BAB I PENDAHULUAN. adalah perusahaan yang memiliki model bisnis waralaba (franchise). Menurut Karamoy berpendapat lain dan menyatakan bahwa: Waralaba

dokumen-dokumen yang mirip
PENGENDALIAN PERSEDIAN : INDEPENDEN & DEPENDEN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. penggerakan, dan pengendalian aktivitas organisasi atau perusahaan bisnis atau jasa

I. PENDAHULUAN. dengan efektif dan efisien, maka harus memperhatikan penerapan sistem

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dagang selalu mengadakan persediaan (inventory).

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya cukup besar dalam suatu perusahaan. Jenis sediaan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi seperti saat ini, perkembangan di bidang ilmu teknologi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Prosiding Manajemen ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini ditandai dengan menjamurnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan setiap waktu.

Bab 1. Pendahuluan. Persediaan bahan baku dalam perusahaan industri memegang peranan yang

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat di indonesia, pengusaha dituntut untuk bekerja dengan lebih efisien

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap laba yang diperoleh

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

I. PENDAHULUAN. perusahaan jasa boga dan perusahaan pertanian maupun peternakan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada perusahaan dagang dan industri, persediaan merupakan aktiva lancar

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. beragama islam. Semakin pesatnya perkembangan fashion membuat trend busana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Persaingan antar perusahaan tidak terbatas hanya secara lokal,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang sedang berkembang, Indonesia tidak luput

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan terhadap Objek Studi Sejarah CV. Vannisa Gambar 1.1 Logo CV. Vannisa Sumber : CV.

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bentuk perusahaan mempunyai tujuan yang harus dicapai oleh

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam menunjang operasi (kegiatan) dari perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di dunia usaha saat ini semakin ketat. Hal ini disebabkan tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. yang hasilnya ditujukan kepada pihak-pihak internal organisasi, seperti manajer

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat. Hal ini terjadi karena cepatnya perubahan model serta permintaan dari

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap usaha yang dijalankan perusahaan bertujuan mencari laba atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. berkembang pesat. Setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perekonomian di dunia saat ini telah berkembang dengan sangat pesat, dimana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Jenis Usaha, Nama, Sejarah Perusahaan dan Lokasi Perusahaan.

Nama : Mutiara Dey NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Widada, SE.,MM,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. adanya persediaan yang memadahi diperusahaan maka akan terancam kegagalan

BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB I PENDAHULUAN. seiring bertambahnya jumlah pesaing bisnis itu sendiri. Untuk dapat terus

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TUGAS AKHIR. Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

INVESTASI DALAM PERSEDIAAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi kegiatan bisnis terutama disektor industri telah

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DALAM MENGEFISIENKAN BIAYA PERSEDIAAN PADA UMKM KUE NIKMAT RASA ABSTRAK

OPTIMASI PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PT. BROMINDO MEKAR MITRA

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya perusahaan perusahaan baru dan teknologi yang berkembang

PENDAHULUAN BAB I Latar Belakang. Perbaikan performansi bisnis modern harus mencakup keseluruhan sistem

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

MANAJEMEN PERSEDIAAN

1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan usaha waralaba (franchise) kini semakin berkembang di Indonesia.

III. METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang produksi, distribusi maupun retail untuk mengoptimalkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang diinginkan perusahaan tidak akan dapat tercapai.

ANALISIS EFISIENSI PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN SETENGAH JADI DENGAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITIY

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

BAB III METODE PENELITIAN

Manajemen Keuangan. Idik Sodikin,SE,MBA,MM MENGELOLA PERSEDIAAN PERUSAHAAN. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Akuntansi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT)

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan berusaha memanfaatkan semua sumber daya atau aset yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Seiring pertumbuhan dunia usaha yang semakin kompetitif dengan persaingan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. yang sering mengalami kemacetan. Awal mula masuknya sepeda ke Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini tidak sedikit industri konveksi/industri pakaian jadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

