Teknologi Pertanian Sehat Kunci Sukses Revitalisasi Lada di Bangka Belitung Oleh: Agus Wahyudi (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi) (Sumber : SINAR TANI Edisi 17 23 November 2010) L ada yang dikenal sebagai King of Spices adalah salah satu komoditas ekspor andalan Indonesia. Meskipun tanaman ini bukan tanaman asli Indonesia peranannya sangat besar di dalam perekonomian nasional. Lada Indonesia sebagian besar diekspor ke Amerika Serikat, Singapura dan Belanda dalam bentuk lada putih dan lada hitam. Kepulauan Bangka Belitung (Babel) dikenal sebagai sentra produksi lada putih yang saat ini telah memperoleh indikasi geografis sebagai penghasil Muntok White Pepper. Namun, dalam dasawarsa terakhir usaha tani lada mengalami degradasi, baik luas areal maupun produksinya. Menurut data tahun 2008, areal lada tinggal 60% dari tahun 2000 dan produktivitas menurun dari 990 kg menjadi 870 kg/ha atau penurunan 1,2%/tahun. Jika pada awal 2000-an luas areal lada mencapai 58 ribu ha dengan produksi 57,60 ribu ton, pada akhir dasawarsa hanya tinggal 35 ribu ha dengan produksi 30,45 ribu ton. Mengingat peran Babel dalam perladaan nasional dan internasional cukup besar, maka penurunan areal tanam dan produksi lada akan berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi lada khususnya, dan perladaan nasional umumnya. Berdasarkan pengamatan, degradasi usaha tani lada disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain: (1) kondisi kebun yang kurang terawat; (2) petani mengabaikan kebun saat harga lada turun; (3) makin langka dan mahalnya kayu mendaru atau melangir yang digunakan sebagai tiang panjat; (4) makin sedikitnya petani muda yang bersedia untuk bertani lada; (5) konversi lahan menjadi areal kelapa sawit; (6) konversi kebun lada menjadi areal tambang timah; dan (7) serangan penyakit kuning. Melalui Program Revitalisasi Perkebunan Lada, diharapkan bisa memperbaiki kondisi tersebut. Praktek Pertanian Sehat (PPS) dinilai sebagai alternatif yang paling efektif untuk memperbaiki kondisi tersebut. 1
PPS merupakan inovasi yang mengedepankan keberlanjutan praktek pertanian, baik dari aspek lingkungan, sosial maupun ekonomi. Inovasi yang ramah lingkungan ini memiliki enam prinsip yang saling mendukung untuk menjamin keberlanjutan pertanian dalam jangka panjang. Enam prinsip tersebut adalah: (1) penggunaan benih unggul berdaya hasil tinggi; (2) penerapan sistem tanam optimal untuk mencapai hasil maksimal sesuai dengan daya dukung lingkungan; (3) penggunaan pupuk organik (kompos dan jasad renik) sebagai pupuk utama dan pupuk buatan sebagai suplemen; (4) penggunaan pestisida organik (nabati dan mikroorganisme) untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman, sedangkan pestisida anorganik merupakan pilihan akhir; (5) pengolahan produk untuk memperoleh nilai tertinggi; dan (6) manajemen penjualan untuk memperoleh harga jual produk yang terbaik. Penerapan keenam prinsip tersebut diharapkan menjadi kunci sukses membangun usaha tani lada di Babel. Benih Unggul Benih unggul dari varietas unggul merupakan salah satu inovasi yang paling handal untuk meningkatkan produktivitas lada, baik dari potensi maupun toleransinya terhadap cekaman biotik dan abiotik. Daya tarik utama benih unggul adalah produktivitasnya yang lebih tinggi dari benih yang selama ini digunakan petani. Sebagian besar petani lada di Babel menggunakan benih asalan. Varietas unggul yang paling sesuai untuk daerah Babel adalah Petaling-1 dan Petaling-2 yang mampu berproduksi lebih dari 1.500 kg/ ha/tahun atau kira-kira dua kali lipat dari produktivitas saat ini. Petaling-1 memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap penyakit kuning daripada Petaling- 2. Dengan budidaya yang tepat, kedua varietas tersebut dapat bertahan dengan baik dalam waktu lebih dari 8 tahun. Jika produktivitas tersebut dapat dicapai, usaha tani lada putih di Babel akan lebih tahan terhadap risiko penurunan harga. Pada saat ini, lembaga perbenihan yang dapat menyediakan benih bermutu belum berkembang di Babel sebagai persyaratan utama untuk membangun PPS. Inisiasi Pemerintah Daerah sangat penting untuk membangun lembaga perbenihan yang mampu menjamin ketersediaan sumber benih, produksi benih, dan distribusi benih bersertifikat. Potensi bisnis 2
