HUBUNGAN KECACINGAN DENGAN STATUS GIZI PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 41 AMPENAN KELURAHAN JEMPONG BARU KECAMATAN SEKARBELA TAHUN 2011

dokumen-dokumen yang mirip
Eka Muriani Limbanadi*, Joy A.M.Rattu*, Mariska Pitoi *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

ABSTRAK GAMBARAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA 6-12 TAHUN DI SD SUKASARI I BANDUNG PERIODE

Factors correlated with helminthiasis incidence on students of Cempaka 1 Elementary School Banjarbaru

ABSTRAK PERBANDINGAN GAMBARAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-8 TAHUN DI SD X KOTA BANDUNG DENGAN SD Y KOTA JAYAPURA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG

BAB I PENDAHULUAN I.1.

JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 2, NO. 1, JANUARI 2015: 48-53

HUBUNGAN ANTARA KECACINGAN DENGAN STATUS GIZI PADA SISWA KELAS 4 DAN 5 SD KATOLIK St. THERESIA MALALAYANG KOTA MANADO

HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK KELAS V SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU AL AZHAR KEDIRI

Sri Desfita, Prevalensi Anemia, Status Gizi dan Kebiasaan Makan Pagi pada Anak Sekolah Dasar di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat sehingga perlu dipersiapkan kualitasnya dengan baik. Gizi dibutuhkan

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

BAB I PENDAHULUAN. (Wong, 2009). Usia pra sekolah disebut juga masa emas (golden age) karena pada

Kata Kunci: Status Gizi Anak, Berat Badan Lahir, ASI Ekslusif.

BAB II LANDASAN TEORI

ABSTRAK HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) PADA ANAK SD X KOTA BANDUNG TAHUN AJARAN 2014/2015

HUBUNGAN INFEKSI CACING ASCARIS LUMBRICOIDES DENGAN INDEKS MASSA TUBUH PADA SISWA PEREMPUAN SD SALSABILA KECAMATAN MEDAN MARELAN KOTA MEDAN TAHUN 2014

Pemeriksaan Kualitatif Infestasi Soil Transmitted Helminthes pada Anak SD di Daerah Pesisir Sungai Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar, Riau

Immawati, Ns., Sp.Kep.,A : Pengaruh Lama Pemberian ASI Eklusif

ISSN Vol 2, Oktober 2012

Linda Yunitasari 1. Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan

Kartu Menuju Sehat (KMS)

PENDIDIKAN IBU, KETERATURAN PENIMBANGAN, ASUPAN GIZI DAN STATUS GIZI ANAK USIA 0-24 BULAN

PENILAIAN STATUS GIZI BALITA (ANTROPOMETRI) Saptawati Bardosono

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SISWI KELAS 5 SD YAYASAN PENDIDIKAN SHAFIYYATUL AMALIYYAH MEDAN. Oleh: MUKHAMAD FARIED

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia masih banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMA NEGERI 7 MANADO

Hubungan Infeksi Soil Transmitted Helminth dengan Status Gizi pada Murid SDN 29 Purus Padang

LAMPIRAN. Surat Pernyataan Persetujuan untuk Ikut Serta dalam Penelitian (Informed Consent)

OLEH : DARIUS HARTANTO

ABSTRAK PERBANDINGAN PREVALENSI INFEKSI CACING TULARAN TANAH DAN PERILAKU SISWA SD DI DATARAN TINGGI DAN SISWA SD DI DATARAN RENDAH

BAB 1 PENDAHULUAN. tanah untuk proses pematangan sehingga terjadi perubahan dari bentuk non-infektif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Universitas Lampung. Abstrak CORRELATION BETWEEN NUTRITIONAL STATUS AND MENARCHE AGE IN TEENAGE GIRLS AT SMP NEGERI 22 BANDAR LAMPUNG.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

INFOKES, VOL. 4 NO. 1 Februari 2014 ISSN :

HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KALIJAMBE

METODE PENELITIAN 1 N

VOLUME I No 1 April 2013 Halaman Status Gizi Anak Baru Masuk Sekolah di Kota Denpasar

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak balita merupakan kelompok usia yang rawan masalah gizi dan penyakit.

