BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORI. 1 penelitian sosiologi.blogspot.com /2013/03/kajian-sosiologi.perpolisian-masyarakat.html

LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR NO. DOKUMEN : SOP-SAMBANG NUSA/ / /2016

PERAN DAN CITRA PERPOLISIAN MASYARAKAT STUDI KASUS DI MASYARAKAT DESA SENTONO KECAMATAN KARANGDOWO KABUPATEN KLATEN 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Polri merupakan salah satu institusi pemerintah yang bertanggung

BAB I PENDAHULUAN. birokrasi modern. Hal ini setidaknya sejalan dengan pandangan Etzioni (1986: 35)

BAB V HUBUNGAN PROGRAM COMMUNITY ORIENTED POLICING DENGAN PERUBAHAN PERILAKU DALAM KEMERDEKAAN BERAGAMA DI SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN. Polri bukanlah satu-satunya alat negara yang bertanggung jawab atas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan aspirasi yang berbeda-beda satu sama lain tetapi memiliki kedudukan setara,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat material atau sosiologi, dan/atau juga unsur-unsur yang bersifat. Kristen, Katholik, Hindu, Budha dan Konghuchu.

MAKALAH. Pengembangan Praktek dan Pola Pengasuhan AKPOL Menuju Democratic Learning

Pada hari ini, Jum'at tanggal sembilan, bulan Juni, tahun dua ribu enam (9 Juni 2006), yang bertanda tangan di bawah ini:

Pembentukan Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat Sebagai Upaya Reduksi Gejala Gangguan Kamtibmas

MAKALAH. HAM dan Kebebasan Beragama. Oleh: M. syafi ie, S.H., M.H.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri

LETAK ADMINISTRATIB LAMONGAN

PENGARUSUTAMAAN HAM DALAM PELAYANAN PUBLIK DI POLRES METRO JAKARTA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

BAB I PENDAHULUAN. dari Sabang hingga ke Merauke. Masyarakat majemuk adalah masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penegak hukum, tetapi lebih memberikan rasa aman kepada masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menampilkan sikap saling menghargai terhadap kemajemukan masyarakat

Plenary Session III : State and Religion-Learning from Best Practices of each Country in Building the Trust and Cooperation among Religions

BAB I PENDAHULUAN. dan terwujudnya rasa aman, tentram, tertib dan damai sebagai suatu amanah dan

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun

BAB I PENDAHULUAN. sistem sosial budaya harus tetap berkepribadian Indonesia.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 24 TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir ini telah terjadi berbagai konflik sosial baik secara

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sejak bergulirnya era reformasi di Indonesia yang dimulai pada tahun 1998,

BAB IV ANALISIS DATA. penelitian, khususnya dalam penelitian kualitatif. Dalam sebuah penelitian

I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan bermasyarakat dan bemegara serta dalam menjalankan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang melingkupinya yaitu masyarakat. Dari berbagai publikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan isu sosial. Masalah-masalah sosial dalam materi pelajaran IPS khususnya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

HAM DAN PERLINDUNGAN HAK KEBEBASAN BERAGAMA DAN BERKEYAKINAN. Oleh: Johan Avie, S.H.

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

2015 KONTRIBUSI PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL TERHADAP KEPEDULIAN SOSIAL DI KALANGAN SISWA SMA.

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat

Pancasila era Orde Lama reformasi

BAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

Pemahaman Multikulturalisme untuk Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

2.4 Uraian Materi Pengertian dan Hakikat dari Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Sebagai pendangan hidup bangsa Indonesia,

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR BHABINKAMTIBMAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

I. PENDAHULUAN. mempunyai cara-cara hidup atau kebudayaan ada di dalamnya. Hal

KESEPAKATAN PEMUKA AGAMA INDONESIA

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Keragaman memang indah dan menjadi kekayaan bangsa yang. dari pada modal bangsa Indonesia (Hanifah, 2010:2).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah Bangsa demokrasi

Bab I Pendahuluan. Dorongan beragama bagi manusia merupakan tuntutan yang tidak dapat dihindari.

BAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH.

02/09/2013

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN. ditarik beberapa kesimpulan dan dirumuskan beberapa saran sebagai berikut.

