BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu fungsi alokasi yang meliputi: sumber-sumber ekonomi dalam bentuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pemeliharaan hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. industri yang ramah lingkungan juga sering disebut sebagai industri tanpa

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pembangunan nasional sebagai upaya untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan adalah usaha menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan lembaga publik, diantaranya : Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam perkembangannya, kebijakan ini

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang di bidang otonomi daerah tersebut telah menetapkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengertian PAD dan penjabaran elemen-elemen yang terdapat dalam PAD.

I. PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang akan mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. pusat (Isroy, 2013). Dengan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab,

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengelola sumber daya yang dimiliki secara efisien dan efektif.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah

BAB I PENDAHULUAN. maupun di sektor swasta, hanya fungsinya berlainan (Soemitro, 1990).

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. mengatur tentang otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi. daerah berkewajiban membuat rancangan APBD, yang hanya bisa

BAB I. Kebijakan tentang otonomi daerah di Indonesia, yang dikukuhkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional pada dasarnya bertujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya pembangunan nasional di negara-negara berkembang. difokuskan pada pembangunan ekonomi dalam rangka upaya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang

BAB I PENDAHULUAN. dampak diberlakukannya kebijakan otonomi daerah. Sistem otonomi daerah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas fiskal yaitu pendapatan asli daerah (PAD) (Sidik, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. bertumpu pada penerimaan asli daerah. Kemandirian pembangunan baik di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. upaya yang berkesinambungan yang meliputi pembangunan masyarakat, bangsa,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. dilakukan, maka kajian pustaka yang telah dijadikan pertimbangan adalah

BAB I PENDAHULUAN. pendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Karena itu, belanja daerah dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengukur keberhasilan pembangunan dan kemajuan perekonomian di

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengaruh Pendapatan..., Fani, Fakultas Ekonomi 2015

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mencapai hakekat dan arah dari

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia memasuki babak baru pengelolaan pemerintahan dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU

PENDAHULUAN. daerah yang saat ini telah berlangsung di Indonesia. Dulunya, sistem

BAB I PENDAHULUAN. menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah ditandai dengan dikeluarkan Undang-Undang (UU No.22 Tahun

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan, pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. No. 22 tahun 1999 diganti menjadi UU No. 32 tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah adalah suatu pemberian hak dan kewajiban kepada daerah

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No 25 tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka pembangunan nasional di Indonesia, pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Januari 2001 telah memberikan kewenangan yang luas, nyata dan. bertanggungjawab kepada daerah secara proporsional mengatur dan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB 1 PENDAHULUAN. mengelola daerahnya sendiri. Namun dalam pelaksanaannya, desentralisasi

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang APBD.

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebijakan desentralisasi fiskal yang diberikan pemerintah pusat kepada

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 1999 dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah

BAB I PENDAHULUAN. oleh krisis ekonomi yang menyebabkan kualitas pelayanan publik terganggu dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan pelayanan publik. Dokumen anggaran daerah disebut juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Pendapatan Asli Daerah berdasarkan Undang-undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. dasar dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen dokumen

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan untuk lebih

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, desentralisasi fiskal mulai hangat dibicarakan sejak

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang (UU) No. 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintah Daerah (Pemda) dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. dampak hampir pada semua aspek atau sektor kehidupan. Dampak tersebut

PENDAHULUAN. berbagai kegiatan pembangunan nasional diarahkan kepada pembangunan yang merata ke

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

INUNG ISMI SETYOWATI B

BAB I PENDAHULUAN. penduduk perkotaan dan penduduk daerah maka pemerintah membuat kebijakan-kebijakan sebagai usaha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-undang No.25 Tahun 2000 tentang Program. Pembangunan Nasional , bahwa program penataan pengelolaan

I. PENDAHULUAN. Lampung Selatan merupakan pusat kota dan ibukota kabupaten. Pembangunan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bidang pengelolaan keuangan negara maupun daerah. Akuntabilitas

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan atas pertimbangan

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara terbesar, dimana sampai saat

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

1 UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia sebagai negara kesatuan menganut asas

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai penyempurnaan Undang-undang Nomor 22

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah dambaan semua daerah maupun Negara.