ABSTRAK PENGARUH POLA ASUH IBU TERHADAP STATUS GIZI ANAK DI SD X KOTA BANDUNG TAHUN AJARAN 2014/2015

METODOLOGI. n = 2 (σ 2 ) (Zα + Zβ) δ 2

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kulitas sumber

HUBUNGAN ANTARA KECACINGAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI KELURAHAN BUNAKEN KECAMATAN BUNAKEN KOTA MANADO

PERBANDINGAN STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN INDEXS ANTROPOMETRI BB/ U DAN BB/TB PADA POSYANDU DI WILAYAH BINAAN POLTEKKES SURAKARTA

JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

PENGARUH SARAPAN PAGI TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA MURID SEKOLAH DASAR ( Studi di SDN 1 Wates, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo )

BAB 4 HASIL. Tabel 4.1. Karakteristik umum anak balita di Kecamatan Jatinegara tahun Karakteristik Median (min-maks) n %

ABSTRAK. Kata kunci: anak balita, perkembangan, indeks antropometri, pertumbuhan, motorik kasar

GAMBARAN KEJADIAN GIZI BURUK PADA BALITA DI PUSKESMAS CARINGIN BANDUNG PERIODE SEPTEMBER 2012 SEPTEMBER 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN Disain Penelitian Disain penelitian yang digunakan adalah metode survei yaitu dengan rancangan cross-sectional.

BAB 1. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh. ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang

KEBIASAAN JAJAN ANAK SEKOLAH DASAR DAN HUBUNGANNYA TERHADAP STATUS GIZI DI SEKOLAH DASAR SUNGAI RAMBUTAN KABUPATEN OGAN ILIR

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERILAKU ORANG TUA TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK KELAS 1 DI SDN X DAN Y

UNIVERSITAS UDAYANA HUBUNGAN STATUS ANEMIA DAN INDEKS MASSA TUBUH MENURUT UMUR (IMT/U) DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWI SMK KESEHATAN GANA HUSADA

HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR KEJADIAN STUNTING DAN KADAR ZINC RAMBUT PADA ANAK SEKOLAH DASAR

ABSTRAK GAMBARAN PENCAPAIAN PROGRAM KEGIATAN PEMBINAAN GIZI PADA BALITA DI KOTA KUPANG PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2013

Hubungan Infeksis Askariasis dengan Status Sosial Ekonomi pada Murid Sekolah Dasar Negeri 29 Purus

HUBUNGAN ASUPAN ENERGY DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN TAMAMAUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK. Kata kunci: Karies gigi, nutrisi, indeks karies.

HUBUNGAN ANTARA INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS (STH) DENGAN KADAR EOSINOFIL DARAH TEPI PADA SISWA SD BARENGAN DI KECAMATAN TERAS BOYOLALI

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran

Semuel Sandy, M.Sc*, Maxi Irmanto, M.Kes, ** *) Balai Litbang Biomedis Papua **) Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Cenderawasih

STUDI TENTANG STATUS GIZI PADA RUMAHTANGGA MISKIN DAN TIDAK MISKIN NUTRITIONAL STATUS OF POOR AND NON-POOR HOUSEHOLDS

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan sebagai pedoman pelaksanaan penelitian studi akhir pada Program Studi Gizi FIK UMS. Disusun Oleh :

PENGEMBANGAN DAN UJI COBA ALAT PUTAR STATUS GIZI BALITA (STANDAR WHO 2005) Leni Sri Rahayu, Ony Linda, Zulazmi Mamdy dan Evindyah Prita Dewi 1)

Pencegahan Kecacingan dan Peningkatan Status Gizi Siswa Sekolah Dasar untuk Peningkatan Kualitas Pendidikan

PROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN) DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG

HUBUNGAN ANTARA PARASITES LOAD SOIL TRANSMITTED HELMINTH DENGAN KADAR HEMOGLOBIN LAPORAN ILMIAH

Faktor risiko terjadinya kecacingan di SDN Tebing Tinggi di Kabupaten Balangan Provinsi Kalimantan Selatan Abstrak

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI BAYI 0-12 BULAN (BB/PB) DENGAN PEMBERIAN ASI DI RUMAH SAKIT GOTONG ROYONG SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berkualitas. Dukungan gizi yang memenuhi kebutuhan sangat berarti

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING

ABSTRAK. Diella Natasha Wijaya, 2016, Pembimbing I: Grace Puspasari,dr.,M.Gizi Pembimbing II: Penny Setyawati M,dr.,SpPK.MKes

ABSTRAK. Kata Kunci: Cirebon, kecacingan, Pulasaren

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menurut Global Nutrition Report 2014, Indonesia termasuk dalam 17 negara

HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT PENYAKIT INFEKSI DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK BATITA DI DESA MOPUSI KECAMATAN LOLAYAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

BAB I PENDAHULUAN. Helminthes (STH) merupakan masalah kesehatan di dunia. Menurut World Health

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X. Prodi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Bandung 2

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH

Perbedaan Tingkat Kecukupan Karbohidrat dan Status Gizi (BB/TB) dengan Kejadian Bronkopneumonia

ANAK SEKOLAH DASAR DI KELURAHAN BUNAKEN KECAMATAN BUNAKEN KEPULAUAN KOTA MANADO

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE PERORANGAN DENGAN INFESTASI CACING PADA PELAJAR SEKOLAH DASAR NEGERI 47 KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. maupun sanitasi lingkungan yang buruk, maka akan menyebabkan timbulnya

Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 Juli 2018 : 17-22

BAB I PENDAHULUAN. (cacing) ke dalam tubuh manusia. Salah satu penyakit kecacingan yang paling

FREKUENSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 32 MUARA AIR HAJI KECAMATAN LINGGO SARI BAGANTI PESISIR SELATAN

PERBEDAAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-24 BULAN LINGKUNGAN KUMUH DAN LINGKUNGAN TIDAK KUMUH DI KELURAHAN SEMANGGI KECAMATAN PASAR KLIWON SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI BATITA UMUR 1-3 TAHUN DI DESA MOPUSI KECAMATAN BOLAANG MONGONDOW INDUK SULAWESI UTARA 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Transkripsi:

HUBUNGAN KECACINGAN DENGAN STATUS GIZI PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 41 AMPENAN KELURAHAN JEMPONG BARU KECAMATAN SEKARBELA TAHUN 2011 Indana Eva Ajmala, Eka Arie Yuliyani, Anom Josafat Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Abstract Background: Nowdays, there are about 2 billion people with helminthiasis. In Indonesia, helminthiasis is the most common disease after malnutrition. The highest prevalence and intensity of helminthiasis occured among school-age children. Intestinal helminthiasis can cause malnutrition Purpose: The purpose of this research is to find out correlation between helminthiasis and nutritional status. Method: This research is a descriptive analytic designed with cross-sectional approach. The subject in this research are the 4, 5 and 6 grade student in State Elementary School 41 Kelurahan Jempong Baru Sekarbela that suitable with the inclusion criteria. The laboratory test using simple stool examination, while the nutritional status measured based on WHO criteria z-score height/age and BMI/age. The analysis on this research are Chi-Square with significancy 0,05 and Kolmogorov-Smirnov if the Chi-Square not suitable. Result: the result shows that 76 student (67,3%) are in a positive way helminth infected and 37 students (32,7%) are negative result, with the highest species are Trichuris trichiura (28,3%). From the Chi-Square, correlation between helminthiasis and nutritional status index height/age p=0,152 (>0,05) and from Kolmogorov-Smirnov correlation between helminthiasis and nutritional status BMI/age are p=0,390 (>0,05). Conclusion: There are no correlation between helminthiasis and nutritional status index height/age and BMI/age. Keyword: Helminthiasis, Nutritional Status, Elementary student Abstrak Latar Belakang: Di dunia saat ini, lebih dari 2 milyar penduduk terinfeksi cacing. Di Indonesia penyakit cacing merupakan masalah kesehatan masyarakat terbanyak setelah malnutrisi. Prevalensi dan intensitas tertinggi didapatkan di kalangan anak usia sekolah. Infeksi cacing usus dapat mengakibatkan kurang gizi. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara kecacingan dengan status gizi. Metode Penelitian : Jenis penelitian deskriptif analitik dengan rancangan cross-sectional. Penelitian ini dilakukan terhadap seluruh siswa kelas 4, 5, dan 6 SDN 41 Kelurahan Jempong Baru Kecamatan Sekarbela yang memenuhi kriteria inklusi. Uji laboratorium menggunakan metode sederhana, sedangkan penilaian status gizi menggunakan z-score TB/U dan IMT/U kriteria WHO. Analisis data dengan menggunakan uji Chi- Square dengan derajat kemaknaan 0,05 dan Kolmogorov-Smirnov jika syarat uji Chi-Square tidak terpenuhi. Hasil penelitian : dari penelitian didapatkan 76 siswa (67,3%) positif kecacingan dan 37 siswa (32,7%) negatif dengan infeksi tertinggi jenis cacing cambuk (28,3%). Dari uji Chi-Square hubungan kecacingan dengan status gizi indeks TB/U didapatkan nilai p =0,152 (>0,05) dan dari uji Kolmogorov-Smirnov hubungan dengan status gizi indeks IMT/U didapatkan nilai p=0,390 (>0,05). Simpulan: Tidak terdapat hubungan antara kecacingan dengan status gizi indeks TB/U dan IMT/U. Kata kunci: kecacingan, status gizi, sekolah dasar Pendahuluan Di dunia saat ini, lebih dari 2 milyar penduduk terinfeksi cacing. Prevalensi yang tinggi ditemukan terutama di negara-negara non industri (negara yang sedang berkembang). Merid mengatakan bahwa menurut World Health Organization (WHO) diperkirakan 800 juta- 1 milyar penduduk terinfeksi Ascaris, 700-900 juta terinfeksi cacing tambang, 500 juta terinfeksi trichuris. Di indonesia penyakit cacing merupakan masalah kesehatan masyarakat terbanyak setelah malnutrisi. Prevalensi dan intensitas tertinggi didapatkan dikalangan anak usia sekolah dasar 1. Penyakit cacingan tersebar luas, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Angka infeksi tinggi, tetapi intensitas infeksi (jumlah cacing dalam perut) berbeda. Hasil survei cacingan di Sekolah Dasar di beberapa 12

