BAB I PENDAHULUAN. memerlukan sarana untuk mengelola dananya. Adapun pihak yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, yang secara eksplisit menetapkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Selain memiliki peran penting dalam proses perekonomian, bank juga

BAB I PENDAHULUAN. keuangan atau Financial Intermediatary antar dua pihak, yaitu pihak yang memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan setiap bank sangat dipengaruhi oleh perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur dan jasa. Sedangkan sektor moneter ditumpukan pada sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. mikro maupun makro. Terbukti dari semakin banyak munculnya usaha baru yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan negara Indonesia ini. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri

BAB 1 PENDAHULUAN. dan ketiga adalah ijarah dan jasa. Bagi hasil terdiri dari mudharabah dan

BAB I PENDAHULUAN. lembaga intermediasi keuangan (financial intermediary institution), yakni

BAB I PENDAHULUAN. di dalam perekonomian suatu Negara sebagai perantara lembaga keuangan. Bank dalam pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang cukup pesat dan memberikan pengaruh yang cukup

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syariah pada dasamya merupakan suatu industri keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan bank sebagai mitra dalam mengembangkan usahanya.

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan perekonomian mencakup semua sektor, baik sektor industri. (manufaktur), jasa, dan perbankan. Perkembangan perekonomian ini

sejak zaman Rasulullah, seperti pembiayaan, penitipan harta, pinjam-meminjam uang, bahkan pengiriman uang. Akan tetapi, pada saat itu, fungsi-fungsi

BAB I PENDAHULUAN. penentuan return yang akan diperoleh para depositornya. Bank syariah tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang berbasis nilai-nilai dan prinsip syariah untuk dapat diterapkan

BAB I PENDAHULUAN. Bank Syariah menerapkan sistem bebas bunga (interest free) dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bank terdiri atas bank konvensional dan bank syariah. Perbedaan yang paling

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktu yang pendek dan jangka waktu yang panjang. Investasi dalam

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak yang kekurangan dana pada waktu yang ditentukan (Dendawijaya,

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau

BAB I PENDAHULUAN. Muamalat pada tahun Setelah terbukti mampu bertahan pada masa krisis

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan atau biasa disebut financial intermediary. Sebagai lembaga keuangan,

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perbankan nasional selama kurun waktu tahun 2003 sampai 2009

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

BAB V PEMBAHASAN. ketahui hasil nya adalah sebagai berikut: Indonesia pada Periode Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sebagimana keinginan masyarakat indonesia akan hadirnya ke giatan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

BAB I PENDAHULUAN. imbalan dan penetapan beban yang dikenal dengan bunga. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan syariah di Indonesia pertama didirikan tahun 1992 meskipun

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat. Di Indonesia sendiri perbankan syariah menunjukkan

pengiriman uang. Piter dan Suseno (2003) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhinya, baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Ada kalanya

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sistem keuangan dunia. perkembangan perekonomian dunia

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediaries)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan tersebut tidak lepas dari peran bank sebagai lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Bank Syariah merupakan Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah di Indonesia telah hadir sejak lebih dari lima belas tahun, yakni

BAB I PENDAHULUAN. beranggapan bahwa bank syariah belum memiliki perbedaan yang esensial dan

BAB I PENDAHULUAN. dari dunia perbankan. Jika dihubungkan dengan pendanaan, hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara bisa berjalan dengan lancar. Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Rakyat Syariah (BPRS). Menurut Undang-Undang Nomor 21 tahun dalam lalu lintas pembayaran.(salman, 2012:8).

BAB I PENDAHULUAN. bersifat hutang dikenal dengan nama obligasi (Husnan, 2001:4).

BAB I PENDAHULUAN. Di samping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukarkan uang,

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan-pembiayaan yang dapat membantu masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank merupakan salahsatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. nasabahpun juga semakin meningkat. syariah menerapkan sistem bagi hasil berdasarkan prinsip Profit Sharing

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 tahun 2008 tentang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu suatu sistem ekonomi yang berlandaskan Al-Quran dan Al-Hadits beberapa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank syariah dalam perbankan nasional mulai dikembangkan sejak tahun

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Bank dalam pasal 1 ayat (2) UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan UU

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai financial

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang tumbuh berkisar 8%. (Otoritas Jasa Keuangan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. dasarkan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bahwa Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan

ANALISIS PENGARUH PEMBIAYAAN, TABUNGAN, GIRO, DEPOSITO DAN EKUITAS TERHADAP FINANCING TO DEPOSIT RATIO (FDR)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. pengertian bank menurut UU Nomor 10 Tahun 1998 yaitu Bank adalah badan

BAB I PENDAHULUAN. lintas pembayaran, menyimpan, dan meminjam dana. disahkannya Undang-Undang Nomor 7 Tahun Selama kurun waktu 20

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan dana yang dimiliki suatu lembaga harus benar-benar efektif. agar pendapatan yang diperoleh meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat dan stabil. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri dari tiga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kehadiran bank syariah ditengah-tengah perbankan konvensional

BAB I PENDAHULUAN. melakukan kegiatan perekonomian di kehidupan sehari-hari, manusia sangat

BAB I PENDAHULUAN. tersisa sepertiga dari modal awal. IDB kemudian memberikan suntikan dana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Bank pada hakikatnya merupakan lembaga perantara (intermediary) yaitu. menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan Syariah menurut UU No. 21 tahun 2008 adalah segala

BAB I PENDAHULUAN. Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Pemberlakuan UU ini memicu lahirnya bank syariah yang baru, baik status bank umum syariah

BAB I PENDAHULUAN. sistem perbankan yang lebih adil. Dengan berlandaskan pada Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 pasal 1 ayat 2). deposito yang sebagaimana dapat menjadi alternatif untuk berinvestasi.

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan sistem bagi hasil atau profit sharing (Kasmir, 2006:23).

BAB I PENDAHULUAN. pensiun, penyediaan sistem pembayaran dan mekanisme transfer dana.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usaha tanpa adanya kepercayaan dari masyarakat. yang setia dan menguntungkan pihak bank. Dengan demikian, pihak bank

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan Undang-Undang Perbankan yang berlaku yaitu UU No. 12 Tahun 1967,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Gambaran Umum Perkembangan Perbankan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. Sistem perbankan Indonesia menganut dual banking system, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga yang memiliki peranan penting dalam. perekonomian suatu negara baik sebagai sumber permodalan maupun sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, bank syariah telah muncul semenjak awal tahun 1990-an dengan

BAB I PENDAHULUAN. utamanya menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan giro, tabungan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang membutuhkan dana disebut dengan debitur. satu, yang sering disebut dengan pooling of fund yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan bank syariah di dunia, baru dimulai di Mesir pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi tingkat bunga akhir-akhir ini memberikan perhatian lebih kepada

I. PENDAHULUAN. Unit Usaha Syariah (UUS)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang nomor 10 tahun 1998 pengertian bank umum

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perbankan berfungsi sebagai perantara menyalurkan dana dari pihak yang mempunyai surplus dana kepada pihak yang memerlukan dana. Pihak yang mempunyai surplus dana adalah nasabah atau pihak ketiga dan investor yang memerlukan sarana untuk mengelola dananya. Adapun pihak yang memerlukan dana pembiayaan adalah pengusaha, dalam hal ini adalah perusahaan maupun usaha mikro. Bank syariah menyalurkan dana dengan cara yang sesuai dengan prinsip syariah dan dilakukan pada pihak-pihak yang memenuhi kriteria. Tidak seperti bank konvensional, menyalurkan dana hanya dengan analisis profit oriented (Anisah dkk, 2013). Analisis yang dilakukan oleh bank syariah tidak hanya sebatas laba yang akan didapatkan, namun mengembangkan misi sosial yaitu meningkatkan kesejahteraan ekonomi sesuai dengan nilai-nilai Islam. Pemerintah Indonesia dalam hal ini mendukung perkembangan perbankan syariah, karena pemerintah menilai bahwa bank syariah mempunyai tingkat resistensi yang tinggi untuk menghadapi isu-isu financial baik dari dalam maupun luar negeri. Dukungan dari pemerintah ditunjukkan dengan pembentukan peraturan perundang-undangan baru tentang perbankan syariah mulai dari UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, diamandemen menjadi UU No. 7 Tahun 1998 yang lebih lengkap dan secara tegas menggunakan kata

