Lex Privatum Vol. V/No. 9/Nov/2017

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

*35279 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 24 TAHUN 1997 (24/1997) TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lex Administratum, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 LEGALISASI ASET PEMERINTAH DAERAH MELALUI PENDAFTARAN TANAH DI KABUPATEN PRINGSEWU. Oleh.

II. TINJAUAN PUSTAKA. menurut ketentuan yang diatur dengan peraturan pemerintah. Peraturan

PENDAFTARAN TANAH. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA

BAB III PRAKTEK PENDAFTARAN TANAH PEMELIHARAAN DATA DENGAN MENGGUNAKAN SURAT KUASA JUAL

KEPASTIAN HUKUM SERTIPIKAT HAK ATAS TANAH BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1997

BAB 2 PEMBAHASAN. 2.1 Pendaftaran Tanah

TINJAUAN PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH SECARA SISTEMATIK DI KABUPATEN BANTUL. (Studi Kasus Desa Patalan Kecamatan Jetis dan

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Wakaf merupakan perbuatan hukum Wakif untuk memisahkan atau

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Lex Crimen Vol. VI/No. 8/Okt/2017

Lex Administratum, Vol. V/No. 6/Ags/2017

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENDAFTARAN TANAH. A. Pengertian dan dasar hukum pendaftaran tanah

Lex et Societatis, Vol. V/No. 5/Jul/2017

mudah dapat membuktikan hak atas tanah yang dimiliki atau dikuasainya,

Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016

BAB II LANDASAN TEORI. berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

BAB I PENDAHULUAN. tanah sebagai sarana utama dalam proses pembangunan. 1 Pembangunan. dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Lex et Societatis, Vol. III/No. 8/Sep/2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lex Privatum Vol. V/No. 9/Nov/2017

: AKIBAT HUKUM PENUNDAAN PROSES BALIK NAMA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendaftaran tanah menurut PP No. 24 Tahun 1997 Pasal 1 ayat 1. Pendaftaran tanah adalah

BAB I PENDAHULUAN. terakhirnya. Selain mempunyai arti penting bagi manusia, tanah juga mempunyai kedudukan

Lex Crimen Vol. VI/No. 5/Jul/2017. Kata kunci: Analisis Yuridis, Pembuatan Sertifikat Tanah,

PENDAFTARAN TANAH RH

BAB I PENDAHULUAN. masih bercorak agraris. Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG

Lex Privatum Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1961 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah luas tanah yang dapat dikuasai oleh manusia terbatas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB IV HAMBATAN-HAMBATAN PENERAPAN ASAS PUBLISITAS DALAM PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN KEPAHIANG.

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran, dan kehidupan. bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 4/Apr/2016

Lex Privatum Vol. V/No. 3/Mei/2017

Lex Crimen Vol. VI/No. 5/Jul/2017

Lex Privatum, Vol.II/No. 3/Ags-Okt/2014

BAB I PENDAHULUAN. tanah.tanah sendiri merupakan modal utama bagi pelaksanaan pembangunan

FUNGSI SERTIFIKAT HAK ATAS TANAH DALAM MENJAMIN KEPASTIAN HUKUM

Upik Hamidah. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

PENYIMPANGAN DALAM PENERBITAN SERTIPIKAT HAK ATAS TANAH. Urip Santoso Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya

BAB II PROSEDUR PENERBITAN SERTIPIKAT HAK MILIK ATAS TANAH. teknis untuk suatu record (rekaman), menunjukkan kepada luas, nilai dan

JURNAL KARYA ILMIAH. KEKUATAN HUKUM SERTIPIKAT HAK MILIK SEBAGAI ALAT BUKTI KEPEMILIKAN (STUDI KASUS TANAH DI PENGADILAN NEGERI MATARAM) Cover

Lex Crimen Vol. V/No. 5/Jul/2016

Lex Crimen Vol. VI/No. 5/Jul/2017

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berdimensi dua dengan ukuran panjang dan lebar. Hukum tanah disini bukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari tanah. Tanah

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG SAH HAK ATAS TANAH DENGAN ADANYA SERTIFIKAT GANDA HAK ATAS TANAH

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi,

Lex Crimen Vol. VI/No. 5/Jul/2017

Pertanyaan: Ringkasan Jawaban: Analisa. 1. Surat Tanah di Indonesia. Dapat kah dilakukan amandemen nama pemilik pada surat tanah?

BAB IV. A. Analisis Hukum Mengenai Implementasi Undang-Undang Nomor 5. Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK-HAK ATAS TANAH. perundang-undangan tersebut tidak disebutkan pengertian tanah.

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Pelaksanaan pemberian Hak Milik dari tanah negara dan. perlindungan hukumnya di Kabupaten Kutai Timur pada tahun

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu

BAB II KEDUDUKAN PARA PIHAK DALAM PENGALIHAN HAK ATAS BANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan modal dasar pembangunan, serta faktor penting. dalam kehidupan masyarakat yang umumnya menggantungkan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk, sementara disisi lain luas tanah tidak bertambah. mendapatkan kepastian hukum atas tanah yang dimilikinya.

