BAB I PENDAHULUAN. sekitar 2 juta disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. xvi

BAB I PENDAHULUAN. melawan serangan penyakit berbahaya (Anonim, 2010). Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk mengendalikan dan

BAB I PENDAHULUAN. informasi epidemiologi yang valid. Pembangunan bidang kesehatan di indonesia

BAB I PENDAHULUAN. informasi epidemiologi yang valid. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Milenium atau lebih dikenal dengan istilah Millenium Development

BAB I PENDAHULUAN. dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Imunisasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tombak pelayanan kesehatan masyarakat di pedesaan/kecamatan. pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama (Kemenkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan pembangunan nasional jangka panjang tersebut (Ranuh, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya, selain indikator Angka Kematian Ibu (AKI), Angka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (SKN), salah satu indikator kerjanya ditinjau dari angka

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Lienda Wati, FKM UI, 2009 UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. ditimbulkannya akan berkurang (Cahyono, 2010). Vaksin yang pertama kali dibuat adalah vaksin cacar (smallpox).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam Sustainable Development Goals (SDG S). Tujuan ke ketiga SDGs adalah

Angka kematian bayi dan anak merupakan salah satu indikator penting yang

BAB I PENDAHULUAN. agar terhindar dari penyakit sehingga tercapai kekebalan masyarakat

BAB 1 : PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan kesehatan tersebut difokuskan pada usaha promotif dan

BAB I PENDAHULUAN. mencegah tubuh dari penularan penyakit infeksi. Penyakit infeksi. adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbaikan kualitas manusia di suatu negara dijabarkan secara internasional

BAB 1 PENDAHULUAN. serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan anak masih menjadi fokus perhatian masyarakat dunia. Hal ini

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pencapaian derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari capaian indikator

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Selama proses pertumbuhan dan perkembangan, anak memerlukan asupan

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bebas dari penyakit cacar oleh WHO sejak tahun 1974.

BAB I PENDAHULUAN. meninggal karena penyakit yang sebenarnya masih dapat dicegah. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kesehatan nasional (Budioro. B, 2010). Dalam lingkup pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Imunisasi merupakan hal yang wajib diberikan pada bayi usia 0-9

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mempersiapkannya diperlukan anak-anak Indonesia yang sehat baik fisik

BAB I. Pendahuluan. keharmonisan hubungan suami isteri. Tanpa anak, hidup terasa kurang lengkap

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit campak merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak di

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Balita (AKBA) di Indonesia telah menurun, dimana rata-rata

BAB I PENDAHULUAN. Program kesehatan di Indonesia periode adalah Program

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. kelompok bayi dari difteri, pertusis, tetanus dan campak. Cakupan imunisasi di

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat. (1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu dari 17 program pokok pembangunan kesehatan adalah program

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan tentang imunisasi sangat penting untuk ibu, terutama ibu

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dalam kelompok penyakit infeksi dan merupakan ancaman besar bagi

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

BAB I PENDAHULUAN. bayi dan kematian ibu melahirkan. Menitik beratkan pada pembangunan bidang

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kesakitan dan kematian karena berbagai penyakit yang dapat. menyerang anak dibawah usia lima tahun (Widodo, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat berbahaya, demikian juga dengan Tetanus walau bukan penyakit menular

BAB 1 : PENDAHULUAN. terbesar kedua dari negara South East Asian Region (SEAR) setelah Myanmar. (1)

Christopher A.P, S. Ked Yayan A. Israr, S. Ked

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Campak merupakan penyakit pernafasan yang mudah menular yang

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN : SURVEI KELENGKAPAN IMUNISASI PADA BAYI UMUR 1-12 BULAN DI DESA PANCUR MAYONG JEPARA INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai ciri khas yang berbeda-berbeda. Pertumbuhan balita akan

BAB 1 PENDAHULUAN. (P2ISPA) adalah bagian dari pembangunan kesehatan dan upaya pencegahan serta

BAB I PENDAHULUAN. tidak sedikit yang berujung pada kematian bayi (Achmadi, 2016). harus menyelesaikan jadwal imunisasi (Kemenkes RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tujuh macam penyakit (PD3I) yaitu penyakit TBC, Difteri, Tetanus,

2. Apa saja program imunisasi dasar lengkap yang ibu ketahui? a. BCG b. DPT c. Polio d. Campak e. Hepatitis B

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sehat, cerdas dan produktif. Pencapaian pembangunan manusia yang diukur

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian pada anak dibawah usia 5 tahun walaupun. tidak sebanyak kematian yang disebabkan oleh malnutrisi dan