2 Bank Syariah dan prinsip-prinsip syariah, peraturan tersebut kembali diamandemen menjadi UU No. 21 Tahun 2008. Perbankan syariah juga dinilai lebih tahan dalam menghadapi krisis, dan collapse dibanding dengan perbankan konvensional. Dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 188 yang berbunyi: Janganlah seseorang memakan harta orang lain dengan jalan yang bathil, dan janganlah seseorang memperkarakan suatu hal agar ia dapat memakan harta orang lain tersebut, padahal sebenarnya seseorang tersebut mengetahuinya. Firman ini menjadi dasar bahwa harus adanya keadilan distribusi penghasilan / bagi hasil antara shahibul mal dan mudharib, yaitu harus adanya unsur keadilan dalam penentuan nisbah, agar masing-masing pihak memperoleh hak sesuai porsinya. Jika perbankan menggunakan sistem bunga tetap pada saat berapapun penghasilan perbankan, ketika pembiayaannya memperoleh laba yang rendah, sebagian besar labanya akan digunakan untuk membayar bunga pada nasabah. Bisa jadi bank mengalami kesulitan untuk membayar bunga, dan mengancam likuiditas dari perbankan tersebut. Hal ini bertentangan dengan QS Al Baqarah ayat 188, yang seharusnya semua hal dibagikan sesuai dengan haknya. Dalam kegiatan pengelolaan dana pihak ketiga, pihak bank dan nasabah selain membagi keuntungan juga harus membagi resiko yang dialami dari usaha tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Yahya & Agunggunanto (2011)

3 menyatakan bahwa diperlukan kemampuan untuk analisis resiko dari kerjasama yang dijalin nasabah dengan perbankan syariah. Jika usaha memperoleh laba yang tinggi akan dibagikan sesuai dengan nisbah, begitu pula saat usaha mengalami penurunan laba. Jumlah dana dari pihak yang mempunyai surplus dana dalam dunia perbankan disebut dengan dana pihak ketiga (DPK) atau dalam bahasa inggris yaitu Third Parties Fund. Dana pihak ketiga dari Bank Syariah di Indonesia masih belum sebanding dengan dana pihak ketiga Bank Konvensional. Padahal berdasarkan Koran Tempo Jakarta, data penduduk yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Indonesia tahun 2010 total penduduk Indonesia mencapai 238 juta jiwa, dengan penduduk penganut agama Islam mencapai 87% atau sekitar 207 juta jiwa. Jumlah penduduk yang tidak memeluk agama Islam hanya sekitar 13% (Yusuf, 2015). Dengan jumlah ini seharusnya nasabah perbankan syariah dapat lebih besar dari 5% atau seharusnya tidak jauh berbeda dengan nasabah bank konvensional yang mencapai 95%, bahkan nasabah loyalis bank syariah hanya 22,4%. Sedangkan jika dibandingkan dengan negara Malaysia, nasabah bank syariah sudah mencapai 20% (Nugroho, 2013). Dengan jumlah umat muslim yang begitu besar, seharusnya berbanding lurus dengan jumlah nasabah Bank Syariah yang tinggi juga. Karena dalam Islam tidak hanya diperintahkan untuk melakuakan ritual ibadah semata, tetapi juga secara menyeluruh terkait perbankan, politik, ekonomi, dan lainya. Bank Syariah mengelola dananya dengan cara yang halal dan sesuai dengan prinsip

4 Islam. Namun realitanya jumlah nasabah Bank Syariah masih sangat sedikit, jauh dibawah nasabah Bank Konvensional. Dalam penelitian sebelumnya (Yulianto, 2015), diungkapkan bahwa terjadi penurunan growth (perlambatan pertumbuhan) dana pihak ketiga perbankan syariah. Dana pihak ketiga mempunyai fungsi sangat vital bagi perbankan, perubahan sedikit saja dapat mempengaruhi kinerja dan performa bank. Penghimpunan dana dari pihak ketiga juga sebagai sumber profit dan penutup laba operasional. Hal ini menunjukkan pentingnya dana pihak ketiga bagi berlangsungnya operasional perbankan dan profitabilitas yang dicapai. Performa dana pihak ketiga pada beberapa tahun terahir dipengaruhi oleh kebijakan moneter yang dikeluarkan pemerintah mengenai penerbitan Sukuk Negara Ritel. Kebijakan ini mengacu pada fatwa DSN-MUI Nomor 76 Tahun 2010 mengenai Surat Berharga Syariah Negara Ijarah Asset to be Leased. Suku ritel ini diterbitkan oleh Negara dengan tujuan untuk meningkatkan dunia perbankan Syariah dan juga untuk meningkatkan ketahanan perekonomian Negara, karena sumber dana yang digunakan untuk pengadaan barang serta proyek berasal dari dalam negri. Berikut grafik growth DPK dari empat tahun sebelum sukuk ritel diterbitkan yaitu tahun 2005, sampai dengan 2015 cenderung mempunyai trendline menurun.