BAB 1 PENDAHULUAN. disebutanggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Baik untuk

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melancarkan jalannya roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan yang berbentuk Republik, yang mana untuk selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. reformasi dengan didasarkan pada peraturan-peraturan mengenai otonomi daerah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Oleh :

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintahan suatu negara pada hakikatnya mengemban tiga fungsi utama, yaitu fungsi alokasi yang meliputi: sumber-sumber ekonomi dalam bentuk barang dan jasa pelayanan masyarakat, fungsi distribusi yang meliputi: pendapatan dan kekayaan masyarakat, pemerataan pembangunan dan fungsi stabilisasi yang meliputi: pertahanan-keamanan, ekonomi dan moneter. Fungsi distribusi dan fungsi stabilisasi pada umumnya lebih efektif dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat sedangkan fungsi alokasi pada umumnya lebih efektif dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah, karena daerah pada umumnya lebih mengetahui kebutuhan serta standar pelayanan masyarakatnya. Namum dalam pelaksanaannya perlu diperhatikan kondisi dan situasi yang berbeda dari masingmasing wilayah. Pembagian ketiga fungsi dimaksud sangat penting sebagai landasan dalam penentuan dasar-dasar perimbangan keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah secara jelas dan tegas. Untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah diperlukan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggungjawab didaerah secara proporsional yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Sumber pembiayaan Pemerintah Daerah dalam rangka perimbangan keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah dilaksanakan atas dasar desentralisasi, 1

2 dekonsentralisasi, dan tugas perbantuan. Kewenangan diberikan pada Pemerintah Daerah, kecuali untuk lima hal yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Pusat, yaitu pembiayaan bagi politik luar negeri, pertahanan-keamanan, per-adilan, pengelolaan moneter dan fiskal, agama, serta kewajiban pengembalian pinjaman Pemerintah Pusat. Otonomi daerah merupakan upaya pemberdayaan daerah dalam pengambilan keputusan daerah secara lebih baik dan leluasa untuk mengelola sumber daya yang dimiliki sesuai dengan kepentingan, prioritas dan potensi daerah itu sendiri (Widada, 2012) dalam Gitaningtyas dan Kurrohman (2014). Adanya otonomi daerah, memberikan keleluasaan bagi pemerintah daerah untuk mengelola sumber daya dan mempertanggung jawabkan kepada masyarakat secara transparan, efektif dan efisien. Kemandirian daerah merupakan salah satu unsur pokok dalam pelaksanaan otonomi daerah, dimana hal tersebut didukung dengan kemampuan keuangan suatu daerah. Dukungan keuangan merupakan salah satu faktor penting bagi pemerintah daerah dalam menjalankan atau mengurus rumah tangganya. Dalam pemerintah daerah dukungan keuangan tersebut dapat diperoleh dari PAD. PAD adalah salah satu indikator dari kemadirian otonomi daerah dalam menggali potensi untuk meningkatkan sumber-sumber penerimaan. Berdasarkan Undang undang No.32 Tahun 2004, sumber penerimaan PAD didapat dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, dan Lain-lain Pendapatan yang Sah. Meningkatnya penerimaan PAD akan memberikan kontribusi yang besar untuk realisasi Anggran Pendapatan dan Belanja Daerah

3 (APBD). Hal tersebut dikarenakan jumlah PAD yang besar akan menambah jumlah APBD disisi Pendapatan Daerah. Untuk itu, sangatlah penting bagi suatu daerah untuk meningkatkan PAD dan menganalisis faktor-faktor apa saja yang dapat meningkatkan PAD. Semakin besar PAD maka semakin mandiri daerah dalam mengambil keputusan dan kebijakan pembangunan. Besarnya kontribusi pengeluaran pemerintah daerah terhadap pertumbuhan ekonomi daerah seharusnya merupakan sebuah peluang yang dapat dimanfaatkan secara optimal untuk mendorong perekonomian daerah. Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk Public Saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai Public Investment (Soemitro, 2000) dalam Jaya Perwira dan Widanta (2014). Berkaitan dengan konsep PAD menurut studi bank Dunia (Rondinelli, 1989; 181) dalam Jaya Perwira dan Widanta (2014) menyatakan pemerintah dapat melaksanakan fungsinya secara efektif apabila diberikan kebebasan dalam mengambil keputusan pengeluaran sektor publik yang harus didukung sumber-sumber keuangan yang memadai, baik dari PAD, bagi hasil pajak dan bukan pajak, pinjaman maupun subsidi, dan bantuan pemerintah pusat. Dapat diketahui bahwa Kota merupakan kawasan pemukiman yang secara fisik ditunjukkan oleh kumpulan rumah-rumah yang mendominasi tata ruangnya dan memiliki berbagai fasilitas untuk mendukung aktivitas kehidupan masyarakat yaitu sebagai pusat produksi, perdagangan, pemerintahan, sosial dan kebudayaan, sarana olahraga dan lain-lain. Hal ini mengakibatkan perolehan PAD antara Kota