BAB I PENDAHULUAN. yang meningkat dan mengurangi penyebaran infeksi (Ranuh dkk, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap status gizi anak. upaya kesehatan masyarakat lainnya.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Negara, juga merupakan salah satu indikator yang paling sensitif dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang meningkat sepanjang tahun. Di dunia diperkirakan setiap tahun terdapat 30 juta

Merdha Rismayani*H.Junaid**Jusniar Rusli Afa** Abstrak

Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun menunjukkan adanya penurunan Angka Kematian Balita (AKABA) dibandingkan

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Penyakit ini tetap menjadi salah satu

Romy Wahyuny*, Linda Fadila**

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dicegah dengan imunisasi, yakni masing-masing 3 juta orang atau setiap 10

BAB I PENDAHULUAN. ini mencakup 1,4 juta anak balita yang meninggal. Program Pengembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. imunisasi antara lain untuk menurunkan kesakitan dan kematian akibat penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit. Imunisasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan. kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu indikator untuk menilai derajat kesehatan masyarakat adalah

1 BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu penyakit sehingga seseorang tidak akan sakit bila nantinya terpapar

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan cakupan yang diharapkan dalam MDG (Millenium. Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2009 )

suatu penyakit, jika suatu saat dia terkena penyakit yang sama maka tubuhnya sudah kebal terhadap penyakit tersebut (Matondang & Siregar,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Batita, anak usia sekolah, dan wanita usia subur (WUS). Imunisasi lanjutan

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 ini masih jauh lebih baik dibandingkan dengan 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Penularan penyakit campak terjadi dari orang ke orang melalui droplet respiration

BAB I PENDAHULUAN. penyakit sehingga berkontribusi besar pada mortalitas Balita (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. tingginya angka kematian dan kesakitan karena ISPA. Penyakit infeksi saluran

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tujuan utama dari pemberian vaksinasi. Pada hakekatnya kekebalan tubuh

ABSTRAK. Lidia Anestesia Iskandar,2009,Pembimbing I:Donny Pangemanan,drg.,SKM. Pembimbing II:Dani,dr.,M.Kes.

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

Kata Kunci: Pengetahuan, KIPI

BAB I PENDAHULUAN. di paru-paru yang sering terjadi pada masa bayi dan anak-anak (Bindler dan

BAB I PENDAHULUAN. Imunisasi adalah prosedur yang dilakukan untuk memberikan kekebalan. tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan vaksin

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan balita sangatlah penting,

BAB I PENDAHULUAN. satu diantaranya adalah pencegahan penyakit. Sebagai upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit campak merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di

Transkripsi:

14 BAB I PENDAHULUAN 1.5. Latar Belakang Lebih dari 12 juta anak berusia kurang dari 5 tahun meninggal setiap tahun, sekitar 2 juta disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Serangan penyakit tersebut akibat status imunisasi dasar yang tidak lengkap pada sekitar 20% anak sebelum ulang tahun yang pertama (WHO dan UNICEF dalam Utomo, 2008). Berdasarkan estimasi global yang dilakukan WHO tahun 2007 pelaksanaan imunisasi dapat mencegah kurang lebih 25 juta kematian balita tiap tahun akibat penyakit difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan) dan campak. Di seluruh dunia, cakupan imunisasi polio yang diterima bayi dengan 3 dosis vaksin polio tahun 2007 adalah 82% dan cakupan imunisasi Hepatitis B dengan 3 dosis vaksin adalah 65%. Sedangkan cakupan imunisasi DPT dan campak masing-masing sebesar 81% dan 82% (WHO, 2008). Departemen Kesehatan RI telah mencanangkan Pengembangan Program Imunisasi (PPI) secara resmi pada tahun 1997, yang menganjurkan agar semua anak diimunisasi enam macam penyakit yaitu difteri, pertusis, tetanus, tuberkulosis, polio, campak. Tahun 1991/1992 Departemen Kesehatan RI telah mulai mengembangkan program imunisasi hepatitis B dengan mengintegrasikannya ke dalam program imunisasi rutin yang telah ada di empat propinsi yaitu Nusa Tenggara Barat, Bali, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, yang terus dikembangkan ke propinsi lainnya dan akhirnya pada tahun 1997/1998 imunisasi hepatitis B sudah dapat menjangkau seluruh bayi di Indonesia (Depkes RI, 2000).