perbenihan lada sangat besar karena populasi tanaman lada relatif padat sehingga benih yang dibutuhkan pun relatif banyak. Sistem Tanam Lada umumnya ditanam menggunakan tiang panjat berupa kayu mati yang saat ini harganya makin mahal. Oleh karena itu, dalam rangka PPS, tiang panjat mati harus diganti dengan tiang panjat hidup untuk menekan biaya investasi dan menjamin keberlanjutan usaha. Sejalan dengan penggunaan tiang panjat hidup, jumlah tanaman tiap tiang panjat yang selama ini hanya satu tanaman dapat ditambah menjadi 2-5 tanaman, sesuai tingkat kesuburan tanah dan daya dukung tiang panjatnya. Dengan populasi tanaman yang makin padat, produktivitas akan meningkat secara berlipat. Di Vietnam, produktivitas lada dapat mencapai 10 ton/ha/tahun. Sistem tanam ganda (polyplanting), selain memberi manfaat ekonomi, juga mengurangi risiko serangan hama dan penyakit karena adanya tanaman penyangga. Sistem tanam lain yang bisa diadopsi agar dapat lebih cepat menghasilkan adalah kombinasi antara lada panjat dan lada perdu. Lada perdu yang ditanam pada musim hujan (Oktober-November) dapat berproduksi pada Juli-Agustus tahun berikutnya. Sistem ini dapat memberi solusi bagi petani yang bermodal terbatas karena investasi dapat dilaksanakan secara bertahap dan lebih cepat pengembaliannya. Pada tahap awal, penanaman lada perdu dilaksanakan bersamaan dengan tiang panjat. Setelah tiang panjat mulai kuat, penanaman lada panjat dapat dilaksanakan dengan biaya dari hasil lada perdu yang sudah mulai berproduksi. Bahan Organik Tanah di Babel pada umumnya mengandung pasir yang tinggi dan miskin bahan organik. Penggunaan bahan organik merupakan keharusan untuk memperbaiki kesuburan dan struktur tanah. Namun, penambahan bahan organik masih sangat terbatas. Padahal, teknologi tanah bakar yang dikembangkan sejak zaman Belanda untuk memperkaya bahan organik sudah ditinggalkan. Akibatnya, pada musim kemarau tanaman banyak yang mati 3
karena daya tahan air tanah terbatas. Tanaman pun menjadi sangat rentan terhadap hama dan penyakit. Upaya menghasilkan pupuk organik secara mandiri pada masing-masing kebun petani perlu dilakukan dengan bahan baku serasah kebun atau limbah organik dari rumah tangga. Kombinasi dengan pupuk kandang akan menghasilkan pupuk organik berkualitas baik. Karena itu, introduksi ternak kambing/domba, sapi atau ayam, baik secara individual maupun komunal sangat dianjurkan. Bagi kebanyakan petani Babel, ternak belum menjadi bagian penting dari usaha tani. Namun, demi keberhasilan pengembangan pupuk organik, peternakan merupakan sebuah keniscayaan. Untuk mendorong pertumbuhan dan produksi, lada memerlukan hara tersedia dalam jumlah dan waktu yang tepat. Hal ini tentu tidak dapat dipenuhi dari tanah dan pupuk organik semata sehingga memerlukan tambahan pupuk buatan sesuai kebutuhan tanaman. Dengan pemupukan yang proporsional, produktivitas lada dapat meningkat mencapai 3,0 t/ha/tahun bahkan lebih. Jika selama ini sebagian besar kebutuhan hara dipenuhi dari pupuk buatan, dalam konsep PPS, pupuk buatan hanya merupakan suplemen. Pupuk organik tidak hanya menyediakan hara, tetapi juga menjadikan hara tanah lebih tersedia secara berkesinambungan (slow release) sehingga pemberian pupuk buatan lebih efisien dan efektif. Penerapan prinsip ini dapat memberikan solusi kepada petani yang selama ini berhadapan dengan masalah mahalnya biaya pemupukan. Berdasarkan pengalaman di lapangan, penggunaan pupuk organik dapat mensubstitusi pupuk buatan sekitar 30-50% dari takaran anjuran. Pestisida Organik Serangan hama dan penyakit endemis, penyakit kuning dan busuk pangkal batang, merupakan masalah utama usaha tani lada di Babel. Penanganannya tidak dapat dilakukan secara parsial, tetapi harus terpadu mulai dari penggunaan varietas tahan, sistem tanam yang tepat, pemupukan yang mampu meningkatkan vigor tanaman, pengendalian secara hayati yang dapat secara kontinu memberikan perlindungan terhadap tanaman, dan pemantauan untuk mendeteksi secara dini munculnya hama dan penyakit. PPS merupakan solusi jangka panjang untuk menangani serangan hama dan penyakit karena sejalan dengan prinsip sistem pengelolaan hama dan 4
penyakit terpadu. Penerapan prinsip ini tidak hanya dapat menurunkan biaya penggunaan pestisida anorganik yang makin mahal, tetapi juga meningkatkan produktivitas. Pengolahan Produk Lada di Babel umumnya diolah menjadi lada putih yang dikenal dengan Muntok White Pepper. Walaupun demikian, dalam perdagangan, produk tersebut tetap sebagai produk curah (komoditas) sehingga harganya ditentukan pasar. Petani dalam posisi sebagai penerima harga. Salah satu upaya untuk meningkatkan nilai tambah adalah dengan meningkatkan mutu produk menjadi produk premium, atau mengolah produk menjadi bentuk yang dapat dipasarkan sebagai produk bermerek. Umumnya, mengolah komoditas menjadi produk bermerek berjalan secara bertahap seiring dengan perkembangan permintaan pasar dan manajemen pemasaran. Dilihat dari perkembangan ekonomi dan pasar di dalam negeri maupun manca negara, potensi pengembangan produk olahan lada sangat besar. Lada bubuk premium atau pasta lada berpeluang mengangkat harga di tingkat petani. Industri pengolahan lada dengan manajemen pemasaran yang baik masih terbatas (hanya satu perusahaan). Oleh karena itu, perlu menginisiasi industri dengan teknologi sederhana di tingkat kelompok tani, koperasi, pengekspor, maupun industri lokal dan nasional. Manajemen Penjualan Mengingat sebagian besar lada dipasarkan sebagai produk curah, petani perlu melaksanakan manajemen stok dengan menunda penjualan saat harga lada rendah. Selama ini, petani tetap menjual lada walaupun harganya rendah karena terdesak kebutuhan. Untuk menanggulanginya, dapat dikembangkan sistem simpan-pinjam dengan jaminan lada. 5