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan hak atas tanah oleh individu atau perorangan. Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP SISTEM PERTANAHAN DAN PEMAKAMAN DI INDONESIA. 1. Pengertian Peralihan Hak Atas Tanah

BAB III PELAKSANAAN KONVERSI TANAH ATAS HAK BARAT OLEH BADAN PERTANAHAN NASIONAL

BAB II KEDUDUKAN AKTA PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) DALAM KEPUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA PEMBAHASAN

8. PENDAFTARAN KARENA PERUBAHAN DATA YURIDIS

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan akta pemberian hak tanggungan atas tanah. 3 Dalam pengelolaan bidang

PENERBITAN SERTIPIKAT HAK ATAS TANAH DAN IMPLIKASI HUKUMNYA

BAB I PENDAHULUAN. tanah mempunyai fungsi ganda, yaitu sebagai social asset dan sebagai

BAB V PEMBAHASAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Tulungagung. Bupati pada saat itu, Bapak

PEROLEHAN TANAH DALAM PENGADAAN TANAH BERSKALA KECIL

BAB I PENDAHULUAN. masih tetap berlaku sebagai sumber utama. Unifikasi hak-hak perorangan atas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian peranan menurut Soerjono Soekanto adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Salah satu tujuan pembentukan UUPA adalah untuk memberikan

PROSES DAN SYARAT UNTUK MEMPEROLEH HAK MILIK ATAS TANAH DI INDONESIA 1 Oleh: Juosfiel Sadpri Pansariang 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PEMANTAPAN TUGAS KEPALA DESA DALAM BIDANG ADMINISTRASI PERTANAHAN KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2016

PENDAFTARAN TANAH PERTAMA KALI SECARA SPORADIK MELALUI PENGAKUAN HAK. Oleh Bambang Eko Muljono Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Lamongan ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kerangka Teori

Sertifikat hak guna..., Fransiska KrisnaniBudi Utami, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tempat tinggal yang turun temurun untuk melanjutkan kelangsungan generasi. sangat erat antara manusia dengan tanah.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH DAN CAMAT SEBAGAI PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH

BAB II PENERBITAN SERTIFIKAT HAK MILIK YANG BERASAL DARI ALAS HAK SURAT PERNYATAAN DIBAWAH TANGAN

RESUME KUTIPAN BUKU LETER C SEBAGAI ALAT BUKTI PERSIL TERHADAP SERTIFIKAT GANDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara bercorak

BAB II SERTIPIKAT HAK ATAS TANAH MERUPAKAN ALAT BUKTI YANG KUAT (TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI YOGYAKARTA NOMOR 71/PDT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Boedi Harsono, Hukum Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta, 2005, hlm. 560

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat yang

Transkripsi:

PENDAFTARAN TANAH MENGGUNAKAN SISTEM PUBLIKASI NEGATIF YANG MENGANDUNG UNSUR POSITIF MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH 1 Oleh: Anastassia Tamara Tandey 2 ABSTRAK Tujuandilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah pengaturan pendaftaran tanah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 dan bagaimanakah status hukum terhadap tanah yang didaftarkan menggunakan sistem publikasi negatif yang mengandung unsur positif menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, di mana dengan menggunakan metode penelitian hukum normatif, disimpulkan bahwa: 1. Untuk memberikan jaminan kepastian hukum dan kepastian hak bagi pemegang hak atas tanah, maka diadakan pendaftaran tanah, dan sebagai perintah dari UUPA maka diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Peraturan Pemerintah yang pertama kali mengatur mengenai Pendaftaran Tanah yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 kemudian diganti dengan 1997.Pendaftaran tanah meliputi beberapa bagian menurut Pasal 19 UUPA. Pendaftaran hak atas tanah yang merupakan bagian dari Pasal 19 UUPA, diatur dalam Pasal 23 ayat (1), 32 ayat (1), dan 38 ayat (1) UUPA, untuk hakhak yang lain belum diatur pendaftarannya dan ada juga yang menggunakan perjanjian.untuk pelaksanaan pendaftaran tanah pengaturannya pada Pasal 11 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, yang terbagi dalam dua bagian yaitu pendaftaran tanah pertama kali dan pemeliharaan data pendaftaran tanah. Pendaftaran pertama kali dilaksanakan dengan dua cara, yaitu cara sistematik dan sporadik. Sedangkan pemeliharaan data pendaftaran tanah terdiri atas: pendaftaran peralihan dan pembebanan hak serta pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah. 2. Status hukum terhadap tanah yang didaftarkan merupakan salah satu bagian dalam data yuridis. Status hukum terhadap tanah yang didaftarkan erat hubungannya dengan penjelasan hak-hak atas tanah, dikarenakan kedudukan hukum suatu bidang tanah merujuk pada UUPA. Status hukum yang diberikan akan sesuai dengan yang dimohonkan oleh pemegang hak atas tanah. Status hukum terhadap tanah yang telah didaftarkan akan terlihat jelas saat diterbitkannyasurat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat yaitu sertifikat hak atas tanah, disini terlihat bahwa sistem publikasi yang dianut adalah sistem publikasi negatif yang mengandung unsur positif. Sertifikat hak atas tanah yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat, memberikan kesempatan bagi pemilik sebenarnya untuk mendapatkan kembali hak atas tanah yang dimilikinya. Terlihatlah bahwa surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat. Kata kunci: pendaftaran tanah, sistem negatif, unsur positif PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketentuan pada Pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA merupakan dasar hukum pokok pendaftaran tanah, dan yang dapat kita ketahui bahwa dengan didaftarkan hak-hak atas tanah maka akan diberikan sertifikat tanah sebagai tanda bukti pemegang hak atas tanah dan berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat, dan dalam Pasal 23, 32, dan 38 UUPA juga menyatakan bahwa pendaftaran berbagai peristiwa hukum merupakan alat pembuktian yang kuat. Kata KUAT dalam pengertian Pasal 19 ayat (2) hutuf c ini berarti bahwa sertifikat tanah yang diberikan itu adalah Tidak Mutlak, dan membawa akibat hukum bahwa segala apa yang tercantum didalamnya adalah dianggap benar sepanjang tidak ada orang yang dapat membuktikan keadaan sebaliknya yang menyatakan sertifikat itu adalah tidak benar. 3 Berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Pasal 32 ayat (1), pendaftaran tanah menganut sistem publikasi negatif yang mengandung unsur positif. 1 Artikel skripsi; pembimbing skripsi: Dr. Anna Wahongan, SH, MH dan Dr. Diana Pangemanan,SH,MH. 2 Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi, Manado; NIM: 14071101505 3 Bachtiar Effendie, Pendaftaran Tanah di Indonesia dan Peraturan Pelaksanaanya, (Bandung: Alumni, 1993), Ed. 2,Cet. 1, hlm. 35. 5

