PERTANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) ADHIKA PRASETYA NUGRAHA

Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Lahan Pertanaman Kedelai di Kecamatan Balong-Ponorogo

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max L. Merril) merupakan salah satu komoditas pangan bergizi

DINAMIKA POPULASI HAMA UTAMA JAGUNG. S. Mas ud, A. Tenrirawe, dan M.S Pabbage Balai Penelitian Tanaman Serealia

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG

PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

BAB I PENDAHULUAN. ulat grayak merupakan hama penting pada tanaman tembakau (Nicotiana tabacum

SELEKSI KETAHANAN GALUR

MORTALITAS HAMA WERENG PUNGGUNG PUTIH SETELAH DIMANGSA OLEH SERANGGA PREDATOR (PENGAMATAN VISUALISASI DI GREEN HOUSE)

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tanaman akan tumbuh subur dengan seizin Allah SWT. Jika Allah tidak

ALTERNATIF PENGENDALIAN HAMA SERANGGA SAYURAN RAMAH LINGKUNGAN DI LAHAN LEBAK PENGENDALIAN ALTERNATIF RAMAH LINGKUNGAN HAMA SAYURAN DI LAHAN LEBAK

PENGARUH PENGGUNAAN MULSA JERAMI TERHADAP TINGKAT SERANGAN HAMA DAN HASIL PADA DUA VARIETAS KEDELAI

POTENSI HASIL BEBERAPA VARIETAS UNGGUL KEDELAI PADA LAHAN SAWAH IRIGASI SETELAH PADI KEDUA DI SULAWESI SELATAN

RESPON ENAM VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merril) ANJURAN TERHADAP SERANGAN LARVA PEMAKAN DAUN KEDELAI SKRIPSI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

Teknologi Produksi Benih Kacang Hijau

BAB I PENDAHULUAN. yang hasilnya dapat kita gunakan sebagai bahan makanan pokok. Salah satu ayat di

AgroinovasI. Edisi 3-9 Januari 2012 No.3476 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERTUMBUHAN DAN HASIL BERBAGAI VARIETAS KACANG HIJAU (Vigna radiata (L.) Wilczek) PADA KADAR AIR YANG BERBEDA

TINJAUAN PUSTAKA. (Ostrinia furnacalis) diklasifikasikan sebagai berikut:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. memikat perhatian banyak mata. Pemuliaan anggrek dari tahun ke tahun,

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM...

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat yang paling baik

EFIKASI KOMBINASI PESTISIDA NABATI SERBUK BIJI MIMBA DAN AGENS HAYATI SlNPV TERHADAP HAMA ULAT GRAYAK Spodoptera litura PADA TANAMAN KEDELAI ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Lengkap (RAL) yang terdiri atas kontrol positif dan lima perlakuan variasi

PEMANFAATAN LIMBAH BATANG TEMBAKAU UNTUK PENGENDALIAN HAMA ULAT GRAYAK (Spodoptera litura F.)

TINGKAT SERANGAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN PADA PERTANAMAN KACANG TANAH DI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

1. tikus 2. penggerek batang padi 3. wereng coklat

APLIKASI EKSTRAK BIJI JARAK

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar

PENDAHULUAN. Eli Korlina PENDEKATAN PHT

BAB I PENDAHULUAN. Semua ilmu pengetahuan sesungguhnya bersumber dari Al Qur an, karena

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata

DEJA 1 DAN DEJA 2 : VARIETAS UNGGUL BARU KEDELAI TOLERAN JENUH AIR

Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan)

TATA CARA PENELITIAN

Gambar 1. Varietas TAKAR-1 (GH 4) Edisi 5-11 Juni 2013 No.3510 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian disusun dalam Rancangan Petak Terbagi (Split-Plot Design) yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Distribusi Peletakan Telur Kepik Coklat pada Gulma

TINJAUAN PUSTAKA. Glycine max Varietas Edamame

BAB I PENDAHULUAN. kedelai dan industri pakan ternak. Rata rata kebutuhan kedelai setiap tahun sekitar ± 2,2 juta

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang

J. Sains & Teknologi, Agustus 2005, Vol.5 No. 2: ISSN

Manfaat NPV Mengendalikan Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)

