HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG PUSKESMAS DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN MELAKUKAN PERAWATAN DI PUSKESMAS RAWAT INAP SRAGI I KABUPATEN PEKALONGAN

Kata Kunci: Pengetahuan, KIPI

BAB I PENDAHULUAN. melawan serangan penyakit berbahaya (Anonim, 2010). Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk mengendalikan dan

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat. (1)

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

HUBUNGAN PERSEPSI IBU TENTANG IMUNISASI POLIO DENGAN STATUS IMUNISASI POLIO BAYI DI BIDAN PRAKTEK SWASTA INDARWATI MRANGGEN JATINOM KLATEN

Ike Ate Yuviska(¹), Devi Kurniasari( 1 ), Oktiana (2) ABSTRAK

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN : SURVEI KELENGKAPAN IMUNISASI PADA BAYI UMUR 1-12 BULAN DI DESA PANCUR MAYONG JEPARA INTISARI

Romy Wahyuny*, Linda Fadila**

BAB I PENDAHULUAN. setidaknya 50% angk kematian di Indonesia bisa dicegah dengan imunisasi dan

: Tingkat pengetahuan, bayi, Kejadian Ikutan Pasca imunisasi

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN KETEPATAN WAKTU MELAKUKAN IMUNISASI PADA BAYI DI BPS SRI MARTUTI, PIYUNGAN, BANTUL, YOGYAKARTA

Campak-Rubella (MR) Sayangi buah hati Anda dengan Imunisasi

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu dari 17 program pokok pembangunan kesehatan adalah program

Mahasiswa Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang 2

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan penelitian dan tujuan yang hendak dicapai, jenis penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. tombak pelayanan kesehatan masyarakat di pedesaan/kecamatan. pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama (Kemenkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Negara, juga merupakan salah satu indikator yang paling sensitif dalam

Campak-Rubella (MR) Sayangi buah hati Anda dengan Imunisasi

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI BCG PADA BAYI DI DESA TARAMAN KECAMATAN SIDOHARJO SRAGEN

HUBUNGAN MOTIVASI DAN PERAN KELUARGA DENGAN TINDAKAN MENDAPATKAN IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI DI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita Dengan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) di Puskesmas Oebobo Tahun 2016

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB III METODE PENELITIAN. waktu penelitian di laksanakan selama 1 bulan dari tanggal 10 Mei sampai

BAB I PENDAHULUAN. meninggal karena penyakit yang sebenarnya masih dapat dicegah. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencegah terhadap penyakit tertentu (Hidayat, 2005). Imunisasi adalah

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, hepatitis B, poliomyelitis, dan

1. Apakah anda mengetahui tentang imunisasi? a. Ya b. Tidak 2. Apakah anda mengetahui tentang tujuan imunisasi? a. Ya b. Tidak

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DIFTERI, PERTUSIS DAN TETANUS (DPT) DI PUSKESMAS COT BA U KOTA SABANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. terbesar kedua dari negara South East Asian Region (SEAR) setelah Myanmar. (1)

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

KOSALA JIK. Vol. 2 No. 2 September 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN STATUS IMUNISASI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BAYI 0-12 BULAN DENGAN PRAKTIK PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B-O DI WILAYAH PUSKESMAS KAYU KUNYIT BENGKULU SELATAN

Jurnal Medika Saintika Vol 7 (2) Jurnal Medika Saintika

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Milenium atau lebih dikenal dengan istilah Millenium Development

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP KEPATUHAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI DESA MOROREJO KALIWUNGU KABUPATEN KENDAL

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI HB 0 PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

BAB I PENDAHULUAN. Imunisasi merupakan hal yang wajib diberikan pada bayi usia 0-9

PERAN AYAH DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR DI PUSKESMAS KOTAGEDE I YOGYAKARTA

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POSYANDU TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA

BAB I PENDAHULUAN. Imunisasi adalah prosedur yang dilakukan untuk memberikan kekebalan. tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan vaksin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan anak masih menjadi fokus perhatian masyarakat dunia. Hal ini

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK DENGAN KECEMASAN IBU PASCA IMUNISASI DI PUSKESMAS SANGKRAH SURAKARTA

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) DINI DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA BAYI DIBAWAH UMUR 6 BULAN

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. (Informed Consent) Saya sebagai mahasiswa Prodi D III Keperawatan Fakultas Ilmu

