BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan gejala terlebih dahulu dan ditemukan secara kebetulan saat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan


BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Prevention (CDC) memperkirakan jumlah penderita hipertensi terus

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025 diproyeksikan

HERNAWAN TRI SAPUTRO J

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak terdeteksi meskipun sudah bertahun-tahun. Hipertensi dapat

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. setelah stroke dan tuberkulosis dan dikategorikan sebagai the silent disease

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia termasuk di negara berkembang seperti

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini kesehatan semakin menjadi perhatian luas diseluruh

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara maju dan negara sedang berkembang. Penyakit Jantung Koroner (PJK)

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI BADAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BUOL

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN.

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus


BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT JALAN DI UPK PUSKESMAS PURNAMA. Eka Apriani, Widyana Lakshmi Puspita

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang menuju masyarakat industri. Perubahan kearah. pada gilirannya dapat memacu terjadinya perubahan pola penyakit.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 1,2 milyar. Pada tahun 2000 diperkirakan jumlah lanjut usia

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa gejala, sehingga disebut sebagai Silent Killer (pembunuh terselubung).

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. terus meningkat. Penyakit ini diperkirakan mengenai lebih dari 16 juta orang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan terdapat 7,5 juta kematian atau sekitar 12,8% dari seluruh total

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang diangkut oleh darah. Penyakit ini bukan merupakan. penyakit syaraf namun merupakan salah satu penyakit yang

I. PENDAHULUAN. akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk di dunia. Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit & siswadi, 2008). Penyakit ini sering juga disebut sebagai silent killer karena penyakit ini muncul tanpa keluhan dan gejala yang tidak terasa sehingga penderita tidak menyadari bahwa dirinya telah menderita hipertensi. Diagnosis hipertensi tidak berdasarkan pada peningkatan tekanan darah yang hanya sekali. Tekanan darah harus diukur dalam posisi duduk dan berbaring (Baradero, Dayrit & siswadi, 2008). Proses terjadinya tekanan darah tinggi biasanya secara bertahap dan sangat kompleks. Perubahan dimulai dari tekanan darah normal yang berkembang menuju ke tingkat normal tinggi, lalu tekanan darah menjadi lebih dari 140/90 mmhg (Santoso, 2010). Menurut World Health Organization (WHO, 2014), tekanan darah normal untuk dewasa adalah 120/80 mmhg, akan tetapi bila tekanan sistolic antara (120 139) dan diastolic antara (80 89) maka itu juga masih bisa dikatakan tekanan darah normal. Pada penderita hipotensi keadaan tekanan darahnya di bawah 120/80 mmhg, sedangkan penderita tekanan darah tinggi atau hipertensi kondisi tekanan darahnya di atas normal yaitu di atas 140/90 mmhg. 1

2 Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan penyakit yang dapat mengganggu organ tubuh yang lain. Menurut Santoso (2010), penyakit hipertensi dapat mengakibatkan gangguan pada jantung, gangguan pembuluh darah koroner, gangguan pada otak, gangguan pada ginjal, dan gangguan pada mata. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah koroner serta pembuluh darah arteri lainya jika tidak segera teratasi maka akan mengakibatkan serangan stroke. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya tekanan darah tinggi diantaranya yaitu faktor usia, jenis kelamin, riwayat penyakit keluarga yang mengalami hipertensi, obesitas dan gaya hidup yang kurang sehat (Baradero, Dayrit & Siswadi, 2008). Gaya hidup yang kurang sehat merupakan faktor risiko yang dapat mengakibatkan kekambuhan hipertensi. Kurangnya masyarakat untuk memperhatikan pola dietnya, maka akan sangat mudah masyarakat untuk mengalami kekambuhan pada penyakit hipertensi yang diderita. Pola diet yang kurang sehat yang dapat mengakibatkan kekambuhan hipertensi seperti halnya mengkonsumsi natrium secara berlebihan, banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh, merokok, minum kopi, dan mengkonsumsi alkohol yang berlebihan. Belakangan ini terjadi pergeseran pola makan pada masyarakat dari menu tradisional ke menu makanan olahan siap saji. Makanan siap saji ini berdampak buruk bagi kesehatan. Kandungan garam dan lemak jenuh di dalam makanan siap saji dapat meningkatkan risiko terjadinya kenaikan tekanan darah yang biasa disebut tekanan darah tinggi atau hipertensi. Menurut American Heart Association (AHA), penduduk Amerika yang berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak diketahui