4 dan Kabupaten sangat berbeda, karena jenis potensi pajak dan retribusi yang dapat ditarik oleh pemerintah Kota lebih banyak dibandingkan dengan Kabupaten. Berdasarkan uraian diatas tentang perbedaan perolehan PAD dari beberapa pungutan pajak antara Kota yang lebih berpotensial dari pada Kabupaten. Menurut Soemitro (2000) dalam Jaya Perwira dan Widanta (2014) pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan harkat, martabat, kualitas, serta kesejahteraan segenap lapisan masyarakat. Dalam kerangka itu pembangunan harus dipandang sebagai suatu rangkaian proses pertumbuhan yang berjalan secara berkesinambungan untuk mewujudkan tujuan-tujuannya. Pembangunan daerah yang dilaksanakan secara berencana, menyeluruh, terpadu, terarah, bertahap, mandiri dan berkelanjutan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan daerah dalam rangka mewujudkan kehidupan yang sejajar dengan daerah lain yang lebih maju dan sekaligus secara agregat meningkatkan kesejahteraan bangsa dan negara secara adil dan merata. Pemberian otonomi kepada daerah akan menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan peran nyata dan kemandirian daerah dalam upaya meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara adil dan merata. Sejalan dengan hal tersebut maka keberhasilan pembangunan perekonomian dari suatu wilayah dan kinerjanya dapat diamati melalui beberapa indikator makro. Indikator makro tersebut dapat dianalisis melalui PDRB yang dapat didefinisikan sebagai penjumlahan nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh seluruh unit kegiatan ekonomi yang beroperasi di wilayah/daerah tersebut dalam

5 periode tertentu. Jadi PDRB adalah nilai tambah yang pengukurannya berdasarkan adanya aktivitas ekonomi di suatu wilayah. Sebelum otonomi daerah, pemerintah daerah berharap untuk dapat membangun daerah berdasarkan kemampuanndaerah sendiri ternyata belum bisa terwujud karena pada kenyataannya ketergantungan fiskal, subsidi serta bantuan pemerintah pusat semakin besar karena ketidakmampuannpad di suatu daerah (Mardiasmo, 2002:1) dalam Wulandari dan Ayuningsih (2014). Meskipun daerah memiliki sumber daya alam yang melimpah namun masih banyak juga sumber daya alam yang belum dimanfaatkan. Perbedaan kondisi daerah satu dengan daerah yang lainnya membuat kebijakan yang diterapkan juga harus berbeda antar satu daerah dengan lainnya. Menurut Jhingan (1993) dalam Wulandari dan Ayuningsih (2014) menyatakan bahwa sesuai dengan teori pertumbuhan dari Harrod-Domar bahwa investasi memiliki peran kunci dalam pertumbuhan ekonomi yaitu menciptakan pendapatan dan memperbesar kapasitas produksi perekonomian. Pertumbuhan ekonomi daerah berkaitan erat dengan peningkatan produksi barang dan jasa, yang diukur dengan besaran dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dan juga sebagai indikator untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu daerah dalam suatu periode tertentu. Data PDRB juga dapat menggambarkan kemampuan daerah mengelola sumberdaya pembangunan yang dimilikinya, oleh karena itu besaran PDRB setiap daerah bervariasi sesuai dengan potensi yang dimiliki dan faktor produksi masing-masing daerah (Sukirno,2006) dalam Jaya dan Widanta (2014). Tingkat pertumbuhan ekonomi menjadi salah

6 satu tujuan penting pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Upaya untuk meningkatkan PAD tidak akan memberikan arti apabila tidak diikuti dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah. Brata, 2004 (dalam Harianto dan Adi, 2007) dalam Gitaningtyas dan Kurrohman (2014) menyatakan bahwa terdapat dua komponen penerimaan daerah yang berpengaruh positif secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi regional. Kedua komponen tersebut adalah PAD dan Bagian Sumbangan & Bantuan. Jumlah penduduk merupakan salah satu faktor penentu adanya disparitas pendapatan antar daerah. Penambahan penduduk merupakan satu hal yang dibutuhkan, dan bukan satu masalah, melainkan sebagai unsur penting yang dapat merangsang pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Jumlah Penduduk, dan Investasi Swasta terhadap PAD. Penelitian Gitaningtyas dan Kurrohman (2014) tentang Pengaruh Produk Domestik bruto, Jumlah Penduduk, dan Investasi Swasta Terhadap PAD Pada Kabupaten/Kota Di Profinsi Jawa Timur. Bertujuan untuk menguji pengaruh produk domestik regional bruto, jumlah penduduk, dan investasi swasta terhadap realisasi PAD pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua variabel independen (produk domestik regional bruto, jumlah penduduk, dan investasi swasta) berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen (realisasi PAD). Penelitian Jaya daan Widanta (2014) tentang Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap PAD Kota Denpasar. Bertujuan untuk mengetahui apakah

