BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. meneruskan pembangunan nasional jangka panjang tersebut (Ranuh, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (SKN), salah satu indikator kerjanya ditinjau dari angka

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya, selain indikator Angka Kematian Ibu (AKI), Angka

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Imunisasi merupakan

Angka kematian bayi dan anak merupakan salah satu indikator penting yang

BAB I PENDAHULUAN. tombak pelayanan kesehatan masyarakat di pedesaan/kecamatan. pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama (Kemenkes, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. xvi

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 2 juta disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan cakupan yang diharapkan dalam MDG (Millenium. Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2009 )

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Lienda Wati, FKM UI, 2009 UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Milenium atau lebih dikenal dengan istilah Millenium Development

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kesehatan nasional (Budioro. B, 2010). Dalam lingkup pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. mencegah tubuh dari penularan penyakit infeksi. Penyakit infeksi. adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme

BAB I PENDAHULUAN. bayi dan kematian ibu melahirkan. Menitik beratkan pada pembangunan bidang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditimbulkannya akan berkurang (Cahyono, 2010). Vaksin yang pertama kali dibuat adalah vaksin cacar (smallpox).

BAB 1 PENDAHULUAN. serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. meninggal karena penyakit yang sebenarnya masih dapat dicegah. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Imunisasi merupakan hal yang wajib diberikan pada bayi usia 0-9

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan anak masih menjadi fokus perhatian masyarakat dunia. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan dibidang kesehatan (Depkes, 2007). masyarakat dunia untuk ikut merealisasikan tercapainya Sustainable Development

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian

BAB I PENDAHULUAN. kelompok bayi dari difteri, pertusis, tetanus dan campak. Cakupan imunisasi di

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam Sustainable Development Goals (SDG S). Tujuan ke ketiga SDGs adalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pencapaian derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari capaian indikator

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dicegah dengan imunisasi, yakni masing-masing 3 juta orang atau setiap 10

BAB I PENDAHULUAN. Program kesehatan di Indonesia periode adalah Program

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban

BAB 1 : PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan kesehatan tersebut difokuskan pada usaha promotif dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tidak sedikit yang berujung pada kematian bayi (Achmadi, 2016). harus menyelesaikan jadwal imunisasi (Kemenkes RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kesakitan dan kematian karena berbagai penyakit yang dapat. menyerang anak dibawah usia lima tahun (Widodo, 2007).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian pada anak dibawah usia 5 tahun walaupun. tidak sebanyak kematian yang disebabkan oleh malnutrisi dan

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat berbahaya, demikian juga dengan Tetanus walau bukan penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mempersiapkannya diperlukan anak-anak Indonesia yang sehat baik fisik

BAB I PENDAHULUAN. informasi epidemiologi yang valid. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian target Millenium Development Goals (MDG s) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. melawan serangan penyakit berbahaya (Anonim, 2010). Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk mengendalikan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbaikan kualitas manusia di suatu negara dijabarkan secara internasional

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan tentang imunisasi sangat penting untuk ibu, terutama ibu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan seutuhnya untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga sebagai unit terkecil dari kehidupan bangsa. Kemandirian keluarga dalam

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bebas dari penyakit cacar oleh WHO sejak tahun 1974.

BAB I PENDAHULUAN. Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit. Imunisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. informasi epidemiologi yang valid. Pembangunan bidang kesehatan di indonesia

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN : SURVEI KELENGKAPAN IMUNISASI PADA BAYI UMUR 1-12 BULAN DI DESA PANCUR MAYONG JEPARA INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. intrauterin ke kehidupan ekstrauterin (Dewi, 2013 : 1). neonatus sebagai individu yang harus menyesuaikan diri dari kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Balita (AKBA) di Indonesia telah menurun, dimana rata-rata

Christopher A.P, S. Ked Yayan A. Israr, S. Ked

BAB I PENDAHULUAN. yang meningkat dan mengurangi penyebaran infeksi (Ranuh dkk, 2011).