provinsi tahun 1986-1991 menunjukkan prevalensi sekitar 60%-80%, sedangkan untuk semua umur berkisar antara 40%-60%. Hasil survey subdit Diare pada tahun 2002 dan 2003 pada 40 SD di 10 provinsi meunjukkan prevalensi berkisar antara 2,2%- 96,3% 2. Di provinsi NTB, angka kejadian kecacingan juga tergolong tinggi, antara lain prevalensi infeksi oleh cacing gelang sebesar 92% dan infeksi oleh cacing cambuk sebesar 84%. Pada tahun 1998, dilakukan survei pada sejumlah murid di dua SD di Lombok yang menunjukkan angka prevalensi infeksi oleh cacing gelang sebesar 78,5% dan 72,6% 3. Keadaan gizi anak merupakan salah satu indikator derajat kesehatan. Makin baik status gizi anak, makin tinggi tingkat kesehatan suatu bangsa/negara. Di Indonesia kurang energi protein (KEP), merupakan masalah gizi yang utama. Infeksi cacing usus dapat megakibatkan kurang gizi, anemia, gangguan pertumbuhan dan kecerdasan. Keberadaan cacing di dalam usus, tergantung dari jumlah atau tingkat infeksinya akan mempengaruhi pemasukan zat gizi ke dalam tubuh. Dari penelitian Platt dan Heard terbukti bahwa perilaku cacing dalam mencuri zat gizi menjadi semakin lebih agresif pada keadaan kurang gizi dibandingkan pada keadaan cukup gizi 1. Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu secara antropometri, klinis, biokimia dan biofisik. Sedangkan penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu survei konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi 4. Cara pengukuran status gizi yang paling sering di masyarakat dan digunakan dalam program gizi masyarakat untuk pemantauan status gizi anak balita adalah antropometri gizi/metode antropometri 4. Terdapat empat indikator penilaian status gizi, yaitu: Panjang/tinggi badan menurut umur Berat badan menurut umur Berat badan menurut panjang/tinggi badan Indeks Massa Tubuh menurut umur Tabel 1. Status Gizi menurut Z-Score - WHO Indikator Pertumbuhan Z-Score BB/PB atau PB/U atau TB/U BB/U BB/TB Di atas 3 Lihat catatan 1 Sangat Gemuk (obes) Di atas 2 Lihat catatan 2 Gemuk (overweight) Di atas 1 Resiko Gemuk (Lihat catatan 3) 0 (angka median) IMT/U Sangat Gemuk (obes) Gemuk (overweight) Resiko Gemuk (Lihat catatan 3) 13

