Pahlawan Nasution, NIM: (Pembimbing: Fajar Apollo Sinaga)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. wanita atau laki-laki sampai anak-anak, dewasa, dan orangtua bahwa dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari salah satu jalur energi dalam tubuh yang dikenal sebagai glikolisis (Mc

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang Masalah. Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga.

PENDAHULUAN. cabang-cabang olahraga. Atlet yang menekuni salah satu cabang tertentu untuk

direncanakan antara pembebanan dan recovery. Lari interval ini merupakan lari

PENGARUH SUPLEMEN TERHADAP KADAR ASAM LAKTAT DARAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prayogi Guntara, 2014 Pengaruh Recovery Aktif Dengan Recovery Pasif Terhadap Penurunan Kadar Asam Laktat

PENGARUH PEMBERIAN PISANG (MUSA PARADISIACA) TERHADAP KELELAHAN OTOT (AEROB DAN ANAEROB) PADA ATLET SEPAK TAKRAW

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS DATA. Pengolahan data yang dilakukan pada masing-masing kelompok

BAB I PENDAHULUAN. statis artinya normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat dan sehat

Vol. 1 No. 1 ISSN Analisis Kapasitas Vital Paru Terhadap VO2Max Mahasiswa Baru FPOK IKIP Mataram Tahun Akademik 2015 / 2016

PENGARUH LATIHAN LARI INTERVAL TERHADAP KECEPATAN LARI PADA PEMAIN SEPAK BOLA DI SEKOLAH SEPAK BOLA RUKUN AGAWE SANTOSA (RAS) KLATEN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN MINUMAN ISOTONIK DENGAN KONSUMSI OKSIGEN MAKSIMAL PADA MAHASISWA JPOK UNLAM BANJARBARU

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pengkuran terhadap 10 orang sampel penelitian, yakni para member wanita

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

BAB III METODE PENELITIAN. pelaksanaan penelitian adalah hal yang sangat penting, sebab dalam menggunakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH LATIHAN NAIK TURUN BANGKU TERHADAP JAUH LOMPATAN PADA OLAHRAGA ATLETIK NOMOR LOMPAT JAUH SISWA KELAS X SMK PGRI WLINGI KAB.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2015 KONTRIBUSI DENYUT NADI ISTIRAHAT DAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU TERHADAP KAPASITAS AEROBIK

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN KEKUATAN MAKSIMAL OTOT TUNGKAI DAN FREKUENSI LANGKAH (CADENCE) TERHADAP KECEPATAN SPRINT

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan

PROGRAM STUDI PENJASKESREK FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2015

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Kation ekstraseluler utama adalah natrium (Na + ), sedangkan kation

BAB I PENDAHULUAN. sama lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Muatan positif merupakan hasil pembentukan dari kation dalam larutan.

Vol. 1 No. 1 ISSN Analisis Kapasitas Vital Paru Terhadap VO2Max Mahasiswa Baru FPOK IKIP Mataram Tahun Akademik 2015 / 2016

PENGARUH PELATIHAN LARI INTERVAL DAN HOLLOW SPRINT TERHADAP KAPASITAS VITAL PARU

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. landasan awal dalam pencapaian prestasi (M. Sajoto, 1988)

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PJKR OLEH:

PENGARUH PELATIHAN INTERVAL TERHADAP DAYA TAHAN KARDIOVASKULAR DAN KECEPATAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Lokasi, Populasi, dan Waktu Penelitian

PENGARUH BENTUK LATIHAN DAYA TAHAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP KETERAMPILAN RENANG 50 METER GAYA KUPU-KUPU

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang. Waktu penelitian dilaksanakan

MEMBANGUN PRESTASI OLAHRAGA BERDASAR ILMU OLAHRAGA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU DENGAN DAYA TAHAN CARDIORESPIRATORY PADA CABANG OLAHRAGA SEPAK BOLA

BAB I PENDAHULUAN. darah. Masase adalah pemijatan atau pengurutan pada bagian tertentu

Luh Putu Tuti Ariani. Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha

BAB I PENDAHULUAN. Minuman isotonik atau dikenal juga sebagai sport drink kini banyak dijual

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan Penjaskesrek

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Hasil Penelitian Variabel X 1.1 (Kelompok Latihan Push

Jurnal Ilmiah Sport Coaching And Education Vol. 2 Jaunari 2018

BAB III METODE PENELITIAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP) UNIVERSITAS NUSANTARA PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA UNP KEDIRI 2015

PERBEDAAN PENGARUH ANTARA LATIHAN JOGING DAN JALAN CEPAT TERHADAP TINGKAT KESEGARAN JASMANI. Sugeng Purwanto

PROFIL VO2MAX DAN DENYUT NADI MAKSIMAL PEMAIN DIKLAT PERSIB U-21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan tempat dalam penelitian akan dilaksanakan pada : Jl. Raya Lembang No. 357 Kab. Bandung Barat.

I. PENDAHULUAN. kesehatan, bahkan pada bungkus rokok-pun sudah diberikan peringatan mengenai

PENGARUH LATIHAN DAYA TAHAN (ENDURANCE) TERHADAP PENINGKATAN VO2MAX PEMAIN SEPAKBOLA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. interval-interval yang berupa masa-masa istirahat. Interval training dapat

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola

Dr. Hamidie Ronald M.Pd

e-journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 )

KONSUMSI PISANG AMBON PADA AKTIVITAS FISIK SUBMAKSIMAL MENINGKATKAN KADAR GLUKOSA DARAH. Alin Anggreni Ginting

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kesegaran jasmani (physical

LATIHAN KETAHANAN (ENDURANCE) Oleh: Prof. Dr. Suharjana, M.Kes Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

PENGARUH LATIHAN ANKLE WEIGHT TERHADAP PENINGKATAN POWER TENDANGAN LONG PASSING PADA PERMAINAN SEPAKBOLA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 2 TELAGA

BAB III METODE PENELITIAN

Negeri Jakarta. Kata Kunci: Joging, Kadar Gula dalam Darah, Mahasiswa.

BAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada faktor, kondisi,dan pengaruh-pengaruh dalam menuju sebuah

PENGARUH LATIHAN HOLLOW SPRINT TERHADAP HASIL LARI SPRINT 50 METER PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 KOTA JAMBI

BAB II KAJIAN PUSTAKA Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola

SEMINAR NASIONAL PENINGKATAN KUALITAS PENULISAN KARYA ILMIAH STOK BINA GUNA, SABTU 16 SEPTEMBER 2017 PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN SIDE SHUFFLE

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik.

BAB I PENDAHULUAN. terbuka dan demokrasi. Oleh karena itu pendidikan hendaknya dikelola, baik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

2015 DAMPAK LATIHAN FARTLEK TERHADAP PENINGKATAN V02MAX.

KEEFEKTIFAN KOMBINASI TERAPI MASASE DENGAN KINESIO TAPING DALAM PEMULIHAN CEDERA PERGELANGAN KAKI DERAJAT 1 PADA PEMAIN SEPAK BOLA MERAPI PUTRA SLEMAN

BAB V HASIL PENELITIAN. perlakuan masing-masing kelompok 1 dengan pelatihan berjalan dengan

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

PENGARUH METODE LATIHAN DAN INDEKS MASSA TUBUH TERHADAP DAYA TAHAN AEROB PEMAIN BULUTANGKIS PUTRA PB PG MRICAN KEDIRI

Kontraksi otot membutuhkan energi, dan otot disebut sebagai mesin. pengubah energi kimia menjadi kerja mekanis. sumber energi yang dapat

PENGARUH LATIHAN SKIPPING TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI JURNAL. Oleh RULIYADI S

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laktat merupakan produk akhir dari metabolisme anaerobik, proses ini berlangsung tanpa adanya oksigen.

SISTEM ENERGI DAN ZAT GIZI YANG DIPERLUKAN PADA OLAHRAGA AEROBIK DAN ANAEROBIK. dr. Laurentia Mihardja, MS *

Fitria Dwi Andriyani, M.Or.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan tersebut ada beberapa hal yang dibutuhkan oleh. satu faktor yang penting lainnya adalah faktor fisik.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Glukosa merupakan sumber energi utama bagi seluruh manusia. Glukosa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dari hasil tes awal maupun tes akhir merupakan data

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik komparatif dengan teknik

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan kandungan senyawa di dalamnya, kopi dapat di golongkan sebagai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengukuran diperoleh data hasil lompat jauh pre-test dan post-test.hasilnya

BAB I PENDAHULUAN. serta sebagai sarana untuk meraih prestasi. latihan fisik yang teratur dan sesuai untuk mengembangkan kemampuan

PENGARUH PELATIHAN LARI TIGA SUDUT DAN SIDE JUMP SPRINT TERHADAP DENYUT NADI ISTIRAHAT

HUBUNGAN TINGGI BADAN, BERAT BADAN, VO2MAX

BAB 1 PENDAHULUAN. penunjangnya (Almatsier, 2003). Menurut WHO (2016), aktivitas fisik. sebagai komponen penting dari gaya hidup sehat (Pate, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini

KONTRIBUSI KELINCAHAN DAN KECEPATAN TERHADAP KETERAMPILAN MENGGIRING BOLA DALAM PERMAINAN BOLA BASKET

PENGARUH RECOVERY AKTIF TERHADAP TINGKAT KELELAHAN MAHASISWA PJKR IKIP BUDI UTOMO MALANG

PELATIHAN PERMAINAN GAME TIPE A LEBIH MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KEBUGARAN FISIK DIBANDINGKAN PERMAINAN GAME TIPE B PEMAIN FUTSAL IKIP PGRI BALI

Transkripsi:

1 PERBEDAAN PENGARUH PEMULIHAN AKTIF, PEMULIHAN PASIF DAN PEMULIHAN DENGAN PEMBERIAN MINUMAN ISOTONIK TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM LAKTAT PADA LARI SPRINT 100 METER MAHASISWA IKOR 2014 UNIVERSITAS NEGERI MEDAN Pahlawan Nasution, NIM: 6133210034 (Pembimbing: Fajar Apollo Sinaga) ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh aktif, pasif dan pemberian minuman isotonik terhadap penurunan kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter. Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi tentang pengaruh aktif, pasif dan pemberian minuman isotonik terhadap penurunan kadar asam laktat aktif, pasif dan pemberian minuman isotonik terhadap penurunan kadar asam laktat. Penelitian ini dilakukan di Stadion Universitas Negeri Medan mulai pada bulan Desember 2016 sampai April 2017, metode eksperimen, pengambilan data pre test dan post test. Sampel penelitian berjumlah 15 orang yaitu mahasiswa Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Medan. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kadar asam laktat sebelum aktif (joging) sebesar 15,40 dan setelah aktif (joging) sebesar 11,48. Hasil uji statistik uji t berpasangan diperoleh p value = 0,005 atau nilai p < 0,05, yang artinya bahwa ada perbedaan yang bermakna kadar asam laktat sebelum aktif (joging) dan setelah aktif (joging). Pada kelompok pasif diperoleh rata-rata pre tes sebesar 16,62 dan pos tes sebesar 13,66. Hasil uji statistik uji t berpasangan diperoleh p value = 0,028 atau nilai p < 0,05, yang artinya bahwa ada perbedaan yang betermakna kadar asam laktat sebelum pasif dan setelah pasif. Pada kelompok pemberian minuman isotonik diperoleh rata-rata pre tes sebesar 16,24 dan post tes sebesar 13,04. Hasil uji statistik uji t berpasangan diperoleh p value = 0,002 atau nilai p < 0,05, yang artinya bahwa ada perbedaan yang bermakna kadar asam laktat sebelum pemberian minuman isotonik dan setelah pemberian minuman isotonik. Hasil uji ANAVA diperoleh nilai Fhitung sebesar 6,950 p = 0,010. Karena nilai p < 0,05 berarti dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna (signifikan) antara penurunan kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter mahasiswa IKOR 2014 yang diberi aktif, pasif, dan pemberian minuman isotonik. Kata kunci : Kadar Asam Laktat, Pemulihan Aktif (Joging), Pemulihan Pasif, Pemulihan Dengan Minuman Isotonik