1 BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu penyakit sehingga seseorang tidak akan sakit bila nantinya terpapar

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. agar terhindar dari penyakit sehingga tercapai kekebalan masyarakat

suatu penyakit, jika suatu saat dia terkena penyakit yang sama maka tubuhnya sudah kebal terhadap penyakit tersebut (Matondang & Siregar,

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. imunisasi antara lain untuk menurunkan kesakitan dan kematian akibat penyakitpenyakit

BAB I. Pendahuluan. keharmonisan hubungan suami isteri. Tanpa anak, hidup terasa kurang lengkap

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat. (1)

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 ini masih jauh lebih baik dibandingkan dengan 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai ciri khas yang berbeda-berbeda. Pertumbuhan balita akan

BAB 1 : PENDAHULUAN. terbesar kedua dari negara South East Asian Region (SEAR) setelah Myanmar. (1)

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap status gizi anak. upaya kesehatan masyarakat lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

BAB I PENDAHULUAN. tujuan utama dari pemberian vaksinasi. Pada hakekatnya kekebalan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tujuh macam penyakit (PD3I) yaitu penyakit TBC, Difteri, Tetanus,

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Imunisasi sebagai salah satu pencegahan upaya preventif yang

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sehat, cerdas dan produktif. Pencapaian pembangunan manusia yang diukur

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit campak merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak di

BAB I PENDAHULUAN. satu diantaranya adalah pencegahan penyakit. Sebagai upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Selama proses pertumbuhan dan perkembangan, anak memerlukan asupan

BAB I PENDAHULUAN. suatu tindakan memberikan kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. Demikian pula dari segi ekonomi dikatakan bahwa pencegahan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. dan pengentasan kemiskinan. Salah satu tujuan MDGs yaitu mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. (mordibity) dan angka kematian (mortality). ( Darmadi, 2008). Di negara

Merdha Rismayani*H.Junaid**Jusniar Rusli Afa** Abstrak

Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun menunjukkan adanya penurunan Angka Kematian Balita (AKABA) dibandingkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan bidang kesehatan merupakan bagian terpenting dalam

BAB I PENDAHULUAN. penyakit sehingga berkontribusi besar pada mortalitas Balita (WHO, 2013).

Kata Kunci: Pengetahuan, KIPI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

PERAN AYAH DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR DI PUSKESMAS KOTAGEDE I YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Batita, anak usia sekolah, dan wanita usia subur (WUS). Imunisasi lanjutan

BAB I PENDAHULUAN. ini mencakup 1,4 juta anak balita yang meninggal. Program Pengembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

cita-cita UUD Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan

DINAS KESEHATAN KOTA TANGERANG

RENCANA AKSI KINERJA DAERAH (RAD) DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Target ,10 per 1000 KH

BAB 1 PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa (Wijaya, 2005). tergolong rendah, 11 juta anak di bawah 5 tahun meninggal

BAB I PENDAHULUAN. golongan usia memiliki resiko tinggi terserang penyakit-penyakit menular

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu dari 17 program pokok pembangunan kesehatan adalah program

