BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lemaknya, minyak sawit termasuk golongan minyak asam oleat-linolenat. Minyak

II. TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR A. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO. 1 B. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI PKO...6 KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA...

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Proses pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO) di PKS,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. adalah kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq). Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq)

ANALISA KEBUTUHAN UAP PADA STERILIZER PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN LAMA PEREBUSAN 90 MENIT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. dari tempurung dan serabut (NOS= Non Oil Solid).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) di pabrik bertujuan untuk memperoleh minyak

Proses Pengolahan CPO (Crude Palm Oil) Minyak Kelapa Sawit

Universitas Sumatera Utara

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II PEMBAHASAN MATERI. (TBS) menjadi minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. minyak adalah kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ). Kelapa sawit (Elaeis guinensis

BAB II LANDASAN TEORI. Tanaman kelapa sawit adalah jenis tanaman palma yang berasal dari benua

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari Nigeria (Afrika Barat) karena pertama kali ditemukan di hutan belantara

Universitas Sumatera Utara

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. PT. Salim Ivomas Pratama Tbk Kabupaten Rokan Hilir didirikan pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. adalah kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ). Kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di kebun raya Bogor. Tanaman kelapa sawit

Bab I Pengantar. A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. minyak adalah kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit ( E. guineensis Jacq) diusahakan secara komersil di Afrika, Amerika

BAB II LANDASAN TEORI. kelapa sawit dan lazim disebut Tandan Buah Segar (TBS). Tanaman kelapa sawit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH SUHU PADA CRUDE OIL TANK (COT) TERHADAP KADAR AIR DARI MINYAK SAWIT MENTAH (CPO) DI PABRIK KELAPA SAWIT PTPN. IV KEBUN ADOLINA KARYA ILMIAH

Bab II Tinjauan Pustaka

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

KARYA ILMIAH PRIYASIN HARDIAN PROGRAM STUDI DIPLOMA III KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut

BAB III DESKRIPSI PROSES DAN INSTRUMENTASI

ANALISIS OIL LOSSES PADA FIBER DAN BROKEN NUT DI UNIT SCREW PRESS DENGAN VARIASI TEKANAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

TINJAUAN PUSTAKA. dari tempurung dan serabut (NOS= Non Oil Solid). kasar kemudian dialirkan kedalam tangki minyak kasar (crude oil tank) dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kemudian diperkenalkan dibagian Afrika lainnya, Asia Tenggara dan Amerika Latin

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan bukti-bukti yang ada, kelapa sawit diperkirakan berasal dari Nigeria,

! " # $ % % & # ' # " # ( % $ i

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. PERKEBUANAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT BEKRI KAB. LAMPUNG TENGAH PROV. LAMPUNG. Oleh :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai minyak atau lemak, minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu senyawa

AUDIT ENERGI PADA PROSES PRODUKSI CPO (CRUDE PALM OIL) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV UNIT USAHA ADOLINA, SUMATERA UTARA KRISTEN NATASHIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. minyak adalah kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ). Kelapa sawit (Elaeis guinensis

BAB II LANDASAN TEORI. alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah termometer. Dalam kehidupan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DETAIL PROFIL PROYEK (DETIL PLAN OF INVESTMENT) KOMODITI KELAPA SAWIT DI NAGAN RAYA DISAMPAIKAN PADA FGD KAJIAN INVESTASI KELAPA SAWIT

Laporan Kerja Praktek REYSCA ADMI AKSA ( ) 1

TUGAS AKHIR EVALINA KRISTIANI HUTAHAEAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. hutan Brazil dibanding dengan Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit

I. PENDAHULUAN. tekanan sterilizer terhadap kandungan Asam Lemak Bebas (ALB) di Pabrik Kelapa Sawit

KATA PENGANTAR. Medan, Oktober Penulis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDEMEN CPO (CRUDE PALM OIL) DI PKS (PABRIK KELAPA SAWIT) ADOLINA PTPN IV PERBAUNGAN TUGAS AKHIR

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kelapa Sawit Sebagai Tanaman Penghasil Minyak Sawit. pangan maupun non-pangan dalam negeri.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Analisa Pengolahan Kelapa Sawit dengan Kapasitas Olah 30 ton/jam Di PT. BIO Nusantara Teknologi

VI. PENINGKATAN MUTU PRODUK KOMODITAS BERBASIS KELAPA SAWIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROSES PENGOLAHAN CPO DI PT MURINIWOOD INDAH INDUSTRI. Oleh : Nur Fitriyani. (Di bawah bimbingan Ir. Hj Evawati, MP) RINGKASAN

BAB II URAIAN RENCANA KEGIATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dikenal banyak jenis varietas kelapa sawit di Indonesia. Varietas-varietas tersebut

PERANCANGAN TATA LETAK PABRIK KELAPA SAWIT SEI BARUHUR PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI

PERSETUJUAN. : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Disetujui di Medan,Mei 2014

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Bagian buah dan biji jarak pagar.