5 Grafik 1. Growth Dana Pihak Ketiga tahun 2005 2015 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00-20.00-40.00 Sumber: Bank Indonesia 2005-2013 dan Otoritas Jasa Keuangan 2014-2016, data diolah Dari grafik di atas menunjukkan bahwa meskipun jumlah DPK berfluktuasi pada masing-masing triwulan, namun secara statistik dari tahun 2005 sampai 2008 menunjukkan trendline meningkat. Sedangkan tahun 2009 sampai dengan 2015, setelah diterbitkannya Sukuk Negara Ritel oleh pemerintah melalui perbankan, growth DPK menunjukkan trendline penurunan. Padahal berdasarkan data dari Kementrian Keuangan RI, trendline growt dari penerbitan sukuk ritel mengalami peningkatan yang cukup konsisten (Pakpahan, 2016). Berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan adanya penurunan growth DPK setelah penerbitan sukuk ritel. Penurunan tersebut juga menimbulkan kecenderungan pengalihan dari dana DPK pada Sukuk Ritel dari tahun 2009-2015. Hal ini menyebabkan perlu dilakukan penelitian mengenai

6 kondisi DPK dan beberapa factor yang mempengaruhi secara lebih detail. Agar kondisi DPK dapat terkontrol dan tidak mengganggu penyaluran kredit Perbankan Syariah. Perkembangan DPK perbankan syariah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya jumlah kantor BUS dan UUS, sukuk ritel, jumlah office channelling, jumlah BPRS, ukuran perusahaan, reputasi perbankan, bagi hasil, suku bunga konvensional, tingkat inflasi, dan masih banyak factor lainnya. Peneliti sebelumnya (Wasilah & Andriyanti, 2010) meneliti tentang variabel suku bunga, bagi hasil, inflasi, FDR, ukuran perusahaan, dan dana pihak ketiga deposito mudharobah. Jumlah Bank Syariah kini belum menjangkau seluruh penjuru wilayah Indonesia, tidak seperti Bank Konvensional. Mudahnya akses masyarakat pada perbankan Syariah baik di daerah perkotaan maupun pelosok diperkirakan akan meningkatkan jumlah penghimpunan Dana Pihak Ketiga dari perbankan Syariah. Masyarakat terutama di daerah pedesaan belum banyak mengetahui seperti apa kinerja Bank Syariah dalam mengelola dananya agar sesuai dengan prinsip Islam yaitu menghindari riba yang sangat besar dosanya di mata Allah. Masyarakat juga belum banyak mengetahui tentang produk Bank Syariah, karena minimnya informasi. Perbankan yang mempunyai ukuran besar cenderung lebih mendapat kepercayaan dari masyarakat atau nasabah. Semakin besar ukuran bank, maka nasabah semakin merasa aman untuk menyimpan dananya di bank tersebut. Rasa aman tersebut disebabkan oleh kecilnya kemungkinan untuk dilikuidasi.

7 Selain itu, bank yang besar akan mempunyai reputasi yang baik, termasuk masyarakat yang menjadi nasabahkan akan merasa mempunyai reputasi yang baik juga. Besarnya bagi hasil akan mendorong jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun. Selain masyarat yang loyalis dengan bank syariah karena system bagi hasil yang terhindar dari riba, masyarakat yang mempunyai prinsip profit oriented juga akan beralih pada bank syariah jika jumlah bagi hasil yang diberikan sesuai dengan keinginannya. Jika tingkat suku bunga tinggi dan jumlah bunga yang diberikan oleh bank konvensional lebih memenuhi target atau keinginannya, orang-orang yang profit oriented akan berpindah ke bank konvensional. Jumlah dana pihak ketiga yang mengacu pada minat masyarakat untuk menabung juga dipengaruhi oleh tingkat inflasi. Tingginya inflasi dapat mengurangi keinginan masyarakat untuk menabung, menyimpan uang dalam bentuk giro, maupun deposito, karena adanya ekspektasi bagi hasil yang didapatkan akan lebih rendah dari tingkat inflasi. Hal ini berdampak negatif pada penghimpunan dana perbankan syariah, yang dapat terus menurun seiring dengan peningkatan inflasi. Berdasarkan penjelasan tersebut maka penulis mengambil judul untuk penelitian ini yaitu: Pengaruh Sukuk Ritel, Jumlah Kantor, Ukuran Perusahaan, Bagi Hasil, Suku Bunga, dan Inflasi Terhadap Penghimpunan Dana Pihak Ketiga.

