Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka

dokumen-dokumen yang mirip
SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

2015 PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput.

proses perjalanan sejarah arah pembangunan demokrasi apakah penyelenggaranya berjalan sesuai dengan kehendak rakyat, atau tidak

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Peran. Peran merupakan aspek yang dinamis dalam kedudukan (status)

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-2 Dinamika Penerapan Demokrasi

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA

PERANAN KPU DAERAH DALAM MENCIPTAKAN PEMILU YANG DEMOKRATIS

I. PENDAHULUAN. akuntabilitas bagi mereka yang menjalankan kekuasaan. Hal ini juga

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena

BAB I PENDAHULUAN. jadwal yang telah ditetapkan oleh penyelenggara pemilu yaitu Komisi Pemilihan

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

2015 MODEL REKRUTMEN DALAM PENETUAN CALON ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) PROVINSI JAWA BARAT

TUGAS FINAL PEMILU INDONESIA

MPR Pasca Perubahan UUD NRI Tahun 1945 (Kedudukan MPR dalam Sistem Ketatanegaraan)

BAB II PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA YANG DITUANGKAN DALAM UNJUK RASA (DEMONSTRASI) SEBAGAI HAK DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT

Mewujudkan Pemilu 2014 Sebagai Pemilu Demokratis

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

BAB I PENDAHULUAN. hampir seluruh organisasi politik memiliki strategi yang berbeda-beda.

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih

Kelebihan dan Kelemahan Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia

PANDUAN AKUNTABILITAS POLITIK

Demokrasi di Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara lebih Luber (Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia) dan

DEMOKRASI INDONESIA (Pemilu Sebagai Wujud Demokrasi Indonesia)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara demokrasi, sehingga pengisian lembaga

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap

DEMOKRASI PANCASILA. Buku Pegangan: PANCASILA dan UUD 1945 dalam Paradigma Reformasi Oleh: H. Subandi Al Marsudi, SH., MH. Oleh: MAHIFAL, SH., MH.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

BAB II KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA. A. Sejarah Singkat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Labuhan Batu

RANGKUMAN KN DEMOS KRATOS DEMOKRASI RAKYAT ARTI : RAKYAT MEMERINTAH PEMERINTAHAN. a) SEJARAH DEMOKRASI. b) PRINSIP DEMOKRASI

BAB I PENDAHULUAN. perbincangan yang hangat, sebab dalam Undang-Undang ini mengatur sistem

Pemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS

Penyelenggara Pemilu Harus Independen

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu kelompok yang memiliki kepentingan yang sama serta cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut ( Dalam prakteknya secara teknis yang

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dalam segala bidang, tidak terkecuali dalam bidang politik. Keputusan

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di

GERAKAN REFORMASI. (Kuliah ke 10) 1

Ulangan Akhir Semester (UAS) Semester 1 Tahun Pelajaran

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI MAHKAMAH KONSTITUSI, MAHKAMAH AGUNG, PEMILIHAN KEPALA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. melaluinya masyarakat dapat menyalurkan, menitipkan mandat dan harapan.

BAB I PENDAHULUAN. untuk rakyat (Abraham Lincoln). Demokrasi disebut juga pemerintahan rakyat

PP 33/1999, PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMILIHAN UMUM. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada. oleh. AA Gde Putra, SH.MH

HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA

I. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan

Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang

Jl. Lembang Terusan No. D57, Menteng Jakarta Pusat, 10310, Indonesia Telp. (021) , Fax (021) Website:

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan

Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi Yuliani Paris, M.Sc. Nomor Anggota : A-183 FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP

BAB II DESKRIPSI (OBYEK PENELITIAN) hukum kenamaan asal Austria, Hans Kelsen ( ). Kelsen menyatakan

Kelompok 10. Nama :- Maria Yuni Artha (197) - Neni Lastanti (209) - Sutarni (185) Kelas : A5-14

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu

PEMILUKADA PASCA REFORMASI DI INDONESIA. Oleh : Muhammad Afied Hambali Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta. Abstrack

sherila putri melinda

BAB I PENDAHULUAN. Presiden dan kepala daerah Pilihan Rakyat. Pilihan ini diambil sebagai. menunjukkan eksistensi sebagai individu yang merdeka.

A. Pengertian Orde Lama

KOMISI YUDISIAL BARU DAN PENATAAN SISTEM INFRA-STRUKTUR ETIKA BERBANGSA DAN BERNEGARA. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1.