ANALISA ASAM LEMAK BEBAS (ALB) KERNEL SELAMA PENYIMPANAN PADA PT. SASANA YUDHA BHAKTI SATRIA OIL MILL DESA GUNUNG SARI KECAMATAN

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

I. PENDAHULUAN. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak

Analisis Pemenuhan Kebutuhan Uap PMS Parindu PTP Nusantara XIII (PERSERO)

BAB III. Gambaran Umum Perusahaan. Singingi Hilir, kabupaten Kuantan Singingi, Propinsi Riau dengan akta pendirian dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) berasal dari Nigeria, Afrika

I. PENDAHULUAN. perkebunan kelapa sawit Indonesia hingga tahun 2012 mencapai 9,074,621 Ha.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sekilas Sejarah Pabrik Minyak Sawit dan Perkebunan Kelapa Sawit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit (Elaeis guineensis) merupakan tumbuhan tropis yang

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

EFEKTIVITAS PROSES PEMBUANGAN UDARA MELALUI PIPA CONDENSATE PADA STASIUN REBUSAN (STYLIZER) DI PABRIK KELAPA SAWIT

MAKALAH TEKNOLOGI PASCA PANEN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

TINJAUAN PUSTAKA. tahun 1848, dibawa dari Mauritius dan Amsterdam oleh seorang warga Belanda.

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawit di Indonesia Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) merupakan tumbuhan tropis yang diperkirakan berasal dari Nigeria (Afrika Barat) karena pertama kali ditemukan di hutan belantara negara tersebut. Kelapa sawit pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1848, dibawa dari Mauritius dan Amsterdam oleh seorang warga Belanda. Bibit kelapa sawit yang berasal dari kedua tempat tersebut masingmasing berjumlah dua batang dan pada tahun itu juga ditanam di Kebun Raya Bogor. Hingga saat ini, dua dari empat pohon tersebut masih hidup dan diyakini sebagai nenek moyang kelapa sawit yang ada di Asia Tenggara. Perkebunan kelapa sawit komersial pertama di Indonesia mulai diusahakan pada tahun 1911 di Aceh dan Sumatera Utara oleh Adrien Hallet, seorang berkebangsaan Belgia. Luas kebun kelapa sawit terus bertambah, dari 1.272 hektar pada tahun 1916 menjadi 92.307 hektar pada tahun 1938. (Hadi.M.M, 2004) Kelapa sawit tumbuh baik pada daerah tropis, dengan suhu antara 24 0 C 32 0 C dengan kelembaban yang tinggi dan curah hujan 200 mm per tahun. Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80% perikarp dan 20% buah yang dilapisi kulit yang tipis. Kandungan minyak dalam perikarp sekitar 30% - 40%. (Tambun.R, 2006)

Perkebunan kelapa sawit pertama memiliki luas area mencapai 5.123 ha. Indonesia mulai mengekspor minyak sebesar 576 ton kenegara-negara eropa, kemudian tahun 1923 mulai mengekspor minyak inti sawit sebesar 850 ton. (Fauzi.Y, 2004) 2.2. Varietas Dan Bagian Tanaman Kelapa Sawit 2.2.1. Pembagian Varietas Berdasarkan Ketebalan Tempurung Dan Daging buah Berdasarkan tebal tipisnya tempurung (epikarp) kelapa sawit dibedakan menjadi lima varietas kelapa sawit, yaitu : 1. Varietas Dura Tempurung cukup tebal (2-8 mm), daging buah tipis, persentase daging buah terhadap buah 35-50%, inti buah (kernel) besar, tetapi kandungan minyaknya rendah. Dalam berbagai persilangan untuk menghasilkan varietas baru, varietas dura selalu dijadikan sebagai tanaman betina (ibu) oleh pusat-pusat penelitian atau produsen benih. 2. Variasi Psifera Tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada. Daging buah tebal, inti buah sangat kecil. Kandungan minyak pada daging buah cukup tinggi karena sabutnya (daging) tebal, tetapi kandungan minyak inti rendah karena ukuran kernelnya sangat kecil. Dalam persilangan psifera dijadikan sebagai tanaman pejantan (bapak) atau sebagai penghasil tepung sari.