UPAYA PROMOSI DAN PREVENTIVE KESEHATAN BAYI DAN ANAK

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG IMUNISASI DI PUSKESMAS PEMBANTU BATUPLAT

Eka Fauzia Laila ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. intrauterin ke kehidupan ekstrauterin (Dewi, 2013 : 1). neonatus sebagai individu yang harus menyesuaikan diri dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Program kesehatan di Indonesia periode adalah Program

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Imunisasi merupakan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DPT 1 DENGAN KECEMASAN IBU SEBELUM IMUNISASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TOROH 1 KABUPATEN GROBOGAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP PEMBERIAN PASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BPS NY. DIYAH SIDOHARJO SRAGEN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten

BAB I. Pendahuluan. keharmonisan hubungan suami isteri. Tanpa anak, hidup terasa kurang lengkap

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat berbahaya, demikian juga dengan Tetanus walau bukan penyakit menular

Nisa khoiriah INTISARI

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbaikan kualitas manusia di suatu negara dijabarkan secara internasional

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit campak merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak di

BAB III METODE PENELITIAN. variabel bebas dan terikat dengan pendekatan cross sectional yaitu studi

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Hamil tentang Pemanfaatan Kelas Ibu Hamil di Desa Nagrak Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur

BAB III METODE PENELITIAN. mendeskripsikan tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005,

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus. Campak disebut juga rubeola, morbili, atau measles. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 2 juta disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. Pada bab ini penelitian menguraikan tentang metode yang digunakan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memasukan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah

Oleh : Desi Evitasari, S.ST ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan bayi dan anak. Penyakit tersebut disebabkan oleh

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

Jurnal Siklus Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 p-issn :

BAB III METODE PENELITIAN. adalah analitik, dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional yaitu mengukur

Gejala Penyakit CAMPAK Hari 1-3 : Demam tinggi. Mata merah dan sakit bila kena cahaya. Anak batuk pilek Mungkin dengan muntah atau diare.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara variabel independent dan

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Demikian pula dari segi ekonomi dikatakan bahwa pencegahan adalah suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN Oleh : Esti Ratnasari dan Muhammad Khadziq Abstrak Setiap tahun lebih dari 1,4 juta anak di dunia meninggal karena berbagai penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Penyakit campak disebabkan oleh virus campak dan menimbulkan komplikasi. Keberhasilan program imunisasi campak dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, sikap dan praktik pemberian imunisasi campak pada bayi usia 9-12 bulan. Cakupan imunisasi terbesar kedua yang belum mencapai target di Kabupaten Pekalongan yaitu Pusksemas Bojong II sebesar 87,4%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan praktik imunisasi campak pada bayi usia 9-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Bojong II Kabupaten Pekalongan. Desain penelitian menggunakan deskriptif korelasi pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 71 ibu yang mempunyai bayi usia 9-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Bojong II Kabupaten Pekalongan pada bulan April 2016. Alat pengumpulan data adalah kuesioner. Analisa data menggunakan chi square. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan pengetahuan (ρ: 0,029) dan sikap (ρ: 0,001) dengan praktik imunisasi campak pada bayi usia 9-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Bojong II Kabupaten Pekalongan. Petugas kesehatan dapat memberikan pendidikan kesehatan tentang imunisasi campak terutama mengenai efek samping yang ditimbulkan dari Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, Praktik, Imunisasi Campak PENDAHULUAN Anak yang masih berusia di bawah lima tahun itu rentan terhadap berbagai penyakit. Hal ini dikarenakan sistem kekebalan tubuhnya belum terbangun secara sempurna (Fida dan Maya 2012, h. 267). Kesehatan bayi dan balita harus dipantau untuk memastikan kesehatannya selalu dalam kondisi optimal (Kementerian Kesehatan RI 2013, h. 92). Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan/ meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak seseorang terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya sakit ringan. Program imunisasi merupakan salah satu upaya untuk melindungi penduduk terhadap penyakit tertentu. Program imunisasi diberikan kepada populasi yang dianggap rentan terjangkit penyakit menular yaitu bayi, anak usia sekolah, wanita usia subur, dan ibu 1

