1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 yang berbunyi Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran dan pasal 31 ayat 2 yang berbunyi Pemerintah mengusahakan dan menyelanggarakan suatu sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-undang. UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 ayat 2 dan 4 yang berisi: Warga negara yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus. Hal ini menunjukkan bahwa anak berkelainan berhak pula memperoleh kesempatan yang sama dengan anak lainnya (anak normal) dalam pendidikan tak terkecuali anak tunarungu. Tunarungu adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai hambatan pada indra pendengaran. Somantri (2006: 93), berpendapat tunarungu adalah suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indera pendengarannya. Anak tunarungu memiliki keterbatasan dalam perkembangan bahasa dan bicara yang berdampak pada kehidupannya secara kompleks. Dipandang dari kecerdasan yang dimiliki anak tunarungu sebenarnya tidak berbeda dengan anak normal, akan tetapi karena perkembangan intelegensi sangat dipengaruhi oleh perkembangan bahasa maka akan nampak intelegensinya rendah. Anak tunarungu mempunyai prestasi rendah untuk materi pelajaran yang diverbalisasikan (Dwidjosumarto,1995: 34). Ketidak mampuannya memahami kata-kata dan
2 terkadang terjadi salah persepsi terhadap materi yang disampaikan guru menjadi salah satu faktor penyebab prestasi belajar anak tunarungu bermasalah. Berdasarkan hasil kajian yang setiap tahun menyelenggarakan tes prestasi Stanford bagi anak tunarungu oleh Pusat Study Demografi Universitas Gallaudet di Amerika(1972) dapat disimpulkan bahwa anak tunarungu berusia 10 tahun memilki kemampuan setingkat dengan anak kelas II dalam membaca dan berhitung. Anak tuna rungu berusia 17 tahun memiliki kemampuan setingkat dengan anak kelas IV dalam hal berhitung. Berdasarkan penelitian tersebut, menunjukkan bahwa dampak dari ketunarunguan mengakibatkan prestasi belajarnya dibawah anak yang tidak memiliki hambatan dalam pendengaran, walaupun anak tunarungu sendiri tidak memiliki masalah intelegensi. (http://mytofiq.blogspot.com/metode-pembelajaran-metematikadi.html) Permasalahan yang banyak dialami oleh siswa di sekolah-sekolah umum yaitu pada pembelajaran matematika, tentunya juga dialami oleh siswa di sekolah luar biasa. Bahkan permasalahan pembelajaran matematika di sekolah luar biasa lebih komplek. Melihat dari latar belakang anak tunarungu yang sangat kekurangan kosakata dalam berkomunikasi, seorang guru luar biasa dalam penggunaan kosakata harus secara jelas dan konsiten dalam menyampaikan materi. Hal ini dikarenakan respon anak tunarungu terhadap bunyi sangat kurang (Dwidjosumarto, 1995:11). Pengajaran matematika selama ini guru dalam pembelajarannya di kelas tidak mengaitkan dengan skema yang telah dimiliki oleh siswa dan siswa kurang diberikan kesempatan untuk menemukan kembali dan mengkonstruksi sendiri ide-ide matematika (http://www.scribd.com/doc/jurnal-pembelajaran-matematika- Realistik). Berdasarkan pengalaman penulis saat PPL (Program Pengalaman Lapangan) di SLB-B YRTRW Surakarta, pembelajaran yang berlangsung belum memaksimalkan media pembelajaran yang menarik, efisien dan efektif, sehingga kurang menumbuhkan semangat dan antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran.
3 Menurut Van de Henvel-Panhuizen (2000) (dalam Jurnal Pembelajaran Matematika, 2007), bila anak belajar matematika terpisah daripengalaman mereka sehari-hari maka anak akan cepat lupa dan tidak dapat mengaplikasikan matematika. Berdasarkan pendapat di atas, pembelajaran matematika di kelas ditekankan pada keterkaitan antara konsep-konsep matematika denganpengalaman anak sehari-hari. Alasan yang lain adalah, dari pandangan para constructivist, sebagaimana Burton (2002:16) katakan bahwa proses belajar mengajar harus memungkinkan murid untuk mengkonstruksi pemahaman mereka sendiri tentang matematika secara mendalam yang didasarkan pada apa yang mereka telah ketahui (previous knowledge) dari pada hanya sekedar melalui cara penyampaian yang formal. Bertolak dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpukan bahwa pembelajaran matematika yang berjalan selama ini hanya disampaikan secara monoton sehingga siswa kurang diberikan kesempatan untuk menemukan sendiri ide-ide matematika dan tidak melatih siswa mendapat pemahaman dalam menyelesaikan masalah. Penyampaian materi pelajaran pada sistem klasikal yang banyak muridnya, guru harus pandai memilih media yang dapat menarik perhatian siswa serta cocok dengan materi yang akan disampaikan. Menurut Sudjana (2000: 99) mengatakan, media dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Media pembelajaran berfungsi untuk memperjelas materi yang disampaikan dan membangkitkan daya tarik kepada siswa. Media yang dipilih sebaiknya juga dapat membantu agar tidak terjadi salah persepsi yang disebabkan karena kurang kemampuan dalam memahami penjelasan maupun kata-kata yang diucapkan guru. Penggunaan media yang tepat bergantung kepada keterampilan guru dalam menyesuaikan bahan yang diajarkan dengan cara penyampaiannya. MenurutMutadi,2010(dalamhttp://www.mathgoodies.com/articles/problem_solving.s htm) mengatakan bahwa banyak guru yang pandai dalam menguasai bahan yang diajarkan, namun media dancara penyampaiannya tidak menarik, sehingga tidak