3. Varietas tenera Merupakan hasil persilangan antara varietas Dura (D) dan varietas Psifera (P) sehingga sifat-sifat morfologi dan anatopi varietas ini (DXP) merupakan perpaduan antara kedua sifat induknya yaitu Dura sebagai Ibu dan Psifera sebagai Bapak. Tebal tempurung varietas tenera adalah 0,5-4,0 mm, persentase daging buah terhadap buah 60-90%, kandungan minyak daging buah 18-23%, dan kandungan inti 55%. 4. Varietas Macro Carya Daging buah sangat tipis, tempurung sangat tebal (4-5)mm 5. Varietas Dwikka Wakka Dwikka Wakka mempunyai ciri khas, yaitu daging buahnya (sabut) berlapis dua. Oleh karena itu disebut Dwikka.Mcro Carya dan Dwikka Wakka merupakan varietas yang jarang ditemukan dilapangan, sedangkan Tenera merupakan varitas yang paling banyak dibudidayakan karena dianggap paling menguntungkan secara ekonomis. 2.2.2. Pembagian Varietas berdasarkan warna kulit buah Berdasarkan warna kulit buahnya, terdapat tiga varietas kelapa sawit, yaitu sebagai berikut : a. Nigrescens Warna buah kehitaman saat masih muda dan berubah menjadi jingga kemerahan jika sudah tua/masak

b. Virescens Warna kulit hijau saat masih muda dan berubah menjadi jingga kemerahan jika sudah tua atau masak, namun masih meninggalkan sisa-sisa warna hijau. c. Albescens Warna kulit keputih-putihan saat masih muda dan berubah menjadi kekuningkuningan jika sudah tua/masak. Di antara ketiga varietas diatas, anaigrescens paling banyak dibudidayakan. Virescens dan Albescens jarang dijumpai dilapangan, umumnya hanya digunakan sebagai bahan penelitian oleh lembaga penelitian. (Hadi.M.M, 2004) 2.3. Pemanenan Kelapa Sawit Pemanenan adalah serangkaian kegiatan yang dimulai dari memotong tandan matang, mengumpulkan, dan mengangkutnya ke pabrik untuk selanjutnya diolah di pabrik kelapa sawit untuk mendapatkan rendemen minyak yang tinggi dengan kadar asam lemak bebas yang rendah. Kegiatan pemanenan umumnya dapat dilakukan pada saat kelapa sawit pada umur 30 bulan (untuk jenis tenera). Dalam keadaan normal, tenera pada umur ini telah matang 90-100%. Keadaan tandan telah membesar dan memadat hampir di keseluruhan tandan. Pemanenan harus dilakukan dengan benar dan pada waktu yang tepat. Pemanenan yang benar, haruslah sesuai dengan kriteria panen. Kriteria matang panen merupakan persyaratan kondisi yang ditetapkan untuk dapat di panen. Umumnya parameter yang dipakai adalah jumlah dari brondolan yang jatuh di piringan kelapa sawit. Kelapa sawit dapat dipanen apabila brondolan telah jatuh 5 buah pertandan. Brondolan yang jatuh adalah brondolan yang normal dan segar.

2.3.1. Derajat Kematangan Buah Mutu minyak buah biasanya dinyatakan sebagai persentase minyak tandan. Untuk tujuan praktis disebut rendemen minyak atau nisbah ekstraksi. Rendemen minyak (RM) yang diperoleh di pabrik sangat dipengaruhi oleh standart kematangan buah yang mana buah berubah warna dari hitam menjadi oranye hingga terjadi kematangan penuh. Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kandungan asam lemak bebas (ALB) minyak sawit yang dihasilkan. Apabila pemanenan buah dilakukan dalam keadaan lewat matang, maka minyak yang dihasilkan mengandung asam lemak bebas (ALB) dalam persentase tinggi (lebih dari 5%). Sebaliknya, bila pemanenan dilakukan dalam keadaan belum matang, selain kadar ALB-nya rendah, rendemen minyak yang dihasilkan juga rendah. Berdasarkan hal tersebut, ada beberapa tingkatan dari tandan buah segar (TBS) yang dipanen. Tingkatan TBS tersebut sangat mempengaruhi mutu panen, termasuk kualitas minyak sawit yang dihasilkan. Tabel 2.1 Spesifikasi Fraksi Tandan Buah Segar (TBS) Fraksi Istilah Kriteria 00 Mentah sekali Brondolan 0 0 Mentah Brondolan 1 12,5% buah luar 1 Kurang matang Brondolan 12,5% - 25% permukaan luar 2 Matang I Brondolan 25% - 50% permukaan luar 3 Matang II Brondolan 50% - 75% permukaan luar 4 Lewat matang Brondolan 75% - 100% Ranum Buah dalam ikut membrondol (Nabaho.P.M, 1998)