hamil (Kementerian Kesehatan RI 2013, h: 102). Menurut Hidayat (2008, h. 54) imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Kementerian Kesehatan RI (2012, h. 273) menyatakan bahwa di antara penyakit pada anak-anak yang dapat dicegah dengan imunisasi adalah penyakit campak yang merupakan penyebab utama kematian pada anak. Di seluruh negara ASEAN dan South- East Asia Regional (SEAR), imunisasi campak diberikan pada bayi usia 9-12 bulan dan merupakan imunisasi terakhir yang diberikan kepada bayi di antara imunisasi wajib lainnya (BCG, DPT, Polio, Hepatitis, dan Campak). Penyakit campak disebabkan oleh virus campak, golongan Paramyxovirus. Penularan dapat terjadi melalui udara yang telah terkontaminasi oleh droplet (ludah) orang yang telah terinfeksi. Penyakit campak dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk kebutaan, ensefalitis, diare parah, infeksi telinga dan radang paru-paru, terutama pada anak yang kekurangan gizi serta orang-orang dengan daya tahan tubuh rendah. Tidak ada pengobatan khusus untuk penyakit campak dan kebanyakan penderita mengalami kesembuhan dalam 2-3 minggu. Namun, penyakit campak dapat dicegah dengan imunisasi (Kementerian Kesehatan RI 2012, h. 271). Menurut Dinkes Provinsi Jawa Tengah (2012, h. 31) jumlah kasus Campak di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebanyak 18 kasus (positif campak) sedangkan campak klinis (suspect) sebanyak 416 kasus. Menurut Dinkes Kabupaten Pekalongan (2014) jumlah angka kejadian campak sebesar 31 kasus. Berdasarkan Laporan Hasil Imunisasi Rutin Bayi Kabupaten/Kota tahun 2014, target imunisasi campak di Kabupaten Pekalongan belum tercapai secara keseluruhan, jika ditinjau dari pelaksanaan imunisasi campak di tiap-tiap puskesmas, program imunisasi ini belum terlaksana secara maksimal. Usaha yang dapat dilakukan untuk memperbaiki target imunisasi campak diperlukan adanya kesadaran ibu dalam memperhatikan kesehatan bayinya. Program imunisasi memerlukan pengertian yang baik dari pihak orang tua, dan kerja sama dengan petugas kesehatan. Keadaan yang ideal adalah apabila setiap orangtua memahami bahwa imunisasi bukan suatu kewajiban atau keharusan, namun merupakan hak mutlak setiap anak dan kebutuhan bagi keluarga demi kesehatan bayi dan anaknya. Dengan demikian maka orangtua tidak harus selalu dipesan atau diminta datang untuk pemberian imunisasi anaknya, namun akan datang meskipun tanpa diminta 2

Pengetahuan dapat diperoleh dari pengindraan terhadap objek melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmodjo, 2010 h. 27). Semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu (Wawan & Dewi 2010, h. 12). Sikap sendiri merupakan suatu respon seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (Notoadmodjo, 2010 h. 29). Praktik pemberian imunisasi campak di Wilayah Kerja Puskesmas Bojong II Kabupaten Pekalongan masih kurang. Hal ini dapat dilihat dari data Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan yang menunjukkan bahwa pada tahun 2014 cakupan imunisasinya di Wilayah Kerja Pusksemas Bojong II sebesar 87,4% dan belum memenuhi target yang ditetapkan pemerintah sebesar 100%. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Pengetahuan, Sikap Ibu dengan Praktik Imunisasi Campak pada Bayi Usia 9-12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Bojong II Kabupaten Pekalongan Rumusan masalah penelitian ini adalah Apakah ada hubungan pengetahuan, sikap ibu dengan praktik imunisasi campak pada bayi usia 9-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Bojong II Kabupaten Pekalongan. Tujuan umum penelitian ini untuk memperoleh informasi hubungan pengetahuan, sikap ibu dengan praktik imunisasi campak pada bayi usia 9-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Bojong II Kabupaten Pekalongan. METODE PENELITIAN Desain penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu terhadap praktik imunisasi campak pada bayi usia 9-12 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Bojong II Kabupaten Pekalongan. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional POPULASI DAN SAMPLING Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi usia 9-12 bulan yang sudah mendapatkan imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Bojong II Kabupaten Pekalongan pada bulan April 2016 sebanyak 71 orang. Sampel dalam penelitian adalah ibu yang mempunyai bayi usia 9-12 bulan yang 3