B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah pengaturan pendaftaran tanah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997? 2. Bagaimanakah status hukum terhadap tanah yang didaftarkan menggunakan sistem publikasi negatif yang mengandung unsur positif menurut 1997? C. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah metode penelitian hukum normatif. PEMBAHASAN A. Pengaturan Pendaftaran Tanah Menurut 1997 Pendaftaran tanah diadakan sesuai dengan tujuan yang tercantum dalam Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, yang sebagai tindak lanjut dari pengaturan Pasal 19 ayat 1 UUPA, yaitu: a. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak suatu bidang tanah, satuan rumah susun, dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan; b. Untuk menyediakan informasi kepada pihakpihak yang berkepentingan termasuk Pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar; c. Untuk terselenggaranya tertib administrasi. Sebagai tindak lanjut dari tujuan pendaftaran tanah maka diatur pengaturannya dalam Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 yang berbunyi: (1) Untuk memberikan kepastian dan perlindungan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a kepada pemegang hak yang bersangkutan diberikan sertifikat hak atas tanah. (2) Untuk melaksanakan fungsi informasi sebgaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b data fisik dan data yuridis dari bidang tanah dan satuan rumah susun yang sudah terdaftar terbuka untuk umum. (3) Untuk mencapai tertib administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c, setiap bidang tanah dan satuan rumah susun termasuk peralihan, pembebanan, dan hapusnya hak atas bidang tanah dan hak milik atas satuan rumah susun wajib didaftar. Penyelenggaraan dan pelaksanaan pendaftaran tanah, diberikan kewenangan kepada Badan Pertanahan Nasional dan Kepala Kantor Pertanahan, sesuai dengan yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997. Pada Pasal 5 dipertegas bahwa: Pendaftaran tanah diselenggarakan oleh Badan Pertanahan Nasional. Berikutnya dipertegas dalam Pasal 6 ayat (1) yang menyatakan bahwa: Dalam rangka peyelenggaraan pendaftaran tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 tugas pelaksanaan pendaftaran tanah dilakukan oleh Kepala Kantor Pertanahan, kecuali kegiatankegiatan tertentu yang oleh Peraturan Pemerintah ini atau perundang-undangan yang bersangkutan ditugaskan kepada Pejabat lain. Kemudian diperjelas dalam Penjelasan Pasal 6 ayat (1) bahwa: Yang dimaksud dengan kegiatan-kegiatan tertentu yang pelaksanaannya ditugaskan kepada Pejabat lain, adalah kegiatan yang pemanfaatannya bersifat nasional atau melebihi wilayah kerja Kepala Kantor Pertanahan, misalnya pengukuran titik dasar teknik, pemetaan fotogrametri dan lain sebagainya. Demikian juga dalam Pasal 6 ayat (2), dinyatakan bahwa: Dalam melaksanakan pendaftaran tanah, Kepala Kantor Pertanahan dibantu oleh PPAT dan Pejabat lain yang ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu menurut Peraturan Pemerintah ini dan peraturan perundang-undangan yang bersangkutan. Kemudian diperjelas, bahwa dalam Penjelasan Pasal 6 ayat (2) adalah: Yang dimaksud dengan kegiatan-kegiatan tertentu adalah misalnya pembuatan akta PPAT oleh PPAT atau PPAT sementara, pembutan risalah lelang oleh Pejabat Lelang, ajudikasi dalam pendaftaran tanah secara sistematis oleh Panitia Ajudikasi dan lain sebagainya. 6