SPESIES, PERBANDINGAN KELAMIN, DAN CIRI MORFOLOGI PENGGEREK POLONG KEDELAI Etiella sp., DI KEBUN PERCOBAAN NGALE

TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Hama Kedelai Cara Pengendalian

PENGARUH PENGEMBALIAN BERBAGAI BIOMASSA TANAMAN TERHADAP SERANGAN HAMA PENGGEREK BATANG KEDELAI Agromyza sojae Zehntn

BAB I PENDAHULUAN. pencernaan dan dapat mencegah kanker. Salah satu jenis sayuran daun yang

PENGARUH KERAPATAN PREDATOR TERHADAP PEMANGSAAN LARVA Spodoptera litura F. (LEPIDOPTERA: NOCTUIDAE) Oleh: Triana Aprilizah A

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura buah apel (Malus sylvestris (L.) Mill) merupakan

Untuk mengatasi serangan hama tikus, dapat dilakukan cara cara sebagai berikut:

Transkripsi:

DAMPAK APLIKASI KOMBINASI PESTISIDA KIMIA DAN AGENS HAYATI TERHADAP POPULASI Coccinella repanda DAN Paederus fuscipes CURTIS PADA TANAMAN KACANG HIJAU Tantawizal dan Sri Wahyuni Indiati Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Jl. Raya Kendalpayak km 8 Kotak Pos 66 Malang 65101 e-mail: tantowi_lombok@yahoo.com ABSTRAK Kacang hijau (Vigna radiata L. Wilczek) diminati petani karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan tidak membutuhkan banyak air. Produktivitas kacang hijau di dalam negeri masih rendah, salah satu penyebabnya adalah serangan hama. Pengendalian hama masih mengandalkan pestisida kimia yang memiliki dampak negatif. Oleh karena itu perlu dikembangkan pengendalian ramah lingkungan menggunakan agens hayati seperti SlNPV dan musuh alami (predator) atau kombinasi keduanya. Penelitian bertujuan untuk mengetahui dampak aplikasi pestisida kimia yang dikombinasi dengan agens hayati SlNPV terhadap kelangsungan hidup predator C. repanda dan P. fuscipes. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Desa Muneng, Pilangkenceng, Madiun pada bulan Juli September 2014. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan lima ulangan, perlakuan yaitu: (P1) hama thrips dan M. testulasis, dikendalikan, (P2) M. testulasis, dikendalikan, (P3) thrips dikendalikan, dan (P4) tanpa pengendalian. Hasil penelitian menunjukkan aplikasi SlNPV tidak berdampak negatif terhadap populasi predator C. repanda dan P. fuscipes dibandingkan aplikasi lamda sihalotrin. Populasi C. repanda setelah aplikasi lamda sihalotrin adalah 0,2 0,4 imago/m 2 dan meningkat menjadi 1,4 imago/m 2 setelah aplikasi SlNPV. Populasi P. fuscipes pada perlakuan P1 adalah 1,8 imago/m 2 setelah aplikasi lamda sihalotrin, relatif rendah dibanding kontrol (8,2 imago/m 2 ). Namun populasi predator ini pada perlakuan P1 dan P2 meningkat pada 42 HST, yaitu setelah aplikasi SlNPV menjadi 3,6 dan 3,8 imago/m 2, sedangkan pada kontrol menurun menjadi 6,4 imago/m 2. Rendahnya populasi hama thrips dan M. testulalis menyebabkan tingkat keefektifan agens hayati dan pestisida kimia tidak terlihat. Kata Kunci: kacang hijau, Vigna radiata, C. repanda, P. fuscipes, SlNPV, M. testulalis ABSTRACT Effect of the Combination of Chemical Insecticide and Biological Agent on Coccinella repadan and Paederus fuscipes Population in Mungbean. Mungbean (Vigna radiata L. Wilczek) cultivation still attract farmer because it has high economic value and not need a lot of water. Indonesian mungbean production is low, one is due to pest. Chemical pesticides was the most common way to control pest, but it has negative effect to environment so it s important to use biological control such as SlNPV, the use of predator and the combination of both of them. The aim of this tudy is identify the effect of combination of biological control and chemical pesticide on the survival of predator insect C. repanda dan P. fuscipes. The study was done on farmer field in Muneng village, Pilangkenceng, Madiun from July to September 2014. The study was conducted on completely randomized design, five replications, and the treatments were: (P1) thrips and M. testulasis are controlled, (P2) M. testulasis are controlled, (P3) thrips are controlled, and (P4) uncontrolled. The result showed that SlNPV application has not negative effect on predator C. repanda dan P. fuscipes population compared with them on Tantawizal dan Indiati: Dampak Aplikasi Kombinasi Pestisida Kimia dan Agens Hayati 513

