BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur dan merata. Untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III TINJAUAN UMUM TERHADAP PERJANJIAN KERJA SECARA YURIDIS. tegas dan kuat. Walaupun di dalam undang-undang tersebut hanya diatur

BAB 2 TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu syarat keberhasilan pembangunan nasional kita adalah kualitas

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara perusahaan dengan para pekerja ini saling membutuhkan, di. mengantarkan perusahaan mencapai tujuannya.

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan orang lain dalam hubungan saling bantu-membantu memberikan

BAB I PENDAHULUAN. pertama disebutkan dalam ketentuan Pasal 1601a KUHPerdata, mengenai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai kebutuhan mulai dari kebutuhan utama ( primer), pelengkap

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan Negara yang sedang giat-giatnya membangun

BAB I PENDAHULUAN. unjuk rasa. Penanganan pengupahan ini tidak hanya menyangkut aspek teknis dan

BAB III TINJAUAN TEORITIS. landasan yang tegas dan kuat. Walaupun di dalam undang-undang tersebut. pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata:

BAB I PENDAHULUAN pada alinea keempat yang berbunyi Kemudian dari pada itu untuk

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TENAGA KERJA PEREMPUAN, CITY HOTEL, DAN PERJANJIAN KERJA. Adanya jaminan yang dituangkan di dalam Undang-undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. dan meninggal dunia di dalam masyarakat. Dalam hidup bermasyarakat yang

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KETENAGAKERJAAN DAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT)

BAB I PENDAHULUAN. keluarganya dengan cara pemberian upah yang sesuai dengan undang-undang dan

BAB I PENDAHULUAN. Baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain. Pekerjaan

2.1 Pengertian Pekerja Rumah Tangga dan Pemberi Kerja

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJA, PERLINDUNGAN HUKUM DAN TENAGA KONTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan problematika terbesar dalam kehidupan. Sebab

KONSTRUKSI HUKUM PERUBAHAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TIDAK TERTENTU MENJADI PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUBUNGAN KERJA, PERJANJIAN KERJA DAN JAMINAN SOSIAL KECELAKAAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai Khalifah di muka bumi, diperintahkan untuk berlaku adil sebagimana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh rakyat Indonesia. Berdasarkan bunyi Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kelihatan megah dan bersih sehingga konsumen (pembeli ) berkeinginan. untuk mengunjunginya dan belanja.

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian pada umumnya memuat beberapa unsur, yaitu: 1

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan seperti perbankan merupakan instrumen penting. syariah telah memasuki persaingan berskala global,

Hubungan Industrial. Perjanjian Kerja; Peraturan Perusahaan; Perjanjian Kerja Bersama (PKB) Rizky Dwi Pradana, M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam masa pertumbuhan ekonomi Indonesia dewasa ini setiap

Model Perjanjian Kerja Yang Memberikan Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Kontrak Di Perguruan Tinggi Negeri Badan Layanan Umum

BAB I PENDAHULUAN. guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Sesuai dengan Pasal 5 Undang-undang

TUGAS MAKALAH HUBUNGAN INDUSTRIAL BAB PERJANJIAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II MEKANISME KERJA LEMBUR DALAM HUKUM PERBURUHAN DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang berkembang dengan jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh konstitusi Negara Indonesia yaitu UUD Tahun 1945 dalam. dengan membayar upah sesuai dengan perjanjian kerja.

IMAM MUCHTAROM C

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 ayat (3) dinyatakan bahwa

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJA. Hubungan kerja adalah hubungan antara seseorang buruh dengan seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pesat, dimana Perbankan Syari ah mendapatkan respon yang positif oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila itu mencangkup sila atau prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan konstitusi. Di dalam

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pekerjaan. Baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain.

PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA KARYAWAN MENURUT UNDANG-UNDANG N0. 13 TAHUN 2003 DI PT. BATIK DANAR HADI SOLO

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat melepaskan diri dari berinteraksi atau berhubungan satu sama lain

ASPEK PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB) DALAM HUBUNGAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum

BAB I PENDAHULUAN. disebutkan dalam alinea ke-4 Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil setelah dilakukannya penelitian maka dapat disimpulkan, antara lain :

BAB I PENDAHULUAN. oleh sektor hukum, yakni dilandasi dengan keluarnya peraturan perundangundangan

BAB IV. Surabaya ini termasuk pada bab ija>rah karena merupakan akad yang objeknya. Menurut bapak A. Djohan Hidayat selaku PJS Penyelia Umum & SDM,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial sehingga mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP JAMINAN SOSIAL PEKERJA. 2.1 Pengertian Tenaga Kerja, Pekerja, dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pengertian Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak. 2 Perjanjian kerja wajib