3 penyebabnya. Hipertensi merupakan silent killer dimana gejala dapat bervariasi pada masing-masing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya. International research jounal of pharmacy juga mengatakan, di Amerika lebih dari 20% yang mengalami tekanan darah tinggi sepertiga dari mereka tidak menyadari bahwa mereka terjangkit penyakit hipertensi (Akanksha, Priyanka & Talha, 2011). Sampai saat ini, hipertensi juga masih merupakan tantangan besar dan angka kejadian hipertensi terus mengalami peningkatan di Indonesia. Menurut penelitian yang dilakukan Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun (2013), prevalensi penderita hipertensi di Indonesia sebanyak 25,8 %. Maka dari itu, masyarakat diharapkan agar selalu waspada terhadap kesehatan dirinya (Badan Kesehatan Dunia WHO 2014). Faktor gizi sangat berhubungan dengan kejadian hipertensi. Aterosklerosis merupakan penyebab utama terjadinya hipertensi yang berhubungan dengan diet seseorang. Pembuluh darah yang mengalami sklerosis (aterosklerosis), resistensi dinding pembuluh darah tersebut akan meningkat. Peningkatan tersebut akan memicu jantung untuk meningkatkan denyutanya agar aliran darah dapat mencapai ke seluruh bagian tubuh. Kejadian ini disebabkan karena terjadi perubahan pola atau gaya hidup, termasuk pola konsumsi makan. Asupan makanan dengan kandungan lemak dan natrium yang tinggi dapat mempengaruhi tinggi rendahnya tekanan darah dalam tubuh, sehingga menyebabkan terjadinya tingkat kekambuhan pada penderita hipertensi. Asupan kalium yang meningkat akan menurunkan tekanan darah pada beberapa kasus tertentu. Sebaliknya kenaikan kadar natrium dalam darah dapat meningkatnya tekanan darah. Penurunan asupan natrium + 1,8 gram/hari dapat menurunkan tekanan darah sistolic 4 mmhg dan diastolic 2 mmhg (Kurniawan, 2002).

4 Pola diet yang dapat mengakibatkan kekambuhan pada penderita hipertensi adalah pola diet yang tinggi natrium, tinggi lemak jenuh, merokok, minum kopi, dan mengkonsumsi alcohol secara berlebihan. Masakan yang asin merupakan masakan yang mengandung garam natrium yang sangat tinggi yang dapat meningkatkan tekanan darah. Adapun makanan yang mengandung kolestrol tinggi juga dapat meningkatan tekanan darah yang ahirnya menjadikan seseorang menderita hipertensi. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan di willayah Rt 02, Rw 05 desa Krai kec. Yosowilangun kab. Lumajang yang akan dijadikan tempat penelitian, hasil pemeriksaan tekanan darah dari 12 orang didapatkan tekanan darah sistol terendah yaitu 150 mmhg dan tekanan darah sistol tertinggi yaitu 200 mmhg, sedangkan tekanan darah diastole terendah yaitu 80 mmhg dan diastol tertinggi yaitu 110 mmhg. Hasil wawancara saat study pendahuluan didapatkan bahwa dari 12 orang penderita hipertensi, 5 orang mengatakan bahwa meraka tidak memperhatikan penggunaan garam dapur saat memasak. Sedangkan 2 orang diantaranya mengatakan bahwa meraka suka memasak yang berbau santan dan mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak secara berlebihan. Sedangkan 3 orang diantaranya lagi mengatakan bahwa mereka tidak pernah memperhatikan jadwal makan disetiap harinya. Sedangkan 2 orang diantaranya mengatakan bahwa mereka suka masakan yang asin. Diantara mereka juga mengatakan bahwa mereka mengalami sakit kepala, pusing, kekakuan pada leher dan pandangan yang kabur ketika penyakit hipertensinya kambuh. Dari hasil wawancara yang dilakukan saat studi pendahuluan, jawabanjawaban yang di sampaikan oleh penduduk Rt 02, Rw 05 desa Krai sangat berisiko untuk memicu kekambuhan hipertensi yang di tandai dengan tanda gejala yang