Z-Score Di bawah -1 Di bawah -2 Di bawah-3 Tabel 1. Status Gizi menurut Z-Score - WHO (lanjutan) Indikator Indikator Z-Score Pertumbuhan Pertumbuhan PB/U atau TB/U PB/U atau TB/U Pendek (Stunted) BB kurang Kurus (wasted) (Lihat catatan 4) (underweight) Sangat pendek BB sangat kurang Sangat kurus (severe stunted) (severe (severe wasted) (Lihat catatan 4) underweight) Z-Score Kurus (wasted) Sangat kurus (severe wasted) Catatan: 1. Seorang anak pada kategori ini termasuk sangat tinggi dan biasanya tidak menjadi masalah kecuali anak yang sangat tinggi mungkin mengalami gangguan endokrin seperti adanya tumor yang memproduksi hormon pertumbuhan. Rujuklah anak tersebut jika diduga mengalami gangguan endokrin (misalnya anak yang tinggi sekali menurut umurnya, sedangkan tinggi orangtua normal) 2. Seorang anak berdasarkan BB/U pada kategori ini, kemungkinan mempunyai masalah pertumbuhan, tetapi akan lebih baik bila anak ini dinilai berdasarkan indikator BB/PB atau BB/TB atau IMT/U 3. Hasil ploting di atas 1 menunjukkan kemungkinan resiko. Bila kecenderungannya menuju garis z- score 2 berarti resiko lebuh pasti 4. Anak yang pendek atau sangat pendek, kemungkinan akan menjadi gemuk bila mendapatkan intervensi gizi yang salah. Metodologi Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif analitik dengan rancangan cross-sectional. Penelitian ini dilakukan terhadap seluruh siswa kelas 4, 5 dan 6 SDN 41 Ampenan Kelurahan Jempong Baru Kecamatan sekarbela tahun ajaran 2011/2012 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, berjumlah sebanyak 113 siswa.metode pengambilan data yakni dengan melakukan pemeriksaan laboratorium (feses), pengukuran tinggi badan, pengukuran berat badan dan penentuan ststus gizi anak menggunakan Z- Score TB/U dan IMT/U. Z-Score dihitung dengan menggunakan anthropometric calculator program WHO Anthro Plus. Pengolahan data dilakukan secara analitik dengan teknik analisis chi-square untuk mengetahui hubungan antara variabelvariabel yang diteliti. Bila tidak memenuhi syarat uji Chi-Square, maka akan dilakukan uji Kolmogorov-Smirnov. Analisis yang digunakan untuk mengolah data-data yang diperoleh adalah dengan menggunakan bantuan software SPSS 17. 14

Hasil Dan Pembahasan 1. Distribusi jenis kelamin siswa Berdasarkan hasil penelitian dari 113 siswa yang menjadi subjek penelitian ini maka didapatkan frekuensi jenis kelamin yaitu sebanyak 64 siswa (56,6%) berjenis kelamin perempuan dan sebanyak 49 siswa (43,4%) berjenis kelamin laki-laki. Tabel 2. Distribusi Jenis Kelamin Siswa Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) Perempuan 64 56,6% Laki-laki 49 43,4% Total 113 100 2. Distribusi umur siswa Dari hasil penelitian didapatkan bahwa frekuensi siswa terbanyak adalah berumur 12 tahun yang berjumlah 48 siswa (42,5%) dan yang paling sedikit adalah berumur 9 tahun dan 14 tahun dengan jumlah siswa masing-masing 1 orang (0,9%). Tabel 2. Distribusi Umur Siswa Umur Frekuensi Persentase (%) 9 tahun 1 0,9 10 tahun 22 19,5 11 tahun 31 27,4 12 tahun 48 42,5 13 tahun 10 8,8 14 tahun 1 0,9 Total 113 100 3. Distribusi kejadian kecacingan Pada penelitian ini didapatkan frekuensi siswa yang positif kecacingan sebanyak 76 siswa (67,3%) dan negatif kecacingan sebanyak 37 siswa (32,7%). Jenis cacing yang menginfeksi siswa tersebut didominasi oleh cacing cambuk dengan frekuensi sebanyak 32 siswa (28,3%), kemudian kombinasi cacing gelang dan cacing cambuk sebanyak 29 siswa (25,7%). Frekuensi yang paling sedikit ditemukan pada siswa yang terinfeksi kombinasi cacing cambuk dan cacing tambang sebanyak 1siswa (0,9%). 4. Hubungan antara kejadian kecacingan dengan status gizi berdasarkan indeks TB/U Dari hasil penelitian didapatkan bahwa frekuensi siswa yang memiliki status gizi normal dan positif terinfeksi cacing sebanyak 42 siswa (62,7%), sedangkan yang negatif terinfeksi cacing dan status gizi normal sebanyak 25 siswa (37,3%). Frekuensi siswa 15