Secara ideal kriteria matang panen dan terkumpulnya brondolan serta pengangkutan yang lancar, maka dalam suatu pemanenan akan diperoleh komposisi fraksi tandan sebagai berikut : 1. Jumlah berondolan dipabrik ada sebanyak 25% dari tandan yang dipanen 2. Fraksi 2 dan 3 minimal 65% dari jumlah tandan 3. Fraksi 1 maksimum 20% dari jumlah tandan 4. Fraksi 4 dan 5 maksimum 15% dari jumlah tandan. (Fauzi.Y.dkk, 2004) Tabel 2.2 Hubungan Antara Fraksi Rendemen Minyak Dan Kadar ALB Fraksi Rendemen Minyak (%) Kadar Asam Lemak Bebas (%) 0 16,0 1,6 1 21,4 1,7 2 22,1 1,8 3 22,2 2,1 4 21,9 3,8 (Lubis.A.U, 1992 ) Panen pada fraksi 0 akan merugi dalam rendemen minyak sedang fraksi 4 dan 5 akan memiliki kadar asam lemak yang tinggi. 2.4 Standart Mutu Standar mutu merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak yang bermutu baik. Ada beberapa faktor yang menentukan standar mutu, yaitu kandungan air dan kotoran dalam minyak, kandungan asam lemak bebas, warna, dan bilangan peroksida. (Ketaren,s.,2005) Mutu CPO yang dihasilkan dari pabrik dapat dipengaruhi oleh kualitas panen, pengangkutan, proses pengolahan dan penimbunan/penyimpanan. Faktorfaktor tersebut akan dibahas lebih detail pada setiap parameter mutu yang

dipersyaratkan dalam perdagangan CPO. Adapun parameter mutu CPO sebagai berikut : Tabel 2.3 Parameter Mutu Produksi Minyak Sawit Parameter Standart (%) ALB Golden CPO ALB CPO Super ALB CPO non Super 2,0% maks 2.5% maks 3,5% maks Kadar Air 0.15% maks Kadar Kotoran 0,02& maks DOBI 2,5 min Bilangan Iodin 51 min Bilangan Peroksida, mek/kg 5,0 maks Bilangan Anisidine, mek/kg 5,0 maks Fe (Besi), ppm 5,0 maks Cu (tembaga), ppm 0,3 maks Titik Cair 39-41 C Β-carotene 500 ppm (Dokumen Intern PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) 2.5 Minyak Sawit Sebagai minyak atau lemak, minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu senyawa gliserol dengan asam lemak. Sesuai dengan bentuk bangun rantai asam lemaknya, minyak sawit termasuk golongan minyak asam oleat-linoleat. Minyak sawit berwarna merah jingga karena kandungan karotenoida, berkonsistensi setengah padat pada suhu kamar (konsistensi dan titik lebur banyak ditentukan oleh kadar asam lemak bebasnya) dalam keadaan segar dan kadar asam lemak bebas yang rendah, bau dan rasanya cukup enak. Sifat-sifat fisiknya menurut standar AOCS adalah seperti tertera sebagai berikut: Tabel 2.4 Sifat Fisik Minyak Sawit

Berat jenis pada 100 o F (37,8 o C) Indeks refraksi pada 40 o C Bilangan iodium Bilangan penyabunan Zat tak tersabunkan, % Titer, o C 0,898 0,901 1,453 1,456 44 58 195 205 Tak lebih 0,8 40-47 ( Mangoensoekarjo.S, 2003 ) Titik lebur minyak sawit tergantung pada kadar asam lemak bebasnya, atau lebih tepat lagi pada kadar digliseridanya. Pada kadar asam lemak bebas 7% terdapat titik lebur terendah karena terbentuk formasi eutectic antara digliserida dengan trigliserida. Rumus bangun minyak sawit adalah sebagai berikut ; H H H --- C --- OH HOOCR 1 H --- C --- OOCR 1 H --- C --- OH + HOOCR 2 H ---C --- OOCR 2 + 3H 2 O H --- C --- OH HOOCR 3 H --- C --- OOCR 3 H H Gliserol Asam Lemak Trigliserida Air Minyak sawit terdiri atas berbagai trigliserida dengan rantai asam lemak yang berbeda-beda. Panjang rantai adalah antara 14 20 atom karbon. Dengan demikian sifat minyak sawit oleh perbandingan dan komposisi trigliserida tersebut. Panjang rantai dan sifat-sifat asam lemak yang ada dalam minyak sawit, karena kandungan asam lemak yang terbanyak adalah asam tak jenuh oleat dan linoleat, minyak sawit masuk golongan minyak asam oleat-linoleat.