sudah mendapatkan imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Bojong II Kabupaten Pekalongan pada bulan April 2016 sebanyak 71 orang. Pengambilan sampel menggunakan total sampling (sampel jenuh) Etika penelitian terdiri dari informed consent, anonimity dan confidentiality. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Peneliti memberikan pertanyaan berdasarkan pertanyaan yang ada dalam kuesioner dan responden diminta untuk memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Pengolahan data melalui langkahlangkah editing, coding, processing dan cleaning (Hastono, 2007, h.1). Analisa univariat menghasilkan distribusi frekuensi pengetahuan tentang imunisasi campak, sikap tentang imunisasi campak dan praktik Analisa bivariat untuk memperoleh informasi hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan praktik imunisasi campak pada bayi usia 9-12 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Bojong II Kabupaten Pekalongan HASIL PEMBAHASAN 1. Pengetahuan Tentang Imunisasi Campak Hasil penelitian menunjukkan 57,7% orang mempunyai pengetahuan yang kurang dan 42,3% orang mempunyai pengetahuan yang baik tentang imunisai campak. Pengetahuan ibu yang kurang tentang imunisasi campak yang terutama tentang efek samping yang muncul setelah pemberian imunisasi campak pada bayi. Hal ini dapat dikarenakan efek samping merupakan informasi yang dapat ibu peroleh secara langsung saat bayi ibu mengalami efek samping setelah diberikan Imunisasi campak dapat menimbulkan efek samping seperti panas, ruam merah pada bekas suntikan, batuk dan diare. Hal ini dapat diketahui dari distribusi frekuensi jawaban responden tentang efek samping imunisasi campak yang menunjukkan bahwa 56,3% orang tidak tahu bahwa diare merupakan salah satu efek samping yang ditimbulkan dari Efek samping diare bila tidak ditangani segera dan bayi mengalami diare berkepanjangan pasca diimunisasi dapat menyebabkan bayi mengalami kekurangan gizi. Hal ini sesuai dengan IDAI (2011, h.54) yang menyatakan bahwa dampak penyakit campak di kemudian hari adalah kurang gizi sebagai akibat diare berulang dan berkepanjangan pasca campak. Responden mempunyai pengetahuan bahwa efek samping yang timbul pada bayi setelah diberikan imunisasi campak yaitu demam dan ruam pada bekas suntikan. Hal ini dapat diketahui melalui distribusi 4

frekuensi jawaban responden yaitu 88,7% responden menjawab benar bahwa bayi yang disuntik campak biasanya akan panas. Ruam bekas suntikan memang sulit untuk dibedakan dan tidak setiap bayi akan menjukkan efek samping ruam tersebut. Pengetahuan ibu yang kurang tentang imunisasi campak yaitu penularan penyakit campak. Berdasarkan distribusi frekuensi dapat diketahui bahwa terdapat 34 orang (47,9%) yang menjawab salah bahwa penyakit campak ditularkan melalui udara. Penyakit campak yang disebabkan oleh virus dan menyebar melalui udara sehingga penyakit ini sangat menular. Hal ini sesuai dengan Fida dan Maya (2012, h. 359) yang menyatakan bahwa penyakit campak merupakan penyakit yang mudah menular, yang disebabkan oleh virus yang hidup dan menyebar melalui udara. Pengetahuan ibu yang kurang tentang imunisasi campak dapat disebabkan kurangnya sosialiasi dari petugas kesehatan tentang imunisasi campak pada bayi usia 9-12 bulan secara intensif. Pengetahuan ibu yang baik terutama tentang tujuan dari pemberian imunisasi campak yaitu untuk mencegah bayi tertular penyakit campak. Hal ini dapat dilihat pada distribusi frekuensi yaitu 68 orang (95,8%) yang mengetahui bahwa imunisasi campak diberikan pada bayi agar bayi tidak tertular penyakit campak. Pengetahuan ibu tentang tujuan pemberian imunisasi campak dapat diperoleh dari pengalaman baik yang diperoleh secara langsung dari bayinya, maupun dari pengalaman orang lain 2. Sikap Ibu Terhadap Praktik Imunisasi Campak pada Bayi Usia 9-12 bulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa 59,2% orang mempunyai sikap kurang dan 40,8% orang mempunyai sikap baik terhadap praktik imunisasi campak pada bayi usia 9-12 bulan. Sikap ibu yang kurang terhadap praktik imunisasi campak dapat diketahui bahwa 42 orang (59,2%) yang menyatakan kurang setuju bahwa imunisasi campak diberikan agar bayi mempunyai kekebalan tubuh. Sikap ibu yang kurang setuju dapat berdampak pada praktik imunisasi campak yang kurang seperti menunda waktu dalam memberikan Sikap ibu yang kurang terhadap praktik imunisasi campak dapat diketahui dari distribusi frekuensi jawaban responden yang menunjukkan bahwa 13 orang (18,3%) masih merasa takut bila anaknya diberikan Ketakutan ibu untuk memberikan imunisasi campak merupakan salah satu bentuk respon terhadap imunisasi campak 5