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional, karena masalah kesehatan menyentuh hampir semua aspek kehidupan manusia. Oleh sebab itu pembangunan kesehatan sangat terkait dengan keadaan Demografi, kondisi ekonomi masyarakat dan pendidikan mereka. Meskipun tujuan akhir dari upaya pembangunan kesehatan adalah seluruh lapisan masyarakat, secara operasional dipilih golongan sasaran secara bertahap. Hal ini dilakukan mengingat kepentingan yang mendesak dan keterbatasan dana, sarana dan prasarana maka diadakan urutan prioritas. Prioritas utama yang dipilih adalah kesehatan anak, karena kesehatan anak merupakan salah satu modal bagi keberhasilan pembangunan bangsa, yang pada akhirnya akan menghasilkan bangsa dan negara yang sehat sentosa (Supraptini et al, 2003). Pembangunan nasional jangka panjang menitikberatkan pada kualitas hidup sumber daya manusia yang prima. Untuk itu kita bertumpu pada generasi muda yang memerlukan asuhan dan perlindungan terhadap penyakit yang mungkin dapat menghambat tumbuh kembangnya menuju dewasa yang berkualitas tinggi guna meneruskan pembangunan nasional jangka panjang tersebut (Ranuh et al, 2008). Pembangunan kesehatan juga tidak terlepas dari komitmen Indonesia sebagai warga masyarakat dunia untuk ikut merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs). Dalam MDGs tersebut, kesehatan dapat dikatakan sebagai unsur dominan, karena dari delapan agenda MDGs lima diantaranya berkaitan langsung dengan kesehatan, dan tiga yang lain berkaitan secara tidak langsung. Lima agenda yang berkaitan langsung dengan kesehatan itu adalah Agenda ke 1 (Memberantas kemiskinan dan kelaparan), Agenda ke 4 (Menurunkan angka kematian anak), Agenda ke 5 (Meningkatkan kesehatan ibu), Agenda ke 6 (Memerangi HIV dan AIDS, Malaria, dan penyakit lainnya), serta Agenda ke 7 (Melestarikan lingkungan hidup) (Kemenkes R.I. 2010). 1

Tingkat kesehatan suatu negara umumnya diukur dengan mortalitas (angka kematian). Hal ini memang tampak paradoks, namun secara administratif lebih mudah mencatat angka kematian dan penyebabnya dibandingkan morbiditas (angka kesakitan) yang lebih sulit untuk ditentukan, bahkan untuk beberapa penyakit umumnya penyakit infeksi (Meadow & Newell, 2005). Angka Kematian Bayi (AKB) dapat didefinisikan sebagai banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan jumlah anak yang meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai angka per 1.000 kelahiran hidup. AKABA mempresentasikan peluang terjadinya kematian pada fase antara kelahiran dan sebelum umur 5 tahun. AKB merupakan indikator yang biasanya digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu banyak upaya kesehatan yang dilakukan dalam rangka menurunkan AKB (Kemenkes R.I. 2010). Sistem kesehatan nasional imunisasi adalah salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Dasar utama pelayanan kesehatan, bidang preventif merupakan prioritas. Penurunan insidens penyakit menular telah terjadi berpuluh-puluh tahun yang lampau di negara-negara maju yang telah melakukan imunisasi dengan teratur dengan cakupan luas. Demikian juga di Indonesia, dinyatakan bebas penyakit cacar tahun 1972 dan penurunan insidens beberapa penyakit menular secara mencolok terjadi sejak tahun 1985, terutama untuk penyakit difteria, tetanus, pertusis, campak dan polio (Ranuh et al, 2008). Seperti diketahui penyakit menular disebabkan oleh infeksi berbagai organisme maupun mikroorganisme di antaranya bakteri dan virus. Contoh penyakit menular yang disebabkan infeksi bakteri misalnya : difteri, pertusis, tuberkulosis, dan tetanus sedangkan yang disebabkan oleh virus misalnya : Hepatitis, polio, dan campak. Penyakit penyakit di atas sebetulnya sudah dapat dicegah melalui imunisasi (Muchlastriningsih, 2005) Penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) merupakan penyakit yang diharapkan dapat diberantas/ditekan dengan 2

