Bab VI Kesimpulan dan Rekomendasi VI. 1. Kesimpulan Sepakbola profesional di Indonesia saat ini menjadi perhatian. Klub-klub sepakbola nasional dituntut untuk bisa menjalankan bisnis agar dapat melangsungkan keberadaannya secara profesional. PT Persib Bandung Bermartabat, sebagai pengelola klub Persib Bandung, merupakan perusahaan yang bertujuan agar klub bisa menjadi klub profesional dan memiliki orientsi bisnis. Sebagai pelaku bisnis, tata kelola perusahaan menjadi salah satu isu penting. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi apakah PT Persib Bandung Bermartabat telah menerapkan tata kelola perusahaan yang baik. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyimpulkan bahwa PT Persib Bandung Bermartabat telah menerapkan tata kelola perusahaan walaupun kategorinya rendah atau buruk bila diukur dengan Corporate Governance Self Assessment Checklist. Kesimpulan ini dihasilkan dari berbagai temuan yang diperoleh saat mengumpulkan data. Temuan-temuan tersebut diantaranya adalah: Tidak adanya evaluasi terhadap kinerja komisaris; Tidak dilibatkannya suporter dalam pengambilan keputusan perusahaan; Tidak adanya aturan baku dan tertulis mengenai bentuk pertanggungjawaban direksi dan komisaris; Tidak adanya transparansi laporan keuangan; dan 69
Tidak adanya komite audit maupun audit internal perusahaan. VI. 2. Rekomendasi Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti memberikan rekomendasi kepada PT Persib Bandung untuk lebih meningkatkan penerapan tata kelola perusahaannya. Peningkatan yang dapat dilakuan oleh perusahaan adalah sebagai berikut: Memiliki aturan baku dan tertulis mengenai kompensasi, periode menjabat, serta pertanggungjawaban direksi dan komisaris. Hal ini sangat diperlukan agar terdapat batasan yang jelas mengenai kompensasi direksi dan komisaris serta dasar evaluasi yang jelas mengenai kinerja direksi dan komisaris. Batasan mengenai periode jabatan sangat penting agar perusahaan dapat berkembang dengan gagasan-gagasan baru dari direksi baru serta mengurangi kemungkinan terjadinya kecurangan di dalam perusahaan. Memiliki aturan baku dan tertulis mengenai peranan dan fungsi, ketentuan penunjukkan, penilaian kinerja, serta dasar kompensasi auditor eksternal. Hal ini diperlukan agar auditor eksternal dapat berperan optimal dalam perkembangan perusahaan kedepannya. Melibatkan suporter dalam pengambilan keputusan perusahaan atau setidaknya memperbanyak dilakukannya dialog dengan suporter. Suporter adalah elemen penting dalam keberlangsungan sebuah tim sepakbola. Walaupun ada anggapan bahwa suporter hanya ingin melihat tim-nya menang dan menjadi juara, tetapi suporter juga memiliki hak untuk mengetahui 70
kondisi sebenarnya dari tim yang didukungnya. Sehingga diharapkan suporter akan terus mendukung tim tersebut dalam kondisi apapun. Mempublikasikan laporan keuangan perusahaan ataupun hasil audit perusahaan. Hal ini bertujuan agar masyarakat mengetahui bagaimana pengelolaan dan kondisi keuangan PT Persib Bandung Bermartabat sebagai salah satu pengelola klub profesional di Indonesia. Selain itu, keterbukaan informasi bisa menjadi nilai tambah bagi investor ataupun kreditor yang ingin berinvestasi. Membentuk komite audit, bagian audit internal perusahaan, serta menyusun piagam audit sebagai dasar pengendalian internal perusahaan. Dengan adanya pengendalian internal perusahaan diharapkan dapat mencegah terjadinya kecurangan atau memperbaiki sistem kerja yang kurang tepat di perusahaan. Pengendalian internal juga dapat memberi saran kepada direksi terkait