Manajemen Produksi dan Operasi. Inventory M-4

Syukriah, Putri Narisa Lia. Jurusan Teknik Industri, Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Oleh karena itu

ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU DUMPTRUCK DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) PADA PT. ASRICO PUTRA PERDANA BEKASI

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis dan metode yang digunakan peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan tersebut tidak hanya bersifat evolusioner namun seringkali sifatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Era globalisasi saat ini membuat persaingan antar produk yang sejenis

I. PENDAHULUAN. ekonomi di Indonesia. Kegiatan ekonomi yang banyak diminati oleh pelaku usaha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. bisnis. Sumber daya yang dimaksud meliputi perencanaan bahan baku yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dipengaruhi oleh pengendalian persediaan (inventory), karena hal

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kondisi perekonomian yang semakin buruk dan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. pemasaran yang baik maka penjualan dan laba akan meningkat secara

ANALISA PENGADAAN BAHAN BAKU DENGAN MODEL Q PROBABILISTIK

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Blocher (2007:12) Husnanto (2013:1)

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam produk, baik itu berupa barang ataupun jasa. Salah satu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini pertumbuhan dan perkembangan industri di Indonesia sangatlah pesat. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya perusahaanperusahaan lokal yang berdiri, dan banyaknya perusahaan asing yang masuk ke Indonesia. Perusahaan lokal yang mulai berdiri saat ini sangat bermacam-macam tetapi yang sangat populer dan banyak diketahui oleh masyarakat Indonesia adalah perusahaan yang memiliki model bisnis waralaba (franchise). Menurut Karamoy berpendapat lain dan menyatakan bahwa: Waralaba adalah suatu pola kemitraan usaha antara perusahaan yang memiliki merek dagang yang dikenal dan sistem manajemen, keuangan, dan pemasaran yang telah mapan, disebut pewaralaba, dengan perusahaan atau individu yang memanfaatkan atau menggunakan merek dengan sistem milik pewaralaba, disebut terwaralaba. Pewaralaba wajib memberi bantuan teknis, manajemen dan pemasaran kepada terwaralaba dan sebagai timbal baliknya, terwaralaba membayar sejumlah biaya kepada pewaralaba. Hubungan kemitraan usaha antara kedua pihak dikukuhkan dalam suatu perjanjian lisensi atau waralaba. Sedangkan pengertian menurut Peraturan Menteri Perdagangan (No.12/2006) adalah: Waralaba (franchise) adalah perikatan antara pemberi waralaba dengan penerima waralaba dimana penerima waralaba diberikan hak untuk menjalankan usaha memanfaatkan dan/ atau menggunakan hak kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pemberi waralaba dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang 1

2 ditetapkan oleh pemberi waralaba dengan sejumlah kewajiban menyediakan dukungan konsultasi operasional yang berkesinambungan oleh pemberi waralaba kepada penerima waralaba (www.franchise.org-ind). Salah satu usaha pengembangan dan pertumbuhan industri waralaba asing di Indonesia denganpersentase paling banyak adalah restoran. Salah satunya adalah restoran fast food atau cepat saji. Restoran fast food merupakan pilihan yang tepat di tengah situasi perekonomian dan perkembangan jumlah penduduk Indonesia yang semakin meningkat setiap tahunnya. Pertumbuhan restoran fast food di Indonesia mengalami pertumbuhan yang signifikan. Berdasarkan data pasar minimarket dan restoran cepat saji di Indonesia, pertumbuhan pasar cepat saji Rp. 15,1 triliun per tahunnya. Kenaikan pasar itu ditopang oleh peningkatan pendapatan konsumen per kapita. (www.duniaindustri.com) Perkembangan usaha restoran fast food yang pesat di Indonesia tak luput dari persaingan antara berbagai merk fast food, baik antara fast food lokal maupun asing. Persaingan yang semakin ketat ini menyebabkan restoran siap saji (fast food) bertahan dan memperluas pangsa pasar yang dimilikinya, antara lain dengan peningkatan mutu pelayanan dan penganekaragaman produk dari bahan baku yang sama. Untuk itu, sangat penting bagi perusahaan untuk mempertahankan ketersediaan bahan baku secara berkesinambungan. Menurut Assauri, setiap perusahaan apakah itu perusahaan dagang, perusahaan pabrik atau perusahaan jasa perlu mengadakan persediaan. Tanpa adanya persediaan, usaha akan dihadapkan pada resiko bahwa perusahaan pada suatu ketika tidak dapat memenuhi keinginan langganannya. Hal ini berarti pengusaha akan kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan.