pelaksanaan program imunisasi. Yang mencakup penyakit Difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus, tetanus neonatorum, campak, polio, dan hepatitis B (Depkes R.I. 2007). Diperkirakan 1,7 juta kematian pada anak atau 5 % pada balita di indonesia adalah akibat Penyakit Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Agar target nasional dan global untuk mencapai eradikasi, eliminasi, dan reduksi terhadap PD3I dapat dicapai, cakupan imunisasi harus dipertahankan tinggi dan merata sampai mencapai tingkat Population Immunity (kekebalan masyarakat) yang tinggi. Salah satu program yang telah terbukti efektif untuk menekan angka kesakitan dan kematian akibat PD3I adalah imunisasi. Angka kematian bayi dalam dua dasawarsa terakhir ini menunjukkan penurunan yang bermakna. Apabila pada tahun 1971 sampai 1980 memerlukan sepuluh tahun untuk menurunkan AKB dari 142 menjadi 112 per 1.000 kelahiran hidup, maka hanya dalam kurun waktu lima tahun, yaitu tahun 1985 sampai 1990 Indonesia berhasil menurunkan AKB dari 71 menjadi 54 dan bahkan dari data 2001 telah menunjukkan angka 48 per 1.000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Indonesia 2001). Penurunan tersebut diikuti dengan menurunnya angka kematian balita (AKABA) yang telah mencapai 56 per 1.000 kelahiran hidup. Prestasi yang gemilang tersebut tidak lain disebabkan karena penggunaan teknologi tepat guna selama itu, yaitu memanfaatkan dengan baik Kartu Menuju Sehat (KMS) dalam memantau secara akurat tumbuh kembang anak, peningkatan penggunaan ASI, pemberian segera cairan oralit pada setiap kasus diare pada anak dan pemberian imunisasi pada anak balita sesuai Program Pengembangan Imunisasi (PPI) yaitu BCG, Polio, Hepatitis B, DPT, dan Campak (Ranuh et al, 2008). Pengembangan Program Imunisasi (PPI) merupakan program pemerintah dalam bidang imunisasi guna mencapai komitmen internasional yaitu Universal Child Immunization (UCI). Program UCI secara nasional dicapai pada tahun 1990, yaitu cakupan DPT 3, Polio 3, dan campak minimal 80 % sebelum umur 1 tahun. Sedangkan cakupan untuk DPT 1, Polio 1, dan BCG minimal 90 % (Ranuh et al, 2008). Imunisasi dasar lengkap dalam PPI adalah BCG, Polio, DPT, campak, dan hepatitis B. 3

Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya merupakan proksi terhadap cakupan atas imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0-11 bulan), ibu hamil, WUS, dan anak sekolah dasar. Desa UCI merupakan gambaran desa/kelurahan dengan 80% jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap dalam waktu satu tahun. Pencapaian tertinggi terjadi pada tahun 2005 yaitu 76,23%. Tahun 2008 terdapat 74,02% desa/kelurahan UCI di Indonesia. Provinsi dengan pencapaian desa/kelurahan UCI tertinggi pada tahun 2008 adalah Jawa Tengah (86,59%) dan terendah di Maluku Utara (49,22%). Dari 33 provinsi di Indonesia, 14 provinsi mencapai cakupan imunisasi campak 90%, 13 provinsi mencapai cakupan 80%-90%, dan 6 provinsi masih dibawah 80%. Cakupan tertinggi dicapai DKI Jakarta (104,3%), DI Yogyakarta (99,5%), dan Jawa Tengah (99,3%). Sedangkan cakupan terendah adalah Papua (58,6%), Maluku (68,7%), dan Nangroe Aceh Darussalam (70%) (Depkes, 2009). Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan Departemen Kesehatan (Depkes) menyarankan agar setiap anak wajib mendapatkan imunisasi dasar sesuai dengan waktu yang dianjurkan secara lengkap dan sesuai dengan jadwal pemberian imunisasi. Hal ini dimaksudkan agar anak mendapatkan kekebalan tubuh dari penyakit penyakit yang sering menyerang anak anak secara optimal. Kekebalan tubuh yang didapat anak dari imunisasi ini tidak lepas dari peran ibu yang merupakan orang yang paling dekat dengan bayi, sehingga tepat atau tidaknya waktu pelaksanaan imunisasi pada bayi bergantung dari perilaku ibu. Perilaku ibu dipengaruhi oleh pengetahuan ibu tentang imunisasi, bila pengetahuan ibu tentang imunisasi kurang, tidak merasa butuh atau sekedar ikut ikutan tentunya pemberian imunisasi pada anaknya tidak sesuai dengan jadwal sehingga mengakibatkan tidak lengkapnya imunisasi yang diberikan terhadap anaknya, namun apabila pengetahuan ibu tentang imunisasi baik diharapkan pemberian imunisasi dapat sesuai jadwal, sehingga program imunisasi memenuhi kuantitas dan kualitas kesehatan bayi dan balita, akhirnya berdampak pada peningkatan status kesehatan dan sumber daya masyarakat di masa depan (Utami, 2010). 4