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi ekonomi tersebut berpengaruh terhadap perkembangan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi rakyat Indonesia guna meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat demikian pula halnya penggunaan teknologi di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang utama yang harus

BAB I PENDAHULUAN. membayar royalti dalam jumlah tertentu dan untuk jangka waktu tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. sebaik mungkin dengan cara menyediakan lapangan atau kesempatan kerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang memerlukan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup

BAB I PENDAHULUAN. berpendidikan sama sekali. Mereka kebanyakan adalah unskillabour, sehingga

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK ATAS PENSIUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial yang selalu membutuhkan bantuan

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan

TINJAUAN PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA DAN JAMINAN SOSIAL BAGI KARYAWAN PADA PERUSAHAAN TEKSTIL PT. MUTU GADING KARANGANYAR TAHUN 2007

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA BERKAITAN DENGAN ADANYA NON COMPETITION CLAUSE DALAM SEBUAH PERJANJIAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang memiliki persaingan usaha yang sangat ketat

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, tetapi mungkin pula sebaliknya. Manusia mengharapkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masing-masing memiliki cirri khusus yang membedakan dengan yang lainya, perjanjian, subjek serta obyek yang diperjanjikan.

BAB I PENDAHULUAN. melindungi segenap Bangsa Indonesia, berdasarkan Pancasila dan Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. penyedia jasa outsourcing atau penyedia tenaga kerja. 1. Meningkatkan konsentrasi bisnis. Kegiatan operasional telah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat kali mengalami perubahan. atau amandemen. Di dalam bidang hukum, pengembangan budaya hukum

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi ekonomi yang mempunyai ciri-ciri demokratis, kebersamaan, kekeluargaan, dan keterbukaan.

BAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki

BAB I. Beranjak dari Pasal 33 ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945 menyatakan. oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan guna

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TENAGA KERJA DAN HUBUNGAN KERJA. Pengertian tenaga kerja dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969

BAB I PENDAHULUAN. atas modal dan tanggung jawab sendiri. 1 Sedang bekerja pada orang lain

BAB I PENDAHULUAN. batasan usia dewasa. Berbagai ketentuan dalam peraturan perundang-undangan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu transaksi jual beli, apapun jenis benda yang diperjual-belikan

BAB I PENDAHULUAN. hukum tentang tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH DINAS ANTARA KARYAWAN PT

BAB I PENDAHULUAN. adalah menyangkut pengentasan kemiskinan dan pengangguran. Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Kebutuhan manusia dari tingkat

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjang pertumbuhan ekonomi negara. Hukum perbankan adalah

BAB I PENDAHULUAN. pertanian dan perkebunan baik yang berskala besar maupun yang berskala. sumber devisa utama Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. berwujud perjanjian secara tertulis (kontrak). berjanji untuk melakukan suatu hal. 1

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan buruh sebagai tenaga kerja yang menyokong terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bisnis merupakan kegiatan yang tak pernah lepas dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. 1 Bidang perumahan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia mempunyai tujuan negara yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur dan merata. Untuk mewujudkan tujuan negara tersebut perlu dilaksanakan pembangunan nasional dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya 1. Jumlah penduduk Indonesia yang melimpah, apabila dapat didayagunakan secara optimal dan efisien, akan menjadi aset yang sangat menguntungkan dalam pelaksanaan pembangunan 2. Sebab tenaga kerja sebagai sumber daya manusia dalam alam pembangunan era reformasi dewasa ini merupakan komponen yang utama dibandingkan sumber daya-sumber daya lainnya 3. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan pembangunan nasional, tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting demi terwujudnya tujuan pembangunan nasional. Kondisi demikian sudah menjadi fakta sejarah di negara-negara yang memulai dan menyelenggarakan pembangunan nasionalnya. Sebagai contoh yang tidak dapat diingkari, yaitu Jepang, dengan Restorasi Meizi yang memulai pembangunan nasionalnya hanya dengan sumber daya alam yang 1 Djumadi, Hukum Perburuhan Perjanjian Kerja, ( Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2006), Cet. Ke-6, h. 1 2 Djumadi, Sejarah Keberadaan Buruh di Indonesia, (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2005), cet.ke-1, h.4 3 Djumadi, op.cit., h. 7 1