3 Restoran siap saji (fast food) memerlukan sistem persediaan bahan baku untuk dapat memenuhi permintaan konsumen setiap waktu. Persediaan bahan baku sangat penting sebagai usaha untuk mengantisipasi jika pemasok tidak dapat menyediakan bahan baku yang tepat pada waktunya, adanya kejadian yang tak terduga pada produksi dan peramalan permintaan konsumen yang tidak akurat. Bahan baku yang biasanya digunakan dalam restoran siap saji (fast food) adalah produk pertanian yang sangat tergantung pada alam. Dimana produk pertanian ini sifatnya mudah rusak, cepat membusuk, dan musiman. Oleh karena itu pengendalian persediaan bahan baku yang tepat dan penentuan jumlah persediaan yang optimal pada suatu restoran siap saji (fast food) merupakan hal yang sangat penting diperhatikan oleh pihak manajemen perusahaan. Setiap perusahaan yang menyadari akan pentingnya peningkatan kualitas produk, akan selalu berusaha agar produk yang dihasilkannya dapat mencapai standar kualitas yang ditetapkan. Untuk itu diperlukan pengendalian perusahaan yang optimal yang salah satunya dengan melakukan pengendalian persediaan bahan baku. Pengendalian yang optimal perlu dilakukan, hal ini dimaksudkan agar produk yang dihasilkan mempunyai kualitas yang baik. Persediaan bahan baku dalam jumlah yang relatif kecil akan mengakibatkan frekuensi pembelian bahan baku yang semakin besar, sehingga biaya pemesanan yang ditanggung perusahaan akan semakin besar. Dengan melakukan pengendalian persediaan bahan baku, kualitas produk yang sesuai dengan standar kualitas yang dipertahankan akan menambah kepercayaan konsumen terhadap keberadaan produk perusahaannya dan selama itu pula perusahaan akan dapat bertahan dan berkembang.

4 Dalam hubungannya dengan tingkat efisiensi perusahaan secara keseluruhan, maka aktivitas pembelian bahan baku perlu direncanakan dengan menggunakan metode yang tepat agar perusahaan terhindar dari pemborosan biaya dan perusahaan dapat melakukan aktivitas produksinya lebih efisien dimasa yang akan datang. Salah satu metode yang cukup efisien dalam mengelola pengendalian persediaan bahan baku adalah metode Economic Order Quantity (EOQ). Metode EOQ merupakan salah satu metode yang paling sering diterapkan untuk mengetahui jumlah persediaan bahan baku terbaik yang dibutuhkan perusahaan untuk menjaga kelancaran produksinya dengan biaya yang efisien. Metode ini perlu digunakan dalam pengendalian persediaan untuk dapat menekan biaya produksi yang akan timbul atau terjadi di perusahaan. PT Sriboga Marugame Indonesia (Marugame Udon & Tempura) merupakan salah satu restoran cepat saji yang berfokus pada makanan khas Jepang di Bandung yang mengalami perkembangan bisnis cukup pesat. Dimana perusahaan ini mempunyai komitmen untuk selalu menggunakan bahan baku yang berkualitas dan menghasilkan produk yang halal di seluruh restoran Marugame Indonesia, dalam rangka untuk selalu mengutamakan kepuasan konsumen (customer mania) serta memberikan rasa aman dan nyaman bagi konsumen Muslim khususnya dalam mengkonsumsi produk.selama ini perusahaan belum menggunakan metode EOQ dalam pengadaan persediaan bahan baku. PT. Sriboga Marugame Indonesia bisa merencanakan persediaan bahan baku dengan secara tepat, disamping proses produksi tetap berjalan lancar juga ketersediaan bahan baku secara terus-menerus. Produk yang dihasilkan oleh PT.