Tanggung jawab keluarga terutama para ibu terhadap imunisasi bayi/balita sangat memegang peranan penting sehingga akan diperoleh suatu manfaat terhadap keberhasilan imunisasi serta peningkatan kesehatan anak. Pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh komponen-komponen pendorong yang menggambarkan faktor-faktor individu secara tidak langsung berhubungan dengan penggunaan pelayanan kesehatan yang mencakup beberapa faktor, terutama faktor pengetahuan ibu tentang kelengkapan status imunisasi dasar bayi atau anak. Komponen pendukung antara lain kemampuan individu menggunakan pelayanan kesehatan yang diperkirakan berdasarkan pada faktor pendidikan, pengetahuan, sumber pendapatan atau penghasilan (Depkes, 2000). Penelitian sebelumnya yang juga meneliti tentang pengetahuan dengan kelengkapan imunisasi dilakukan oleh Arif Kurniawan (2004), dengan judul Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Formal Ibu Dengan Kelengkapan Imunisasi Yang Dilakukan Ibu Terhadap Anaknya di Pelem, Simo, Boyolali didapatkan kesimpulan ada hubungan antara tingkat pendidikan formal ibu dengan kelengkapan imunisasi yang dilakukan ibu terhadap anaknya di Pelem, Simo, Boyolali, pada taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan (db) = 4. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Marda Utami (2010) dengan judul Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Terhadap Kelengkapan Imunisasi Balita di Puskesmas Ngawen II Kabupaten Gunungkidul didapatkan hasil tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang imunisasi terhadap kelengkapan imunisasi balita karena sebagian besar balita di wilayah tersebut telah mendapatkan imunisasi lengkap. Penelitian yang juga dilakukan oleh Romadhona Permatasari dengan judul Hubungan Tingkat Pendidikan Formal Ibu Terhadap Kelengkapan Imunisasi Pada Anak Usia 2 Tahun di Kelurahan Semanggi Surakarta didapatkan hasil tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat pendidikan formal ibu dengan kelengkapan pelaksanaan imunisasi anak usia 2 tahun di wilayah tersebut. Berdasarkan latar belakang di atas dan dari data data yang di sajikan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti hubungan antara pengetahuan tentang imunisasi dengan kelengkapan imunisasi yang dilakukan ibu terhadap anaknya di 5

Desa Wonorejo Polokarto Sukoharjo. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : Apakah ada Hubungan Antara pengetahuan tentang imunisasi dengan kelengkapan imunisasi yang dilakukan ibu terhadap anaknya di Desa Wonorejo, Polokarto, Sukoharjo? C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang imunisasi dengan kelengkapan imunisasi yang dilakukan ibu terhadap anaknya di Desa Wonorejo, Polokarto, Sukoharjo. D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis Sebagai pertimbangan masukan untuk menambah wawasan tentang hubungan antara pengetahuan tentang imunisasi dengan kelengkapan imunisasi yang dilakukan ibu terhadap anaknya di Desa Wonorejo Polokarto Sukoharjo. 2. Praktis a. Institusi Hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dalam rangka pembinaan dan pengembangan kecamatan yang bersangkutan, terutama bagi desa UCI (Universal Child Immunization) belum mencapai target. b. Profesi. Sebagai bahan pertimbangan bagi profesi kebidanan kedokteran dalam memberikan Pelayanan imunisasi dasar pada bayi. c. Masyarakat Masyarakat bisa mengetahui serta memahami tentang program imunisasi untuk selanjutnya dapat berperan aktif dalam mensukseskan program imunisasi. 6