Kegiatan pendaftaran tanah dalam Pasal 11 1997 dibagi menjadi 2 (dua), yaitu: 4 1) Pendaftaran tanah untuk pertama kali (Opzet atauinitial registration) Kegiatan Pendaftaran tanah untuk pertama kali adalah kegiatan pendaftaran yang dilakukan terhadap obyek pendaftaran tanah yang belum didaftar berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 (Pasal 1 angka 9 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997). 5 Pelaksanaan pendaftaran tanah untuk pertama kali menurut Pasal 13 ayat (1) 1997 dilaksanakan melalui 2 (dua) cara, yaitu: a) Pendaftaran tanah secara sistematik; Pendaftaran tanah secara sistematik merupakan pendaftaran tanah yang melibatkan Pemerintah (Badan Pertanahan Nasional) sebagai pelaksana dibantu oleh sebuah panitia independen. 6 b) Pendaftaran tanah secara sporadic; Pendaftaran tanah yang dilakukan dengan cara sporadik, pemilik tanah yang aktif untuk melakukan pendaftaran tanah. 7 Pasal 12 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 menyebutkan, kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali meliputi: 8 (1) Pengumpulan dan pengolahan data fisik Pengumpulan dan pengolahan data fisik adalah keterangan mengenai letak, batas, dan luas bidang tanah dan satuan rumah susun yang terdaftar, termasuk keterangan mengenai adanya bangunan atau bagian bangunan diatasnya. Dalam rangka pengumpulan dan pengolahan data fisik, dilakukan kegiatan pengukuran dan pemetaan. Kegiatan pengukuran dan 4 Urip Santoso, Pendaftaran dan,op.cit.,hlm. 308 5 Ibid. 6 Widhi Handoko, Op.cit., hlm. 241. 7 Ibid. 8 H.M. Arba, Op.cit., hlm. 163-165. pemetakan menurut Pasal 14 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, meliputi: a. Pembuatan peta dasar pendaftaran; Penyediaan peta dasar pendaftaran untuk pendaftaran tanah secara sistematik juga digunakan untuk memisahkan bidang-bidang tanah yang sudah terdaftar. Dengan adanya peta dasar pendaftaran bidang tanah yang didaftar dalam pendaftaran tanah secara sporadik, dapat diketahui letaknya dalam kaitan bidang-bidang tanah lain dalam suatu wilayah, sehingga dapat dihindarkan terjadinya sertifikat ganda atas suatu bidang tanah. 9 b. Penetapan batas bidang-bidang tanah; c. Pengukuran dan pemetaan bidang-bidang tanah dan pembuatan peta pendaftaran; d. Pembuatan daftar tanah; e. Pembuatan surat ukur. 2) Pembuktian hak dan pembukuannya Pembuktian hak dalam pendaftaran tanah dibagi menjadi 2 (dua), yaitu: 10 (a). Pembuktian hak baru Pembuktian hak baru diatur dalam Pasal 23 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997. Ada beberapa macam pembuktian hak baru, yaitu: 1. Hak atas tanah baru dibuktikan dengan: a. Penetapan pemberian hak dari pejabat yang berwenang memberikan hak yang bersangkutan menurut ketentuan yang berlaku apabila pemberian hak tersebut berasal dari tanah Negara atau tanah hak pengelolaan; b. Asli akta Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang memuat pemberian hak oleh pemegang hak milik kepada penerima hak 9 Adrian Sutedi, Peralihan Hak, Op.cit., hlm. 137. 10 Urip Santoso, Pejabat Pembuat, Op.cit., hlm. 12-13. 7