5 Sriboga Marugame Indonesia juga dapat merencanakan persediaan bahan baku agar dalam pemesanan bahan baku semakin optimal sehingga tidak menimbulkan biaya yang berlebihan Mengingat bahwa masalah persediaan mencakup bidang yang cukup luas dan guna membatasi masalah yang akan diuraikan, maka peneliti tertarik untuk membahas tentang persediaan bahan baku pada salah satu produk yang banyak diminati di restoran siap saji (fast food) ini yaitu Niku Udon. Adapun data waktu pembelian dan pemakaian bahan baku produk Niku Udon di setiap bulan dalam 1 tahun terakhir yaitu pada tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 1.1 dan tabel 1.2 sebagai berikut: Tabel 1.1 Pembelian dan Pemakaian Bahan Baku Tepung pada Produk Niku Udon Pada PT. Sriboga Marugame Indonesia Tahun 2015 Tabel 1.1 Pembelian dan Pemakaian Bahan Baku Udon Pada Produk Niku Udon di PT. Sriboga Marugame Indonesia Cabang TSM Bandung Tahun 2015 Periode Pembelian (ball) Pemakaian (ball) Frekuensi Pembelian Sisa (ball) Harga/ball Biaya Pembelian Januari 60 59 4 1 Rp. 163.000 Rp Februari 60 50 4 10 Rp. 163.000 Rp Maret 60 53 4 7 Rp. 163.000 Rp April 60 48 4 12 Rp. 163.000 Rp Mei 60 57 4 3 Rp. 163.000 Rp Juni 60 48 4 12 Rp. 163.000 Rp Juli 60 60 4 0 Rp. 163.000 Rp Agustus 60 49 4 11 Rp. 163.000 Rp September 60 44 4 16 Rp. 163.000 Rp Oktober 60 41 4 19 Rp. 163.000 Rp Nopember 60 40 4 20 Rp. 163.000 Rp Desember 60 50 4 10 Rp. 163.000 Rp

6 Jumlah 720 599 48 Rp 117.360.000 Sumber: PT. Sriboga Marugame Indonesia diolah oleh peneliti, 2017 Berdasarkan tabel 1.1 diatas, dapat dilihat bahwa frekuensi pembelian bahan baku tepung cukup tinggi, sebanyak 720 ball untuk setiap tahunnya. Sedangkan untuk frekuensi pemakaiannya hanya sebanyak 599 ball pada tahun 2015, sehingga mengakibatkan adanya sisa penyimpanan bahan baku pada gudang. Dimana hal ini akan menyebabkan pembelian bahan baku tepung yang berlebih sehingga biaya pembelian bahan baku mempengaruhi biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan menjadi tinggi. Tabel 1.2 Pembelian dan Pemakaian Bahan Baku Sukiyaki Beef pada Produk Niku Udon Pada PT. Sriboga Marugame Indonesia Tahun 2015 Pembelian dan Pemakaian Bahan Baku Sukiyaki Beef Pada Produk Niku Udon di PT. Sriboga Marugame Indonesia Cabang TSM Bandung Tahun 2017 Periode Pembelian (ctn) Pemakaian (ctn) Frekuensi Pembelian Sisa (ctn) Harga/ karton Biaya Pembelian Januari 20 12 8 8 Rp. 2.527.890 Rp 50.557.800 Februari 20 10 8 10 Rp. 2.527.890 Rp 50.557.800 Maret 20 11 8 9 Rp. 2.527.890 Rp 50.557.800 April 20 10 8 10 Rp. 2.527.890 Rp 50.557.800 Mei 20 11 8 9 Rp. 2.527.890 Rp 50.557.800 Juni 20 10 8 10 Rp. 2.527.890 Rp 50.557.800 Juli 20 12 8 8 Rp. 2.527.890 Rp 50.557.800 Agustus 20 10 8 10 Rp. 2.527.890 Rp 50.557.800 September 20 9 8 11 Rp. 2.527.890 Rp 50.557.800 Oktober 20 8 8 12 Rp. 2.527.890 Rp 50.557.800 Nopember 20 8 8 12 Rp. 2.527.890 Rp 50.557.800 Desember 20 10 8 10 Rp. 2.527.890 Rp 50.557.800 Jumlah 240 121 96 Rp 606.693.600 Sumber: PT. Sriboga Marugame Indonesia diolah oleh peneliti, 2017