lamda sihalotrin application. C. repanda population after the application of lamda sihalotrin was low (0,2 0,4 imago/m 2 ) and became 1,4 imago/m 2 after SlNPV application. So did the population of P. fuscipes on P1 wa low (1,8 imago/m 2 ) compered with it on uncontrolled plot (8,2 imago/m 2 ). Population of P. fuscipes increase to 3.6 and 3.8 imago/m 2, at 42 dap on P1 and P2 treatment, in contras it rising down to 6,4 imago/m 2 on uncontrolled plot. The low pest population caused the effectiveness of combination biological and chemical control technique was unclear. Keywords: mungbean, Vigna radiata, C. repanda, P. fuscipes, SlNPV, M. testulalis PENDAHULUAN Kacang hijau (Vigna radiata L. Wilczek) merupakan komoditas pangan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Minat petani untuk mengusahakan kacang hijau cukup baik, terlihat dari luas pertanaman yang relatif lebih stabil dibandingkan dengan kedelai. Selain harganya yang menguntungkan petani, kebutuhan air tanaman kacang hijau yang relatif lebih sedikit sehingga cocok untuk ditanam pada lahan sawah setelah panen padi. Meskipun demikian, produksi kacang hijau nasional masih belum mencukupi kebutuhan dalam negeri, sehingga pada tahun 2011 masih diperlukan impor sebanyak 39 ribu ton (Ditjen Tanaman Pangan 2012). Salah satu penyebab rendahnya produksi kacang hijau adalah serangan hama. Hama penting tanaman kacang hijau adalah hama thrips dan Maruca testulasis. Serangan hama thrips pada musim kemarau dapat menyebabkan tanaman puso (Anwari et al. 2000). Kehilangan hasil pada varietas rentan mencapai 31,7% sedangkan pada galur tahan hanya sekitar 12,9%. Serangan hama M. testulasis pada fase generatif dapat menyebabkan kehilangan hasil 1,3 t/ha (Indiati 2000). Pemanfaatan predator sebagai salah satu komponen pengendalian hama terpadu untuk mengurangi penggunaan pestisida kimia diperlukan guna menekan dampak negatif yang ditimbulkan. optimalisasi peran predator di lapangan dipengaruhi oleh jenis dan frekuensi aplikasi pestisida kimia. Hal ini disebabkan karena kelimpahan predator bergantung pada sistem budidaya, termasuk aplikasi insektisida (Taulu 2001). Oleh karena itu, penggunaan insektisida kimia dalam mengendalikan hama harus dilakukan dengan bijaksana sehingga dampak negatif yang ditimbulkan dapat dikurangi. Salah satunya dengan cara memanfaatkan musuh alami seperti predator dan agens hayati atau kombinasi keduanya untuk mengendalikan hama. Coccinella repanda (Colleoptera) merupakan predator yang banyak ditemukan pada beberapa jenis tanaman seperti kedelai, kacang hijau, padi, dan palawija lainnya. Keberadaan predator ini tidak dipengaruhi oleh jenis tanaman tetapi dipengaruhi oleh keberadaan serangga mangsanya. Kumbang C. repanda berukuran 7 8 mm, bersifat rakus, dan aktif memangsa kutu daun. Larva dan imago kumbang C. repanda juga memangsa berbagai serangga dari Ordo Hemiptera, Famili Coccidae, Pseudococcidae, Diaspidae, Aphididae. dan aktif pada siang hari antara pukul 09.00 13.00 (Tobing et al. 2007). Predator yang tidak kalah penting adalah Paederus fuscipes Curtis (Coleoptera: Staphylinidae) yang memangsa telur dan larva Helicoverpa armigera, Spodoptera litura dan Bemisia tabaci (Tengkano et al. 2004). Pada tanaman padi, serangga ini memangsa wereng cokelat dan beberapa serangga hama kecil lain seperti kutu dan aphid. Serangga ini 514 Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2015