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG

TAHAPAN PILPRES 2014 DALAM MEWUJUDKAN BUDAYA DEMOKRASI

ANGGARAN DASAR. Lembaga Indonesia ASA PEMBUKAAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1999 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMILIHAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pemilihan umum (Pemilu) dimaknai sebagai sarana kedaulatan

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kekalahan jepang oleh sekutu memberikan kesempatan bagi kita untuk

BAB I PENDAHULUAN. langsung oleh rakyat. Pemilihan umum adalah proses. partisipasi masyarakat sebanyak-banyaknya dan dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. partai politik lokal. partai politik lokal telah menjadi instrumen utama rakyat

BAB I PENDAHULUAN. bentuk perwujudan dan bentuk partisipasi bagi rakyat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan menurut UUD. Dalam perubahan tersebut bermakna bahwa

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1999 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMILIHAN UMUM

PENGELOLAAN PARTAI POLITIK MENUJU PARTAI POLITIK YANG MODERN DAN PROFESIONAL. Muryanto Amin 1

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik

PILEG 2014 PARTAI POLITIK PESERTA PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

Antara Harapan dan Kecemasan Menyusup di Celah Sempit Pemilu 2004

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas Tentang Aksesibilitas Pemilu

BAB I PENDAHULUAN. dikelola salah satunya dengan mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi

Transkripsi:

Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka Desain Negara Indonesia Merdeka terbentuk sebagai Negara modern, dengan kerelaan berbagai komponen pembentuk bangsa atas ciri dan kepentingan primordialismenya, seperti kepentingan kelompok, suku, agama dan kepntingan lainya. Jadi apa yang kita kenal sekarang dengan pluralitas sudah digagas jauh sebelum Indonesia merdeka. Demikian juga dengan penerimaan demokrasi sebagai cara Bangsa Indonesia untuk mengambil keputusan politik lahir bersama-sama dengan gagasan pluralitas tersebut. Kemerdekaan Indonesia kemudian menjadi pintu gerbang untuk mewujudkan cita-cita tersebut, dengan demikian pemilihan jalan demokrasi adalah sesuatu yang final dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pasang surut kehidupan politik pasca kemerdekaan merupakan dinamika sejarah, sebagai bangsa muda yang ingin meraih cita-cita sebagai bangsa besar yang bermartabat di tengah pergaulan dunia. Bahkan pada awal-awal gerakan kemerdekaan di dua benua Asia dan Afrika, Indonesia berada di garda depan perjuangan membebaskan diri bangsa-bangsa di wilayah tersebut untuk lepas dari bangsa-bangsa Eropa. Secara inspiratif kemerdekaan Amerika Serikat dengan system demokrasi yang dianutnya menjadi bagian dari warna cita cita pejuang muda Indonesia untuk membangun negeri ini. Jatuh bangun pemerintahan dan eksperimen demokrasi menjadi bagian dari pergulatan sejarah yang kadang diwarnai dengan benturan pemahaman dan kepentingan di antara komponen bangsa. Pelaksanaan Pemilu Pertama Pemilu pertama tahun 1955 menjadi titik awal bangsa Indonesia menerapkan demokrasi, dalam hal ini rakyat yang memiliki hak pilih pada masa itu menentukan wakil-wakilnya di badan konstituante, sebuah badan yang akan menentukan UUD Negara melalui bilik-bilik suara di seluruh Indonesia. Di kabarkan saat itu bahwa pemilu pertama setelah 10 tahun merdeka berjakan lancar dan cukup demokratis untuk sebuah Negara yang belum lama lepas dari 1 / 5

penjajahan yang masih diwarnai berbagai pergolakan politik dan pemberontakan berenjata saat itu. Hal itu menandakan bahwa sebagai sebuah Bangsa Indonesia cukup solid untuk menyatukan pendangan dan langkah, sekligus juga memiliki potensi yang sangat kuat sebagai negara demokrasi, dimana salah satu cirinya adalah terlaksananya pemilu secara berkala yang demokratis. Moralitas bengsa yang sangat besar sebagai sebuah bangsa yang mampu berdemokrasi ternyata tidak dibarengi dengan kesiap para pemimpin untuk mengelola dan memperkuat politik demokrasi. Rongrongan terhadap kepemimpinan dan pemerintahan saat itu sedemikian besar, sehingga tak mampu mengelola konflik secara demokratis, ketegangan politik tersebut memuncak dengan tumbangnya kekuasaan Soekarno pada September 1965. Sebuah harapan pun digantungkan kepada perubahan Kepemimpinan Nasional saat itu untuk memperbaiki keadaan yang pernah menyeret bangsa Indonesia pada konflik politik dan kebangkrutan ekonomi akibat salah urus negara pada rejim Orde Lama. Pemilu Masa Orde baru Orde Baru mencoba membangun antitesa terhadap paradigma Orde Lama, dengan mengurangi keterlibatan politik rakyat, atau yang disebut dengan depolitisasi. Pemilu 1970 dengan 10 Parpol peserta pemilu diperkenalkan di tengah tekanan terhadap kebebasan publik untuk menyampaikan pendapat. Bebagai langkah pengaturan pemilu yang dilakukan pada tahun 1977 serta pemilu selanjutnya yang dilaksanakan secara periodic setiap lima tahun sekali untuk memilih DPR dan DPRD tingkat I dan Tingkat II, sebuah istilah untuk DPRD Propinsi dan Kabupaten saat itu, dibarengi dengan pengurangan kebebasan Warga Negara dalam bidang politik, sehingga dalam masa itu Pemilu yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah tak ubahnya sebuah even legitimasi public atas kekuasaan dengan mengurangi kebebasan publik secara massif. Saat itu kecurangan, intimidasi dan penyalahgunaan kekuasaan untuk memenangkan penguasa dilakukan secara luas. Puncak kekecewaan publik atas penyelenggaraan negara yang mengekang kebebasan Warga 2 / 5