yang diperoleh dari pengalaman yang kurang menyenangkan mengenai imunisasi campak, baik dari diri sendiri maupun dari orang lain di sekitarnya yang dianggap penting. Di masyarakat pedesaan orang yang dianggap penting di lingkungannya mempunyai peran besar dalam membentuk sikap masyarakat desa, terutama ibu yang memiliki bayi untuk memberikan Ibu yang mempunyai sikap baik dapat dilihat dari distribusi frekuensi yaitu 60 orang (84,5%) menyatakan bahwa bayi yang diberikan imunisasi campak tidak akan mudah sakit. Ibu sudah mempunyai informasi tentang manfaat campak, sehingga terbentuk sikap yang baik terhadap praktik pemberian imunisasi campak. Informasi tersebut dapat diperoleh baik dari tenaga kesehatan atau media informasi lainnya. Informasi tentang imunisasi sekarang banyak ditayangkan di televisi pada iklan layanan masyarakat atau acara-acara kesehatan, sehingga masyarakat dapat mengakses informasi dengan mudah. 3. Praktik Imunisasi Campak pada Bayi Usia 9-12 Bulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa 69% orang mempunyai praktik kurang dan 31% orang mempunyai praktik baik dalam imunisasi pada bayi usia 9-12 bulan. Ibu yang mempunyai praktik imunisasi campak yang kurang dapat dilihat dari distribusi frekuensi bahwa 36 orang (50,7%) tidak membawa bayi yang mengalami diare setelah diberikan imunisasi campak ke petugas kesehatan seperti dokter atau bidan, 33 orang (46,5%) tidak mengompres bekas suntikan imunisasi campak yang bengkak. Ibu yang terlambat dalam merespon terhadap sakit dan penyakit yang ditimbulkan setelah bayi diberikan imunisasi campak akan menyebabkan ibu mempunyai praktik kurang dalam mengatasi masalah tersebut. Ibu yang terlambat dalam memberikan imunisasi campak dapat berbahaya bagi kesehatan bayi karena tidak mempunyai kekebalan tubuh terhadap penyakit campak. Bayi atau anak yang tidak tidak diimunisasi campak mudah tertular penyakit campak karena imunisasi campak mencegah terjadinya penyakit campak pada anak Ibu yang mempunyai praktik baik dalam imunisasi campak pada bayi usia 9-12 bulan dapat dilihat dari distribusi frekuensi bahwa 66 orang (93%) memberikan imunisasi campak pada bayi sesuai dengan jadwal pemberian yang tercantum dalam buku KIA. Jadwal 6