aktif pada siang hari untuk mencari mangsa pada pertanaman, sedangkan pada malam hari tertarik pada cahaya lampu. Salah satu jenis agens hayati yang efektif untuk mengendalikan hama, khususnya dari Ordo Lepidotera, adalah Spodoteralitura Nuclear Polyhedrosis Virus (SlNPV). Efikasi SlNPV dalam mengendalikan ulat grayak cukup tinggi, mencapai 90% di rumah kaca. Penelitian lebih lanjut menunjukkan SlNPV isolat JTM97c efektif membunuh hama penggulung daun (Lamprosema indicata), ulat jengkal (Plusia chacites), dan penggerek polong Etiella zinckenella (Bedjo 2003). Ditinjau dari efikasi SlNPV dan kisaran inangnya yang cukup luas maka agens hayati ini berpeluang besar untuk dikembangkan menjadi salah satu pengganti insektisida kimia yang harganya cukup mahal dan mengurangi dampak negatif terhadap kelangsungan hidup predator. SlNPV yang digunakan adalah isolat yang diisolasi dari larva ulat grayak yang terinfeksi virus di lapangan dan diformulasikan dalam bentuk tepung (powder) dengan nama formulasi SlNPV JTM97c. Penelitian dampak pestisida kimia yang dikombinasi dengan penggunaan agens hayati SlNPV di lapang perlu dikaji lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak aplikasi pestisida kimia yang dikombinasi dengan agens hayati SlNPV terhadap kelangsungan hidup predator C. repanda dan P. fuscipes. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di lahan sawah bekas tanaman padi milik petani Desa Muneng Kecamatan Pilangkenceng, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, pada bulan Juni sampai September 2014. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok, lima ulangan. Perlakuan adalah sebagai berikut: 1. Hama thrips dan M. testulasis dikendalikan (P1) 2. Hama M. testulasis dikendalikan (P2) 3. Hama thrips dikendalikan (P3) 4. Tanpa pengendalian (P4) Hama thrips dikendalikan dengan insektisida fipronil 2 ml/l pada umur 10 dan 17 HST dilanjutkan dengan aplikasi ekstrak rimpang Z. officinale (jahe) 20 g/l pada umur 24, 27, dan 30 HST. Hama M. testulasis dikendalikan dengan insektisida lamda sihalotrin pada umur 25, 30, dan 35 HST, dilanjutkan dengan NPV pada 40 dan 45 HST. Kacang hijau varietas Kutilang ditanam pada lahan sawah bekas tanaman padi dengan luasan tiap perlakuan 500 m 2. Setelah jerami padi dibabat, benih kacang hijau ditanam tanpa olah tanah (TOT) dengan jarak tanam 40 cm x 15 cm, dua biji tiap lubang. Pemupukan hanya menggunakan pupuk daun dan pupuk buah masing-masing dua kali aplikasi. Gulma disiang secara manual pada umur 20 HST dan tanpa pengairan. Variabel yang diamati adalah: 1. Populasi dan jenis predator (umur 7 sampai 56 HST) 2. Populasi hama thrips sp. (umur 21 sampai 42 HST) 3. Populasi hama polong M. Testulasis (umur 35 sampai 56 HST) 4. Populasi hama lainnya (umur 21 sampai 56 HST) Pengamatan populasi dan jenis hama dilakukan dengan cara sampling, tiap perlakuan ditentukan lima titik sampel secara acak dengan luasan 1 m 2. Pengamatan jenis predator dan hama M. testulasis dilakukan langsung pada sore hari, mulai pukul 16.00 WIB. Peng- Tantawizal dan Indiati: Dampak Aplikasi Kombinasi Pestisida Kimia dan Agens Hayati 515