2 PENDAHULUAN Saat ini olahraga dinegara kita sangat menjamur. Bukan hanya di kota yang tersedia sarana dan prasarana yang lengkap, tetapi di pelosok pedesaan juga banyak orang melakukan olahraga. Mereka melakukan aktifitas olahraga bukan hanya melakukan olahraga yang popular seperti olahraga permainan, tetapi juga olahraga yang bersifat individu. Dipelosok desa pasti memiliki lapangan yang di sediakan untuk tempat orang beraktifitas fisik, seperti lapangan sepak bola, bola volley, basket, tenis, maupun tempat lari sprint. Olahraga tersebut sering menjadi pertandingan yang sangat digemari baik itu di desa, di kota, bahkan di dunia sekalipun olahraga sangat banyak yang melakukannya. Olahraga bukan hanya dilakukan para orang dewasa pria saja, tetapi juga dilakukan oleh para anak-anak sekolah dan para ibu-ibu. Tujuan mereka berolahraga pada umumnya adalah untuk menjaga kebugaran jasmani, terapi kesehatan, terapi cedera dan yang terkhususnya adalah untuk meningkatkan prestasi di masing-masing bidang cabang olahraga yang digemarinya. Sprint merupakan salah satu cabang olahraga atletik dan pelarinya disebut sprinter, lari sprint terbagi dalam lari jarak 100 meter, 200 meter dan 400 meter (Irwansyah, 2006). Dalam cabang olahraga ini kecepatan merupakan komponen fisik yang esensial dan merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan seorang atlet. Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, atau kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya (Harsono, 1998). Dalam lari sprint, kecepatan larinya ditentukan oleh gerakan berturutturut lari kaki yang dilakukan secara cepat. Menurut Irfan (2012), lari sprint memerlukan kecepatan yang membuat daya tahan tubuh cepat berkurang, karena kebutuhan oksigen tidak terpenuhi seluruhnya oleh tubuh, sehingga terjadi penumpukan asam laktat. Aktifitas fisik yang dilakukan intensitas tinggi dapat menyebabkan peningkatan kadar asam laktat dalam darah maupun otot (Fox,1993). Asam Laktat merupakan produk akhir dari salah satu jalur energi dalam tubuh yang dikenal sebagai glikolisis. Kadar laktat yang tinggi yang dapat timbul akibat beban kerja yang berat dapat memberikan efek yang merugikan (Jansen, 1989). Latihanlatihan intensif kadar laktat yang tinggi dapat mengganggu kapasitas koordinasi. Pada otot yang asam pembentukan kembali fospat kreatin tertunda. Oleh karena itu, dianjurkan untuk menghindari kadar laktat yang tinggi selama latihan sprint. Peningkatan kadar asam laktat, dapat mempengaruhi kemampuan kerja maksimal serabut otot, menurunkan kinerja fisik dan merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kelelahan. Kelelahan adalah menurunnya kualitas dan kuantitas kerja atau olahraga yang disebabkan (akibat dari) melakukan kerja atau olahraga tertentu. Penurunan kualitas dan kuantitas kerja atau olahraga ini disebabkan intensitas dan durasi kerja atau olahraga itu telah menyebabkan terjadinya gangguan homeostasis. Oleh karena itu kelelahan adalah citra subjektif dari adanya gangguan homeostasis, yang berdampak pada menurunnya kualitas dan kuantitas kerja atau penampilan seseorang dalam olahraga (kesehatan/prestasi). Oleh karena itu pula maka kelelahan perlu dicegah atau segera dipulihkan. Untuk mengurangi kelelahan yang terjadi maka kadar asam laktat dalam darah maupun otot harus segera

3 dibersihkan sampai pada batas ambang normal. Kadar asam laktat akan mengalami penurunan apabila aktivitas fisik dihentikan dan pada saat. Cara yang terpenting untuk mempercepat pembuangan asam laktat adalah meningkatkan aliran darah, meningkatkan cardiac output, meningkatkan transport laktat, sehingga cepat membentuk energi kembali. Proses yang baik adalah apabila seseorang yang telah melakukan proses tersebut tidak merasa lelah lagi akibat aktifitas fisik yang dilakukan sebelumnya dan siap melakukan aktifitas fisik selanjutnya (Bahri, 2011). Masa adalah suatu proses yang kompleks yang bertujuan untuk mengembalikan energi tubuh, memperbaiki jaringan otot yang rusak setelah berolahraga, dan memulai suatu proses adaptasi tubuh terhadap olahraga. Pemulihan kondisi fisik ada dua, yaitu aktif dan pasif. Pemulihan aktif adalah apabila setelah berolahraga, dilanjutkan latihan pada kuantitas dan kualitas yang lebih ringan hingga kadar metabolit kembali kebatas normal (Bompa, 2009). Pemulihan pasif yaitu suatu tanpa adanya aktifitas fisik, yaitu diam, istirahat total yaitu mengembalikan lagi kondisi fisik seseorang agar seperti semula, serta memperbaiki kerusakankerusakan kecil pada otot (Arief, 2011). Pemulihan ini akan memberikan pengaruh terhadap asam laktat darah yang terbentuk sebagai hasil metabolisme anaerob. Maka inilah salah satu teknik recovery yang bisa menurunkan kadar asam laktat antara lain yang dikemukakan oleh Bompa (dalam Basrinus dkk, 2007) adalah: Recovery aktif adalah suatu metode yang mengacu pada kecepatan menghilangkan kadar asam laktat. Aktivitas yang dilakukan secara umum berupa latihan aerobic ringan. Intensitas latihan aerobic selama recovery aktif tidak lebih dari 60% dari denyut nadi maksimal. Aktivitas ringan akan menurunkan akumulasi asam laktad 62% dalam 10 menit pertama dan akan bertambah 26% pada 10-20 menit berikutnya. Recovery pasif yaitu tidak melakukan latihan aktifitas fisik. Recovery pasif yaitu istirahat/diam tanpa melakukan akifitas apap-apa (sleep exercise). Jadi recovery pasif merupakan bentuk istirahat yang berarti atlet berdiam diri tanpa adanya aktifitas fisik apapun, seperti diam, istirahat total (duduk, terlentang, tiduran). Pengaruh pasif terhadap otot (kelelahan otot) adalah agar otot dapat pulih kembali seperti semula. Prinsip dari pasif, yaitu hampir sama aktif, yaitu mengembalikan lagi kondisi fisik seseorang agar seperti semula. Menghilangkan kadar asam laktat,serta memperbaiki kerusakan-kerusakan kecil pada otot (microtear). Menurut Harsono (1998) pasif adalah menghentikan segala aktivitas sesudah latihan seperti duduk atau tiduran dilapangan. pasif adalah Cara fisiologis utama untuk memulihkan kapasitas kerja. Apabila sesudah latihan segera menghentikan segala aktivitas olahraga dan melakukan metode pasif penurunan akumulasi asam laktat hanya 50%. Teori dasar yang mengatakan bahwa aktivitas sederhana membantu sirkulasi darah, dalam hal ini mempercepat perpindahan asam laktat dari otot ke hati untuk selanjutnya diubah menjadi glukosa melalui siklus cori. Pemulihan dikatakan pasif apabila aktivitas/olahraga dihentikan segera tanpa melalui tahap untuk mengurangi baik kualitas dan kuantitas olahraga. Tahap yang dilakukan

