KAJIAN MANFAAT IRIGASI WADUK PELAPARADO DI KABUPATEN BIMA TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DAN KESEMPATAN KERJA Abiyadun dan Ni Putu Sutami Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali ABSTRAK Dalam panca usahatani dan multiple cropping, irigasi merupakan salah satu faktor penting untuk menunjang keberhasilan usahatani. Salah satu upaya pemerintah Propinsi NTB untuk meningkatkan ketahanan pangan dan swasembada pangan adalah dengan membangun Waduk Pelaparado di Kabupaten Bima. Untuk mengetahui apakah ada manfaat irigasi waduk tersebut bagi masyarakat sekitar maka dilakukan penlitian yang bertujuan untuk menganalisis apakah terjadi perubahan pola dan intensitas tanam dengan adanya irigasi Waduk Pelaparado dan menganalisis manfaat waduk tersebut terhadap peningkatkan kesempatan kerja dan tambahan pendapatan petani padi. Metode pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif, dan dianalisis secara komparatif, yaitu membandingkan antara usahatani irigasi Waduk Pelaparado dengan usahatani tanpa irigasi Waduk Pelaparado. Hasil penelitian menunjukan bahwa Pembangunan irigasi Waduk Pelaparado meningkatkan Intensitas tanam dari 200% menjadi 300%, meningkatkan penggunaan tenaga kerja 180,26 HOK. Peningkatan tenaga kerja luar keluarga (TKLK) sebesar 141,61 HOK sedangkan tenaga dalam keluarga (TKDK) hanya meningkat 38,65 HOK, serta menambah pendapatan petani sebesar Rp 19.056.455/ha/tahun. Kata Kunci: Waduk Pelaparado, pola dan intensitas tanam, kesempatan kerja, dan tambahan pendapatan. PENDAHULUAN Pembangunan proyek irigasi Waduk Pelaparado merupakan upaya pemerintah dalam penyediaan infrastruktur untuk kemudahan mendapatkan air irigasi. Waduk Pelaparado memiliki potensi sumberdaya alam dan lahan yang secara geografis berada pada daerah dataran tinggi sehingga merupakan tempat yang strategis untuk menampung dan menyediakan air irigasi. Ketersediaan air irigasi merupakan sumber penunjang utama bagi petani baik yang berada di hulu, tengah, dan terutama di hilir. Sebab, lahan sawah pertanian yang menjadi daerah jangkauan merupakan lahan sawah yang produktif untuk menghasilkan tanaman padi sebagai tanaman pokok dalam mendukung program pemerintah untuk mempertahankan swasembada beras. Pembangunan Waduk Pelaporado oleh pemerintah Propinsi NTB bekerjasama dengan pemerintah Kabupaten Bima dilakukan berdasarkan permasalahan di sektor pertanian yang sangat krusial dalam menentukan keberhasilan peningkatan swasembada beras, baik nasional maupun lokal. Masalah tersebut berupa penurunan ketersediaan air irigasi dan penurunan produksi padi. Waduk ini dibangun untuk dapat menyuplai daerah irigasi 207
bendungan yang berada dihilirnya, dengan harapan dapat berdampak positif terhadap perubahan pola tanam dan peningkatan intensitas tanam. Peningkatan pola dan intensitas tanam dapat mempengaruhi peningkatan penerimaan bagi petani melalui adanya peningkatan produksi. Selain itu secara tidak langsung dapat meningkatan kesempatan penggunaan tenaga kerja dalam usahatani. Perubahan pola tanam, intensitas tanam, peningkatan produksi, dan adanya peningkatan kesempatan kerja secara berturut-turut dianalisis dengan menggunakan analisis pola tanam, intensitas tanam, analisis penerimaan usahatani dan analisis kesempatan