2 sangat minim dan bermodalkan puing-puing, akibat kalah dalam Perang Dunia II melawan Sekutu 4. Namun dengan bermodalkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas tinggi, dewasa ini Jepang menjadi raksasa kekuatan ekonomi di dunia yang sulit ditandingi oleh negara lain 5. Sesuai dengan peranan dan kedudukannya itu diperlukan pembangunan ketenagakerjaan untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja dan peran sertanya dalam pembangunan serta peningkatan perlindungan tenaga kerja dan keluarganya sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan 6. Perlindungan terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar pekerja/ buruh dan menjamin kesamaan kesempatan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja/ buruh dan keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha 7. Di dalam melaksanakan suatu hubungan hukum antara para pihak yang berkepentingan, diberikan kebebasan untuk membuat apa saja, kapan saja sepanjang tidak melanggar undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum 8. Secara konstitusional, setiap warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan tanpa ada kecuali 9. Namun, perlu diingat bahwa dalam hubungan kerja, ada karakteristik lain yang dalam realitanya seorang 4 Djumadi, op.cit., h. 4 5 Djumadi, op.cit., h. 5 6 Afnil Guza, Himpunan Undang-Undang Tenaga Kerja, (tt : Asa Mandiri, 2008), Cet. Ke-2, h. 1. Tomas Aprilian, Analisis Produktivitas Tenaga Kerja Pada Struktur Rangka Atap Baja, (Surakarta: Skripsi, 2010), h. 1 7 Ibid. 8 Djumadi, loc.cit. 9 Djumadi, op.cit.,h. 7

3 majikan akan lebih bebas daripada seorang buruh. Kondisi demikian terjadi karena sepanjang seseorang adalah orang yang menerima pekerjaan dan di bawah perintah orang lain dengan mengharapkan imbalan upah, mereka selalu berada di pihak yang lemah dibanding pihak yang memberikan pekerjaan 10. Kondisi demikian membuat kedudukan majikan sebagai pemberi kerja dan sekaligus upah beserta keunggulan fasilitasnya akan selalu kuat jika berhadapan dengan buruh selaku pencari kerja dan penerima kerja dengan segala kelemahannya 11. Memperhatikan kondisi ketenagakerjaan yang demikian, perlu adanya suatu perangkat bagi sarana perlindungan dan kepastian hukum bagi tenagatenaga kerja. Baik bagi mereka yang akan atau sedang mencari pekerjaan atau yang sedang melaksanakan hubungan kerja maupun setelah berakhirnya hubungan kerja. Salah satu bentuk perlindungan dan kepastian hukum terutama bagi tenaga kerja tersebut adalah melalui pelaksanaan dan penerapan perjanjian kerja. Karena dengan adanya perjanjian kerja, diharapkan para pengusaha atau majikan tidak lagi bisa memperlakukan para pekerja dengan sewenang-wenang, memutuskan hubungan kerja secara sepihak tanpa memperhatikan kebutuhan para pekerja serta ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Keberadaan pekerja/ buruh dalam melakukan hubungan hukum berupa hubungan kerja sangat memerlukan perlindungan hukum 12. Kepastian hukum terhadap ketenagakerjaan di Indonesia dituangkan dalam Undang-Undang 10 Djumadi, loc.cit. 11 Djumadi, op.cit., h. 8 12 Djumadi, op. cit., h. 6

4 Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang isinya terdiri dari XVIII BAB, dan 193 Pasal. Dicantumkan dalam Pasal 2 UU Ketenagakerjaan, pembangunan ketenagakerjaan berlandaskan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 13. BAB IX Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan mengatur mengenai hubungan kerja yang terdiri dari Pasal 50 sampai Pasal 66. Hubungan kerja adalah hubungan antara pekerja dengan pengusaha yang terjadi setelah adanya perjanjian kerja 14. Dalam Pasal 1 angka 15 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan disebutkan bahwa hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/ buruh berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah 15. Dengan demikian jelaslah bahwa hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja/ buruh 16. Hal ini berarti bahwa hanya perjanjian kerja yang dapat melahirkan hubungan kerja. Pemaknaan ini akan lebih jelas apabila dikaitkan dengan pasal 1 angka 14 UUKK 17. 13 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, Tentang Ketenagakerjaan, ( Jakarta : Sinar Grafika), Pasal 2. Afnil Guza, op.cit., h. 7 14 Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2008), Cet. Ke-8, h. 53 15 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, Tentang Ketenagakerjaan, Pasal 1 angka 15.Ibid., h. 53. Abdul R. Budiono, Hukum Perburuhan, (Jakarta : PT Indeks, 2009), Cet. Ke-1, h. 22. Afnil Guza, op.cit., h. 16 Lalu Husni, op.cit., h. 53 17 Abdul R. Budiono, op.cit., h. 22