Tabel 2.5 Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit Asam lemak Jumlah karbon Tak jenuh Titik o C lebur, % berat Kaprilat Kaprat Laurat Miristat Palmitat Stearat 8 10 12 14 16 18 16,7 31,6 44,2 54,4 62,9 69,6 - - - 1,4 (0,5-6) 40,1(32-45) 5,5(2-7) Jumlah asam jenuh 47,0 Oleat linoleat 18 18 1 2 14-5 42,7 (38-52) 10,3 (5-11) Jumlah asam tak jenuh 53,0 ( Mangoensoekarjo.S, 2003 ) Pembentukan lemak dalam buah sawit mulai berlangsung beberapa minggu sebelum matang. Oleh karena itu penentuan saat panen adalah sangat menentukan (kritis). Kandungan minyak tertinggi dalam buah adalah pada saat buah akan membrondol (melepas dari tandannya). Karena itu kematangan tandan biasanya dinyatakan dengan jumlahnya yang membrondol. (Mangoensoekarjo.S, 2003). 2.5.1. Asam Lemak Bebas (ALB) Kadar asam lemak bebas merupakan salah satu faktor penentuan mutu CPO. SNI dan PORIM menetapkan kandungan maksimal asam lemak bebas dan

CPO sebesar 5%, sedangkan India 2%. Dengan mutu maksimal akan memperluas pangsa pasar, meningkatkan daya saing dan harga Jual. Asam lemak bebas baru terbentuk setelah buah terlepas dari pohonnya (sejak buah dipanen). Pada saat buah belum dipanen, enzim dalam keadaan tidak aktif. Tetapi pada saat buah sudah dipanen koordinasi antara sel akan rusak dan enzim akan beraktifitas. Penyebab dominan kenaikan asam lemak bebas adalah hidrolisi dan Oksidasi. Dalam reaksi hidrolisis, minyak diubah menjadi asam lemak bebas dan gliserol sehingga CPO berbau tengik. Sedangkan dalam reaksi Oksidasi, minyak sawit akan menghasilkan senyawa aldehid dan keton sehingga CPO berbau tengik,berubah warna karena kerusakan pigmen, penurunan kandungan Vitamin dan Keracunan. (Dokumen Intern PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) 2.5.1.1. Faktor yang dapat mempengaruhi Kadar Asam Lemak Bebas dalam CPO 1. Tingkat kematangan Buah Tingkat kematangan buah sawit mempengaruhi kecepatan naiknya asam lemak bebas. Semakin matang buah dipanen, semakin cepat kenaikan asam lemak bebasnya. Secara alami, buah yang terlepas dari pohonnya akan mengalami hidrolisa.

2. Transportasi Transportasi yang lambat dan menyebabkan buah rentan merupakan penyebab kenaikan asam lemak bebas yang paling dominan. Upaya pengangkutan dilakukan pada hari yang sama dengan hari panennya Proses hidrolisa semakin cepat jika buah terluka (akibat transportasi dan penanganan di pabrik) karena enzim lipase kontak langsung dengan minyak. Enzim lipase yang aktif menghidrolisis asam lemak (Trigliserida) menjadi asam lemak bebas dan gliserol.berondolan yang jatuh tergilas dan terpencet, khususnya pada lantai penerimaan buah, harus dihindari. Buah yang tergilas tidak hanya meningkatkan asam lemak bebas tetapi akan meningkatkan losis minyak pada kondensat sterilizer. 3. Proses pengolahan 1) Proses sterilisasi adalah untuk menonaktifkan enzim lipase. Untuk meminimalkan kenaikan asam lemak bebas, buah sawit harus diolah segera setelah dipanen 2) Kebersihan Instilasi Pabrik dari kotoran proses sebelumnya seperti Conveyor, elevator, digester, pressan sangat besar pengaruhnya terhadap kenaikan Asam Lemak Bebas. Tempat kotor merupakan sarang mikroba yang dapat meningkatkan proses oksidasi.oleh karena Itu kebersihan instilasi harus di jaga, terutama pada saat sebelum mengolah selama proses pengolahan dan pada saat meninggalkan pabrik.