4 memotivasi siswa untuk belajar dan mengakibatkan kebosanan pada diri siswa, akhirnya mereka tidak memperhatikan pelajaran yang disampaikan oleh guru. Berangkat dari permasalah tersebut, maka seorang guru harus mampu memilih media pembelajaran yang tepat yaitu media yang manarik dan mampu meningkatkan hasil belajar matematika. Media visual merupakan suatu media yang tepat dalam pembelajaran matematika untuk anak tunarungu khususnya pada materi bangun ruang yang membutuhkan kemampuan imajinasi dan abstraksi. Aplikasi AutoCAD merupakan salah satu media alternatif yang dapat digunakan dalam pembelajaran, hal ini berdasarkan anggapan bahwa aspek visual lebih bisa memberikan informasi yang jelas dari sekedar kata-kata. Animasi gambar yang konkrit dapat menunjukan setiap proses yang terjadi. Aplikasi AutoCAD dalam penelitian ini digunakan untuk mempresentasikan materi bangun ruang yang disajikan untuk siswa. Aplikasi AutoCAD merupakan sebuah media pembelajaran yang dapat menyampaikan pesan berupa konsep yang dipaparkan oleh guru ke siswa dalam menerima obyek atau menginternalisasi isi atau pesan. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menggunakan aplikasi AutoCAD dalam membantu proses pembelajaran matematika pada materi bangun ruang. Penggunaan aplikasi AutoCAD padapelajaran matematika ini diharapkan dapat menarik minat dan memudahkan siswa dalam belajar dan memahami materi bangun ruang. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Pengaruh Penggunaan Aplikasi AutoCAD Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Matematika Siswa Tunarungu Kelas IV SLB-B YRTRW Surakarta.
5 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka masalah-masalah yang akan timbul antara lain: 1. Anak tunarungu memiliki keterbatasan dalam berbahasa dan berbicara yang menghambat pada komunikasi. 2. Anak tunarungu tidak mampu memahami kata-kata sehingga terjadi salah persepsi terhadap materi yang disampaikan guru 3. Anak tunarungu memiliki daya imajinasi dan abstraksi yang rendah. 4. Pembelajaran matematika yang berjalan selama ini hanya disampaikan secara monoton. 5. Siswa kurang diberikan kesempatan untuk menemukan sendiri ide-ide matematika dan tidak melatih siswa mendapat pemahaman dalam menyelesaikan masalah 6. Banyak guru yang pandai dalam menguasai bahan yang diajarkan, namun media dan cara penyampaiannya tidak menarik. 7. Masih kurangnya pemanfaatan teknologi pada pembelajaran matematika. C. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka peneliti membatasi permasalahan pada penelitian ini. Berdasarkan pada identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi penelitian ini dengan batasan masalah sebagai berikut: 1. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah anak tunarungu kelas 4 semester II di SLB-B YRTRW Surakarta Tahun 2013/2014. 2. Objek Penelitian Pembelajaran pada penelitian ini difokuskan pada mata pelajaran Matematika materi bangun ruang kelas 4 Semester II dislb-b YRTRW
6 Surakarta Tahun 2013/2014. Pengajaran pada materi bangun ruang menggunakan aplikasi AutoCAD sebagai alat bantu mengajar. D. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah Apakah ada pengaruh secara signifikan penggunaan aplikasi AutoCAD terhadap peningkatan prestasi belajar siswa Tunarungu pada mata pelajaran matematika Kelas IV semester II SLB-B YRTRW SurakartaTahun 2013/2014? E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan aplikasi AutoCAD terhadap peningkatan prestasi belajar siswa Tunarungu pada mata pelajaran matematika Kelas IV semester II SLB-B YRTRW Surakarta Tahun 2013/2014. F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dalam penelitian ini dapat diungkapkan sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis yaitu manfaat dari penulisan yang berkaitan dengan pengembangan ilmu pendidikan. Penulisan ini mempunyai manfaat teoritis sebagai berikut: Secara teoritis penelitian ini memberikan sumbangan kepada bidang pendidikan luar biasa, terutama pada layanan pembelajaran matematika di sekolah luar biasa tunarungu, sehingga dengan media lain pada penelitian ini memperkaya metode pembelajaran matematika.
7 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis yaitu manfaat dari penulisan ini yang berkaitan dengan pemecahan masalah. Dalam penulisan ini mempunyai manfaat praktis sebagai berikut: a. Bagi Sekolah Penggunaan aplikasi AutoCAD ini dapat digunakan sebagai salah satu pendukung alat atau media belajar untuk meningkatkan prestasi hasil belajar siswa tunarungukelas IV khususnya pada materi bangun ruang di SLB- BYRTRW Surakarta. b. Bagi Guru 1) Membantu guru dalam menambah pengalaman dalam penggunaan media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar khususnya pelajaran matematika. 2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan prestasi belajar matematika. c. Bagi Siswa 1) Memotivasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar dengan penggunaan media pembelajaran yang menarik. 2) Penggunaan aplikasi AutoCAD diharapkan dapat membantu siswa dalam mendorong imajinasi dan berpikir abstrak yang berhubungan dengan bangun ruang.