8 Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Wasilah & Andriyanti (2010). Peneliti tersebut meneliti tentang ukuran perusahaan, tingkat bagi hasil, suku bunga, dan inflasi. Dalam penelitian ini menambahkan variabel independen jumlah kantor yang merujuk dari penelitian Purniawan (2014), serta variabel sukuk ritel yang belum ada peneliti sebelumnnya yang meneliti tentang pengaruh sukuk ritel pada DPK. Sehingga penelitian ini merupakan kompilasi dari penelitian-penelitian di atas. Perbedaan lainnya yaitu terletak pada periode penelitian, pada penelitian ini menggunakan periode penelitian 2012 2015. B. Batasan Masalah Penelitian Agar penelitian ini lebih fokus serta mempunyai ruang lingkup dan tujuan yang jelas, peneliti memberikan batasan penelitian sebagai berikut: 1. Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi tinggi rendahnya penghimpunan Dana Pihak Ketiga pada Perbankan Syariah, namun pada penelitian ini lebih difokuskan pada enam variabel, yaitu sukuk ritel, jumlah kantor, ukuran perusahaan, bagi hasil, tingkat suku bunga Bank Indonesia, dan Inflasi. 2. Perbankan yang menjadi sampel adalah Bank Umum Syariah di Indonesia yang menerbitkan laporan keuangan pada periode penelitian, yaitu periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2015. C. Rumusan Masalah Penelitian Pada latar belakang di atas dijelaskan beberapa variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini. Perumusan pokok permasalahan yang diperoleh yaitu:

9 1. Apakah sukuk ritel berpengaruh terhadap penghimpunan Dana Pihak Ketiga pada Perbankan Syariah? 2. Apakah jumlah kantor berpengaruh terhadap penghimpunan Dana Pihak Ketiga pada Perbankan Syariah? 3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penghimpunan Dana Pihak Ketiga pada Perbankan Syariah? 4. Apakah tingkat bagi hasil berpengaruh terhadap penghimpunan Dana Pihak Ketiga pada Perbankan Syariah? 5. Apakah tingkat suku bunga konvensional berpengaruh terhadap penghimpunan Dana Pihak Ketiga pada Perbankan Syariah? 6. Apakah tingkat inflasi berpengaruh terhadap penghimpunan Dana Pihak Ketiga pada Perbankan Syariah? D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini sesuai dengan pokok permasalahan yang akan diteliti adalah: 1. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh sukuk ritel terhadap penghimpungan Dana Pihak Ketiga pada Perbankan Syariah. 2. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh jumlah kantor terhadap penghimpungan Dana Pihak Ketiga pada Perbankan Syariah. 3. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh ukuran perusahaan terhadap penghimpungan Dana Pihak Ketiga pada Perbankan Syariah. 4. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh tingkat bagi hasil terhadap penghimpungan Dana Pihak Ketiga pada Perbankan Syariah.

10 5. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh tingkat suku bunga konvensional terhadap penghimpungan Dana Pihak Ketiga pada Perbankan Syariah. 6. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh tingkat inflasi terhadap penghimpungan Dana Pihak Ketiga pada Perbankan Syariah. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta ilmu pengetahuan bagi peliti khususnya, dan juga bagi pembaca pada umumnya. Wawasan dan ilmu pengetahuan yang dimaksud adalah yang berhubungan dengan beberapa faktor yang mempengaruhi dana pihak ketiga pada Bank Syariah. Manfaat lain di bidang akademis yaitu untuk menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya. 2. Manfaat Praktik Bagi praktisi, dapat bermanfaat untuk evaluasi perkembangan system perbankan syariah mengenai DPK, yang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Misalnya sukuk ritel, jumlah kantor, ukuran perusahaan, bagi hasil, suku bunga, dan inflasi