3) Jumlah pengutipan minyak dari tangki Fatpit akan menaikkan kadar Asam Lemak Bebas. Oleh karena itu, pengutipan minyak distasiun klasifikasi harus lebih efektif sehingga minyak tidak banyak yang di-recycle dari Fatpit Proses hidrolisis dapat dihambat dengan cara meminimalkan kandungan air dalam minyak sawit, sedangkan proses oksidasi dilakukan dengan pemanasan pada temperature penyimpanan 50-55 untuk mematikan aktifitas mikroorganisme. 2.5.2 Kadar Air Zat yang mudah menguap pada temperature diatas 100 adalah air. Tingginya kandungan air didalam CPO akan mengakibatkan hidrolisis trigliserida secara autokatalis yang meningkatkan kadar air. Air merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroba yang dapat mempercepat terjadinya oksidasi. Kadar air maksimal 0,1%. Kadar air dalam CPO dipengaruhi oleh proses CST temperature di Oil Tank, kinerja Oil Purifier, vacuum drier dan instalasi pemanas di tangki timbun yaitu : 1. Ketebalan minyak di CST yang tipis (<50 cm) dan temperatur rendah (<95 ) 2. Temperatur dioil Tank rendah (<95 ). Minyak di Oil tank dipertahankan pada ketinggian diatas steam coil sebelum dialirkan ke Oil purifier sehingga cairan sempat dipanasi. 3. Kinerja Oil purifier dan Vacuum drier yang jelek (kapasitas Oil purifier, dan tekanan Vacuum drier mm Hg

4. Kebocoran pipa pemanas (steam coil) di tangki timbun (Dokumen Intern PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) 2.6 Proses Pengolahan Kelapa Sawit Untuk mengelolah Tandan Buah Segar Menjadi Crude Palm Oil (CPO) dan inti (kernel), pabrik kelapa sawit Unit Usaha Mayang mempunyai 9 Stasiun kerja yang saling terkait, yaitu: 1. Stasiun Penerimaan Buah 2. Stasiun Rebusan / Sterilizer 3. Stasiun Penebah 4. Stasiun Kempa 5. Stasiun Klarifikasi Minyak 6. Stasiun Pengolahan Biji 7. Stasiun Pengolahan Air 8. Stasiun Ketel 9. Stasiun Pembangkit Tenaga 2.3.1.Stasiun Penerimaan Buah Jembatan Timbang dan Sortasi Tandan Buah Segar Stasiun penerimaan buah adalah stasiun pertama dalam pengolahan minyak kelapa sawit. Bahan baku yang berasal dari kebun milik PT. Perkebunan Nusantara IV maupun bahan baku yang berasal dari pihak ketiga akan dilengkapi dengan berkas pengiriman sebagai surat pengantar untuk memasuki stasiun ini. Stasiun ini juga memiliki beberapa pos, yaitu : Jembatan timbang. PKS Unit

Usaha Mayang memiliki 2 unit timbangan yang masing-masing berkapasitas 40 ton dan 50 Ton yang betujuan untuk mengetahui berat kotor truk (Brutto), berat kosong truk (tarra), serta berat bersih asam lemak bebas (netto),pos sortasi yang berfungsi sebagai tempat pemilihan buah yang matang dan masak untuk mempertahankan mutu CPO yang dihasilkan, pos berikutnya adalah loading ramp yang berfungi sebagai area tempat penimbunan sementara asam lemak bebas yang telah di sortasi sebelum dipindahkan ke lori dan masuk stasiun perebusan, pos terakhir dalamstasiun ini adalah Lori, Capstand, dan TransferCarriage. Loading Ramp Loading Ramp adalah tempat timbunan TBS sementara dan dituang ke tiap-tiap bays dari loading ramp.jumlah Loading Ramp di PKS Unit Usaha Mayang ada 1 unit dengan 23 pintu.pada masing-masing Pintu terdapat hydroulicyang digerakkan dengan elektro motor dan berfungsi untuk membuka dan menutup pintu tempat penampungan buah.. Lori merupakan tempat untuk merebus asam lemak bebas. Jumlah lori yang mencukupi merupakan persyaratan yang harus dipenuhi agar kapasitas rebusan tercapai. Lori yang dipergunakan adalah ukuran 2,5 ton. 2.3.2.Stasiun Perebusan (Sterilizer) Stasiun perebusan adalah stasiun kedua dari kegiatan pengolahan tandan buah segar menjadi CPO. Perebusan asam lemak bebas dilakukan menggunakan sistem uap basah dengan tekanan 2,8 3,0 kg/cm 2 dengan suhu perebusan 145-150 o C dengan waktu perebusan sekitar 100-105 menit. PKS Mayang memiliki 3