7 Berdasarkan tabel 1.2, dapat dilihat bahwa frekuensi pembelian bahan baku sukiyaki beef cukup tinggi, sebanyak 240 ball untuk setiap tahunnya. Sedangkan untuk frekuensi pemakaiannya hanya sebanyak 121 ball pada tahun 2015, sehingga mengakibatkan adanya sisa penyimpanan bahan baku pada gudang.dimana hal ini akan menyebabkan pembelian bahan baku sukiyaki beef yang berlebih sehingga biaya pembelian bahan baku mempengaruhi biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan menjadi tinggi. Berdasarkankedua tabel tersebut, menunjukkan adanya permasalahan dalam pengendalian persediaan bahan baku, hal ini terlihat dari frekuensi pembelian bahan baku yang dilakukan oleh perusahaan pada tahun 2015 dengan jumlah yang sama untuk setiap bulannya tetapi dalam pemakaian dengan jumlah yang berbeda untuk setiap bulannya. Hal ini mengakibatkan pemesanan bahan baku yang terkadang masih ada sisa dan biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan menjadi besar. Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang berkaitan dengan persediaan bahan baku dengan judul ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU UNTUK MEMINIMALISASI BIAYA PRODUKSI PADA PT. SRIBOGA MARUGAME INDONESIA CABANG TSM BANDUNG. B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, maka peneliti mengidentifikasi permasalahan sebagai berikut:

8 a. Bagaimana pengendalian persediaan bahan baku pada PT. Sriboga Marugame Indonesia Cabang TSM Bandung? b. Bagaimana analisis pengendalian persediaan bahan baku untuk meminimalisasi biaya produksi pada PT. Sriboga Marugame Indonesia Cabang TSM Bandung? c. Bagaimana perbandingan sebelum dan sesudah menggunakan metode EOQ (Economic Order Quantity) pada PT. Sriboga Marugame Indonesia Cabang TSM Bandung? d. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pengendalian persediaan bahan baku pada PT. Sriboga Marugame Indonesia Cabang TSM Bandung? 2. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut: Apakah pengendalian persediaan bahan baku dengan menggunakan metode EOQ (Economic Order Quantity) dapat meminimalisasi biaya produksi. C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Mengetahui pengendalian persediaan bahan baku pada PT. Sriboga Marugame Indonesia Cabang TSM Bandung. b. Mengetahui analisis pengendalian persediaan bahan baku untuk meminimalisasi biaya produksi pada PT. Sriboga Marugame Indonesia Cabang TSM Bandung.

9 c. Mengetahui perbandingan sebelum dan sesudah menggunakan metode EOQ (Economic Order Quantity) pada PT. Sriboga Marugame Indonesia Cabang TSM Bandung. d. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengendalian persediaan bahan baku pada PT. Sriboga Marugame Indonesia Cabang TSM Bandung. 2. Kegunaan Penelitian Kegunaan atau manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: a. Kegunaan Teoritis Manfaat penelitian teoritis ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan pengembangan lebih lanjut tentang perencanaan persediaan bahan baku. b. Kegunaan Praktis 1. Bagi Peneliti Dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang pengendalian persediaan bahan baku pada sebuah perusahaan dengan metode EOQ. 2. Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan perusahaan sebagai bahan pertimbangan dan evaluasi dalam membuat keputusan atau kebijakan yang berkenan dengan pengendalian persediaan bahan baku.