amatan populasi hama thrips dilakukan dengan cara memasukkan tanaman kacang hijau ke dalam plastik transparan, selanjutnya daun dan batang tanaman digerakkan dengan tujuan agar hama thrips yang terdapat pada daun atau bagian tanaman lainnya terjatuh dan masuk ke dalam plastik, selanjutnya dihitung jenis dan populasi hama. HASIL DAN PEMBAHASAN Beberapa jenis hama kacang hijau yang ditemukan adalah thrips, M. testulasis, Longitarsus suturellus. Selain hama, juga ditemukan musuh alami berupa predator, yaitu C. repanda dan P. fuscipes. Jenis dan Populasi Hama 1. Thrips Serangan ditandai oleh gejala berupa pucuk atau daun muda tampak mengkerut atau keriting. Pengamatan populasi dilakukan mulai tanaman berumur 7 HST, namun baru ditemukan pada umur 28 dan 35 HST, dengan populasi yang sangat rendah, yaitu tertinggi 1,2 imago/m 2 pada kontrol (Gambar 1) dengan intensitas serangan di bawah 5%. Antarperlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan pada umur 42 HST. Hal ini disebabkan karena populasi dan intensitas serangan hama thrips sangat rendah, sehingga tindakan pengendalian tidak menimbulkan pengaruh terhadap penurunan populasi atau intensitas serangan. Gambar 1. Populasi hama thrips pada pertanaman kacang hijau yang disemprot pestisida kimia dan agens hayati di Desa Muneng, Pilangkenceng. Madiun 2014. Keterangan: P1: thrips dan M. testulasis dikendalikan, P2 M. testulasis dikendalikan, P3 thrips dikendalikan, dan P4 tanpa pengendalian (kontrol). 2. M. testulasis Sejak periode berbunga sampai berpolong intensitas serangan hama ini sangat rendah (<1%) dan hanya ditemukan pada umur 42 HST (Gambar 2). Pada pengamatan selanjutnya gejala serangan penggerek polong tidak lagi terlihat. Pada fase berbunga, hama yang menyerang tanaman kacang hijau adalah penggerek polong kacang hijau M. testulalis. Gejala serangan ditandai oleh berubahnya warna bunga 516 Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2015

yang telah mekar menjadi kehitaman, bunga saling menempel dan lengket dalam satu tandan bunga (Indiati 2010), setelah itu bunga yang berwarna kehitaman akan rontok. Pada bunga yang menempel dengan bunga lainnya jika dibuka akan ditemukan larva berwarna putih transparan dan terdapat bintik-bintik coklat di bagian atas tubuh. Selain menyerang bunga, larva instar tiga sampai lima mampu menggerek polong dan memakan biji kacang hijau. Gambar 2. Populasi hama M. testulasis pada pertanaman kacang hijau yang disemprot pestisida kimia dan agens hayati di Desa Muneng, Pilangkenceng. Madiun 2014. Keterangan: P1: thrips dan M. testulasis dikendalikan, P2 M. testulasis dikendalikan, P3 thrips dikendalikan, dan P4 tanpa pengendalian (kontrol). 3. L. suturellus Selain kedua hama di atas, hama kumbang Longitarsus suturellus (Coleoptera; Chrysomelidae) juga ditemukan menyerang tanaman kacang hijau di Desa Muneng, Pilangkenceng, Madiun. Gejala serangannya berupa lubang-lubang pada daun yang sudah mekar yang disebabkan oleh gigitan imago yang memakan pucuk tanaman yang belum terbuka, sehingga setelah daun (pucuk) terbuka terlihat lubang-lubang bekas gigitan. Selain menyerang pucuk tanaman, kumbang juga memakan biji dan kulit polong muda dengan gejala serangan adanya lubang pada polong disertai kotoran imago. Kumbang mulai ditemukan pada umur 35 HST dengan populasi 1 3,4 imago/m 2, populasinya terus meningkat sampai dengan populasi 5 9 imago/m 2. Aplikasi sihalotrin maupun SlNPV tidak efektif, hal ini terlihat dari populasi yang meningkat pada semua perlakuan. Karena populasi L. suturellus pada 42 HST dan pengendalian menggunakan lamda sihalotrin maupun SlNPV tidak efektif maka dilakukan penyemprotkan insektisida dengan bahan aktif klorantraniliprol dengan konsentrasi 0,5 ml/l sebanyak dua kali (44 dan 49 HST) pada semua perlakuan termasuk kontrol (bukan hama sasaran/target). Aplikasi klorantraniliprol mampu menurunkan populasi L. suturulles mencapai 0,2 imago/m 2 pada 49 HST dan 0 pada 52 HST (Gambar 3). Di samping menurunkan populasi hama, aplikasi klorantraniliprol juga membunuh musuh alami, hal ini terlihat dari populasi C. repanda dan P. fuscipes yang juga mengalami penurunan. Tantawizal dan Indiati: Dampak Aplikasi Kombinasi Pestisida Kimia dan Agens Hayati 517