15 Salah satu target keberhasilan kegiatan imunisasi adalah tercapainya Universal Child Immunization (UCI), yaitu cakupan imunisasi lengkap bayi, secara merata pada bayi di 100% desa/kelurahan pada tahun 2010. Indikator imunisasi lengkap adalah cakupan imunisasi kontak pertama (DPT I) sebesar 90%, dan cakupan imunisasi kontak lengkap (campak) sebesar 80%. Indikator lainnya yang digunakan untuk kontak lengkap adalah cakupan imunisasi DPT 3 sebesar 80%. Secara nasional, pencapaian UCI tingkat desa/kelurahan tahun 2004-2005 mengalami peningkatan 6,8% dari 69,43% tahun 2004 menjadi 76,23% tahun 2005 (Profil Kesehatan Indonesia, 2006). Hasil cakupan imunisasi nasional tahun 2007 BCG (86,9%), DPT 3 (67,7%), Polio 3 (71,0%), HB 3 (62,8), Campak (81,6%). Hasil cakupan tersebut tidak jauh berbeda dengan hasil survei cakupan imunisasi nasional yang dilakukan Pusat Riset Epidemiologi dan Surveilens Departemen Epidemiologi Universitas Indonesia yaitu BCG, DPT I dan Campak >80% sedangkan DPT 3 dan HB 3 <80% (Immunization Coverage Survey, 2007). Imunisasi lengkap yaitu 1 (satu) dosis vaksin BCG, 3 (tiga) dosis vaksin DPT, 4 (empat) dosis vaksin Polio dan 1 (satu) vaksin Campak serta ditambah 3 (dosis) vaksin Hepatitis B diberikan sebelum anak berumur satu tahun (9-11 bulan) (Immunization Coverage Survey, 2007). Pembangunan kesehatan salah satu prioritasnya adalah pada program yang berdampak besar terhadap penurunan Angka Kematian Bayi (AKB). Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 Angka Kematian Bayi (AKB) diperkirakan sebesar 55 per 1.000 kelahiran hidup, kemudian turun menjadi 52 pada tahun 1997 dan turun lagi menjadi 44 pada tahun 1999 tetapi pada tahun 2000 terjadi

16 peningkatan menjadi 47 per 1.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi (AKB) menurut hasil Surkesnas/Susenas pada tahun 2001 sebesar 50 per 1.000 kelahiran hidup dan dari hasil SDKI 2002-2003 terjadi penurunan cukup besar menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Indonesia, 2006). Menurut data dari WHO Health Report 2006 pada tahun 2004 di Indonesia terdapat 38 kematian balita per 1.000 kelahiran hidup sedangkan data yang didapat dari Immunization Summary 2007 terlihat penurunan angka kematian balita untuk tahun 2005 yaitu sebesar 36 kematian balita per 1.000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Indonesia, 2006). Selama lebih dari lima belas tahun, ditengarai tingkat kematian anak balita di Indonesia menurun sebesar 42%, tingkat kematian bayi 31%, dan tingkat kematian pascaneonatal 50% (BPS, 2005). Di balik kemajuan tersebut, ternyata Indonesia masih memiliki masalah tertingginya angka kematian bayi dan kematian ibu di wilayah ASEAN. Pada tahun 2005 KLB Campak terjadi sebanyak 122 kali dengan jumlah kasus sebanyak 1.467 dan CFR 0,48%. Difteri terjadi 29 kali KLB dengan jumlah kasus sebanyak 65 dan CFR sebesar 13,85%. Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat AKB tetapi tidak mudah untuk menentukan faktor yang paling dominan dan faktor yang kurang dominan. Penurunan kasus kematian pada anak merupakan salah satu hal yang dianggap penting dalam tujuan pembangunan milenium. Pada kasus kematian yang tinggi biasanya jumlah kematian terbanyak terbanyak terjadi pada usia balita ketika saat itu mereka rentan terhadap penyakit. Statistik menunjukkan bahwa

17 lebih dari 70% kematian disebabkan Diare, Pneumonia, Campak, Malaria, dan Malnutrisi. Perilaku suami dalam mendorong pemberian imunisasi pada bayi merupakan salah satu faktor dalam pencapaian cakupan imunisasi. Hal ini dikarenakan sebagian besar setiap daerah di Indonesia memiliki sosial budaya dalam hal pengambilan keputusan di rumah tangga adalah pihak suami. Sehingga anggapan salah tentang imunisasi yang berkembang dalam masyarakat membuat para suami merasa khawatir terhadap resiko dari beberapa vaksin yang diberikan pada bayi. Adanya kepercayaan tersebut membuat para suami kurang memberikan dorongan kepada istri untuk mengimunisasi bayi mereka. Pada umumnya suami tidak menyadari manfaat pemberian imunisasi pada bayi terhadap kesehatan. Hal ini dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan suami, karena semakin tinggi pendidikan maka semakin baik wawasan tentang kesehatan. Selain tingkat pendidikan, pengetahuan dan sikap juga dapat mempengaruhi perilaku suami yang tercermin pada tindakan suami dalam mendorong pemberian imunisasi pada bayi. Oleh karena pentingnya pemberian imunisasi dasar lengkap, maka suami dituntut untuk memiliki pengetahuan yang memadai. Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, yang dapat menimbulkan perubahan persepsi dan terbentuknya sikap yang konsisten. Dengan pengetahuan, sikap dan tindakan yang baik dalam mendorong pemberian imunisasi, sehingga dapat menurunkan angka kematian pada anak. Dalam jadwal pemberian imunisasi dasar pada bayi, imunisasi campak merupakan pemberian vaksin yang terakhir setelah pemberian vaksin lainnya (BCG,