4 mempengaruhi kemampuan tubuh dalam mengeliminasi bahan meta-bolit, termasuk asam laktat. Selama tahap awal waktu, sebagian besar laktat dioksidasi, mengembalikan ph darah ke tingkat dimana memungkinkan dilaksankannya glukoneogenesis. Teori dasar yang mengatakan bahwa aktivitas sederhana membantu sirkulasi darah, dalam hal ini mempercepat perpindahan asam laktat dari otot ke hati untuk selanjutnya diubah menjadi glukosa melalui siklus cori. Tahap yang dilakukan mempengaruhi kemampuan tubuh dalam mengeliminasi bahan meta-bolit, termasuk asam laktat. Selama tahap awal waktu, sebagian besar laktat dioksidasi, mengembalikan ph darah ke tingkat dimana memungkinkan dilaksankannya glukoneogenesis. Selain aktif, saat ini minuman isotonik sering di komsumsi oleh atlet untuk mensuplai energi bagi aktifitas tubuh pada saat berolahraga. Mengandung karbohidrat, elektrolit, vitamin B, dan vitamin E. Fungsi karbohidrat dapat sebagai sumber energi, sementara vitamin B, bermanfaat dalam membantu mengatasi kelelahan karena vitamin tersebut dapat memperbaiki metabolism karbohidrat dan mengirangi penumpukan asam lakta pada otot yang mengalami kelelahan. Dilihat dari kandungan minuman isotonik sangat potensial di gunakan untuk mengurangi pembentukan asam laktat tetapi hal ini masih perlu dilakukan penelitian. Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian perbedaan antara aktif, pasif, dan pemberian minuman isotonik terhadap penurunan asam laktat darah dan ingin mengetahui manakah yang lebih baik dan cepat untuk penurunan kadar asam laktat pada darah manusia setelah melakukan lari sprint. Minuman Isotonik Minuman isotonik atau yang lebih dikenal juga sports drink adalah minuman yang mengandung karbohidrat, mineral, dan elektrolit yang dimaksudkan untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang melalui keringat selama berolahraga/beraktivitas. Minuman isotonik telah dikembangkan sejak tahun 1960-an di Amerika dan diketahui dapat meningkatkan performa tubuh dan mencegah dehidrasi. Minuman ini telah dikonsumsi secara luas oleh banyak atlet karena dapat menstimulasi absorpsi cairan secara cepat, menyuplai karbohidrat dan nutrisi, meningkatkan rehidrasi, mengurangi stress fisiologik dan mempercepat setelah berolahraga. Minuman isotonik merupakan cairan yang konsentrasinya sama cairan tubuh sehingga disebut isotonik. Hal ini menyebabkan minuman ini dapat cepat diserap oleh tubuh. Aktivitas fisik Pengertian bergerak atau aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan pengeluaran tenaga atau energi. Olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur, yang melibatkan gerakan tubuh berulang dan ditujukan untuk kebugaran jasmani (Karim, 2002). Aktifitas fisik adalah setiap pergerakan tubuh akibat aktifitas otot otot skelet yang mengakibatkan pengeluaran energi. Setiap orang melakukan aktifitas fisik antara individu satu yang lain tergantung gaya hidup perorangan dan faktor lainnya. Aktifitas fisik terdiri dari aktifitas selama bekerja, tidur, dan pada waktu senggang. Latihan fisik yang terencana, terstruktur, dilakukan berulang-ulang termasuk olahraga fisik merupakan bagian dari aktifitas fisik. Aktifitas fisik sedang yang dilakukan secara terus menerus dapat