5 Menurut Pasal 1 angka 14 UUKK perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/ buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban seseorang 18. Substansi perjanjian kerja yang dibuat tidak boleh bertentangan dengan perjanjian perburuhan atau Kesepakatan Kerja Bersama (KKB)/ Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang ada, demikian halnya dengan peraturan perusahaan, substansinya tidak boleh bertentangan dengan KKB/ PKB 19. Oleh karena itu agar keberadaan suatu perjanjian diakui oleh undang-undang (legally concluded contract) haruslah sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh undang-undang 20. Adapun syarat sahnya suatu perjanjian atau persetujuan telah ditentukan di dalam Pasal 1320 KUHPerdata, yang menyebutkan bahwa untuk sahnya perjanjian-perjanjian diperlukan empat syarat yaitu sepakat mereka yang mengikatkan diri, kecakapan untuk membuat suatu perjanjian, suatu hal tertentu, dan suatu sebab yang halal 21. Dalam Pasal 108 ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan disebutkan bahwa pengusaha yang mempekerjakan pekerja/ buruh sekurang-kurangnya 10 orang wajib membuat peraturan perusahaan yang mulai berlaku setelah disahkan oleh Menteri atau 18 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, Tentang Ketenagakerjaan, Pasal 1 angka 14. Abdul R. Budiono, loc.cit. 19 Lalu Husni, op.cit., h. 53. Zaeni Asyhadie, Hukum Kerja : Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja, (Jakarta : PT RajaGrafindoPersada, 2007), Cet. Ke-1, h. 44 20 Djumadi, op.cit., h. 17 21 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata, Pasal 1320

6 Pejabat yang ditunjuk 22. Perjanjian kerja yang diatur oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan juga mencakup dunia Perbankan Syariah, termasuk Bank Syariah Mandiri Cabang Pekanbaru. Pelaksanaan perjanjian kerja pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Pekanbaru terjadi karena adanya perjanjian kerja dalam bentuk tertulis yang dibuat oleh PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Pekanbaru itu sendiri, yang isinya telah diketahui dan disepakati oleh pekerja 23. Menurut keterangan yang diperoleh, perjanjian kerja tersebut terdiri dari offering letter dan SOP ( Standar Operasional Perusahaan), yang di dalamnya telah memuat tentang hak dan kewajiban pekerja, dan memuat ketentuan mengenai jenis pekerjaan dan besarnya upah yang akan diterima oleh pekerja serta larangan-larangan sebagai alasan yang dapat menimbulkan pemutusan hubungan kerja 24. Akan tetapi, perjanjian kerja pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Pekanbaru tidak memuat mengenai waktu lembur. Pekerja sudah berada di kantor pukul 07.30 WIB dan waktu kerja pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Pekanbaru dimulai pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB. Hal ini berarti pekerja melakukan pekerjaan selama 8 jam 1 hari kerja. Waktu istirahat yang diberikan adalah selama satu jam yaitu mulai pukul 22 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, Tentang Ketenagakerjaan, Pasa l108 ayat 1. Abdul R.Budiono, op.cit., h. 100. 23 Dimas Al Ichsan, Marketing Manager, wawancara, di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Pekanbaru tanggal 25 Maret 2014. 24 Dimas Al Ichsan, Marketing Manager, wawancara, di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Pekanbaru tanggal 25 Maret 2014.

7 12.00 WIB sampai dengan pukul 13.00 WIB. Namun pada waktu istirahat tersebut pekerja harus tetap berada di lingkungan kantor. Disamping waktu kerja tersebut, terdapat pekerjaan yang dilakukan diluar waktu kerja yang biasanya disebut dengan lembur. Waktu lembur ini juga tidak dicantumkan di dalam perjanjian kerja 25. Menurut keterangan Dimas Al Ichsan, Marketing Manager PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Pekanbaru, lembur ini dilakukan apabila ada pekerjaan yang belum dan harus diselesaikan. Waktu lembur tersebut biasanya selama 4 jam 1 hari dan lembur ini bisa dilakukan setiap hari tergantung pekerjaan yang harus diselesaikan 26. Berdasarkan keterangan tersebut, terdapat perbedaan antara perjanjian kerja yang terjadi pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Pekanbaru dengan yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Adapun perbedaan tersebut terdapat pada waktu lembur. Perjanjian kerja pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Pekanbaru tidak memuat mengenai waktu lembur. Berdasarkan keterangan tersebut, waktu lembur pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Pekanbaru melebihi batas ketentuan yang dimuat oleh Undang-Undang Ketenagakerjaan. Sedangkan Undang-undang Ketenagakerjaan mengamanatkan mengenai waktu kerja dalam Pasal 77 ayat (1) bahwa setiap pengusaha wajib 25 Dimas Al Ichsan, Marketing Manager, wawancara, di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Pekanbaru tanggal 25 Maret 2014. 26 Dimas Al Ichsan, Marketing Manager, wawancara, di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Pekanbaru tanggal 25 Maret 2014.