10 3. Bagi Pembaca Dapat memberi wawasan atau gambaran tentang pengendalian persediaan bahan baku pada suatu perusahaan dengan metode EOQ. D. Kerangka Pemikiran Perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha makanan (restoran siap saji) perlu memiliki persediaan bahan baku untuk menjamin agar proses produksinya tidak terhambat akibat kekurangan bahan baku. Oleh karena itu, setiap perusahaan perlu berhati-hati untuk mempertimbangkan secara matang tentang berapa besarnya persediaan yang harus ada dalam perusahaan. Menurut Murdifin (2012:4), persediaan (inventory) adalah sumber daya ekonomi fisik yang perlu diadakan dan dipelihara untuk menunjang kelancaran produksi, meliputi bahan baku (raw material), produk jadi (finish product), komponen rakitan (component), bahan pembantu (substance material), dan barang sedang dalam proses pengerjaan (working in process inventory). Pada pokoknya, persediaan merupakan sumber daya ekonomi yang perlu diadakan dan disimpan untuk menunjang penyelesaian pengerjaan suatu produk. Sumber daya ekonomi tersebut dapat berupa kapsitas produksi, tenaga kerja, tenaga ahli, modal kerja, waktu yang tersedia, dan bahan baku, serta bahan penolong. Namun demikian, dalam kajian yang dilakukan sekarang, sediaan dibatasi pada material, produk sedang dalam proses pengerjaan, dan barang jadi. Sedangkan menurut Assauri dalam jurnal Ruauw (2011:2), tujuan dari pengendalian persediaan itu sendiri dapat diartikan sebagai usaha untuk:

11 a. Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan yang menyebabkan proses produksi terhenti. b. Menjaga agar penentuan persediaan perusahaan tidak terlalu besar sehingga biaya yang berkaitan dengan persediaan dapat ditekan. c. Menjaga agar pembelian bahan baku secara kecil-kecilan dapat dihindari. Sedangkan menurut Haming dan Nurnajamuddin mengemukakan bahwa, biaya persediaan terdiri atas biaya variabel dan biaya tetap. a. Biaya variabel persediaan meliputi: 1) Ordering cost (biaya pemesanan), meliputi biaya menunggu permintaan pembelian, penyampaian pemesanan pembelian, dan yang berhubungan dengan biaya akuntansi, serta biaya penerimaan dan pemeriksaan pesanan. 2) Storange or holding (biaya penyimpanan), atau carrying cost adalah biaya atas persediaan yang terjadi sehubungan dengan penyimpanan sejumlah persediaan tertentu dalam perusahaan. b. Selanjutnya, yang dipandang sebagai biaya tetap persediaan adalah harga dari persediaan itu sendiri. Dalam hal ini, harga dipandang sebagai biaya tetap karena pendekatan yang dipakai dalam biaya persediaan adalah harga persediaan yang diketahui tetap dan tidak berubah. Dengan adanya persediaan bahan baku terhadap kelancaran operasi proses produksi, maka jumlah dan mutu bahan harus tersedia sesuai dengan kebutuhan. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi memerlukan biaya pengelolaan agar proses produksi dapat terus berjalan. Hal ini, tidak hanya harga bahan baku itu sendiri, melainkan juga biaya untuk memesannya (ordering cost),

12 biaya penyimpanan persediaan di gudang (holding cost), dan biaya-biaya lainnya yang merupakan unsur-unsur biaya yang terkait pada bahan. E. Lokasi dan Lamanya Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bandung pada PT. Sriboga Marugame Indonesia Cabang TSM, yang beralamat di Jalan Gatot Subroto No. 289 Lantai 2, Unit A211, CK08, CK10, CK12 Kode Pos 40273 2. Lamanya Penelitian Lamanya penelitian untuk pengumpulan data, pengolahan data, sampai pelaporan diperkirakan selama 6 bulan dari bulan September sampai dengan bulan Maret 2017