Negara mulai menghangat pasca pemilu Orba terakhir tahun 1997. Hasil pemilu yang saat itu dimenangkan secara mutlak oleh Golkar satu dari tiga peserta pemilu saat itu diselingi dengan berbagai peristiwa kekerasan serta rekayasa pemilu di hampir semua lini. Kemerosotan ekonomi tahun 1998 menjadi momentum lahirnya reformasi yang puncaknya adalah kemarahan public melalui kerusuhan masal bulan Mei 1998 di Jakarta dan diberbagai daerah di Indonesia. Pada bulan Mei 1998 itu pula Presiden Soeharto menyatakan lengser atau mengundurkan diri sebagai presiden dan digantikan oleh Wakil Presiden BJ Habibie. Dalam pemerintahan transisi itulah terjadi perubahan demokratisasi penyelenggaraan negara yang secara besar-besaran. Pemilu Pasca Reformasi dan Permasalahanya Dalam pemerintahan transisi itulah lahir paket UU Pemilu No 2, 3 dan 4 yang mengatur pemilu secara demokratis. Sebutan LUBER (Langsung Umum, Bebas dan Rahasia) kemudian ditambah dengan JURDIL (Jujur dan Adil) dalam pengaturan dan pelaksanaan pemilu yang dilaksanakan tahun 1999. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan lahir sebagai peraih suara terbanyak pada pesta demokrasi tersebut menggantikan posisi Golkar yang berkuasa selama 3 dasa warsa. Sistem dan proses pemilu sejak saat itu bisa dibicarakan secara terbuka, sehingga setiap orang dapat mengeluarkan pendapatnya tanpa ketakutan akan mendapat sanksi atau dihukum oleh karenanya. Peristiwa Sidang Istimewa MPR yang melengserkan Presiden Abdurahman Wahid sebagai peristiwa pertama pasca reformasi terjadi pada periode parlemen hasil pemilu 1999. Megawati diangkat menjadi presiden melalui Sidang SI tersebut, namun system pemerintahan demokrasi tak berubah banyak setelah itu. Pemilu yang dilaksanakan tahun 2004 menggunakan UU Pemilu yang pada intinya cukup memberikan kebebasan berpendapat kepada Warga Negara, sehingga secara bebas pula rakyat memilih Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono secara langsung untuk pertama kalinya mengalahkan Megawati dan calon presiden lainya. Pemilu 2009 mengulang kemenangan bagi Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono yang diawali dengan kemenangan Partai Demokrat, 3 / 5

yakni partai yang mengusung pencalonannya sebagai presiden. Perjalanan demokrasi dengan pelaksanaan pemilu yang LUBER dan JURDIL ternyata tak menghasilkan pemerintahan sebagaimana yang diharapkan, dalam hal inilah sejarah bangsa-bangsa menyatakan bahwa proses demokratisasi dengan pemilu yang baik dan berkualitas memerlukan sebuah proses pembelajaran, yang kadang menjadi permasalahan-permasalahan sulit dan pelik, sebagaimana yang kita saksikan saat ini ketidak puasan public atas pemerintah dan penyelenggara pemilu sangat besar. Untuk itulah diperlukan pemikiran dan upaya keras untuk melahirkan sebuah system demokrasi dengan pelaksanaan pemilu yang semakin baik. Penyederhanaan pemilu dan pembentukan penyelenggara pemilu yang kuat dan akuntable menjadi sebuah keniscayaan untuk menjawab persoalan tersebut, bahkan hal-hal teknis seperti sistim pendataan pemilih, proses pencalonan dan pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara sampai rekapitulasi secara berjenjang perlu dipikirkan bukan sekadar sebuah masalah teknis kepemiluan. Kesimpulan dan Rekomendasi Kesimpulan kita adalah bahwa Demokrasi dengan pelaksanaan pemilu yang baik adalah tanggungjawab semua pihak. Beberapa hal penting yang harus ada untuk keperluan tersebut adalah: 1. Lahirnya peraturan perundang-undangan yang memberikan ruang bagi akses dan partisipasi public dalam pelaksanaan pemilu. 2. Penguatan kelembagaan penyelenggara pemilu yang independen dan profesional harus menjadi usungan semua pihak. 3. Penyederhanaan system pemilu, sehingga memudahkan partisipasi publik harus dibuat dengan baik. Lalu soal rekrutmen penyelenggara pemilu dalam hal ini KPU juga menjadi hal yang sangat penting. 4 / 5

4. Peranserta Partai politik untuk melakukan pendidikan politik dan rekrutmen penyelenggara negara perlu diperkuat, sehingga melahirkan pemimpin di setiap tingkatan yang capable dan memiliki legitimasi yang kuat. *) Ketua KPU Kab. Subang 5 / 5