8 melaksanakan ketentuan waktu kerja 27. Pasal 77 ayat (2) menyebutkan waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 meliputi : a. 7 jam 1 hari dan 40 jam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam satu minggu; atau b. 8 jam 1 hari dan 40 jam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu 28. Di dalam Pasal 78 ayat (1) huruf b Undang -Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan disebutkan waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 jam dalam 1 hari dan 14 jam dalam 1 minggu 29. Pelaksanaan waktu kerja lembur tersebut, harus memenuhi syaratsyarat, antara lain : persetujuan (masing -masing) dari pekerja yang bersangkutan; waktu kerja lembur hanya maksimum 3 jam per-hari untuk lembur pada hari kerja; dan komulatif waktu kerja lembur per-minggu maksimum 14 jam, kecuali lembur dilakukan pada waktu hari istirahat mingguan/ hari libur resmi (Pasal 78 ayat (1) UUKK jo Pasal 3 ayat (2) Kepmenakertrans No. KEP-102/MEN/VI/2004 jo Pasal 51 ayat (1), (2) dan (3) Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 4 Tahun 2013 tentang Pelayanan, Penempatan, dan Perlindungan Ketenagakerjaan Provinsi Riau) 30. 27 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, Tentang Ketenagakerjaan, Pasal 77 ayat (1). Afnil Guza, op.cit., h. 30 28 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, Tentang Ketenagakerjaan, Pasal77 ayat (2). Afnil Guza, loc.cit. 29 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, Tentang Ketenagakerjaan, Pasal 78 ayat (1) huruf b. Afnil Guza, loc.cit. 30 Kepmenakertrans No. KEP-102/MEN/VI/2004, Pasal 1 ayat (2) jo Pasal 51 ayat (1), (2) dan (3) Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 4 Tahun 2013 tentang Pelayanan, Penempatan, dan Perlindungan Ketenagakerjaan Provinsi Riau

9 Sedangkan yang terjadi pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Pekanbaru waktu lembur tersebut tidak ditentukan, biasanya waktu lembur tersebut mencapai 4 jam 1 hari, bahkan waktu lembur tersebut dapat berlangsung setiap hari dalam 1 minggu. Apabila waktu lembur 4 jam 1 hari, maka pekerja yang mendapatkan waktu lembur setiap hari mencapai 20 jam 1 minggu. Dari uraian tersebut terlihat jelas terdapat ketimpangan yang terjadi di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Pekanbaru dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan mengenai waktu kerja dan waktu lembur. Lalu apakah kondisi tersebut dibolehkan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan? Berdasarkan identifikasi permasalahan di atas, penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian tentang ketenagakerjaan dengan judul Tinjauan Yuridis terhadap Pelaksanaan Perjanjian Kerja Antara Pegawai dengan PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Pekanbaru. Dalam hal ini, penelaahan mengenai pelaksanaan perjanjian kerja dirasakan sangat penting, dikarenakan pelaksanaan perjanjian kerja sangat menentukan keuntungan dan keberhasilan dalam suatu perusahaan. Selanjutnya, dijadikannya PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Pekanbaru sebagai sasaran penelitian dikarenakan PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Pekanbaru merupakan salah satu Bank yang memiliki prospek cerah yang bergerak di perbankan syariah sehingga memiliki peranan yang cukup

10 besar dalam pembangunan perekonomian rakyat. Faktor pertumbuhan ekonomi di Pekanbaru yang cukup pesat, dan sebagian masyarakatnya beragama Islam, serta letak geografis yang strategis karena Pekanbaru merupakan ibu kota propinsi Riau sangat mendukung bagi pengembangan PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Pekanbaru untuk menjadi lebih besar. B. Batasan Masalah Agar penelitian ini mencapai hasil yang diharapkan, maka dibatasi pada tinjauan yuridis terhadap pelaksanaan perjanjian kerja antara pegawai dengan PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Pekanbaru. Selain itu tidak dibahas. C. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan perjanjian kerja antara pegawai dengan PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Pekanbaru? 2. Bagaimana tinjauan yuridis terhadap pelaksanaan perjanjian kerja antara pegawai dengan PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Pekanbaru? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan perjanjian kerja antara pegawai dengan PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Pekanbaru.