5 mencegah resiko terjadinya penyakit tidak menular seperti penyakit pembuluh darah, diabetes, kanker dan lainnya. Lari Sprint 100 Meter Dalam bukunya Yoyo Bahagia (2000) menyatakan bahwa lari adalah gerakan tubuh dimana kedua kaki ada saat melayang di udara (kedua telapak kaki lepas dari tanah) yang mana lari diartikan berbeda jalan yang selalu kontak tanah. Lari adalah frekuensi langkah yang dipercepat sehingga pada waktu berlari ada kecenderungan badan melayang. Artinya pada waktu lari kedua kaki tidak menyentuh tanah sekurang-kurangnya satu kaki tetap menyentuh tanah. Lari didefinisikan sebagai gerakan tubuh (gait) dimana pada suatu saat semua kaki tidak menginjak tanah. Jadi lari merupakan gerakan tubuh dimana pada suatu saat semua kaki tidak menginjak tanah (ada saat melayang di udara) berbeda jalan yang salah satu kaki harus tetap ada yang kontak tanah. b.macam-macam Lari Lari berdasarkan jaraknya dibedakan menjadi lari pendek (sprint), jarak menengah dan jarak jauh. Menurut Yoyo Bahagia ( 2000) lari jarak pendek (sprint) yaitu lari menempuh jarak 100 meter, 200 meter dan 400 meter. Lari jarak menengah menempuh jarak 800 meter dan 1500 meter. Start yang digunakan untuk lari jarak menengah nomor 800 adalah start jongkok. Sedangkan untuk jarak 1500 M menggunakan start berdiri. (Egi Johan, 2010). Pada lari 800 M masing-masing pelari berlari di lintasannya sendiri, setelah melewati satu tikungan pertama barulah pelari itu boleh masuk ke dalam lintasan terdalam, tanpa melakukan halhal yang melanggar peraturan seperti menyikut, menghalangi pelari lain senjata atau menyentuh pelari lain. Lari jarak jauh yang disebut juga long distance menempuh jarak 3000 meter, 5000 meter dan marathon 42,195 km. Ketahanan fisik dan mental merupakan keharusan bagi pelari jarak jauh. Ayunan lengan dan gerakan kaki dilakukan seringan-ringannya. Makin jauh jarak lari yang ditempuh makin rendah lutut diangkat dan langkah juga semakin kecil. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi Penelitian Sesuai permasalahan dan tujuan penelitian yang diuraikan sebelumnya, bahwa penelitian yang dilakukan bermaksud untuk menemukan informasi tentang perbedaan pengaruh Pemulihan aktif, pasif dan pemberian minuman isotonik terhadap kadar Asam Laktat pada Lari Sprint 100 meter. Maka penulis menggunakan metode yang dianggap sesuai permasalahan yang hendak diteliti yaitu menggunakan metode eksperimen. Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan Pre Test Post Test Group Design. Teknik Analisa Data Data yang diperoleh dari hasil pre-test adalah data mentah yang selanjutnya diolah menggunkan prosedur statistik untuk membuktikan apakah hipotesisi yang telah diujikan dalam penelitian ini dapat diterima atau ditolak. Data yang telah dikumpulkan dari pre-test dan post-test dianalisis menggunkan statistic ujianova α = 0,05 uji homogenitas dan uji normalitas menggunakan SPSS (2014). 1. Uji homogenitas 2. Uji normalitas

6 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian Data-data yang diperlukan untuk analisis data dilakukan melalui test dan pengukuran jumlah kadar asam laktat terhadap 15 orang sampel penelitian, yakni para mahasiswa Ilmu Keolahragaan Stambuk 2014 Universitas Negeri Medan. Penelitian tersebut dapat dilaksanakan selama 1 (satu) hari tanggal 26 April 2017. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dilihat rata-rata kadar asam laktat sebelum dan sesudah dilakukan aktif (joging), pasif dan pemberian minuman isotonik hasil sebagai berikut. Data jumlah asam laktat yang didapat dari hasil penelitian yaitu : 1. Kelompok Pemulihan Aktif (Joging) Hasil pemeriksaan kadar asam laktat pelari sprint 100 meter pada saat pre test menunjukkan nilai rata-rata kadar asam laktat sebesar 15,50 dan standar deviasi sebesar 1,93. Setelah dilakukan aktif (joging) pada pelari sprint 100 meter terjadi penurunan kadar asam laktat pada saat post test rata-rata sebesar 11,48 dan standar deviasi sebesar 0,57. 2. Kelompok Pemulihan Pasif Pada kelompok pasif, hasil pemeriksaan kadar asam laktat pelari sprint 100 meter pada saat pre test diperoleh rata-rata sebesar 16,62 dan standar deviasi sebesar 1,41. Setelah dilakukan pasif pada pelari sprint 100 meter terjadi penurunan kadar asam laktat rata-rata sebesar 13,66 dan standar deviasi sebesar 1,15. 3. Kelompok Pemulihan Pemberian Minuman Isotonik Pada kelompok pemberian minuman isotonik, hasil pemeriksaan kadar asam laktat pelari sprint 100 meter pada saat pre test diperoleh rata-rata sebesar 16,24 dan standar deviasi sebesar 0,49. Setelah dilakukan pemberian minuman isotonik pada pelari sprint 100 meter terjadi penurunan kadar asam laktat rata-rata sebesar 13,04 dan standar deviasi sebesar 1,04. B. Pengujian Persyaratan Analisis Untuk dapat melakukan uji-t, maka ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Diantaranya adalah bahwa sampel yang berdistribusi normal dan berasal dari populasi yang homogen. Pengujian terhadap normalitas sampel menggunakan SPSS uji ShapiroWilk (Sopiyudin, edisi 6 : 2014) dapat dilihat pada tabel 4 (Perhitungan lengkap terdapat pada lampiran 3). 1. Hasil Uji Normalitas Pengujian terhadap normalitas sampel mennggunakan uji Shapiro-Wilk SPSS dapat dilihat pada tabel 4.2 (Perhitungan lengkap terdapat pada lampiran 2). Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Kelompok Pemulihan Joging Pasif Isotonik Pre test Post test Pre test Post test Pre test Post test Hasil Sig. (Shaphiro Wilk) 0,279 0,700 0,590 0,359 0,815 0,933 Keteran gan Normal Normal Normal Normal Normal Normal Ket : Nilai (P) probabilitas adalah hasil dari Sig. dari kolom Shapiro-Wilk Interpretasi hasil :