kerja. Peningkatan penerimaan produksi padi mengindikasikan tambahan manfaat atau pendapatan yang diperoleh petani. Penelitian ini akan melihat dampak pembangunan Waduk Pelaparado khususnya di daerah yang dijadikan kajian (penelitian) dalam menunjang program pemerintah pada umumnya dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kesejahteraan ini diindikasikan dari adanya peningkatan penerimaan produksi padi dan adanya tambahan pendapatan diperoleh petani. Selain itu, dapat dilihat dari adanya perubahan tenaga kerja yang terjadi antara kawasan pertanian yang menggunakan irigasi Waduk Pelaparado dengan kawasan pertanian tanpa irigasi Waduk Pelaparado.. Dan diharapkan dari penelitian ini sebagai bahan masukan bagi pemerintah untuk masalah pertanian dalam pembangunan jaringan irigasi baik irigasi teknis, setengah teknis, sederhana dan irigasi lainnya dan bagi petani di wilayah irigasi waduk sebagai bahan evaluasi untuk menentukan pola tanam yang sesuai dengan karakteristik wilayah. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Desa Tangga dan Desa Sakuru dengan luas total areal tanam sebesar 625 ha yang merupakan daerah yang menggunakan irigasi waduk, sedangkan tanpa irigasi Waduk Pelaparado adalah di Desa Risa dan Desa Dadibou dengan luas total areal tanam sebesar 580 ha. Lamanya penelitian berlangsung kurang lebih selama 10 bulan, yakni pada bulan Februari sampai bulan November. Sampel petani dipilih secara acak (random sampling) dengan dasar penentuan jumlah respoden adalah secara insedental, dengan distribusi responden pada masing-masing lokasi pada Tabel 1. Pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis data dilakukan secara komparatif, yaitu dengan membandingkan keadaan usahatani padi yang menggunakan irigasi Waduk Pelaparado (with project) dan tanpa irigasi Waduk Pelaparado (without project). Analisis dilakukan secara deskriptif tentang praktek pola tanam yang dilakukan petani pada tiap daerah irigasi. Indikatornya adalah jenis tanaman apa yang ditanam pada tahun bersangkutan. 208
Tabel 1. Distribusi Pengambilan Responden Petani di Lokasi Penelitian Lokasi Jumlah (orang) A. Daerah irigasi - Desa Tangga 24 - Desa Sakuru 16 Jumlah 40 B. Daerah tanpa irigasi - Desa Risa 14 - Desa Dadibou 26 Jumlah 40 Jumlah Total Responden 80 Intensitas tanam diukur berdasarkan seberapa sering lahan diusahakan dalam satu tahun, menggunakan ketentuan sbb : IT = n i= 1 Pi x100 % T Keterangan : IT = Intensitas tanam Pi = Luas tanam pada musim tanam (ha) T = Luas baku lahan (ha) i = Jenis tanaman pada musim ke-i n = Banyaknya musim tanam dalam 1 tahun Analisis kesempatan kerja dalam penelitian ini dibandingkan antara penggunaan tenaga kerja antara usahatani dengan irigasi Waduk Pelaparado dan usahatani tanpa irigasi Waduk Pelaparado.. Secara matematis peningkatan kesempatan kerja adalah sebagai berikut: Δ KK = TKdi TKti Dengan pengertian : KK = Perubahan kesempatan kerja (HOK/thn) TKdi = Penggunaan tenaga kerja dengan irigasi Waduk Pelaparado (HOK/thn) TKti = Penggunaan tenaga kerja tanpa irigasi Waduk Pelaparado (HOK/thn) Menurut Soekartawi at al (1986), Pendapatan usahatani dihitung menggunakan persamaan matemats sbb (Soekartawi at al., 1986): Π di Π ti ΔΠ = TRdi = TRti = Π di TCdi TCti Π ti 209