kebijakan yang akan diambil. Selain itu audit internal dapat bekerjasama dengan auditor eksternal untuk menghasilkan pelaporan keuangan yang berkualitas. Memiliki komisaris independen yang tidak memiliki keterkaitan dengan perusahaan. Komisaris independen berperan sebagai sosok yang secara objektif mengawasi dan menilai kinerja direksi. Selain itu komisaris independen diharapkan mampu mengurangi kemungkinan terjadinya kecurangan di dalam perusahaan. Memberikan kesempatan pelatihan bagi direksi ataupun komisaris. Dengan diadakannya pelatihan maka diharapkan direksi ataupun komisaris akan lebih 71
mengenal lingkungan tempat dirinya bekerja. Selain itu pelatihan bertujuan meningkatkan kemampuan manajerial terkait pengelolaan bisnis sebuah klub sepakbola. VI. 3. Keterbatasan dan Saran Penelitian Dalam penelitian ini peneliti memiliki berbagai macam keterbatasan yang membuat penelitian terkait topik ini dapat dikembangkan agar lebih baik lagi. Adapun keterbatasan tersebut adalah: Penggunaan Corporate Governance Self Assessment Checklist sebagai dasar pengukuran penerapan tata kelola perusahaan. Corporate Governance Self Assessment Checklist merupakan sebuah alat pengukuran penerapan tata kelola perusahaan yang melihat dari sudut pandang perusahaan dan disusun pada tahun 2001. Hal ini membuat peneliti kesulitan saat harus melakukan pemeriksaan silang (cross-check) dengan pihak eksternal perusahaan. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk mencoba menggunakan indeks-indeks pengukuran penerapan tata kelola perusahaan yang dikembangkan oleh pihak lain dan terbaru untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Waktu penelitian yang terlalu dekat dengan saat dimulainya penerapan sepakbola profesional di Indonesia. Peraturan yang menegaskan agar klubklub sepakbola di Indonesia memperoleh pendanaan secara mandiri dan menjadi klub sepakbola profesional diterbitkan dan diberlakuan pada periode 2009-2011. Hal ini membuat usia sepakbola profesional di Indonesia baru sekitar 5 tahun sehingga masih banyak kekurangan dalam penerapan tata 72
kelola perusahaan oleh klub sepakbola Indonesia yang terbukti dari hasil penelitian ini. Peneliti mengharapkan adanya penelitian serupa dalam beberapa tahun mendatang saat sepakbola profesional di Indonesia sudah lebih berkembang. Penelitian ini hanya melibatkan satu klub sepakbola sehingga sangat sulit untuk bisa digeneralisasi. Peneliti menyarankan agar di masa yang akan datang dapat dilakukan penelitian secara kualitatif dengan menggunakan sampel yang lebih banyak agar hasilnya dapat digeneralisasi dan lebih menyeluruh dalam menggambarkan kondisi penerapan tata kelola perusahaan pada lingkungan sepakbola Indonesia. Peneliti mengambil sampel klub sepakbola sebagai pelaku kebijakan di lingkungan sepakbola Indonesia, tetapi tidak meneliti pembuat kebijakan atau organisasi yang membawahi sepakbola Indonesia yaitu PSSI. Berbagai tindakan yang dilakukan oleh klub sepakbola Indonesia mengacu kepada peraturan yang disusun oleh PSSI, sehingga PSSI memiliki peran besar dalam penerapan tata kelola perusahaan pada sepakbola Indonesia. Hal ini yang perlu dilakukan penelitian oleh peneliti selanjutnya. Penelitian di masa yang akan datang dapat meneliti mengenai penerapan tata kelola perusahaan pada organisasi PSSI, mengenai keberadaan aturan atau pedoman mengenai pelaksanaan tata kelola perusahaan oleh klub-klub sepakbola di Indonesia yang disusun oleh PSSI, atau mengenai kepedulian PSSI terhadap isu tata kelola perusahaan di lingkungan sepakbola Indonesia. 73