yang bersangkutan apabila mengenai hak guna bangunan dan hak pakai atas tanah hak milik. 2. Hak pengelolaan dibuktikan dengan penetapan pemberian Hak Pengelolaan oleh pejabat yang berwenang; 3. Tanah wakaf dibuktikan dengan akta ikrar wakaf; 4. Hak milik atas satuan rumah susun dibuktikan dengan akta pemisahan; 5. Pemberian Hak Tanggungan dibuktikan dengan akta pemberian hak tanggungan. (b). Pembuktian hak lama Pembuktian hak lama diatur dalam Pasal 24 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997. Pembuktian hak lama dibagi menjadi 2 (dua) yaitu: 11 1. Hak lama yang ada alat bukti tertulis. Untuk keperluan pendaftaran hak, hak atas tanah yang berasal dari konversi hak-hak lama dibuktikan dengan alat-alat bukti mengenai adanya hak tersebut berupa bukti-bukti tertulis, keterangan saksi dan atau pernyataan yang bersangkutan yang kadar kebenarannya oleh Panitia Ajudikasi dalam pendaftaran tanah secara sistematik atau oleh Kepala Kantor Pertanahan dalam pendaftarantanah secara sporadik, dianggap cukup untuk mendaftar hak, pemegang hak dan hak-hak pihak lain yang membebaninya. 2. Hak lama yang tidak ada alat bukti tertulis. Dalam hal tidak atau tidak lagi tersedia secara lengkap alat pembuktian, pembukuan hak dapat dilakukan berdasarkan kenyataan penguasaan fisik bidang tanah yang bersangkutan selama 20 (dua puluh) tahun atau lebih secara berturut-turut oleh pemohon pendaftaran dan pendahulupendahulunya, dengan syarat: a. Penguasaan tersebut dilakukan dengan iktikad baik dan secara terbuka oleh yang bersangkutan sebagai yang berhak atas tanah, serta diperkuat oleh kesaksian orang yang dapat dipercaya; b. Penguasaan tersebut baik sebelum maupun pengumuman tidak dipermasalahkan oleh masyarakat hukum adat atau desa/kelurahan yang bersangkutan. Pembukuan hak, diatur dalam Pasal 29 1997, yaitu hak atas tanah, hak pengelolaan tanah wakaf, dan hak milik atas satuan rumah susun didaftarkan dengan membukukannya dalam buku tanah yang memuat data yuridis dan data fisik bidang tanah yang bersangkutan dan sepanjang ada surat ukurnya dicatat pula pada surat ukur tersebut. Pembukuan dalam buku tanah serta pencatatannya pada surat ukur merupakan bukti bahwa hak yang bersangkutan beserta pemegang haknya dan bidang tanahnya yang diuraikan dalam surat ukur secara hukum telah didaftar. Pembukuan hak dilakukan berdasarkan alat bukti hak baru dan berita acara pengesahan oleh Panitia Ajudikasi dalam pendaftaran tanah secara sistematik atau oleh Kepala Kantor Pertanahan dalam pendaftaran secara sporadik. 12 Berdasarkan alat bukti hak baru (yaitu penetapan pemberian hak oleh pejabat berwenang, akta PPAT, akta ikrar wakaf, akta pemisahan, akta pemberian hak tanggungan), penegasan konversi (perubahan dalam status pemilikan atas suatu benda atau tanah), dan pengakuan hak, hak-hak atas tanah, hak milik atas satuan rumah susun, hak pengelolaan, dan tanah wakaf yang bersangkutan dibukukan dalam Buku Tanah. Hak-hak atas tanah, hak milik atas satuan rumah susun, hak pengelolaan, dan tanah wakaf yang data fisik dan/atau data yuridisnya tidak lengkap atau masih disengketakan dibukukan dengan catatan dalam buku tanah mengenai hak-hak kurang lengkap atau masih disengketakan. 13 Menyangkut dengan penandatanganan buku tanah 11 Ibid, hlm. 13-14. 12 Ibid, hlm. 14. 13 Ibid. 8

dilakukan oleh Kepala Kantor Pertanahan dengan ketentuan bahwa dalam hal Kepala Kantor Pertanahan berhalangan atau dalam rangka melayani permohonan pendaftaran tanah yang bersifat massal, Kepala Kantor Pertanahan dapat melimpahkan kewenangan menandatangani buku tanah tersebut kepada Kepala Seksi Hak Atas Tanah dan Pendaftaran Tanah. 14 (2) Penerbitan sertifikat tanah Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, sertifikat adalah surat tanda bukti hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) huruf (c) UUPA untuk hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas satuan rumah susun dan hak tanggungan yang masingmasing sudah dibukukan dalam Buku Tanah yang bersangkutan. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961, yang disebut sertifikat adalah salinan Buku Tanah dan Surat Ukur yang dijahit menjadi satu bersama-sama dengan suatu kertas sampul yang bentuknya ditetapkan oleh Menteri Agraria. Dengan demikian Sertifikat Tanah terdiri atas: (a). Salinan Buku Tanah; (b). Salinan Surat Ukur; (c). Kertas Sampul. 15 (3) Penyajian data fisik dan data yuridis Penyajian data fisik dan data yuridis merupakan kegiatan tata usaha pendaftaran tanah. Penyajian data fisik dan data yuridis oleh Kantor Pertanahan terdiri dari: 16 (a). Peta Pendaftaran Tanah Peta pendaftaran tanah yaitu peta yang menggambarkan bidang atau bidang-bidang tanah untuk keperluan pembukuan. (b). Daftar Tanah Daftar Tanah yaitu dokumen dalam bentuk daftar yang memuat identitas bidang 14 Ibid. 15 H.M. Arba, Op.cit., hlm. 163-164. 16 Ibid, hlm. 164. tanah dengan suatu sistem penomoran. (c). Surat Ukur Surat ukur yaitu dokumen yang memuat data fisik suatu bidang tanah dalam bentuk peta dan uraian. (d). Buku Tanah Buku tanah yaitu dokumen dalam bentuk daftar yang memuat data yuridis dan data fisik suatu objek pendaftaran tanah yang sudah ada haknya. (e). Daftar Nama Daftar nama yaitu dokumen dalam bentuk daftar yang memuat keterangan mengenai penguasaan tanah dengan suatu hak atas tanah, atau hak pengelolaan dan mengenai pemilikan hak milik atas satuan rumah susun oleh orang perorangan atau badan hukum. Sebelum para pihak yang berkepentingan ingin melakukan perbuatan hukum atas bidangbidang tanah tertentu perlu untuk mengetahui data mengenai bidang tanah tersebut. Sehubungan dengan sifat terbuka dari data fisik dan data yuridis yang tersimpan dalam peta pendaftaran, daftar tanah, buku tanah, dan surat ukur, maka siapapun yang berkepentingan berhak untuk mengetahui keterangan dari datadata yang diperlukan. Pada Pasal 34 ayat (2) menyebutkan bahwa: Data fisik dan data yuridis yang tercantum dalam daftar nama hanya terbuka bagi instansi Pemerintah tertentu untuk keperluan pelaksanaan tugasnya. (4) Penyimpanan daftar umum dan dokumen. Dokumen-dokumen yang merupakan alat pembuktian yang telah digunakan sebagai dasar pendaftaran (warkah), diberi tanda pengenal dan disimpan di Kantor 9