18 DPT, Polio, dan HB), sehingga untuk mengetahui gambaran kelengkapan imunisasi pada bayi biasanya dapat dilihat dari cakupan imunisasi campak. Hasil laporan Riskedas tahun 2010 diperoleh bahwa cakupan imunisasi campak di Propinsi Sumatera Utara hanya mencapai 51,1%, sementara cakupan imunisasi nasional mencapai 74,4%. Hal tersebut menunjukkan bahwa cakupan imunisasi campak di Propinsi Sumatera Utara masih cukup rendah bila dibandingkan dengan propinsi lainnya yang rata-rata > 60%, bahkan ada beberapa propinsi yang mencapai 90%, seperti di Yogyakarta dan Kepulauan Riau. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Tapanuli Tengah tahun 2009, diperoleh laporan hasil cakupan imunisasi dari 7.985 sasaran bayi, diimunisai BCG 6.256 (78,3%), Polio1 6.989 (87,5%), Polio2 6.464 (81,0%), Polio3 6.162 (77,2%), Poli4 7.260 (90,9%), Campak 5.355 (67,1%), HB-0 (0-7 hari) 2.641 (33,1%), DPT-HB-1 6.219 (77,9%), DPT-HB-2 5.883 (73,7%) dan DPT-HB-3 5.588 (70,0%). Dari angka cakupan ini terlihat bahwa rata-rata bayi diimunisasi untuk masing-masing jenis imunisasi adalah sebesar 5.882 (73,7%). Hal ini menunjukkan ada 2.103 (26,3%) bayi yang belum mendapatkan imunisasi lengkap (Dinkes Tapanuli Tengah, 2010). Sedangkan data imunisasi dari Puskesmas Kolang Kecamatan Kolang tahun 2009, diperoleh data hasil cakupan imunisasi bayi dari 390 sasaran bayi, diimunisai BCG 217 (56,6%), Polio1 214 (54,9%), Polio2 195 (50,0%), Polio3 127 (32,6%), Poli4 98 (25,1%), Campak 83 (21,34%), HB-0 (0-7 hari) 73 (18,7%), DPT-HB-1 198 (50,8%), DPT-HB-2 135 (34,6%) dan DPT-HB-3 99 (25,4%). Dari angka cakupan ini terlihat bahwa rata-rata bayi di imunisasi untuk masing-masing jenis imunisasi adalah

19 sebesar 144 (36,9%). Hal ini menunjukkan ada 264 (63,1%) bayi yang belum mendapatkan imunisasi lengkap (Puskesmas Kolang, 2010). Dalam mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga, yang mengambil keputusan dalam pemecahannya adalah tetap kepala keluarga yaitu pihak suami. Sehingga suami yang kurang mendukung dalam pemberian imunisasi pada bayi merupakan salah satu faktor rendahnya pencapaian cakupan imunisasi di Kecamatan Kolang. Berdasarkan uraian tersebut di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang perilaku suami dalam mendukung pemberian imunisasi pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Kolang Kecamatan Kolang Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2010. 1.6. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana perilaku suami dalam mendukung pemberian imunisasi pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Kolang Kecamatan Kolang Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2010. 1.7. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan umur, tingkat pendidikan, pengetahuan, sikap dan kepercayaan suami dalam mendukung pemberian imunisasi pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Kolang Kecamatan Kolang Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2010

20 1.3.2.Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui karakteristik suami yang meliputi umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan suami. b. Untuk mengetahui sumber informasi yang diperoleh suami tentang imunisasi pada bayi. c. Untuk mengetahui pengetahuan suami tentang imunisasi pada bayi. d. Untuk mengetahui sikap suami dalam mendukung pemberian imunisasi pada bayi. e. Untuk mengetahui tindakan suami dalam mendukung pemberian imunisasi pada bayi. 1.8. Manfaat Penelitian a. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Kolang untuk meningkatkan cakupan imunisasi di wilayah kerja Puskesmas Kolang Kecamatan Kolang Kabupaten Tapanuli Tengah. b. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang ingin yang ingin melakukan penelitian tentang imunisasi pada bayi untuk kesempatan yang akan datang.