ketel perebusan dengan kapasitas 30 lori dipabrik 75 ton, dimana 1 lori dapat memuat 2,5 Ton asam lemak bebas. Tujuan dari kegiatan perebusan menggunakan mesin perebusan adalah untuk: mengurangi peningkatan asam lemak bebas, mempermudah proses pembrondolan pada thresher, menurunkan kadar air, memudahkan penguraian serabut pada biji, memisahkan antara inti dan cangkang, dan memudahkan pemisahan minyak dari daging buah. 2.3.3.Stasiun Penebah Stasiun Penebah adalah stasiun ketiga dari kegiatan pengolahan tandan buah segar menjadi CPO. Tujuan thresher berfungsi untuk memisahakan brondolan dari janjangannya dengan cara mengangkat dan membanting serta mendorong janjang kosong ke empty bunch conveyor dan brondolan akan jatuh ke fruits conveyor melalui kisi-kisi menggunakan 2 Threser diline I dan line II 3 Unit. 2.3.4.Stasiun Kempa (Pressing) Setelah stasiun penebahan yang dapat memisahkan brondolan dari janjangannya dengan cara membanting janjangan, janjang kosong akan di dorong ke Empty Brunch Conveyor dan brondolan akan jatuh ke Fruit Conveyor. Setelah itu brondolan akan di bawa ke stasiun Kempa. Stasiun Kempa adalah stasiun pengambilan minyak dari daging buah yang dilakukan dengan metode pelumatan dan mengempa daging buah. Pelumatan dilakukan dalam digester, sedangkan pelumatan dilakukan dalam kempa ulir (Screw Press). Proses-proses yang terjadi

pada stasiun pressing adalah proses pelumatan pada digester, proses pengempaan dan pemisahan yang dilakukan dalam mesin Screw Press. Proses yang terjadi pada mesin press adalah proses terakhir dalam stasiun kempa dan selanjutnya mulai memasuki stasiun pemurnian pada Vibro. Alat-alat yang digunakan di stasiun ini adalah: a. Digester dimana daging buah dipisah dengan alat pisau pengaduk dan dipanaskan dengan uap yang bersuhu 90-95 o C sehingga seperti dilumat. b. Screw Press untuk memeras berondolan yang telah dicincang dan dilumat dari Digester untuk mendapatkan minyak kasar. 2.3.5.Stasiun Klarifikasi Stasiun Pemurnian adalah stasiun terakhir dalam pengelolaan kelapa sawit menjadi CPO. Pada stasiun ini minyak kasar yang dihasilkan dari stasiun kempa dibersihkan dan dimurnikan dari segala bentuk kotoran sehingga diperoleh minyak kelapa sawit murni. Alat- alat yang terdapat dalam stasiun ini yakni: a. Sand Trap adalah sebuah bejana berbentuk silinder untuk mengendapkan partikel-partikel pasir dan lumpur pada bagian atas minyak, kemudian secara gravitasi turun ke ayakan getar. b. Saringan Getar (Vibro Separator) berfungsi untuk menyaring crude oil dari serabut yang dapat mengganggu proses pemisahan minyak. c. Vertical Clarifier Tank (VCT) adalah untuk memisahkan minyak dan air secara gravitasi dengan memanfaatkan perbedaan berat jenis keduanya. d. Crude Oil Tank (COT) adalah untuk pengendapan kotoran dan sebagai penampung sebelum minyak di pompa ke mesin Purifier.

e. Oil Purifier adalah untuk mengurangi kadar kotoran dan air dalam minyak dengan menggunakan prinsip pemisahan maka kotoran dan air yang berat jenisnya lebih besar dari minyak akan berada pada bagian luar, minyak yang berada dibagian tengah dialirkan di vacum dryer. f. Vacum Dryer berfungsi untuk mengurangi kadar air dalam minyak produksi. g. Storage Tank berfungsi untuk menyimpan sementara minyak produksi. 2.3.6. Stasiun Kernel Pada proses ini dijelaskan campuran ampas atau fiber dan biji atau nut yang keluar dari screw press diproses kembali di stasiun kernel untuk menghasilkan: cangkang atau sel dan fiber yang digunakan sebagai bahan bakar boiler. Alat- alat yang terdapat dalam stasiun ini yakni: a. Nut Elevator berfungsi untuk menghantarkan nut dari nut polishing drum ke nut silo. Nut elevator dilengkapi dengan cyclone dan blower untuk mengisap nut. b. Nut Silo berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara nut sebelum diolah pada Ripple Mill. c. Ripple Mill berfungsi untuk memecahkan nut, memisahkan cangkang dan inti dengan cara menekan atau menjepit biji d. LTDS (Light Tenera Dust Seperation) berfungsi untuk memisahkan cangkang dengan inti serta membawa cangkang untuk bahan bakar boiler. System pemisahan yang dilakukan disini adalah dengan menggunakan tenaga blower hisap dust separation.