7 Pada tabel 4.2 adalah uji normalitas (Test of Normality) uji Shapiro-Wilk dapat dilihat nilai significancy untuk masing-masing kelompok semuanya > 0,05, karena nilai probabilitas (P) lebih besar dari 0,05 (P > 0,05) maka data kedua kelompok berdistribusi Normal. 2. Uji Homogenitas Pengujian terhadap homogenitas sampel menggunakan SPSS uji One Way ANOVA (Significancy Test Homogenity of Variances), jika menunjukkan (p > 0,05) maka data mempunyai varian yang sama atau Homogen. (Sopiyudin, 2014) dapat dilihat pada tabel 4.3 (Perhitungan lengkap terdapat pada lampiran 3). Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Levene Sig. Data Kesimpulan Statistik 1,643 0,234 Homogen Pre tes 2,517 0,122 Homogen Post tes Interpretasi Hasil : Pada tabel 4.3 dapat dilihat Significancy Test Homogenity of Variances menunjukkan angka probabilitas (p > 0,05), maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kedua kelompok mempunyai varian yang sama atau Homogen. C. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis digunakan teknik analisa uji-t berpasangan dan uji-t tidak berpasangan (uji t independent sample t-test) menggunakan SPSS taraf signifikan p = 0,05. Hasil perhitungan secara lengkap dapat dilihat pada lampiran. Hasil uji-t berpasangan data aktif terhadap penurunan kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter diperoleh rata-rata sebelum aktif (joging) sebesar 15,40 dan setelah aktif (joging) sebesar 11,48. Hasil uji statistik uji t berpasangan diperoleh p value = 0,005 atau nilai p < 0,05, yang artinya bahwa ada perbedaan yang bermakna kadar asam laktat sebelum aktif (joging) dan setelah aktif (joging). Hal ini berarti ada pengaruh yang signifikan aktif terhadap penurunan kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter. Berdasarkan data pasif terhadap penurunan kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter diperoleh ratarata sebelum pasif sebesar 16,62 dan setelah pasif sebesar 13,66. Hasil uji statistik uji t berpasangan diperoleh p value = 0,028 atau nilai p < 0,05, yang artinya bahwa ada perbedaan yang bermakna kadar asam laktat sebelum pasif dan setelah pasif. Hal ini berarti ada pengaruh yang signifikan pasif terhadap penurunan kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter. Berdasarkan data pemberian minuman isotonik terhadap penurunan kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter diperoleh ratarata sebelum pemberian minuman isotonik sebesar 16,24 dan setelah pemberian minuman isotonik sebesar 13,04. Hasil uji statistik uji t berpasangan diperoleh p value = 0,002 atau nilai p < 0,05, yang artinya bahwa ada perbedaan yang bermakna kadar asam laktat sebelum pemberian minuman isotonik dan setelah pemberian minuman isotonik. Hal ini berarti ada pengaruh yang signifikan pemberian minuman isotonik terhadap penurunan kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter. Pengujian hipotesis untuk hasil pre test kadar asam laktat sebelum aktif dan pemberian minuman isotonik digunakan uji ANAVA satu jalur untuk mengetahui perbedaan kadar asam laktat (pre test) antara kelompok kontrol aktif,

8 pasif dan pemberian minuman isotonik. Hasil uji hipotesis tersebut dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut: Tabel 4.5 Perbedaan Pre tes Kadar Asam Laktat Pada Lari Sprint 100 Meter Kelompok Fhitung Nilai p Keterangan Post Joging test Pasif Isotonik 0,980 0,403 Signifikan Pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa dari hasil ANAVA satu jalur diperoleh rata-rata kadar asam laktat sebelum aktif, pasif dan pemberian minuman isotonic (pre tes) pada kelompok Joging sebesar 15,40, pada kelompok Pasif sebesar 16,62 dan pada kelompok yang diberi minuman Isotonik sebesar 16,24. Hasil uji ANAVA diperoleh nilai Fhitung sebesar 0,980 p = 0,403. Karena nilai p > 0,05 berarti dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan antara kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter mahasiswa IKOR 2014 pada kelompok aktif, pasir, dan pemberian minuman isotonik. Selanjutnya Pengujian hipotesis untuk hasil post test penurunan kadar asam laktat setelah aktif dan pemberian minuman isotonik digunakan uji ANAVA satu jalur untuk mengetahui perbedaan penurunan kadar asam laktat (post test) antara kelompok kontrol aktif, pasif dan pemberian minuman isotonik. Hasil uji hipotesis tersebut dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut: Tabel 4.6 Perbedaan Pengaruh Pemulihan Aktif, Pasif dan Pemberian Minuman Istonik terhadap Penurunan Kadar Asam Laktat Pada Lari Sprint 100 Meter Kelompok Post test Joging Pasif Isotonik Fhitung Nilai p Keterang an 6,950 0,010 Signifikan Pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa dari hasil ANAVA satu jalur diperoleh rata-rata penurunan kadar asam laktat setelah aktif, pasif dan pemberian minuman isotonik (post tes)pada kelompok Joging sebesar 11,48, pada kelompok Pasif sebesar 13,66 dan pada kelompok yang diberi minuman Isotonik sebesar 13,04. Hasil uji ANAVA diperoleh nilai Fhitung sebesar 6,950 p = 0,010. Karena nilai p < 0,05berarti dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna (signifikan) antara penurunan kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter mahasiswa IKOR 2014 yang diberi aktif, pasir, dan pemberian minuman isotonik. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan pengaruh aktif, pasif dan pemberian minuman isotonic terhadap penurunan kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter mahasiswa IKOR 2014 Universitas Negeri Medan. Jika dilihat dari besar rata-rata penurunan kadar asam laktat, diketahui bahwa aktif (joging) selama 20 menit merupakan yang lebih baik untuk menurunkan kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter, dibandingkan cara pasif dan pemberian minuman isotonik. Dengan terujinya secara signifikan perbedaan antara penurunan kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter

9 mahasiswa IKOR 2014 yang diberi aktif, pasir, dan pemberian minuman isotonik, maka dilakukan uji lanjut. Sehubung jumlah sampel (n) pada setiap kelompok sama, maka dilakukan uji lanjut menggunakan Uji Tukey. Hasil perhitungan uji lanjut untuk setiap kelompok yang dibandingkan disajikan pada Tabel 4.6. Tabel 4.7 : Rangkuman Uji Tukey No Kelompok 1 2 3 Joging Pasif Joging Isotonik Pasif Isotonik Perbedaan Nilai p Rata-rata 2,18 0,009 Keterangan Signifikan 1,52 0,057 Tidak Signifikan 0,62 0,574 Tidak Signifikan Berdasarkan hasil uji coba uji Tukey di atas maka dapat disimpulkan bahwa dari tiga pengujian maka terdapat satu pengujian yang menunjukkan hasil yang signifikan yaitu perbedaan penurunan kadar asam laktat antara aktif (joging) pasif nilai p = 0,009 atau p < 0,05. Sedangkan perbedaan penurunan kadar asam laktat antara aktif (joging) pemberian minuman isotonik menunjukkan hasil yang tidak signifikan p = 0,057 (p>0,05). Begitu juga pengujian antara perbedaan penurunan kadar asam laktat antara pasif pemberian minuman isotonik menunjukkan hasil yang tidak signifikan p = 0,574 (p>0,05). D. Pembahasan Hasil Penelitian Tujuan pembahasan ini adalah untuk mengemukakan alasan-alasan logis dan empirik dari analisis statistik datadata hasil penelitian dan diharapkan hasil dari pembahasan ini akan lebih memperjelas dan membantu dalam menjawab hipotesis yang diajukan dan dapat membantu menarik kesimpulan yang merupakan hasil dari penelitian ini. Berdasarkan hasil uji-t berpasangan data aktif terhadap penurunan kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter diperoleh ratarata sebelum aktif (joging) sebesar 15,40 dan setelah aktif (joging) sebesar 11,48. Hasil uji statistik uji t berpasangan diperoleh p value = 0,005 atau nilai p < 0,05, yang artinya bahwa ada perbedaan yang bermakna kadar asam laktat sebelum aktif (joging) dan setelah aktif (joging). Hal ini berarti ada pengaruh yang signifikan aktif terhadap penurunan kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter. Berdasarkan data pasif terhadap penurunan kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter diperoleh ratarata sebelum pasif sebesar 16,62 dan setelah pasif sebesar 13,66. Hasil uji statistik uji t berpasangan diperoleh p value = 0,028 atau nilai p < 0,05, yang artinya bahwa ada perbedaan yang bermakna kadar asam laktat sebelum pasif dan setelah pasif. Hal ini berarti ada pengaruh yang signifikan pasif terhadap penurunan kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter. Berdasarkan data pemberian minuman isotonik terhadap penurunan kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter diperoleh ratarata sebelum pemberian minuman isotonik sebesar 16,24 dan setelah pemberian minuman isotonik sebesar 13,04. Hasil uji statistik uji t berpasangan diperoleh p value = 0,002 atau nilai p < 0,05, yang artinya bahwa ada perbedaan yang bermakna kadar asam laktat sebelum pemberian minuman isotonik dan setelah pemberian minuman

10 isotonik. Hal ini berarti ada pengaruh yang signifikan pemberian minuman isotonik terhadap penurunan kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter. ANAVA satu jalur diperoleh ratarata penurunan kadar asam laktat setelah aktif, pasif dan pemberian minuman isotonik (post tes) pada kelompok Joging sebesar 11,48, pada kelompok Pasif sebesar 13,66 dan pada kelompok yang diberi minuman Isotonik sebesar 13,04. Hasil uji ANAVA diperoleh nilai F anova sebesar 6,950 p = 0,010. Karena nilai p < 0,05 berarti dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna (signifikan) antara penurunan kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter mahasiswa IKOR 2014 yang diberi aktif, pasif, dan pemberian minuman isotonik. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan pengaruh aktif, pasif dan pemberian minuman isotonik terhadap penurunan kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter mahasiswa IKOR 2014 Universitas Negeri Medan. Jika dilihat dari besar rata-rata penurunan kadar asam laktat, diketahui bahwa aktif (joging) selama 20 menit merupakan yang lebih baik untuk menurunkan kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter, dibandingkan cara pasif dan pemberian minuman isotonik. Hasil penelitian menunjukkan terjadinya penurunan kadar laktat darah pada aktif. Hasil ini sesuai teori dasar yang mengatakan bahwa aktivitas sederhana membantu sirkulasi darah, dalam hal ini mempercepat perpindahan asam laktat dari otot ke hati untuk selanjutnya diubah menjadi glukosa melalui siklus cori. Pemulihan intensitas rendah secara signifikan mengurangi akumulasi asam laktat dan meningkatkan otot. Selain itu joging juga merupakan cara untuk meningkatkan konsumsi O2. Keadaan ini berlangsung sampai dicapai jumlah ATP yang cukup untuk kontraksi lagi, dan sisa metabolit kembali berada pada tingkat yang normal. Berdasarkan hasil uji coba uji Tukey di atas maka dapat disimpulkan bahwa dari tiga pengujian maka terdapat satu pengujian yang menunjukkan hasil yang signifikan yaitu perbedaan penurunan kadar asam laktat antara aktif (joging) pasif nilai p = 0,009 atau p < 0,05. Sedangkan perbedaan penurunan kadar asam laktat antara aktif (joging) pemberian minuman isotonik menunjukkan hasil yang tidak signifikan p = 0,057 (p>0,05). Begitu juga pengujian antara perbedaan penurunan kadar asam laktat antara pasif pemberian minuman isotonik menunjukkan hasil yang tidak signifikan p = 0,574 Rata-rata penurunan kadar laktat darah pada kelompok aktif meningkat selama 20 menit tahap, yaitu dari 1,12 mmol/l menjadi 1,22 mmol/l, atau terjadi peningkatan kecepatan penurunan kadar laktat darah sebesar 0,05 mmol/l per menit. Peningkatan penurunan kadar laktat darah dapat terjadi karena aktif setelah olahraga meningkatkan transpor laktat ke hati untuk selanjutnya dijadikan glukosa kembali, yang membuat unsur ini tersedia lagi lewat sirkulasi untuk oksidasi di jaringan, termasuk otot. Pemulihan aktif meningkatkan aktivitas Ca2+ ATPase disebabkan karena terjadi peningkatan ambilan Ca2+ yang signifikan yang selanjutnya membebaskan inhibisi yang sebelumnya telah ada sehingga enzim yang inaktif menjadi aktif. Peningkatan ambilan Ca2+ memiliki beberapa