Gambar 3. Populasi hama pemakan polong L, suturellus pada pertanaman kacang hijau yang disemprot pestisida kimia dan agens hayati di Desa Muneng, Pilangkenceng. Madiun, 2014. Keterangan: P1: thrips dan M. testulasis dikendalikan, P2 M. testulasis dikendalikan, P3 thrips dikendalikan, dan P4 tanpa pengendalian (kontrol). Rz: Rimpang Z. officinale, Ls: Lamda sihalotrin, NPV: Nuclear Polyhedrosis virus, Kl: Klorantraniliprol (pada semua perlakuan). Jenis dan Populasi Musuh Alami Pengamatan jenis musuh alami difokuskan pada kelompok predator, dimulai pada saat tanaman berumur 7 HST, dengan interval tujuh hari. Dari pengamatan diperoleh dua jenis predator, yaitu C. repanda dan P. fuscipes. 4. C. repanda Imago C. repanda mulai ditemukan pada umur 28 HST dengan populasi tertinggi 0,6 imago/m 2 pada perlakuan 4 (tanpa pengendalian). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa aplikasi pestisida kimia dengan bahan aktif lamda sihalotrin pada 25, 30, dan 35 HST, berdampak negatif terhadap populasi kumbang predator C. repanda. Hal ini terlihat dari populasi yang lebih rendah dibanding control. Pada 35 HST populasi C. repanda pada perlakuan yang diaplikasi lamda sihalotrin P1 (0,2 imago/m 2 ) dan P2 (0,4 imago/m 2 ) lebih rendah dibanding perlakuan P3 dan P4 (masing-masing 1,6 imago/m 2 ). Aplikasi SlNPV pada 42 HST nyata meningkatkan populasi C. repanda pada perlakuan P2 yaitu 1,4 imago/m 2 (Gambar 4). Populasi C. repanda selain dipengaruhi oleh pengendalian yang menggunakan pestisida kimia, juga dipengaruhi oleh ketersediaan serangga mangsa. Aplikasi insektisida klorantraniliprol selain membunuh hama atau serangga mangsa predator juga membunuh kumbang C. repanda. Setelah diaplikasikan, populasi C. repanda menurun drastis sampai populasi nol atau tidak ditemukan pada 56 HST (Gambar 4). 518 Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2015

Gambar 4. Populasi C. repanda pada pertanaman kacang hijau yang disemprot pestisida kimia dan agens hayati di Desa Muneng, Pilangkenceng. Madiun 2014. Keterangan: P1: thrips dan M. testulasis dikendalikan, P2 M. testulasis dikendalikan, P3 thrips dikendalikan, dan P4 tanpa pengendalian (kontrol). Rz: Rimpang Z. Officinale; Ls: Lamda sihalotrin, NPV: Nuclear Polyhedrosis virus, Kl: Klorantraniliprol (pada semua perlakuan). 5. P. fuscipes Gambar 5. Populasi P. fuscipes pada pertanaman kacang hijau yang disemprot pestisida kimia dan agens hayati di Desa Muneng, Pilangkenceng. Madiun, 2014. Keterangan: P1: thrips dan M. testulasis dikendalikan, P2 M. testulasis dikendalikan, P3 thrips dikendalikan, dan P4 tanpa pengendalian (kontrol). Rz: Rimpang Z. officinale, Ls: Lamda sihalotrin, NPV: Nuclear Polyhedrosis virus, Kl: Klorantraniliprol (pada semua perlakuan). Populasi P. fuscipes mulai ditemukan pada 21 HST dengan populasi tertinggi hanya 1,1 imago/m 2, dan terus meningkat seiring dengan bertambahnya umur tanaman. Hasil pengamatan pada 35 HST menunjukkan aplikasi lamda sihalotrin menyebabkan populasi P. fuscipes lebih rendah dibanding perlakuan lainnya, yaitu pada perlakuan P1 (1,8 imago/m 2 ) dibanding P3 maupun P4 dengan populasi (9,2 dan 8,2 imago/m 2 ). Aplikasi SlNPV tidak menunjukkan pengaruh negatif sebagaimana terbukti dari populasi P. Fuscipes yang Tantawizal dan Indiati: Dampak Aplikasi Kombinasi Pestisida Kimia dan Agens Hayati 519