5 mereka alami. Desa krai merupakan desa yang letaknya dekat dengan pantai dan masyarakat desa krai suka memasak dengan menggunakan banyak garam dan sering mengkonsumsi ikan asin dan ikan asapan. Penduduk desa krai walaupun dekat dengan pantai namun pekerjaan meraka mayoritas adalah petani. Merubah pola diet pada penderita hipertensi memang tidak mudah. Tetapi demi untuk mencegah terjadinya tingkat kekambuhan tekanan darah pada penderita hipertensi, maka harus dilakukan sedikit demi sedikit usaha untuk melakukan pencegahan yaitu dengan cara mengatur pola diet dalam setiap harinya agar tekanan darah tetap stabil. Berdasarkan latar belakang dan hasil studi pendahuluan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan pola diet dengan tingkat kekambuhan pada penderita hipertensi di wilayah Rt 02, Rw 05 desa Krai kecamatan Yosowilangun kabupaten Lumajang 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah Apakah ada hubungan pola diet dengan tingkat kekambuhan pada penderita hipertensi di wilayah Rt 02, Rw 05 desa Krai kecamatan Yosowilangun kabupaten Lumajang?

6 1.3 Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui hubungan pola diet dengan tingkat kekambuhan pada penderita hipertensi di wilayah Rt 02, Rw 05 desa Krai kecamatan Yosowilangun kabupaten Lumajang. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi pola diet penderita hipertensi. 2. Mengidentifikasi tingkat kekambuhan penderita hipertensi. 3. Menganalisis hubungan pola diet dengan tingkat kekambuhan pada penderita hipertensi. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Institusi pendidikan Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pembelajaran untuk mengembangkan penelitian selanjutnya mengenai hubungan pola diet terhadap tingkat kekambuhan pada penderita hipertensi. 1.4.2 Bagi Masyarakat Penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi yang berguna dalam meningkatkan pengetahuan tentang pola diet penderita hipertensi terhadap tingkat kekambuhan hipertensi.

7 1.4.3 Bagi Praktisi Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu bentuk promosi kesehatan (promkes) tentang pola diet penderita hipertensi yang dapat di sampaikan kepada masyarakat. 1.4.4 Bagi Bidang Keperawatan Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan kepada bidang keperawatan untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan dengan menggunakan tindakan preventif dengan cara mengatur pola diet pada penderita hipertensi dalam penanganan tekanan darah tinggi atau hipertensi. 1.5 Keaslian Penelitian 1. Menurut penelitian yang dilakukan Belo, et al, 2014 yang berjudul tingkat pengetahuan keluarga tentang hipertensi dengan kepatuhan diit pasien hipertensi di poliklinik interna RSUD Lambung Baji Makasar. Dalam penelitian ini subyek yang digunakan adalah semua keluarga pasien di poliklinik interna RSUD Lambung Baji Makasar yang berjumlah 58 responden dengan tehnik Purposive Sampling. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner. Data yang telah terkumpul diolah dengan menggunakan komputer. Analisis univariat dalam penelitian ini untuk mencari distribusi frekuensi data dan bivariat untuk mencari hubungan antar variable dengan menggunakan Uji Chi Square. Hasil analisis bivariat didapatkan hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga tentang hipertensi dengan kepatuhan diit pasien (p < α) yaitu 0,001 < 0,05. Kesimpulan dalam

8 penelitian ini didapatkan bahwa pengetahuan keluarga tentang hipertensi memberikan dampak yang positif dalam kepatuhan diit hipertensi. 2. Menurut penelitian yang diakukan Herwati, 2014 yang berjudul terkontrolnya tekanan darah penderita hipertensi berdasarkan pola diit dan kebiasaan olah raga di padang tahun 2011. Dalam penelitian tersebut subyek yang digunakan adalah seluruh penderita hipertensi yang dating ke puskesmas padang pasir berjumlah 78 responden. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional dengan menggunakan Uji statistic Chi Square. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai bulan Agustus 2011. Dalam penelitian ini pengambilan sampel yang digunakan yaitu Purposive Sampling. Hasil penelitian ini 82,1% responden tekanan darah tidak terkontrol 56,4 % mempunyai diit kurang baik, 80,8 % kebiasaan berolah raga tidak baik. Analisa bivariat terdapat hubungan yang signifikan antara pola diit dengan terkontrolnya tekanan darah pada penderita hipertensi, (p < 0,05) dan terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan berolah raga dengan terkontrolnya tekanan darah penderita hipertensi dengan (p < 0,05).