Pertanahan yang bersangkutan atau di tempat lain yang ditetapkan oleh Menteri/Kepala Badan Pertanahan. 17 Peta pendaftaran, daftar tanah, surat ukur, buku tanah, daftar nama, dan dokumendokumen yang merupakan alat pembuktian seperti yang telah dijelaskan sebelumnya harus tetap berada di Kantor Pertanahan atau di tempat lain yang ditetapkan oleh Menteri/Kepala Badan Pertanahan Nasional. Untuk mencegah hilangnya dokumen tersebut, maka apabila ada instansi yang menganggap perlu untuk memeriksanya, pemeriksaan wajib dilakukan di Kantor Pertanahan. 18 3) Kegiatan Pemeliharaan data pendaftaran tanah (Bijhouding atau Maintenance). Pemeliharaan data pendaftaran tanah adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk menyesuaikan data fisik dan data yuridis dalam peta pendaftaran, daftar tanah, daftar nama, surat ukur, buku tanah, dan sertifikat dengan perubahanperubahan yang terjadi kemudian (Pasal 1 angka 12 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997). Kegiatan pemeliharaan data pendaftaran tanah diatur dalam Pasal 36 sampai dengan Pasal 57 1997. Kegiatan pemeliharaan data pendaftaran tanah, terdiri atas: 19 a) Pendaftaran peralihan dan pembebanan hak, meliputi: (1) Pemindahan hak. (2) Pemindahan hak lelang. (3) Peralihan hak karena pewarisan. (4) Peralihan hak karena penggabungan atau peleburan perseroan atau koperasi. (5) Pembebanan hak. (6) Penolakan pendaftaran peralihan dan pembebanan hak. b) Pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah, meliputi: (1) Perpanjangan jangka waktu hak atas tanah. (2) Pemecahan, pemisahan, dan penggabungan bidang tanah. (3) Pembagian hak bersama. (4) Hapusnya hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah susun. (5) Peralihan dan hapusnya Hak Tanggungan. (6) Perubahan data pendaftaran tanah berdasarkan putusan atau penetapan pengadilan. (7) Perubahan nama. Perubahan data yuridis dapat berupa: 20 (a). Peralihan hak karena jual beli, tukar-menukar, hibah, pemasukan dalam perusahaan, dan perbuatan hukum pemindahan hak lainnya; (b). Peralihan hak karena pewarisan; (c). Peralihan hak karena penggabungan atau peleburan perseroan atau koperasi; (d). Pembebanan Hak Tanggungan; (e). Hapusnya hak atas tanah, Hak Pengelolaan, Hak Milik atas Satuan Rumah Susun dan Hak Tanggungan; (f). Pembagian hak bersama; (g). Perubahan data pendaftaran tanah berdasarkan putusan 17 Ibid, hlm. 165. 18 Ibid. 19 Urip. Santoso, Hukum Agraria, Op.cit., hlm. 308-309. 20 Urip. Santoso, Pendaftaran dan, Op.cit., hlm. 310. 10