MASYARAKAT MADANI. Hatiningrum, SH.M Si. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Manajemen

Disampaikan dalam TRAINING POLMAS DAN HAM BAGI TARUNA AKADEMI KEPOLISIAN DEN 47 TAHUN 2015 oleh PUSHAM UII Yogyakarta bekerjasama dengan AKPOL

BAB I PENDAHULUAN. Polisi merupakan sebuah institusi hukum yang cukup tua, setua usia

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN RENCANA KERJA 2018 BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2017

MEMORANDUM OF UNDERSTANDING ( KESEPAKATAN BERSAMA )

PENTINGNYA TOLERANSI DALAM PLURALISME BERAGAMA

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan dan kepercayaannya. Hal tersebut ditegaskan dalam UUD 1945

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

BAB 5 Penutup. dalam ciri-ciri yang termanifes seperti warna kulit, identitas keagamaan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan agama. Hal itu merupakan

9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;

PERAN PANCASILA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA

PENDIDIKAN PANCASILA

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia.kemiskinan telah menjadi isu global dimana setiap negara merasa berkepentingan

konsil lsm indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait

Modul ke: MASYARAKAT MADANI. Mengetahui masyarakat madani serta karakteristiknya. Fakultas FAKULTAS KURNIAWATI, SHI, MH.

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG TEKNIS PENANGANAN KONFLIK SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kelurahan Gadang Kota Banjarmasin adalah masyarakat yang majemuk.

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

BAB IV ANALISIS TENTANG TOLERANSI MASYARAKAT ISLAM TERHADAP KEBERADAAN GEREJA PANTEKOSTA DI DESA TELAGABIRU

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

PENINGKATAN RASA SOLIDARITAS DAN IKATAN SOSIAL DIKALANGAN MASYARAKAT KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2017

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

LEONARD PITJUMARFOR, 2015 PELATIHAN PEMUDA PELOPOR DALAM MENINGKATKAN WAWASAN KESANAN PEMUDA DI DAERAH RAWAN KONFLIK

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

I. PENDAHULUAN. diperlukan sikap keyakinan dan kepercayaan agar kesulitan yang kita alami. bisa membantu semua aspek dalam kehidupan kita.

proses perjalanan sejarah arah pembangunan demokrasi apakah penyelenggaranya berjalan sesuai dengan kehendak rakyat, atau tidak

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Cap Go Meh tahun 2013, Jakarta, 24 Februari 2013 Minggu, 24 Pebruari 2013

PERSPEKTIF PEMERINTAH ATAS HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT HUKUM ADAT

PARTAI POLITIK DAN KEBANGSAAN INDONESIA. Dr. H. Kadri, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mendekati pemilihan Gubernur DKI Jakarta dalam PILKADA (Pemilihan

BAB I PENDAHULUAN. pikiran negative yang dapat memicu lahir konflik(meteray, 2012:1).

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bhineka Tunggal Ika yang menjadi dasar terbentuknya Indonesia didalamnya etnis, bahasa, agama dan ideologi yang menunjukan bahwa masyarakat adalah plural dan beragama. Jika di kelola dengan baik akan menjadi sumber daya dan bisa juga menjadi sumber bencana. Namun, dalam hal ini isu kebebasan beragama merupakan tanggung jawab seluruh pemangku kepentingan. Hal ini bisa dilihat dalam pemantauan pemerhati demokrasi dan hak asasi manusia, setara institute yang menemukan, jumlah provinsi dengan kasus pelanggaran kebebasan beragama semakin banyak sepanjang 2013. Organisasi ini juga mencatat jawa sebagai kepulauan dengan kasus pelanggaran terbesar. Diantaranya Jawa Barat ada 80 kasus, Jawa Timur ada 29 kasus, DKI Jakarta ada 20 kasus, Jawa Tengah ada 19 kasus, Banten ada 6 kasus, dan Yogyakarta ada 4 kasus pelanggaran kebebasan beragama. Jumlah peristiwa pelanggaran kebebasan beragama di Jawa terdapat 158 peristiwa dengan presentase 71,1%. Jumlah peristiwa pelanggaran kebebasan beragama tersebut memang tidak mencerminkan kebebasan beragama dalam kondisi gawat.mayoritas penduduk di Indonesia bersikap moderat dalam menjalankan kebebasan beragama. (Rizki, Tempo, 2014) Mengapa Kebebasan Beragama Penting? Pada level yang lebih umum dalam sejarah dunia, agama telah menjadi daya dorong dominan yang membentuk kondisi-kondisi manusia maupun geopolitis. Para pencipta teori sosiologi klasik seperti Marx, berpikir bahwa agama akan menjadi tidak signifikan lagi di zaman modern ini. Dimana agama dianggap akan menghilang dengan adanya kemajuan modern telah terbukti salah. Sosiolog kontemporerterkenal Peter Berger kemudian memperbaiki pemikiran-pemikiran awalnya mengenai modernisasi. Ia menemukan 1