pemberian imunisasi campak sangat penting dan usia 9-12 bulan merupakan usia yang tepat dalam pemberian imunisasi campak. 4. Hubungan Pengetahuan dengan Praktik Imunisasi Campak pada Bayi Usia 9-12 Bulan Hasil uji chi square diperoleh value sebesar 0,029 < 0,05, yang berarti H0 ditolak, sehingga ada hubungan pengetahuan dengan praktik imunisasi campak pada bayi usia 9-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Bojong II Kabupaten Pekalongan. Nilai odd ratio (OR) diperoleh 3,6 (1,3-10,4) yang berarti orang yang mempunyai pengetahuan baik berpeluang sebesar 3 kali lebih besar mempunyai praktik baik dalam imunisasi campak pada bayi usia 9-12 bulan. Ibu yang mempunyai informasi tentang imunisasi campak pada bayi usia 9-12 bulan akan membentuk pengetahuan tentang Ibu yang mempunyai pengetahuan baik akan mempunyai praktik yang baik, demikian pula ibu yang mempunyai praktik kurang akan membentuk praktik kurang Pengetahuan tentang imunisasi campak sebagai salah satu domain kognitif dalam perilaku kesehatan akan memberikan rangsangan pada praktik ibu dalam memberikan 5. Hubungan Sikap dengan Praktik Imunisasi Campak pada Bayi Usia 9-12 Bulan Hasil uji chi square diperoleh value sebesar 0,001 < 0,05, yang berarti H0 ditolak, sehingga ada hubungan sikap dengan praktik imunisasi campak pada bayi usia 9-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Bojong II Kabupaten Pekalongan. Nilai odd ratio (OR) diperoleh 7,4 (2,4-22,9) yang berarti ibu yang mempunyai sikap baik berpeluang sebesar 7 kali lebih besar mempunyai praktik baik dalam imunisasi campak pada bayi usia 9-12 bulan. Ibu yang memperoleh informasi tentang imunisasi campak akan diolah melalui panca indra membentuk sikap. Sikap ibu tidak hanya terbentuk berdasarkan informasi, tetapi juga kepercayaan mengenai imunisasi campak yang berkembang di sekitar masyarakat dan kecenderungan ibu untuk bertindak memberikan imunisasi campak atau tidak memberikan. Ibu yang mendapatkan informasi tentang imunisasi campak menjadi tahu bahwa imunisasi campak harus diberikan pada bayi usia 9-12 bulan. Ibu yang mempunyai pengetahuan tentang campak akan berpikir dan berusaha agar bayinya sehat dengan memberikan Keyakinan dan emosi 7

menimbulkan ibu berniat (kecenderungan bertindak) untuk memberikan bayinya imunisasi campak dengan membawa bayinya ke posyandu untuk mendapatkan SIMPULAN 1. Ibu yang mempunyai bayi usia 9-12 bulan diketahui 57,7% orang mempunyai pengetahuan kurang dan 42,3% orang mempunyai pengetahuan yang baik tentang imunisai campak. 2. Ibu yang mempunyai bayi usia 9-12 bulan diketahui 59,2% orang mempunyai sikap kurang dan 40,8% orang mempunyai sikap baik terhadap praktik imunisasi campak pada bayi usia 9-12 bulan. 3. Ibu yang mempunyai bayi usia 9-12 bulan diketahui 69% orang mempunyai praktik kurang dan 21 orang (31%) mempunyai praktik baik dalam imunisasi pada bayi usia 9-12 bulan. 4. Ada hubungan pengetahuan dengan praktik imunisasi campak pada bayi usia 9-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Bojong II Kabupaten Pekalongan dengan value sebesar 0,029. 5. Ada hubungan sikap dengan praktik imunisasi campak pada bayi usia 9-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Bojong II Kabupaten Pekalongan dengan value sebesar 0,001. SARAN 1. Bagi Puskesmas Puskesmas dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan program imunisasi campak terutama program pendidikan kesehatan tentang imunisasi campak di posyandu, sehingga ibu mempunyai pengetahuan yang baik tentang imunisasi campak dan tidak khawatir untuk memberikan imunisasi campak pada bayinya. 2. Bagi Petugas Kesehatan Petugas kesehatan dapat memanfaatkan kegiatan posyandu dengan memberikan informasi tentang imunisasi campak dalam kegiatan posyandu sebagai upaya meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktik ibu dalam memberikan imunisasi campak pada bayinya. 3. Peneliti Lain Hasil penelitian ini dapat dijadikan data dasar bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian sejenis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan ibu masih kurang, sehingga peneliti lain dapat melakukan penelitian dengan desain berbeda seperti penelitian dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang imunisasi campak untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang 8

DAFTAR PUSTAKA Fida dan Maya 2012, Pengantar Ilmu Kesehatan Anak, D-Medika, Yogyakarta. Hastono, Sutanto Priyo, 2007, Analisis Data Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, Jakarta Hidayat, Alimul Aziz,, 2008, Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan, Salemba Medika, Jakarta. IDAI, 2011, Panduan Imunisasi Anak: Mencegah Lebih Baik daripada Mengobati, Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta Kemenkes 2012, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2012, Kemenkes RI, http://www.depkes.go.id, Diperoleh pada tanggal 24 Februari 2015. Kementerian, 2013, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013, Kemenkes RI, http://www.depkes.go.id, Diperoleh pada tanggal 28 Februari 2015. Notoatmodjo, Soekidjo, 2010, Ilmu Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. Wawan, A & Dewi, M 2010, Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia, Nur Medika, Yogyakarta. 9