7 PDRB, jumlah penduduk dan jumlah wisatawan berpengaruh terhadap PAD kota Denpasar. Hasil penelitian ini secara parsial jumlah wisatawan tidak berpengaruh terhadap PAD kota Denpasar, selanjutnya PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap PAD kota Denpasar, sedangkan jumlah penduduk berpengaruh negatif dan signifikan terhadap PAD kota Denpasar. Maka dengan mengintensifkan pengawasan wajib pajak bagi parapenduduk yang berada pada umur produktif akan mampu meningkatkan PAD. Penelitian Sari (2013) tentang Analisis Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi PAD Provinsi Bali. Bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara, tingkat investasi dan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) sektor perdagangan, hotel dan restoran terhadap PAD Provinsi Bali Periode 1991-2009 baik secara simultan maupun parsial, dan prospek perkembangan PAD Provinsi Bali Periode 2010-2014. Hasil estimasi menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah kunjungan wisatawan, tingkat investasi, PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) sektor perdagangan, hotel dan restoran berpengaruh positif terhadap PAD Provinsi Bali Periode 1991-2009. Dan prospek perkembangan PAD Provinsi Bali Periode 2010-2014 terus mengalami peningkatan. Penelitian Wulandari dan Ayuningsasi (2014) tentang Analisis Variabel- Variabel Yang Mempengaruhi PAD Provinsi Bali. Bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendapatan perkapita, tingkat inflasi, investasi, dan otonomi daerah secara simultan dan parsial terhadap PAD Provinsi Bali. Hasil analisis menunjukkan bahwa pendapatan perkapita, tingkat inflasi, investasi, dan otonomi

8 daerah berpengaruh secara simultan terhadap PAD Provinsi Bali. Pendapatan perkapita dan investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap PAD Provinsi Bali, sedangkan tingkat inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap PAD Provinsi Bali dan variabel otonomi daerah tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap PAD Provinsi Bali. Penelitian Muchtholifah (2010) tentang Pengaruh Domestik Bruto (PDRB), Inflasi, Investasi Industri dan Jumlah Tenaga Kerja Terhadap PAD Di Kota Mojokerto. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dan variabel yang dominan dari PDRB, Inflasi, Investasi Industri dan Jumlah Tenaga Kerja Terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota Mojokerto. Variabel penelitian adalah PDRB, Inflasi, Investasi Industri dan Jumlah Tenaga Kerja Terhadap PAD di Kota Mojokerto. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa secara simultan bahwa PDRB, Inflasi, Investasi Industri dan Jumlah Tenaga Kerja berpengaruh signifikan terhadap PAD. Secara parsial PDRB, Inflasi, Investasi Industri dan Jumlah Tenaga Kerja berpengaruh signifikan dan berhubungan positif terhadap Pendapatan asli daerah. Variabel dominan mempengaruhi variabel Pendapatan Asli Daerah adalah Variabel PDRB, karena variabel ini memiliki koefisien Determinan paling besar dari ketiga variabel lainnya. Berdasar uraian maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), DAN JUMLAH PENDUDUKTERHADAP REALISASI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)(Studi Empiris pada Kabupaten/KotaDi Propinsi Pulau Jawa Tahun 2013).

9 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah PDRB berpengaruh terhadap Realisasi PAD Kabupaten/Kota Di Propinsi Pulau Jawa? 2. Apakah Jumlah Penduduk berpengaruh terhadap Realisasi PAD Kabupaten/Kota Di Propinsi Pulau Jawa? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian dalam penelitian ini yaitu: 1. Untuk menganalisis pengaruh PDRB terhadap Realisasi PAD Kabupaten/Kota Di Propinsi Pulau Jawa. 2. Untuk menganalisis pengaruh Jumlah Penduduk terhadap Realisasi PAD Kabupaten/Kota Di Propinsi Pulau Jawa. D. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sebagai bahan masukan dan rekomendasi bagi pembuat kebijakan khususnya pemerintah daerah yang berkaitan dengan PAD dalam upaya mendorong perekonomian daerah sehingga dapat tercapai kesejahteran yang adil dan makmur.

10 2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian yang sejenis. E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini dimaksudkan untuk mempermudah bagi pembaca dalam memahami penulisan ini. Dari masing-masing bab dapat diuraikan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan teori-teori yang berkaitan dengan variabel penelitian, penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian yang sekarang, kerangka pemikiran mengenai alur hubungan variabel, dan pengembangan hipotesis. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menguraikan tentang desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengambilan sampel, data dan sumber data, definisi operasional variabel dan pengukurannya, serta metode analisis data.

11 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi gambaran umum hasil penelitian, hasil pengujian, dan pembahasan. BAB V PENUTUP Bab ini berisi simpulan dari hasil penelitian, keterbatasan penelitian, dan saran-saran yang diajukan untuk penelitian selanjutnya.