11 konsekuensi, salah satunya adalah, peningkatan ambilan Ca2+ dapat memulihkan gangguan yang ditimbulkan selama latihan dan meningkatkan otot. KESIMPULAN Dari hasil pengujian hipotesis dan pembahasan penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Ada pengaruh yang signifikan aktif terhadap penurunan kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter, nilai significancy 0,005 (p < 0,05). 2. Ada pengaruh yang signifikan pasif terhadap penurunan kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter, nilai significancy 0,028 (p < 0,05) 3. Ada pengaruh yang signifikan pemberian minuman isotonik terhadap penurunan kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter, nilai significancy 0,002 (p < 0,05) 4. Dilihat dari rata-rata penurunan kadar asam laktat, diketahui bahwa aktif (joging) selama 20 menit merupakan yang lebih baik untuk menurunkan kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter, dibandingkan cara pasif dan pemberian minuman isotonik. Terdapat perbedaan yang signifikan pengaruh aktif, pasif dan pemberian minuman isotonik terhadap penurunan kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter mahasiswa IKOR 2014 Universitas Negeri Medan, nilai F anova sebesar 6,950 dan nilai significancy 0,010 (p < 0,05). DAFTAR PUSTAKA Agung B. (2011), Hubungan Minuman Isotonik Dengan Konsumsi Oksigen Maksimal Pada Mahasiswa jpok unlam. Banjarmasin. FIK Universitas Lambung Magkurat. Afriwardi. (2008), Pengaruh aktif dan pasif terhadap lamanya perubahan kadar laktat darah pada mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Andalas. Anonim. (2011), Minuman Olahraga, Isotonik Dan Energi. Arief. (2011), Pengaruh recovery aktif dan recovery pasif terhadap penurunan kadar CK(enzyme creatine kinase) pada Cabang AtletikNomor Lari Jarak Jauh DKI Jakarta. Bahri. (2011), Analisis Sistem Energi pada Lari 100 Meter/ Sprint. Bahagia Y. (2010), Media Dan Pembelajaran Penjas : Modul Aplikasi Statistik Dalam Penjas, Bandung. Bompa T.O. (2009), Teori And Metedology Of Training : Kendall Hunt Publising Company Depdikbud. (1996), Ketahuilaah Tingkat Kesegaran Jasmani Anda, Jakarta; P.T Radar Jya Offset Jakarta. Fox E.B. (1993), The Fisiological Basis Of Physical Educaion And Athletics : Philadelpia Saunder Collage

12 Harsono M.Sc. (1998), Coaching dan Aspek-aspek Psikologi Dalam Coaching, Jakarta ; C.V Tambak Kusuma. Hendersin J. (2001), Cara Terbaik Olahraga Lari, Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada. Ganong W.F. (2008), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Irwanyah. (2006), Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan. Jakarta PT Grafindo Media Pratama Jansen G.J.M.P. (1989), Latihan Laktat Denyut Nadi ( Training Lactate Pulse Rate), Jakarta ; P.T Pustaka Utama Grafiti. Josef Nossek. (1982), Teori Umum Latihan, Jakarta ; P.T Radar Jya Offset Jakarta. Karim F. (2002), Panduan kesehatan Olahraga Bagi Petugas Kesehatan. Maksum A. (2007), Metedologi Penelitian, Surabaya ; Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Surabaya. Muhammad H. (2014), Pengaruh Pemasaran Event Terhadap Citra Merek Minuman Isotonik Mizone, Surabaya Vol.2. No. 3. Morgan W. L. (1993), Mengobati Cedera Olahraga secara Alami, Jakarta ; P.T Radar Jya Offset Jakarta. Pemulihan Pada Atlet; Scientia Vol. 4. No.2 Universitas Negeri Padang. Roades R.A.T. (2003), Medical Physiology: Edotion Philadelpina Lippincot Williams & Wilkins. Sopiyudin D. (2014), Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat Sugiyono. (2013), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D Edisi-19, Bandung; C.V Alfabeta Jln, Gegerkalong Hilir No. 81 Bandung. Paulus L.P. Latihan Kondisi Fisik, Jakarta ; Komisi Pendidikan Dan Penataran Koni Pusat. Prayogi G. (2014), Pengaruh Recovery Aktif Dengan Recovery Pasif Terhadap Penurunan Kadar Asam Laktat. UPI. Purnomo E. (2007), Dasar-dasar GerakAtletik : Alfemedia, Jakarta. Tasmaya Y. (1984), Olahraga Lari Berprestasi, Jakarta ; PT. Prandya Pramita. Wiarto G. (2013), Fisiologi dan Olahraga Edisi 1, Yogyakarta : Graha Ilmu. Williams S.R. (2003), Essentials Of Nutrition And Diet Therapy : St. Louis Mosby. Rahmani M. (2014), Buku Super Lengkap Olahraga, Jakarta Timur ; Dunia Cerdas Jln, Raya Munjul No.1 Cipayung. Rinal K. (2014), Pengaruh Pemberian Minuman Isotinik Terhadap Waktu