pengadilan atau penetapan Ketua Pengadilan; (h). Perubahan nama akibat pemegang hak yang ganti nama; (i). Perpanjangan jangka waktu hak atas tanah. Perubahan data fisik dapat berupa: 21 1. Pemecahan bidang tanah; 2. Pemisahan sebagian atau beberapa bagian dari bidang tanah; 3. Penggabungan dua atau lebih bidang tanah. B. Status Hukum terhadap Tanah yang Didaftarkan Menggunakan Sistem Publikasi Negatif yang Mengandung Unsur Positif Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Untuk memberikan jaminan kepastian hukum dan perlindungan hukum dalam pendaftaran tanah, kepada pemegang yang bersangkutan diberikan sertifikat sebagai tanda bukti haknya, 22 seperti yang tercantum dalam Pasal 4 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 yang menegaskan bahwa: Untuk memberikan kepastian dan perlindungan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf (a) kepada pemegang hak yang bersangkutan diberikan sertifikat hak atas tanah Pasal 19 ayat (2) UUPA dinyatakan bahwa akhir kegiatan pendaftaran tanah yang diadakan oleh Pemerintah adalah pemberian surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat. UUPA tidak menyebutkan nama surat tanda bukti hak atas tanah yang didaftar. Baru pada Pasal 13 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 dinyatakan bahwa surat tanda bukti hak atas tanah yang didaftar dinamakan sertifikat, yaitu salinan buku tanah dan surat ukur yang telah dijahit menjadi satu bersama-sama dengan suatu kertas sampul yang bentuknya ditetapkan oleh Menteri Agraria. 23 Pasal 1 ayat (20) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, ditegaskan bahwa: Sertifikat adalah surat tanda bukti hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) huruf (c) untuk hak atas tanah, hak pengelolaaan, tanah wakaf, hak milik atas satuan rumah susun dan hak tanggungan yang masing-masing sudah dibukukan dalam buku tanah yang bersangkutan. Makna dari pernyataan bahwa sertifikat merupakan alat pembuktian yang kuat dan bahwa tujuan pendaftaran tanah yang diselenggarakan untuk memberikan jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan menjadi tampak dirasakan arti praktisnya, sungguhpun sistem publikasi yang digunakan adalah sistem negatif. Sistem publikasi tersebut tidak mengurangi rasa pemberian perlindungan yang seimbang baik kepada pihak yang mempunyai tanah maupun kepada pihak yang memperoleh dan menguasainya dengan iktikad baik dan dikuatkan dengan sertifikat tanah. 24 Stelsel negatif memang telah memunculkan dampak terhadap kepastian hukum itu sendiri. Pemegangan hak atas tanah yang dapat membuktikan bukti-bukti yang sah akan dilindungi oleh hukum yang berlaku. Jangkauan kekuatan pembuktian sertifikat, yang dinyatakan sebagai alat pembuktian yang kuat oleh UUPA diberikan dengan syarat selama belum dibuktikan yang sebaliknya, data fisik dan data yuridis yang dicantumkan dalam sertifikat harus diterima sebagai data yang benar, baik dalam perbuatan hukum sehari-hari maupun dalam sengketa pengadilan, sepanjang data tersebut sesuai dengan apa yang tercantum dalam surat ukur dan buku tanah yang bersangkutan. 25 Penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah pada Pasal 32 ayat (1) diperjelas bahwa: Pendaftaran tanah yang penyelenggaraannya diperintahkan oleh UUPA tidak menggunakan sistem publikasi positif, yang kebenaran data yang disajikan dijamin oleh Negara, melainkan menggunakan sistem publikasi negatif. Didalam sistem publikasi negatif Negara tidak menjamin kebenaran data yang disajikan. Tetapi walaupun demikian tidaklah dimaksudkan untuk menggunakan sistem publikasi secara murni. Hal tersebut nampak dari pernyataan 21 Ibid. 22 Urip Santoso, Hukum Agraria, Loc.cit., hlm. 293. 23 Ibid, hlm. 315. 24 Adrian Sutedi, Sertifikat Hak Atas Tanah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), Cet. 2, hlm. 99. 25 Ibid, hlm. 103-104. 11

dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA, bahwa surat tanda bukti hak yang diterbitkan berlaku sebagai alat bukti yang kuat dan dalam Pasal 23, 32, dan 38 UUPA bahwa pendaftaran berbagai peristiwa hukum merupakan alat pembuktian yang kuat. Selain itu dari ketentuan-ketentuan mengenai prosedur pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, dan penyajian data fisik dan data yuridis serta penerbitan sertifikat dalam Peraturan Pemerintah ini, tampak jelas usaha untuk sejauh mungkin memperoleh dan penyajian data yang benar, karena pendaftaran tanah adalah untuk menjamin kepastian hukum. Berdasarkan ketentuan Pasal 32 ayat (1) 1997, maka pendaftaran tanah menganut sistem publikasi negatif yang mengandung unsur positif, yaitu sertifikat hanya merupakan surat tanda bukti hak yang bersifat kuat dan bukan merupakan surat tanda bukti hak yang bersifat mutlak. Hal ini berarti bahwa data fisik dan data yuridis yang tercantum dalam sertifikat mempunyai kekuatan hukum dan harus diterima hakim sebagai keterangan yang benar selama dan sepanjang tidak ada alat bukti lain yang membuktikan sebaliknya. Dengan demikian, pengadilanlah yang berwenang memutuskan alat bukti mana yang benar dan apabila terbukti sertifikat tersebut tidak benar, maka diadakan perubahan dan pembetulan sebagaimana mestinya. 26 Berbicara status hukum terhadap tanah yang didaftarkan merupakan salah satu bagian dari data yuridis, karena dalam pengertian data yuridis dijelaskan pada Pasal 1 angka 7 1997 bahwa: Data yuridis adalah keterangan mengenai status hukum bidang tanah dan satuan rumah susun yang didaftar, pemegang haknya dan hak pihak lain serta bebanbeban lain yang membebaninya. PENUTUP A. Kesimpulan 1. Untuk memberikan jaminan kepastian hukum dan kepastian hak bagi pemegang hak atas tanah, maka diadakan pendaftaran tanah, dan sebagai perintah dari UUPA maka diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Peraturan Pemerintah yang pertama kali mengatur mengenai Pendaftaran Tanah yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 kemudian diganti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997.Pendaftaran tanah meliputi beberapa bagian menurut Pasal 19 UUPA. Pendaftaran hak atas tanah yang merupakan bagian dari Pasal 19 UUPA, diatur dalam Pasal 23 ayat (1), 32 ayat (1), dan 38 ayat (1) UUPA, untuk hak-hak yang lain belum diatur pendaftarannya dan ada juga yang menggunakan perjanjian.untuk pelaksanaan pendaftaran tanah pengaturannya pada Pasal 11 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, yang terbagi dalam dua bagian yaitu pendaftaran tanah pertama kali dan pemeliharaan data pendaftaran tanah. Pendaftaran pertama kali dilaksanakan dengan dua cara, yaitu cara sistematik dan sporadik. Sedangkan pemeliharaan data pendaftaran tanah terdiri atas: pendaftaran peralihan dan pembebanan hak serta pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah. 2. Status hukum terhadap tanah yang didaftarkan merupakan salah satu bagian dalam data yuridis. Status hukum terhadap tanah yang didaftarkan erat hubungannya dengan penjelasan hak-hak atas tanah, dikarenakan kedudukan hukum suatu bidang tanah merujuk pada UUPA. Status hukum yang diberikan akan sesuai dengan yang dimohonkan oleh pemegang hak atas tanah. Status hukum terhadap tanah yang telah didaftarkan akan terlihat jelas saat diterbitkannyasurat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat yaitu sertifikat hak atas tanah, disini terlihat bahwa sistem publikasi yang dianut adalah sistem publikasi negatif yang mengandung unsur positif. Sertifikat hak atas tanah yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat, memberikan kesempatan bagi pemilik sebenarnya untuk mendapatkan kembali hak atas tanah yang dimilikinya. Terlihatlah bahwa surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat. 26 Urip Santoso, Pendaftaran dan, Op.cit., hlm. 45. 12