bahwa modernitas tidak membuat masyarakat menjadi sekuler, tapi justru membuat masyarakat menjadi majemuk. Sosiolog Anthony Giddens setuju dan melihat bahwa agama telah menjadi bagian utama dalam pengalaman manusia, yang mempengaruhi bagaimana kita menerima dan bereaksi pada lingkungan dimana kita tinggal. Arti penting agama dalam sejarah sangat besar di Indonesia. Pada kenyataannya, agama merupakan penanda paling penting dari identitas Indonesia. Perjalanan Indonesia menuju kebangsaan dan kemerdekaan berhubungan erat dengan berbagai kegerakan dan organisasi keagamaan. Sebagai kekuatan sosial agama berfungsi dimana agama dapat menjadi sumber pemersatu atau sumber konflik, atau dasar bagi kemajuan atau kehancuran. Indonesia sebagai bangsa tidak bisa dianggap ada dengan begitu saja (taken for granted) karena Indonesia merupakan ide dan citacita bagi orang-orang yang terdiri dari berbagai agama, ras dan etnis yang berbeda. Kemajemukannya merupakan dasar bagi kesatuan dan ide dari konsep Indonesia. 1 Kebebasan beragama merupakan ukuran penting dari kebebasankebebasan lain yang terdapat dalam konstitusi dan hak-hak natural kita. Kebebasan beragama ini mencakup berbagai hak lain: hak untuk berbicara dan mengungkapkan pendapat, hak untuk berkumpul, dan bahkan hak untuk memiliki properti maupun kekayaan. Semua hak ini terkandung dalam ide dari kebebasan beragama, dan merupakan sesuatu yang vital bagi muncul dan berkembangnya sebuah masyarakat sipil dalam negara yang demokratis. Pada sisi yang lebih pragmatis, berbagai studi kuantitatif dan kualitatif telah menunjukan adanya korelasi yang besar antara kebebasan beragama, kemajuan sosial ekonomi, dan stabilitas politik. Negara-negara dimana kebebasan beragamanya tidak dibatasi, adalah negara-negara yang tingkat sosial ekonominya jauh lebih baik bahwa perkembangan ekonomi di dunia Barat erat hubungannya dengan kepercayaan religius. Kebebasan 1 http://pensasb.info/teori-sosiologi/ 2

beragama dan beraktivitas menciptakan kondisi-kondisi yang sehat bagi munculnya kompetisi dan aktivitas ekonomi, Kebebasan beragama dan kebebasan pada umumnya menciptakan lingkungan yang mendukung para individu untuk berpikir secara kreatif dan maju. Isu kemerdekaan beragama tentunya telah menjadi perhatian dalam pelaksanaan tugas kepolisian dan pemerintah daerah. Perlu ada pertukaran gagasan dalam isu kemerdekaan beragama antar polisi dan pemerintah daerah bahwa sebetulnya keduanya saling memperhatikan dalam isu kemerdekaan beragama. Langkah awal yang terpenting dalam kemerdekaan beragama dengan menjalin kemitraan kepolisian dan masyarakat dengan menciptakan serta mempertahankan trust (kepercayaan). Dalam hal ini polisi harus menyadari pentingnya bekerjasama dengan masyarakat. Rasa saling percaya dan kemitraan yang sehat dapat membangun dengan cara formal. Secara formal polisi dapat bekerjasama dengan masyarakat dalam suatu kelompok kerja untuk menyelesaikan masalah salah satunya isu mengenai kemerdekaan beragama untuk membentuk citra polisi yang positif. Bertepatan dengan hari Bhayangkari, menunjukan bahwa hanya 20,8% responden yang memandang polisi baik. Hasil survey dengan 1404 responden di 34 provinsi itu merupakan hasil survey terendah terhadap polisi dalam kurun waktu delapan tahun. (NN, 2013) Kehidupan masyarakat yang bercirikan demokrasi dan supremasi hukum, Polri harus memberikan jaminan keamanan, ketertiban, dan melindungi hak asasi manusia kepada masyarakat serta dapat menunjukan transparansi dalam setiap tindakan kejujuran, keadilan, kepastian dan manfaat sebagai wujud pertanggungjawaban terhadap publik. Pada masa Orde Baru, polisi cenderung melihat dirinya dipandang semata-mata sebagai pemegang otoritas dan dipandang sebagai alat kepuasan yang mengedepankan pendekatan kekuasaan yang birokratis, sentralis dan serba seragam. Setelah pemisahan Polri dan TNI di tahun 3

1999, Polri terus berusaha mereformasi dirinya dari organisasi yang militeristik ke polisi sipil yang lebih mengedepankan pelayanannya kepada masyarakat.salah satu strategi Polri untuk mereformasi dirinya adalah dengan menerapkan Perpolisian Masyarakat (POLMAS) yang secara formal dituangkan dalam SKEP Kapolri No. Pol. : SKEP/737/X/2005. (Wibowo, 2008) Dalam menjalankan program POLMAS, dibutuhkan daya dukung yang kuat terutama oleh pihak polisi dan masyarakat, karena di dalam kegiatan tersebut ada beberapa faktor yaitu, sosial, politik, dan budaya. Masyarakat berusaha menemukan, mengidentifikasi, menganalisis, dan mencari jalan keluar pemecah masalah masalah gangguan keamanan dan ketertiban termasuk pertikaian antar warga serta penyakit masyarakat dan masalah sosial lainnya yang bersumber dari dalam kehidupan mereka sendiri bagi terwujudnya susunan kehidupan bersama yang damai dan tentram. LSM Kampoeng Percik Salatiga dari tahun 2004 sampai tahun 2013 menginisiasi program Community Oriented Policing/Perpolisian Masyarakat (POLMAS). Lembaga Percik mengawali pilot project pelaksanaan COP/POLMAS di dua kampung di kota Salatiga, yaitu kampung Nobowetan (Kel.Noborejo, Kec. Argomulyo) untuk mewakili wilayah pedesaan dan kampung Turusan (Kel.Salatiga, kec.sidorejo) untuk mewakili kampung dengan karakteristik perkotaan.program peningkatan fungsi kepolisian berorientasi masyarakat perlu memahami tentang kesulitan reformasi kepolisian karena berbagai kompleksitas faktor yang melingkupi salah satunya kepercayaan masyarakat terhadap kepolisian. (Wibowo, 2013) Namun, pada tahun 2007 terbentuklah POLMAS/COP beraraskan kebebasan beragama di 22 kelurahan salah satunya yaitu di daerah Pulutan, kota Salatiga. Keberadaan POLMAS/COP di daerah Pulutan merupakan salah satu bagian dari komponen masyarakat yang membantu 4

tugas Polri untuk menciptakan situasi yang aman, damai dan tertib. Dalam masalah kemerdekaan beragama sangatlah terlihat karena di wilayah ini terkenal dengan julukan perkampuangan Madiana, namun didalamnya toleransi beragamanya sangatlah terlihat. Pengertian COP/POLMAS adalah suatu pendekatan dalam pemecahan masalah yang berorientasi baik kepada proses maupun hasil, mengingat prinsip efektifitas dan efisiensi dengan mempertimbangkan kemampuan negara. Oleh karena itu, pembinaan potensi masyarakat dan hubungan polisi dengan masyarakat perlu diintensifkan melalui pengembangan metode perpolisian masyarakat. Perpolisian masyarakat merupakan design untuk mengubah perpolisian tradisional yang mendikte masyarakat menjadi pemberdayaan masyarakat dengan keyakinan bahwa hanya dengan kerjasama antara polisi dan masyarakat dapat tercapai kualitas hidup warga masyarakat yang lebih baik. Program COP/POLMAS di LSM Kampoeng Percik, mempunyai tiga kemampuan yang diberikan untuk modal awal, yaitu : kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimana sifat kognitif lebih pada pelatihan yang bersifat pengetahuan, afektif menekankan pad penyadaran, pemahaman pengembangan nilai - nilai, sedangkan psikomotorik lebih pada belajar dalam membangun komunikasi dan melakukan penyerapan aspirasi yang terkandung dalam POLMAS. Terkait dengan hal tersebut dalam penelitian ini penulis pun tertarik untuk memahami dan mengetahui akan fenomena hubungan program Community Oriented Policing dengan perubahan perilaku masyarakat di Salatiga terutama dalam kemerdekaan beragama. Sebagai salah satu kegiatan COP/POLMAS dalam rangka pencegahan konflik, LSM Kampoeng Percik menjalin kerjasama dengan Polda Jateng, Polres Magelang, Polres Semarang, tokoh masyarakat dan lembaga keagamaan, masyarakat dan pemerintah daerah untuk mempromosikan nilai nilai pluralisme di tengah tengah masyarakat. Dukungan Kapolda Jateng 5

Irjen. Alex Bambang Riatmodjo ketika menjadi keynotespeaker dalam sarasehan tokoh lintas agama, dengan tema MendorongKemitraan antara Polisi, Toma, Tokoh Lintas Agama dalam Polmas guna Mewujudkan Keamanan serta Menumbuhkan Sikap Toleransi Kehidupan Beragama. Keinginan besar program COP/POLMAS dalam menjalankan upayanya untuk menekankan pentingnya sinergi antara elemen yang ada di masyarakat dalam upaya mewujudkan saling menghargai dan menghormati dalam beragama. Dari hal tersebut tampak bahwa pentingnya program Community Oriented Policing (COP/POLMAS) terhadap keamanan dan ketertiban masyarakat terkhusus dalam kemerdekaan beragama, karena apapun bentuk konflik yang di timbulkan oleh faktor agagam yang berlangsung dapat mengakibatkan hal hal yang tak terhindarkan seperti stress sosial, kepedihan (bitterness), disintegrasi sosial, musnahnya asset sosial (misalnya hilangnya trust, rusaknya networking, runtuhnya tata aturan yang selama ini ditaati bersama, dsb), selain itu kedalaman dan skala konflik berpengaruh pada luasnya kerusakan sosial yang ditimbulkan. Oleh karena itu, kegiatan COP/POLMAS ini sangat diperlukan sebagai upaya meningkatkan keamanan dan ketertiban di masyarakat khususnya di kota Salatiga dalam kemerdekaan beragama. LSM Kampoeng Percik memandang bahwa pengembangan COP/POLMAS dikaitkan tentang kemerdekaan beragama dilatarbelakangi masih banyaknya problem serius dalam kaitan kehidupan keagamaan di Indonesia dimana masih diwarnai oleh tindak kekerasan. Hal ini sangat bertolak belakang dengan UUD 1945 yang memberikan jaminan mengenai kebebasan dalam memeluk agama dan kepercayaan setiap warganya.oleh karena itu perlu upaya untuk mensinergikan berbagai komponen tadi demi pelaksanaan kebebasan memeluk agama dan kepercayaan setiap warga negara, serta mencegah radikalisasi keagamaan di tengah tengah 6

masyarakat. Koordinator COP Bpk. Heri Wibowo T, mengutarakan tentang harapan dalam perpolisian masyarakat. 2 Harapan COP/POLMAS yaitu pencapaian adanya nilai - nilai yang sudah di berikan mengenai apa itu POLMAS apa itu kemerdekaan beragama sudah tersosialisasi, kemudian penginternalisasi dari nilai - nilai itu, lalu implementasi bahwa adanya persoalan di masyarakat adanya komunikasi antara tokoh tokoh dengan polisi dan terbukanya pandangan mereka mengenai perbedaan. Misal ada satu kasus sudah sampai kantor polisi, justru polisi mengembalikan ke masyarakat bisa diselesaikan dengan jalur mediasi yaitu dengan POLMAS. Lalu ada keberanian masyarakat yang berkata bahwa pelayanan polisi kurang baik, Misal pembuatan SIM, dll. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti mengambil penelitian tentang Hubungan Program Community Oriented Policing dengan Perubahan Perilaku Masyarakat di Salatiga (Studi Deskriptif Program perpolisian Masyarakat (COP) LSM Kampoeng Percik dalam Kemerdekaan Beragama) 1.2. Rumusan Masalah Bagaimana perubahan perilaku masyarakat di LSM Kampoeng Percik Salatiga, khususnya di Kelurahan Pulutan, Kecamatan Sidorejo setelah memperoleh program COP dalam kemerdekaan beragama di Salatiga? 1.3. Tujuan Penelitian Menggambarkan perubahan perilaku masyarakat LSM Kampoeng Percik Salatiga, khususnya di Kelurahan Pulutan, Kecamatan Sidorejo setelah mengikuti program community oriented policing (COP) dalam kemerdekaan beragama di Salatiga. 2 Hasil wawancara Bpk. Heri Wibowo T, Koordinator COP/POLMAS pada hari Rabu, 30 April 2014 pukul 10.30 di LSM Kampoeng Percik Salatiga. 7