11 2. Untuk mengetahui bagaimana tinjauan yuridis terhadap pelaksanaan perjanjian kerja antara pegawai dengan PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Pekanbaru. Adapun manfaat penelitian adalah: 1. Untuk mendapatkan pengetahuan mengenai bagaimana pelaksanaan perjanjian kerja antara pegawai dengan PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Pekanbaru. 2. Untuk mendapatkan pengetahuan mengenai bagaimana tinjauan yuridis terhadap pelaksanaan perjanjian kerja antara pegawai dengan PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Pekanbaru. E. Review Studi Terdahulu Di antara para peneliti yang membahas mengenai Bank Syariah Mandiri Cabang Pekanbaru adalah Juli Anjar Winasih dengan penelitiannya yang berjudul Implementasi Bank Garansi dalam Perbankan (Studi Kasus PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Pekanbaru). Dia menyimpulkan bahwa ada empat tahapan dalam prosedur pemberian Bank Garansi pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Pekanbaru yaitu dengan pengajuan permohonan Bank Garansi, analisa pemberian fasilitas Bank Garansi, penerbitan garansi, dan penandatanganan fasilitas Bank Garansi. Dan pelaksanaan Bank Garansi pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Pekanbaru dilihat dari akad, rukun, dan syarat kafalah 31. 31 Juli Anjar Winasih, Implementasi Bank Garansi dalam Perbankan (Studi Kasus PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Pekanbaru), Laporan Akhir Jurusan D3 Perbankan Syariah, (Pekanbaru : Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum, 2013)

12 Dari penelaahan terhadap karya di atas, sepanjang pengetahuan penulis, tinjauan yuridis terhadap pelaksanaan perjanjian kerja antara pegawai dengan PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Pekanbaru belum diteliti orang. Berdasarkan fakta-fakta itulah, dilakukan penelitian tersebut. F. Kerangka Teoretik Menurut Iman Soepomo, sebagaimana yang dikutip oleh Senjun H. Manulang dalam bukunya Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, hubungan kerja adalah hubungan antara buruh dengan majikan, yang terjadi setelah diadakan perjanjian kerja oleh buruh dengan majikan, di mana buruh menyatakan kesanggupannya untuk bekerja pada majikan dengan menerima upah dan majikan menyatakan kesanggupannya untuk mempekerjakan buruh dengan membayar upah 32. Iman Soepomo, juga mengemukakan sebagaimana yang dikutip oleh Djumadi dalam bukunya Hukum Perburuhan Perjanjian Kerja, bahwa perjanjian kerja adalah suatu perjanjian di mana pihak kesatu, buruh, mengikatkan diri untuk bekerja dengan menerima upah pada pihak lainnya, majikan, yang mengikatkan diri untuk mengerjakan buruh itu dengan membayar upah 33. Pengertian mengenai perjanjian kerja yang dikemukakan oleh Iman Soepomo tersebut, selaras dengan pengertian perjanjian kerja yang diketengahkan oleh A. Ridwan Halim,Wiwoho Soedjono, serta oleh Soebekti, 32 Iman Soepomo, adalah seorang pakar Hukum Perburuhan Indonesia. Lihat Senjun H. Manulang, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2001), Cet. Ke-3, h. 63. Djumadi, op.cit., h. 29 33 Djumadi, loc.cit.

13 sebagaimana yang dikutip oleh Djumadi dalam bukunya Hukum Perjanjian Kerja 34. Mr. M.G. Rood, menyebutkan sebagaimana yang dikutip oleh Djumadi dalam bukunya Hukum Perjanjian Kerja, bahwa suatu perjanjian kerja baru ada, manakala di dalam perjanjian kerja tersebut telah memenuhi 4 (empat) syarat, yaitu berupa unsur-unsur yang terdiri dari : a. Adanya unsur work atau pekerjaan b. Adanya unsur service atau pelayanan c. Adanya unsur time atau waktu tertentu d. Adanya unsur pay atau upah 35. Dari pendapat para pakar hukum diatas, maka jelaslah bahwa hubungan kerja antara pekerja dengan pengusaha terjadi setelah dilakukannya perjanjian kerja. Di dalam pembuatan perjanjian kerja, selain tetap berpedoman pada ketentuan pasal 1320 KUHPerdata, ternyata masih ada unsur-unsur lain yang harus mereka penuhi. Perjanjian kerja tersebut harus memuat unsur pekerjaan, upah, dan perintah. Dalam hal dilaksanakannya isi perjanjian kerja tersebut tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ada hal yang membedakan antara perjanjian dengan perjanjian kerja. Dalam KUHPerdata Pasal 1313 disebutkan bahwa perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap 34 Djumadi, loc.cit. Zainal Asikin, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2008), Cet. Ke- 7, h. 67 35 Mr. M.G. Rood adalah seorang pakar hukum perburuhan Belanda. Lihat Djumadi, op.cit., h. 35