B. Saran 1. Pendaftaran tanah yang diatur dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, diharapkan dijalankan oleh Pemerintah dengan lebih baik lagi sehingga dapat terjamin kepastian hukum dan kepastian hak bagi pemegang hak atas tanah. Pengaturan dalam Peraturan Pemerintah yang tidak dijalankan, akan mengakibatkan terjadinya tumpah tindih sertifikat yang pada akhirnya memunculkan tidak adanya jaminan kepastian hukum dan kepastian hak bagi pemegang hak atas tanah sesuai dengan tujuan yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997. 2. Hak-hak atas tanah yang diatur dalam UUPA diharapkan semuanya dapat didaftarkan sehingga memunculkan status hukum yang jelas terhadap tanah yang telah didaftarkan. DAFTAR PUSTAKA Arba H. M. 2017, Hukum Agraria Indonesia, Jakarta, Sinar Grafika. Chomzah H. Ali Achmad. 2004, Hukum Agraria (Pertanahan Indonesia), Jilid 2, Jakarta, Prestasi Pustaka. Effendie Bachtiar. 1993, Pendaftaran Tanah di Indonesia dan Peraturan Pelaksanaannya, Bandung, Alumni. GunturI Gusti Nyoman. 2014, Pendaftaran Tanah, Modul MKK-3/3 SKS/ MODUL I-IX, Kementrian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional, Yogyakarta. Handoko Widhi. 2014, Kebijakan Hukum Pertanahan Sebuah Refleksi Keadilan Hukum Progresif, Yogyakarta, Thafa Media. Harsono Boedi. 2016, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi, dan Pelaksanaannya, Jilid 1, Jakarta, Universitas Trisakti. Parlidungan A. P. 2009, Pendaftaran Tanah di Indonesia, Bandung, Mandar Maju. Rudayat Charlie, Kamus Hukum, Pustaka Mahardika. Supriadi. 2012, Hukum Agraria, Jakarta, Sinar Grafika. Sutedi Adrian. 2012, Sertifikat Hak Atas Tanah, Jakarta, Sinar Grafika. Sutedi Adrian. 2014, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya, Jakarta, Sinar Grafika. Sutanto Teguh. 2014, Panduan Praktis Mengurus Sertifikat Tanah dan Perizinannya, Yogyakarta, Buku Pintar. Santoso Urip. 2015, Hukum Agraria Kajian Komprehensif, Jakarta, Prenamedia Group. Santoso Urip. 2015, Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah, Jakarta, Prenamedia Group. Santoso Urip. 2016, Pejabat Pembuat Akta Tanah Perspektif Regulasi, Wewenang, dan Sifat Akta, Jakarta, Prenamedia Group. Tutik Titik Triwulan. 2006, Pengantar Hukum Perdata di Indonesia, Jakarta, Prestasi Pustaka. Zaman Nurus. 2016, Politik Hukum Pengadaan Tanah Antara Kepentingan Umum dan Perlindungan Hak Asasi Manusia, Bandung, Refika Aditama. Zarqoni Mohammad Machfudh. 2015, Hak Atas Tanah, Jakarta, Prestasi Pustaka. 13