Keterangan: di = Pendapatan usahatani daerah irigasi (Rp/ha/thn) TR di = Total penerimaan usahatani daerah irigasi(rp/ha/thn) TC di = Total biaya usahatani daerah irigasi (Rp/ha/thn) ti = Pendapatan usahatani tanpa daerah irigasi (Rp/ha/thn) TR ti = Total penerimaan usahatani tanpa daerah irigasi (Rp/ha/thn) TC ti = Total biaya usahatani tanpa daerah irigasi (Rp/ha/thn) = Perubahan pendapatan / tambahan pendapatan (Rp/ha/thn) HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Tanam dan Intensitas Tanam Petani dengan irigasi Waduk Pelaparado melakukan pola tanam padipadi-padi, sedangkan di sawah tanpa irigasi Waduk Pelaparado 100 persen petani menanam padi hanya pada MT I, pada musim tanam MT II sawahnya dimanfaatkan untuk menanam palawija (kedelai) (abel 2). Ini menandakan bahwa keberadaan waduk mampu merubah pola tanam petani dari satu kali musin tanam padi menjadi tiga kali musin tanam padi per tahun. Tabel 2. Pola dan Intensitas Tanam Petani Pola Tanam Intensitas MT I MT II MT III Tanam (%) Sawah Irigasi Waduk Padi Padi Padi 300 Sawah tanpa Irigasi Waduk Padi Palawija Bera 200 Perubahan intensitas tanam akibat digunakannya irigasi waduk +100 Tabel 2 memperlihatkan nilai intensitas tanam padi responden dengan irigasi Waduk Pelaparado adalah 300%, sedangkan nilai intensitas tanam pada petani tanpa irigasi Waduk Pelaparado adalah 200%. Nilai ini menunjukkan bahwa penggunaan irigasi Waduk Pelaparado dapat meningkatkan intensitas tanam 100%. Tyas (2005) melaporkan bahwa hadirnya irigasi waduk memberikan dampak positif karena dapat merubah pola tanam dari padi-bera-bera menjadi padi/palawija-padi-padi. Intensitas tanam meningkat dari 100% menjadi 300%. Kesempatan Kerja Adanya irigasi Waduk Pelaparado yang meningkatkan intensitas tanam berpengaruh terhadap peningkatan penggunaan tenaga kerja. Kegiatan usahatani sawah irigasi Waduk Pelaparado menyerap tenaga kerja 348,13 HOK/tahun, sedangkan pada usahatani tanpa irigasi Waduk Pelaparado hanya menyerap 167,87 HOK/tahun, sehingga terjadi peningkatan penggunaan tenaga kerja sebesar 180,26 HOK (Tabel 3). Peningkatan terbesar terjadi pada penggunaan tenaga kerja luar keluarga (TKLK) yaitu 141,61 HOK. sedangkan peningkatan penggunaan tenaga dalam keluarga (TKDK) hanya 38,65 HOK. Jika dibandingkan penggunaan tenaga kerja antara usahatani dengan irigasi Waduk Pelaparado dengan usahatani tanpa irigasi Waduk Pelaparado pada musim penghujan (MT I), penggunaan irigasi waduk mengurangi penggunaan tenaga kerja 6,98 HOK. Pada kegiatan pengolahan tanah, penyemaian, pemu- 210
pukan, penyiangan, dan penyemprotan, usahatani tanpa irigasi waduk lebih menyerap tenaga kerja di luar keluarga. Hal ini disebabkan karena kondisi lahan tanpa irigasi waduk lebih keras sehingga selain menggunaan traktor, lahan juga masih memerlukan pengolahan yang intensif. Karena ketersediaan air yang tidak menentu menyebabkan dilakukan penyemaian ulang. Kondisi sawah tanpa irigasi Waduk Pelaparado cenderung banyak gulma sehingga petani melakukan penyiangan 2-3 kali. Begitu pula pemupukan dan penyemprotan pada sawah tanpa irigasi waduk dilakukan tiga kali agar gulma cepat mati dan mempercepat pertumbuhan padi. Tabel 3. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja per Hektar di Lokasi Penelitian Aktivitas Usahatani Dengan Irigasi Tanpa Irigasi TK MT I MT II MT III Total MT I MT II Total 1. Pengolahan TKDK 3,43 3,25 3,43 10,11 3,57-3,57 6,54 TKLK 1,87 1,7 2 5,57 2,83-2,83 2,74 Sub Total 5,3 4,95 5,43 15,68 6,4-6,4 9,28 2. Penyemaian TKDK 3,04 2,57 3,34 8,95 2,34-2,34 6,61 TKLK 1,64 1,42 1,53 4,59 2,52-2,52 2,07 Sub Total 4,68 3,99 4,87 13,54 4,86-4,86 8,68 3. Penanaman TKDK 3,38 4,26 3,43 11,07 2,26 2.,6 4,86 6,55 TKLK 38,63 39,54 37,32 115,49 36,36 0,68 37,04 78,45 Sub Total 42,01 43,8 40,75 126,56 38,62 2,94 39,56 85 4. Pemupukan TKDK 3,98 4,21 3,98 12,17 2,56 2,56 5,12 7,05 TKLK 2,68 2,84 2,68 18,2 5,31 0,68 5,99 2,21 Sub Total 6,66 7,05 6,66 20,37 7,87 3,24 11,21 9,26 5. Penyiangan TKDK 4,4 4,64 4,4 13,44 7,25-7,25 6,19 TKLK 21,7 22,32 22,54 66.56 26,32-26,32 40,24 Sub Total 26,1 26,96 26,94 80 33,57-33,57 46,43 6. Semprot TKDK 3,57 3,46 3,57 10,6 2,34 2,34 4,68 5,92 TKLK 1,23 1,34 1,23 3,8 3,06 0,68 3,74 0,06 Sub Total 4,8 4,8 4,8 14,4 5,4 3,02 8,42 5,98 7. Pemanenan TKDK 2,4 2,27 2,64 7,31 3,76 3,76 7,52-0,21 TKLK 24,08 23,45 22,74 70,27 22,53 31,9 54,43 15,84 Sub Total 26,48 25,72 25,38 77,58 26,29 35,66 61,95 15,63 8. Total 116,03 117,27 114,83 348,13 123,01 44,86 167,87 180,26 TKDK (%) 23 22 23 22 10 TKLK (%) 23 23 22 24 8 Menurut Wirawan (1991) air irigasi mempunyai peranan yang sangat penting untuk peningkatan produksi, menahan pertumbuhan gulma, menekan perkembangan hama dan penyakit, memudahkan pengelolaan tanah. Tingkat Produksi Berdasarkan pola tanam usahatani pada irigasi waduk, produksi pada ketiga MT adalah produksi padi, sedangkan pada daerah tanpa irigasi, MT I adalah produksi padi dan MT II adalah produksi kedelai. Pada usahatani dengan 211
irigasi waduk diperoleh hasil panen padi 19,38 ton GKP/ha, sedangkan pada usahatani tanpa irigasi waduk tidak diperoleh hasil panen padi karena pada MT II memproduksi kedelai (Tabel 4). Tabel 4. Produksi Usahatani Di Lokasi Penelitian Musim Produksi (ton/ha) Tanam Dengan Irigasi Tanpa Irigasi Rata-Rata MT I 6,41 ** 5,25 ** 5,83 MT II 6,5 ** 1,34 * MT III 6,47 ** - 6,47 Total 19,38 Keterangan : ** = Produksi gabah kering panen (GKP) * = Produksi Kedelai Pengeluaran dan Tambahan Pendapatan Usahatani Dalam penelitian ini, pengeluaran terdiri dari biaya usahatani, penyusutan alat pertanian, dan biaya iuran irigasi. Biaya usahatani terdiri dari biaya benih, pupuk (urea, TSP, NPK, dan cair), obat hama dan tanaman (pestisida dan herbisida), sewa traktor, power traser, dan tenaga kerja. Biaya penyusutan terdiri dari biaya semprot dan cangkul. Biaya penyusutan merupakan biaya yang dikeluarkan petani selama satu kali dalan satu tahun, sedangkan biaya iuran irigasi merupakan biaya yang dikeluarkan petani pada setiap musim tanam. Penerimaan, pengeluaran dan pendapatan petani dengan irigasi waduk lebih besar dibandingkan petani tanpa irigasi waduk. Penerimaan petani dengan irigasi waduk pada MT I sebesar Rp. 15.384.000/ha sedangkan tanpa irigasi waduk hanya Rp. 12.600.000/ha (Tabel 5). Selain itu, pendapatan usahatani dengan irigasi waduk pada MT I adalah Rp. 9.345.685/ha sedangkan tanpa irigasi waduk hanya Rp. 6.295.850/ha. Ini menunjukan bahwa pembangunan irigasi Waduk Pelaparado meningkatkan pendapatan usahatani padi. Menurut Taylor dan Wickham (1991), ketersediaan air irigasi mempengaruhi pendapatan