dengan kejadian cacingan positif dan status gizi pendek sebanyak 23 siswa (82,1%), kejadian cacingan negatif dan status gizi pendek sebanyak 5 siswa (17,9%), kejadian cacingan positif dan status gizi sangat pendek sebanyak 11 siswa (61,1%), kejadian cacingan negatif dan status gizi sangat pendek sebanyak 7 siswa (38,9%). Setelah dianalisis dengan mengguakan uji chi-square, maka didapatkan nilai p sebesar 0,152 (lebih besar dari 0,05) yang artinya tidak ada hubungan antara kejadian kecacingan dengan status gizi berdasarkan indeks TB/U. Tabel 3. Status Gizi Kejadian Normal Pendek Sangat Pendek p Kecacingan n % N % n % Positif 42 62,7 23 82,1 11 61,1 0,152 Negatif 25 37,3 5 17,9 7 38,9 Total 67 100 28 100 18 100 5. Hubungan antara kejadian kecacingan dengan status gizi berdasarkan indeks IMT/U Frekuensi siswa dengan kejadian cacingan positif dan memiliki status gizi resiko gemuk sejumlah 8 sisw (88,9%), kejadian cacingan negatif dan memiliki status gizi resiko gemuk sejumlah 1 siswa (11,1%), kejadian cacingan positif dan memiliki status gizi normal sejumlah 61 siswa (65,6%), kejadian cacingan negatif dan status gizi normal sejumlah 32 siswa (34,4%), kejadian cacingan positif dan status gizi kurus sebanyak 5 siswa (55,6%), kejadian cacingan negatif dan status gizi kurus sebanyak 4 siswa (44,4%), kejadian cacingan positif dan status gizi sangat kurus sebanyak 2 siswa (100%), dan tidak terdapat kejadian cacingan negatif dan status gizi sangat kurus (0%). Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan Chi-square antara variabel kejadian kecacingan dengan status gizi berdasarkan IMT/U didapatkan 4 sel (50%) memiliki expected count kurang dari 5 sehingga tidak memenuhi syarat untuk dilakukan uji Chi-square. Oleh karena itu dilakukan uji alternatif Kolmogrov-Smirnov. Hasil uji ini didapatkan nilai p=0,0390 (lebih besar dari 0,05) yang berarti tidak ada hubungan antara kejadian kecacingan dengan status gizi berdasarkan indeks IMT/U. 16

Kejadian Kecacingan Positif Negatif Total Tabel 4. Status Gizi Resiko Gemuk Normal Kurus Sangat Kurus n % n % n % n % 8 88,9 61 65,6 5 55,6 2 100 1 11,1 32 34,4 4 44,4 0 0 9 100 93 100 9 100 2 100 p 0,390 Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Syahdi Noor (2008) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara kecacingan dengan status gizi dan Windaruslina (1999) yang juga menyatakan tidak ada hubunga antara kecacingan dengan status gizi murid (indeks TB/U) 5,6. Tetapi hal ini tidak sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan infeksi cacing usus dapat mengakibatkan kurang gizi, anemia, gangguan pertumbuhan dan kecerdasan. Keberadaan cacing di dalam usus, tergantung dari jumlah atau tingkat infeksinya akan mempengaruhi pemasukan zat gizi ke dalam tubuh 1. Kesimpulan Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kejadian kecacingan dengan status gizi berdasarkan indeks TB/U dan IMT/U. Daftar Pustaka 1. Ginting SA. Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar di Desa Suka Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara. 2003 [cited 2010 April 20]. Available from:http://www.library.usu.ac.id 2. Menteri Kesehatan RI. Keputusan Meteri Kesehatan: Pedoman Pengendalian Cacingan. 2006 [cited 2010 April 20]. Available from: http://www.depkes.go.id 3. Gandahusada S. Parasitologi Kedokteran Edisi Ketiga.Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2004 4. Supriasa IDN., Bakri B., Fajar I. Penilaian Status Gizi. Jakarta:EGC; 2002 5. Syahdi N. Hubungan Kejadian Kecacingan dengan Status Gizi, Umur dan Jenis Kelamin Anak Sekolah Dasar Negeri Bangkal 3 Kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru Periode Maret 2007. Berkala Kedokteran jurnal kedokteran dan kesehatan vol.7 no.2; 2008 6. Windaruslina, Yudiawati. Hubungan Kecacingan Dengan Status Gizi Murid SDN 02 dan 04 Bandarharjo Kelurahan Tanjung Mas Kecamatan Semarang Utara Kotamadya Semarang.1999 [cited 2010 April 20]. Available from : http://www.eprintsundip.ac.id 17