14 satu orang atau lebih lainnya 36. Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kedudukan antara para pihak yang mengadakan perjanjian adalah sama dan seimbang. Dalam perjanjian kerja terdapat unsur di bawah perintah, maka unsur inilah yang merupakan norma dalam perjanjian kerja yang membedakan antara perjanjian kerja dengan perjanjian-perjanjian lainnya 37. Perihal ketentuan di bawah ini mengandung arti bahwa salah satu yang mengadakan perjanjian kerja harus tunduk pada pihak lainnya, atau di bawah perintah atau pimpinan orang lain, berarti ada unsur perintah, dan dengan adanya unsur perintah berarti kedua pihak ada kedudukan yang tidak sama 38. Jadi di sini ada pihak yang kedudukannya di atas, yaitu yang memerintah dan ada pihak yang di bawah, yaitu yang di perintah 39. Dengan demikian dalam melaksanakan hubungan kerja, maka kedudukan hukum antara kedua belah pihak jelas tidak dalam kedudukan sama dan seimbang 40. Dalam perjanjian kerja ada campur tangan pihak ketiga yaitu pemerintah, yang mana kedua pihak masing-masing akan dibebani hak dan kewajiban. Maksud dan tujuan adanya campur tangan pihak ketiga yang sifatnya mengikat tersebut yaitu sebagai salah satu sarana perlindungan bagi kaum lemah atas tindakan yang sewenang-wenang yang umumnya datang dari kaum kuat. Campur tangan pihak ketiga tersebut datang dari pihak pemerintah, yaitu melalui Departemen yang terkait dengan masalah 36 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pasal 1320 37 Djumadi, op.cit., h. 30 38 Ibid. 39 Djumadi, op.cit., h. 31 40 Ibid

15 ketenagakerjaan, misalnya saja dari Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia 41. Kebijaksanaan dari Pemerintah Republik Indonesia tersebut, pelaksanaannya dengan cara dituangkan dalam suatu peraturan perundangundangan maupun kebijaksanaan lainnya. Kebijaksanaan mana, adalah sesuai dengan yang diamanatkan pada landasan konstitusional Negara kita Republik Indonesia, yaitu seperti yang ditentukan pada alinea keempat pembukaan maupun yang dijelmakan dalam batang tubuhnya, misalnya ketentuan pada pasal 27 ayat (2) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 42. G. Metode Penelitian 1. Jenis dan Sifat Penelitian Dilihat dari jenisnya, penelitian ini dilakukan dengan jenis penelitian hukum sosiologis. Penelitian ini dilakukan dengan survey atau langsung kelapangan untuk mendapatkan data dengan menggunakan alat pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan kuesioner. Sedangkan dilihat dari sifatnya penelitian ini bersifat deskriptif, yakni menggambarkan secara lengkap dan terperinci mengenai tinjauan yuridis terhadap pelaksanaan perjanjian kerja antara pegawai dan PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Pekanbarau. 41 Djumadi, op.cit., h. 59 42 Djumadi, loc.cit. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, (Surabaya : APOLLO), Pasal 27 ayat (2).

16 2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Pekanbaru yang berada di Jl. Jend. Sudirman No. 450, Pekanbaru, Riau. Lokasi ini dipilih karena memang hanya disitulah lokasi PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Pekanbaru. 3. Subjek dan Objek Penelitian a. Subjek penelitian ini adalah pimpinan dan pegawai pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Pekanbaru. b. Objek penelitian ini adalah tinjauan yuridis terhadap pelaksanaan perjanjian kerja antara pegawai dengan PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Pekanbaru. 4. Populasi dan Sampel Adapun yang menjadi populasi 43 dalam penelitian ini adalah seluruh pimpinan dan seluruh pegawai yang berjumlah 70 orang yang terdiri dari 1 orang Kepala Cabang, 1 orang Manager Marketing, 1 orang Manager Operasional dan 67 orang pegawai 44. Adapun sampel dalam penelitian ini, mengingat jumlahnya yang besar dan keterbatasan penulis, diambil sebanyak 50% atau 35 orang dengan teknik simple random sampling 45. 43 Populasi adalah keseluruhan atau himpunan obyek dengan ciri yang sama. Lihat Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta : PT. Grafindo Persada, 2005) Cet. Ke-7, h. 118 44 Dian Agustina, Sekretaris, wawancara, di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Pekanbaru tanggal 25 Maret 2014. 45 Simple random sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara acak tanpa memerhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut. Lihat Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif : Analisis Data Sekunder, (Jakarta : Rajawali Pers, 2010), Ed.1, Cet. Ke-1, h. 67