nyata meningkat pada 42 HST, yaitu 3,6 dan 3,8 imago/m 2, pada perlakuan P1 dan P2, sekitar setengah dari populasi pada P4 atau kontrol (6,4 imago/m 2 ) (Gambar 5). Pada 49 HST populasi P. fuscipes menurun pada semua perlakuan. Penurunan populasi disebabkan karena P. fuscipes terbunuh akibat aplikasi insektisida klorantraniliprol. KESIMPULAN 1. Jenis predator yang ditemukan di lapang adalah C. repanda dan P. fuscipes. 2. Aplikasi agens hayati SlNPV tidak berdampak negatif terhadap kelangsungan hidup predator C. repanda dan P. fuscipes. 3. Rendahnya populasi hama di lapang menyebabkan tingkat keefektifan agens hayati dan pestisida nabati tidak terlihat jelas. 4. Insektisida klorantraniliprol selain efektif mengendalikan hama L. suturellus juga berfungsi membunuh predator. DAFTAR PUSTAKA Anwari M. Rudy Soehendi. Rudi Iswanto. Sri Wahyuni Indiati. dan HadiPurnomo. 2000. Pembentukan Varietas Unggul Kacang Hijau Tahan Hama Thrips. Hlm.: C-23 C-38 dalam Hasil Penelitian Komponen Teknologi Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Tahun 1999/2000. Buku 1. Bedjo. 2003. Pemanfaatan Spodoptera litura Nuclear Polyhedrosis Virus (SlNPV) untuk pengendalian ulat grayak (S. litura F.) pada tanaman kacang hijau. Lokakarya pemanfaatan NPV sebagai agens hayati untuk mengendalikan hama pemakan daun kacang hijau S. litura F. Malang. 4 November 2003. Balitkabi. 16 hlm. Direktorat Tanaman Pangan. 2012. Road Map Peningkatan Produksi Kacang Tanah dan Kacang Hijau 2010 2014. Indiati. S.W. 2000. Pengendalian Kimiawi dan Penggunaan MLG 716 sebagai Galur Tahan Thrips Untuk Menekan Kehilangan Hasil Kacang Hijau. Hlm.160 168 Komponen Teknologi Untuk Meningkatkan Produktivitas Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. Edisi Khusus Balitkabi No. 16-2000. Taulu, L.E. 2001. Kompleks artropoda predator penghuni tajuk kedelai dan peranannya terhadap perhatian utama pada Paederus fuscipes Curt. (Coleoptera: Staphylinidae) (Disertasi). Bogor. Institute Pertanian Bogor. Program Pascasarjana. 85 hlm. Tengkano, W., Bedjo, dan Suharsono. 2004. Kemampuan Oxyopes javanus Thorell memangsa nimfa instar-2 pengisap polong dan imago Etiella zinckenella Treit. pada berbagai tingkat populasi. hlm. 432 443 dalam A.K. Makarim, Marwoto, M.M. Adie, A.A. Rahmiana, Heriyanto, dan I K. Tastra. Kinerja Penelitian Mendukung Agribisnis Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Tobing, M. C. & Nasution, D. B. 2007. Biologi Predator Cheilomenes sexmaculata (Fabr.) (Coleoptera: Coccinellidae) pada Kutu Daun Macrosiphoniela sanborni Gilett (Homoptera: Aphididae). Agritrop, 26(3):99 104 (2007). 520 Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2015