e. Kernel Silo berfungsi untuk mengurangi kadar air yang terkandung dalam inti produksi. Temperature dalam kernel silo terbagi atas tiga tingkatan yaitu bagian atas 60 C, bagian tengah 70 C, dan bagian bawah 80 C. f. Bunker berfungsi sebagai tempat penyimpan inti produksi sebelum dikirim untuk dijual. 2.3.7. Stasiun Pengolahan Air Proses pengambilan air berasal dari sungai yang kemudian dialirkan melalui pipa menuju bak yang disebut bak sedimen. Dimana terbagi atas lima bagian yaitu Sedimen satu, Sedimen dua, dan Sedimen tiga flok dari air sudah mengalami penurunan atau pengendapan kemudian dialirkan ke Sedimen empat yang mengalir melalui lubang kecil yang berada pada bawah sedimen tersebut. Kemudian Sedimen empat flok semakin sedikit dan air pada Sedimen lima dialirkan ke Tube Settler. Dimana proses penjernihan air dilakukan dengan zat kimia yakni soda ash. Soda Ash berfungsi untuk menaikkan ph air (ph = 7). Kemudian air disimpan didalam tabung dimana air yang sudah bersih akan dialirkan sebagian ke domestic dan ke boiler. Proses pengolahan air bertujuan untuk mendapatkan kualitas air sebelum digunakan agar memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Proses pengolahan air mencakup pengoperasian, penjernihan dan penyaringan. 2.3.7.1. Boiler Boiler adalah alat untuk menghasilkan uap dengan bahan bakar fiber dan shell yang berbentuk bejana tertutup yang berfungsi untuk menghasilkan uap yang digunakan untuk pembangkit daya listrik dan juga proses pemanasan,

Sebelum masuk ke Boiler: Tahap pertama, air masuk ke kation untuk menghilangkan hardness (membuat korosi), yang harus diperhatikan dalam tabung kation, yaitu: 1. ph ( <5 ) 2. Hardness (Maks 2 ppm) 3. TDS (Total Dispensive Solid)/ Total Kekentalan Air (Viskositas) (Maks 100 ppm) Di dalam kation terdapat resin berbentuk seperti pasir lunak yang berfungsi untuk menangkap hardness, agar resin tidak jenuh dilakukan regenisasi/dicuci sampai bersih dengan menggunakan H 2 SO 4 sampai bersih. Tahap kedua, Degasifier berfungsi untuk menghilangkan O 2 dalam air. Tahap ketiga, air mengalir ke dalam tabung anion dimana didalam nya terdapat resin yang berfungsi untuk menghilangkan silica dalam air (Hardness Maks 5 ppm jika >5 silika yang masuk dalam boiler akan menyumbat pipa). Yang harus diperhatikan dalam tabung anion, yaitu: 1. ph (>7-8) 2. Silica (Maks 5 ppm, jika >5 ppm harus diregenisasi dengan soda api/ caustic soda) 3. Hardness (Maks 5 ppm) 4. Tahap keempat, Fit Tank (air umpan), dilakukan pemanasan air pada suhu 60-70 C lalu dialirkan masuk kedalam dearator yang berfungsi untuk memanaskan air 95-105 C. 5. Tahap kelima, masuk ke boiler yang menghasilkan steam kemudian air pada boiler di cek.

Yang harus diperhatikan dalam air boiler yaitu: a. ph (10,5-11,5) b. Silika (Maks 150 ppm) c. TDS (2000 ppm) d. Total Hardness (2 ppm) e. P-Alkalinity (asam 3000-6000 ppm) f. M-Alkalinity (basa 400-800 ppm) g. Fosfat (20-50 ppm) h. Sulfit (30-50 ppm) i. Klorida j. Turbin merupakan alat untuk mengkonversikan energi dari steam menjadi energi mekanis atau putaran untuk membangkitkan tenaga listrik. Uap yang digunakan merupakan uap kering dari boiler. k. BPV (Back Pressure Vessel) berfungsi untuk menampung steam dari turbin memakai satu unit Back Pressure Vessel (BPV) berfungsi untuk menyeragamkan tekanan steam dan menstribusikan ke stasiun pengolahan. 2.3.8. Stasiun Ketel Fungsi dari Stasiun Ketel yaitu untuk merubah energi air menjadi energi uap dengan menggunakan cangkang dan serat sebagai bahan bakar didalam dapur boiler, menyuplai uap ke stasiun pembangkit tenaga untuk menghasilkan listrik dan menyuplai uap untuk keperluan proses dipabrik.

2.3.9. Stasiun Pembangkit Tenaga Fungsi dari Stasiun Pembangkit Listrik yaitu mentransfer daya listrik dari panel utama ketempat yang membutuhkan, seperti elektro motor, lampu penerangan dan peralatan lainnya, memastikan suplai daya listrik yangstabil kesemua tempat yang membutuhkan dan melindungi tempat yang membutuhkan listrik dari sambaran petir, listrik yang tidak stabil dan pembebanan yang berlebihan.(dokumen Intern PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero))