BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Luka merupakan bagian dari cedera yang terjadi akibat suatu kecelakaan, baik ringan maupun berat. Cedera dapat menyebabkan kematian dan setiap tahun angka kejadiannya semakin meningkat. Pada penelitian tersebut juga didapatkan bahwa kematian akibat cedera meningkat dari 5,1 juta hingga mencapai 8,4 juta. Selain itu, didapatkan juga penelitian bahwa dari 972.317 pasien, terdapat 77.248 orang yang mengalami cedera selama kurun waktu 1 tahun terakhir. Proporsi pada cedera-cedera tersebut ialah 59,6% cedera akibat jatuh, 77% akibat kecelakaan, dan 18.3% akibat terluka benda tajam (WHO, 2005 : Modul TBM, 2015). Luka diklasifikasikan dalam dua bagian yaitu luka akut dan luka kronik. Luka akut memiliki serangan yang cepat dan penyembuhannya sesuai dengan waktu yang diperkirakan. Contoh luka akut adalah luka jahit karena pembedahan, luka sayat, luka bakar, luka tusuk dan crush injury. Sedangkan luka kronik, luka yang gagal sembuh pada waktu yang diperkirakan. Contoh ulkus diabetes, ulkus venous (Perdanakusuma, 2007: Qomariah, 2014). Kulit merupakan organ tubuh yang letaknya paling luar dan berfungsi sebagai barrier tubuh, kulit mudah mengalami luka. Luka digambarkan secara sederhana sebagai gangguan seluler dan anatomis dari jaringan (Bannet, 1999: Dewi et al, 2013). Dalam pekerjaan sehari-hari, manusia selalu dihadapkan pada bahayabahaya yang berpotensi menyebabkan resiko luka. Pada kasus luka terbuka sering terjadi infeksi yang disebabkan masuknya kuman pada luka, keadaan akan lebih
2 buruk bila tidak segera diberi antiseptic dengan segera (Purbani, 2009: Qomariah, 2014). Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang dapat diolah menjadi berbagai macam obat. Sejak ribuan tahun lalu, obat-obatan tradisional telah banyak digunakan dan menjadi budaya di Indonesia dalam bentuk ramuan jamu. Obat-obatan tradisional tersebut tidak hanya digunakan dalam fase pengobatan saja, melainkan juga digunakan dalam fase preventif, promotif dan rehabilitasi. Penelitian obat-obatan tersebut banyak digunakan karena keberadaannya yang mudah didapat, ekonomis, dan menurut penelitian memiliki efek samping yang relatif rendah (Putri et al, 2014). Salah satu penanganan pada penderita luka yaitu dengan mengobati luka tersebut menggunakan sediaan topikal. Sediaan topikal adalah sediaan obat yang dipakai di tempat lesi (Yahendri et al, 2012). Pemberian sediaan topikal yang tepat dan efektif diharapkan dapat mengurangi dan mencegah infeksi pada luka. Bentuk sediaan topikal dipilih karena mempunyai beberapa keuntungan yaitu, nyaman dipakai dan mudah meresap pada kulit, memberi rasa dingin dan tidak lengket (Balqis, et.al, 2014). Keuntungan penggunaan obat secara topikal antara lain yaitu menghindari kesulitan absorbsi obat denan makanan, menghindari risiko serta mampu menghentikan efek obat secara cepat apabila diperlukan klinik (Ansel, 1989 dalam Setyarini, 2009). Menurut (Putri et al, 2014) penelitian mengenai zat yang dapat mempercepat penyembuhan luka merupakan salah satu hal yang sedang berkembang dan banyak dilakukan oleh para peneliti dan praktisi tradisional di seluruh dunia khususnya India dan Cina. Menurut World Health Organization (WHO), 80%
3 populasi di Negara Asia dan Afrika menggunakan cara pengobatan tradisional yaitu obat herbal karena lebih murah, lebih mudah didapat, dan efek samping yang rendah. Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam yang dapat digunakan untuk pengobatan luka sayat diantaranya adalah tanaman B. pilosa. Tanaman ini dapat di jumpai di kebun-kebun sebagai tumbuh-tumbuhan perhiasan (sierplant) atau liar (tidak dipelihara) (Sastroamidjojo, 2001). Tanaman B. pilosa memiliki zat aktif yang terkandung di dalamnya antara lain adalah golongan senyawa fenilpropanoid glukosida, poliasetilen, poliasetilen glikosida, tanin, diterpen, flavonoid, flavon glikosida, auron, auron glikosida, seskuiterpen, saponin, asetilaseton, dan feofitin, sedangkan senyawa flavonoid utamanya adalah centaurein, luteolin, kuersetin, dan isokuercetin (Solikhah, et.al, 2011). Tanaman obat herba B. pilosa di Amerika Selatan dan Amerika Tengah (seperti Peru, Meksiko dan Brazil), B. pilosa digunakan untuk mengobati penyakit kaki dan mulut, diabetes, gangguan menstruasi, hepatitis, radang tenggorokan, faringitis, wasir, sebagai obat kumur untuk mulut lecet, hepatitis, gangguan saraf, cacingan, inflamasi/radang internal dan eksternal, sakit gigi, sakit kepala, luka, laserasi, sakit perut karena keracunan makanan, sakit tenggorokan dan retensi air (Taylor, 2005; Duke, 1997 dalam Ezeonwumelu, 2011). Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan terhadap tanaman B. pilosa antara lain: Uji Antiinflamsi Ekstrak Herba Ajeran (Bidens pilosa L.) pada Tikus Jantan dengan hasil menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol 50 % herba ajeran/ketul secara oral pada dosis 0,5, 1,0, 1,5 g/kgbb dapat memberikan efek antiinflamasi dengan efek yang paling besar ditunjukkan pada dosis 1,5 g/kgbb
4 diikuti dosis 1,0 dan 0,5 g/kgbb (Budiasih, 2010). Menurut (Hassan et al, 2011) luka yang diobati dengan ekstrak O. suave, B. pilosa dan neomycin sulfat memiliki tingkat penyembuhan lebih cepat dari konsentrasi luka (p<0,05) pada hari ke 3,6,9 dari kontrol negative. Berdasarkan hasil penelitian tersebut ekstrak O. suave dan B. pilosa menunjukkan potensi yang baik untuk digunakan alternative untuk pengobatan luka. Hasil data penelitian ekstrak daun ketul (Bidens pilosa L.) sebagai penyembuh luka sayat diharapkan dapat menambah informasi kepada masyarakat dalam memanfaatkan tanaman obat-obatan yang berada di lingkungannya, serta akan dijadikan sumber belajar biologi. Sumber Biologi yang ditujukan untuk siswa SMA (Sekolah Menengah Atas) kelas X sehingga bisa dijadikan bahan referensi bagi siswa untuk mengenal salah satu tanaman obat-obatan yang berada di lingkungan sekitar mereka yaitu dalam bentuk Leaflet. Menurut (Darmono, 2007) mengacu pada definisi sumber belajar yang diberikan oleh Association for Education Communication Technology (AECT) maka pengertian sumber belajar adalah berbagai sumber baik itu berupa data, orang atau wujud tertentu yang dapat digunakan oleh siswa dalam belajar baik yang digunakan secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajarnya. Salah satu bentuk dari sumber belajar yaitu leaflet. Leaflet adalah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan melalui lembaran yang dilipat, isi informasi dapat dalam bentuk kalimat maupun gambar atau kombinasi (Notoatmodjo, 2003 dalam Kawuriansari et al, 2010).
5 Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang penggunaan B. pilosa sebagai penyembuh luka sayat. Oleh sebab itu dilakukan penelitian Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Ketul (Bidens pilosa L.) Terhadap Penyembuhan Luka Sayat Pada Punggung Tikus Putih (Rattus norvegicus) sebagai Sumber Belajar Biologi. Hal tersebut sesuai dengan materi keanekaragaman hayati di Indonesia (pemanfaatan sumber daya alam) dengan KD 4.2 Menyajikan hasil identifikasi usulan upaya pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia berdasarkan hasil analisis data ancaman kelestarian berbagai keanekaragaman hewan dan tumbuhan khas Indonesia yang dikomunikasikan dalam berbagai bentuk media informasi. Pada penelitian ini digunakan ekstrak daun ketul (Bidens pilosa L.) dengan konsentrasi 5%, 7,5%, 10%, 12,5% dan 15% dengan dugaan bahwa senyawa kimia yang terkandung di dalam tanaman tersebut dapat mempercepat penyembuhan luka sayat. 1.2 Rumusan Masalah Adapun permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: a. Bagaimana pengaruh pemberian ekstrak daun Ketul (Bidens pilosa L.) terhadap penyembuhan luka sayat pada punggung tikus putih (Rattus norvegicus)? b. Padakonsentrasi berapakah yang paling efektif mempengaruhi penyembuhan luka sayat pada punggung tikus putih (Rattus norvegicus)? c. Bagaimana hasil penelitian ini yang dimanfaatkan menjadi bahan ajar biologi?
6 1.3 Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun Ketul (Bidens pilosa L.) terhadap penyembuhan luka sayat pada punggung tikus putih (Rattus norvegicus). b. Untuk mengetahui pada konsentrasi berapakah yang paling efektif mempengaruhi penyembuhan luka sayat pada punggung tikus putih (Rattus norvegicus). c. Untuk mengetahui hasil penelitian yang dimanfaatkan menjadi sumber belajar biologi dalam bentuk leaflet. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini yaitu sebagai berikut: a. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber belajar biologi dalam bentuk Leaflet pada bidang kajian tentang berbagai tingkat keanekaragaman hayati dan memberikan informasi mengenai peluang pemanfaatannya secara berkelanjutan dalam era ekonomi kreatif dengan tanaman-tanaman obat yang berada di sekitar kita, salah satunya dengan menggunakan ekstrak daun ketul (Bidens pilosa L.) sebagai obat penyembuhan luka sayat.
7 b. Manfaat Praktis 1) Manfaat bagi Masyarakat Memberikan informasi kepada masyarakat tentang manfaat penggunaan ekstrak daun ketul (Bidens pilosa L.) dapat digunakan sebagai alternatif obat penyembuhan luka sayat dalam kehidupan sehari-hari. 2) Manfaat bagi Peneliti Manfaat bagi peneliti yaitu menambah khasanah keilmuan dan memperluas terapan keilmuan peneliti pada mata kuliah Pengetahuan Lingkungan, Kesehatan Masyarakat, Fitofarmaka dan Metodologi Penelitian. 3) Manfaat bagi Lembaga Pendidikan Hasil penelitian mengenai ekstrak daun ketul (Bidens pilosa L.) akan dijadikan sumber belajar biologi pada materi pokok Tingkat Keanekaragaman Hayati Indonesia pada pembahasan mengenai pemanfaatan Sumber daya alam yang digunakan sebagai sumber obatobatan pada tingkat SMA kelas X semester I dalam bentuk Leaflet. 1.5 Batasan Masalah Agar tidak terjadi gambaran luas dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan batasan dalam penelitian ini, yaitu: a. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah tanaman ketul (Bidens pilosa L.) yang diperoleh dari daerah Kota Malang. Tanaman ketul yang digunakan adalah bagian daunnya.
8 b. Konsentrasi ekstrak daun ketul (Bidens pilosa L.) yang digunakan pada penelitian ini adalah konsentrasi konsentrasi 5%, 7,5%, 10%, 12,5% dan 15% c. Tikus putih (Rattus norvegicus) yang digunakan adalah tikus putih galur Wistar jantan dengan umur 2-3 bulan dengan berat badan tikus 100-200 gram. d. Paremeter penyembuhan luka sayat yaitu luka mengalami perubahan pada kulit, seperti tidak adanya eritema (kemerahan), tidak adanya pembengkakan, luka mulai menutup dan luka menutup (menutupnya seluruh permukaan luka). Penentukan kecepatan penyembuhan luka dikatakan sembuh apabila luka telah tertutup oleh jaringan baru.waktu observasi dilakukan selama 2 minggu pada masing-masing kelompok. 1.6 Definisi Istilah a. Luka sayat Luka sayat dikategorikan kedalam luka akut berupa trauma, mendadak dan cepat penyembuhannya (Perdanakusuma, 2007: Qomariah, 2014). b. Ekstrak Ekstrak adalah sediaan yang dapat berupa kering, kental dan cair, dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang sesuai, yaitu maserasi, perlokasi atau penyeduhan dengan air mendidih (Anief, 1990).
9 c. Tikus putih (Rattus norvegicus) Tikus putih (Rattus norvegicus) merupakan hewan yang memiliki ciri morfologi seperti albino, kepala kecil, dan ekor lebih panjang dibandingkan badannya dan pertumbuhanya cepat serta sering digunakan untuk percobaan laboratorium (Akbar, 2010). d. Sumber belajar Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang dapat memudahkan peserta didik dalam memperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman dan keterampilan (Mulyasa, 2006 dalam Purnomo, 2012). e. Leaflet Leaflet adalah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan melalui lembaran yang dilipat, isi informasi dapat dalam bentuk kalimat maupun gambar atau kombinasi (Notoatmodjo, 2003 dalam Kawuriansari et al, 2010).