17 5. Jenis dan Sumber Data Sumber data 46 dalam penelitian ini adalah : a. Data Primer Data primer yaitu data yang secara langsung berhubungan dengan responden. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang didapatkan dari hasil wawancara, observasi dan kuesioner yang diajukan kepada pimpinan dan pegawai PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Pekanbaru.. b. Data Sekunder Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui kepustakaan, dengan menelaah buku-buku literatur, peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta pendapat-pendapat para ahli, dan tulisan yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti 47. 6. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut : a. Wawancara 48 yaitu wawancara langsung atau melakukan tanya jawab dengan pimpinan dan pegawai PT. Bank Syariah Mandiri Cabang 46 Data adalah bagian-bagian khusus yang membentuk dasar-dasar analisis, lihat Emzir Analisis Data : Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta : Rajawali Pers, 2011), Ed. 1, Cet. ke-2, h. 64 47 Etta Mamang Sangadji dan Sopiah, Metodologi Penelitian : Pendekatan Praktis dalam Penelitian, (Yogyakarta: ANDI, 2010), Ed. 1, h. 190 48 Wawancara yaitu tanya jawab yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan yang disusun dalam suatu daftar pertanyaan yang telah disiapkan lebih dahulu. Lihat Bambang Sunggono, op.cit., h. 214. Lihat Hasnah Faizah, Menulis Karangan Ilmiah, (Pekanbaru : Cendikia Insani, 2011), h. 74. Hamid Patilima, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2011), Ed. Revisi, Cet. ke-3, h. 68.

18 Pekanbaru mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penelitian tersebut. b. Observasi 49 yaitu melakukan pengamatan langsung bagaimana kegiatan yang terjadi di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Pekanbaru tersebut dan melakukan pencatatan yang dianggap perlu mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penelitian. c. Kuesioner, yaitu memberikan daftar pertanyaan kepada responden dalam bentuk angket serta beberapa alternatif pilihan jawabannya 50. d. Dokumentasi yaitu sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi serta mengumpulkan data-data yang ada dalam masalah penelitian 51. e. Studi Pustaka yaitu penulis mengambil buku-buku referensi yang ada kaitannya dengan persoalan yang diteliti 52. 7. Teknik Analisis Data Data penelitian diperoleh dari wawancara observasi, dan kuesioner. Data yang diperoleh dari hasil wawancara akan diolah dan disajikan dengan cara menguraikan dalam bentuk rangkaian-rangkaian kalimat yang jelas, singkat, dan rinci. 49 Observasi pendahuluan dilakukan untuk mengetahui keadaan daerah penelitian guna penjajagan dan pengambilan data sekunder mengenai hal-hal yang berkaitan dengan ciri-ciri demografi dan gambaran umum dan dari populasi. Lihat Bambang Sunggono, op.cit., h 213. Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1996), Cet. ke- 7, h. 125. 50 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian : Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya Ilmiah, (Jakarta : Kencana, 2011), Ed. 1, Cet, Ke-1, h. 139. Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), Cet. ke-7, h. 203. 51 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. ke-5, h. 195 52 Emzir, op.cit., h. 14

19 Data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode induktif yakni, penyimpulan dari hal-hal yang bersifat khusus kepada hal-hal yang bersifat umum. Hal-hal yang bersifat khusus dalam penelitian ini adalah isi dan pelaksanaan perjanjian kerja antara pegawai dengan PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Pekanbaru serta bagaimana tinjauan yuridis terhadap pelaksanaan perjanjian kerja antara pegawai dengan PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Pekanbaru. H. Sitematika Penulisan Penelitian ini terdiri dari lima bab dengan perincian sebagai berikut : Bab I merupakan pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu, kerangka teoretik, metode penelitian serta sistematika penulisan. Adapun yang dibicarakan dalam bab ini adalah persoalan pelaksanaan perjanjian kerja yang sering terjadi di Indonesia dan juga membicarakan secara umum pelaksanaan perjanjian kerja antara pegawai dengan PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Pekanbaru. Bab II menguraikan gambaran umum tentang PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Pekanbaru yang meliputi : sejarah dan perkembangan PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Pekanbaru, visi dan misi PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Pekanbaru, struktur organisasi PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Pekanbaru, budaya kerja dan tugas umum PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Pekanbaru, serta produk dan jasanya.

20 Bab III membahas tinjauan umum terhadap perjanjian kerja secara yuridis, yang meliputi : dasar hukum perjanjian kerja, pengertian perjanjian kerja, subjek dan objek perjanjian kerja, unsur-unsur dalam perjanjian kerja, kewajiban para pihak dalam perjanjian kerja, syarat sahnya perjanjian kerja, jangka waktu perjanjian kerja, dan kedudukan peraturan perusahaan di dalam perjanjian kerja yang meliputi : pengertian peraturan perusahaan, syarat-syarat yang harus dimuat dalam peraturan perusahaan, dan jangka waktu berlakunya peraturan perusahaan. Bab IV memaparkan tentang pelaksanaan perjanjian kerja antara Pegawai dengan PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Pekanbaru, serta menjelaskan mengenai tinjauan yuridis terhadap pelaksanaan perjanjian kerja antara pegawai dengan PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Pekanbaru. Bab V ini merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi yang menguraikan tentang kesimpulan dan saran terhadap hasil penelitian yang diharapkan memberikan manfaat bagi semuanya khususnya penulis dan juga PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Pekanbaru.