usahatani. Apabila air tersedia sepanjang tahun, maka intensitas tanam meningkat dan akhirnya akan meningkatkan produksi dan pendapatan petani. Tabel 5. Pengeluaran dan Tambahan Pendapatan Usahatani Padi Usahatani Tambahan Pendapatan MT Daerah Irigasi Waduk Tanpa Irigasi Waduk Penerimaan (Rp. 000/ha) I 15.384 12.600 II 15.600 6.432 III 15.528 - Total 46.512 19.032 Pengeluaran (Rp. 000/ha) I 6.038,315 6.304,15 II 6.069,515 3.346,85 III 5.966,715 - Total 18.253,71167 9.830,16667 Pendapatan (Rp. 000/ha) I 9.345,685 6.295,850 II 9.530,485 3.085,15 III 9.561,285 - Total 28.258,28833 9.201,83333 Tambahan Pendapatan (Rp. 000/ha) 19.056,455 212
Besarnya manfaat tersebut diindikasikan oleh tambahan pendapatan petani. Tambahan pendapatan petani per hektar adalah Rp 19.056.455, yang diperoleh dari hasil pengurangan nilai total pendapatan daerah irigasi sebesar Rp 28.258.288,33 dengan total pendapatan tanpa irigasi sebesar Rp 9.201.833,33. Nilai tambahan pendapatan ini menunjukan bahwa pembangunan irigasi Waduk Pelaparado meningkatkan pendapatan petani sebesar Rp 19.056.455/ha/tahun. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pembangunan irigasi Waduk Pelaparado meningkatkan Intensitas tanam dari 200% menjadi 300%, meningkatkan penggunaan tenaga kerja 180,26 HOK. Peningkatan tenaga kerja luar keluarga (TKLK) sebesar 141,61 HOK sedangkan tenaga dalam keluarga (TKDK) hanya meningkat 38,65 HOK, serta menambah pendapatan petani sebesar Rp 19.056.455/ha/tahun. Saran Pembangunan irigasi Waduk Pelaparado memberikan dampak positif melalui perubahan pola dan peningkatan intensitas tanam, tingkat produksi, kesempatan kerja, dan tambahan pendapatan. Salah satu upaya untuk menjaga hal tersebut adalah melalui peningkatan konsentrasi terhadap perbaikan jaringan irigasi waduk dan peningkatan kegiatan operasional agar pengaturan air tidak berlebihan dan tidak kekurangan. Serta pemerintah diharapkan dapat memberi dukungan terhadap proyek pertanian sejenis karena dapat meningkatkan dampak ekonomi yang cukup besar terhadap kesejahteraan masyarakat khususnya petani. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2006. Survei Pertanian : Produksi Tanaman Padi dan Palawija di Indonesia. Jakarta.. 2007. Survei Pertanian : Produksi Tanaman Padi dan Palawija di Indonesia. Jakarta.. 2008. Nusa Tenggara Barat dalam Angka 2008. Jakarta.. 2008. Statistik Indonesia. Jakarta. Bulog. 2007. Perkembangan pertanian Indonesia. Jakarta. Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah Kabupaten Bima. 2003. Laporan Bulanan Pelaksanaan Pembangunan Waduk Pelaparado Di Kabupaten Bima Tahun Anggaran 2002. Bima. Gittinger, J. P. 1986. Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. UI Press, Jakarta. Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta. 213
Soekartawi, A. Soeharjo, John L. Dillon, J. Brian Hardaker. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. UI Press. Jakarta. Tyas, Diajeng. R. 2005. Dampak Pemanfaatan Irigasi Pompa Terhadap Produksi, Penggunaan Faktor Produksi, Kesempatan Kerja, Dan Pendapatan Pertanian [Skripsi]. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Insititu Pertanian Bogor, Bogor. Wirawan. 1991. Pengembangan dan Pemanfaatan Lahan Swah Irigasi. Effendi Pasandaran (Editor). Pustaka LP3ES, Jakarta. 214