1.4. Manfaat Penelitian Judul penelitian Hubungan Program Community Oreinted Policing dengan Perubahan Perilaku Dalam Kemerdekaan Beragama di Salatiga (Studi Deskriptif Program Perpolisian Masyarakat (COP) LSM Kampoeng Percik), penulis berharap agar penelitian ini bermanfaat, baik teoritis maupun praktis. a. Secara teoritis, pemberdayaan masyarakat melalui program Community Oriented Policing (COP) dengan perubahan perilaku masyarakat di Salatiga. b. Secara praktis, melalui penelitian ini kita dapat mengetahui hubungan program Community Oriented Policing (COP) dengan perubahan perilaku masyarakat di Salatiga. 1.5. Batasan Konsep Penelitian Penelitian berjudul Hubungan Program Community Oriented Policing dengan Perubahan Perilaku Dalam Kemerdekaan Beragama di Salatiga (Studi Deskriptif Program Perpolisian Masyarakat (COP) LSM Kampoeng Percik), maka peneliti membatasi konsep penelitian sebagai berikut : 1. COP/POLMAS adalah suatu perpolisian dalam masyarakat modern yang menempatkan masyarakat bukan sebagai obyek tetapi subyek dan juga sebagai mitra kepolisian dalam pemecahan masalah kamtibmas. Kondisi karekteristik masyarakat di Indonesia merupakan modal awal dan faktor pendukung dalam pembangunan POLMAS (Community Policing). Konsep Community Oriented Policing, menurut yang secara garis besar menekankan pada pentingnya kerja sama antara polisi dengan masyarakat tempat bertugas dan mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah masalah sosialnya sendiri. 2. Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung maupun yang tidak diamati dari luar (Notoatmodjo; 2003 : 114). 8

Selain itu, perilaku juga diartikan pengumpulan pengetahuan, sikap, dan tindakan, sedangkan sikap merupakan reaksi seseorang terhadap stimulus yang berasal dari luar dan dari dalam dirinya perubahan perilaku dalam seseorang dapat terjadi melalui proses belajar (Sarwono, 1999). Perilaku dikembangkan berdasarkan tahapan yang dimulai dari pembentukan pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik). Kognitif, pemahaman mengenai motivasi, emosi, dan tindakan manusia. Afeksi, merupakan komponen emosional atau perasaan. Psikomotorik, ranah psikomotorik merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemempuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotorik adalah ranah yang berhubungan dengan aktifitas fisik misalnya, lari, melompat, melukis, menari memukul, dan sebagainya (Samsudin, 1977). 3. Kemerdekaan beragama dalam UUD 1945 Pasal 29 ayat 2 : kebebasan untuk memeluk agama tertentu dari enam agama yang diakui oleh negara. Keenam agama yang dimaksudkan oleh negara adalah : Islam, Kristen, Katholik, Budha, Hindu, Khonghucu. 4. LSM Kampoeng Percik adalah Lembaga Persemaian Cinta Kemanusiaan, lembaga ini merupakan lembaga independen yang diperuntukan bagi penelitian sosial, demokrasi dan keadilan sosial. Lembaga ini didirikan pada 1 Februari 1996 oleh sekelompok ilmuwan di Salatiga yang terdiri dari sejumlah peneliti sosial, pengajar universitas serta aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang bantuan hukum serta pengorganisasian masyarakat. 9