Pentingnya peran saksi dalam pernikahan (Suatu tinjauan terhadap pendampingan saksi nikah di jemaat GMIT Efata Benlutu)

dokumen-dokumen yang mirip
PENTINGNYA PERAN SAKSI DALAM PERNIKAHAN. (Suatu Tinjauan Terhadap Pendampingan Saksi Nikah di Jemaat GMIT Efata Benlutu) Oleh,

2. Teori. (Jakarta: PT. Intisari Mediatama, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW

2002), hlm Ibid. hlm Komariah, Hukum Perdata (Malang; UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk

Tata Upacara Pernikahan Sipil

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menikah dan kuliah sama pentingnya, secara sederhana bisa digambarkan,

BAB I PENDAHULUAN. ada sebagian kecil orang yang memilih untuk hidup sendiri, seperti Rasul Paulus

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perempuan pastilah yang terbaik untuk mendampingi lelaki, sebagaimana

BAB V PENUTUP. Pada bab ini dipaparkan tentang (1) kesimpulan dan (2) saran :

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sarana untuk bergaul dan hidup bersama adalah keluarga. Bermula dari keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hak asasi bagi setiap orang, oleh karena itu bagi suatu Negara dan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak jaman dahulu hingga saat ini. Karena perkawinan merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dasar-dasar perkawinan dibentuk oleh unsur-unsur alami dari

Oleh : TIM DOSEN SPAI

BAB I PENDAHULUAN. 1 J.D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid II M Z, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2007),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai macam suku, budaya, bahasa dan agama.

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa hidup bersama dengan orang lain. Naluri untuk hidup bersama

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dalam bentuk Ijab dan Qabul. Dalam pernikahan yang

BAB IV ANALISIS DATA DAN REFLEKSI TEOLOGIS. Di dalam pasal 1 Undang-Undang No.1, 1974 menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. 1 K. Wantjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1976, p. 5

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan di atas adalah merupakan rumusan dari Bab I Dasar Perkawinan pasal

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bersama di dalam bentuknya yang terkecil itu dimulai dengan adanya

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1974, TLN No.3019, Pasal.1.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dra.Ny.Singgih D.Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1988 hal. 82

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan

FUNGSI PERJANJIAN KAWIN TERHADAP PERKAWINAN MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisa Makna Pernikahan di Gereja Bethany Nginden Surabaya. untuk menghasilkan keturunan. kedua, sebagai wujud untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berhubungan dengan manusia lain. Timbulnya hubungan ini didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. 2 Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Masyarakat Indonesia tergolong heterogen dalam segala aspeknya. Dalam

KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan

PERSIAPAN HIDUP BERKELUARGA. Paroki SP. Maria Regina Purbowardayan, Sabtu, 14 Mei 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu ikatan yang sah untuk membina rumah tangga dan

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PILIHLAH JAWABAN YANG BENAR!

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama

BAB I PENDAHULUAN. yang ditakdirkan untuk saling berpasangan dan saling membutuhkan 1. Hal

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara formal dengan Undang-undang (yuridis) baik itu dalam hal pemenuhan

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENTINGNYA PENCATATAN PERKAWINAN MENURUT UNDANG- UNDANG NO.1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, tetapi belakangan ini budaya Indonesia semakin menurun dari sosialisasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. perbedaan aturan terhadap suatu perkawinan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. aturan agama dan undang-undang yang berlaku.

BAB I PENDAHULUAN. mental dan fisik. Persiapan mental seseorang dilihat dari faktor usia dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah salah satu individu yang menjadi bagian dari ciptaan-

BAB I. Pendahuluan. Perkawinan beda agama adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

Bab 1. Pendahuluan. Ketika anak tumbuh didalam keluarga yang harmonis, ada satu perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling ketergantungan antara manusia yang satu dengan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan dalam agama Islam disebut Nikah yang berarti

TINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. melainkan juga mengikat janji dihadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

TATA GEREJA PEMBUKAAN

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Aristoteles manusia adalah zoon politicon atau makhluk sosial.

BAB5 PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG PERKAWINAN NOMOR 1 TAHUN 1974.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami berbagai peristiwa hukum.

IMPLEMENTASI PENGENAAN TARIF AKAD NIKAH NASKAH PUBLIKASI. derajat S-I Program Studi Pendidikan. Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang,

BAB I PENDAHULUAN. (hidup berkelompok) yang biasa kita kenal dengan istilah zoon politicon. 1

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

PERATURAN PERKAWINAN DI GKPS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan

Transkripsi:

Pentingnya peran saksi dalam pernikahan (Suatu tinjauan terhadap pendampingan saksi nikah di jemaat GMIT Efata Benlutu) 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Permasalahan Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suamiistri, dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (pasal 1 UU Perkawinan). 1 Setiap umat manusia tidak lepas dari perkawinan (kecuali mereka yang memilih untuk tidak kawin). Dengan adanya perkawinan tersebut akan terbentuk sebuah keluarga (keluarga inti), keluarga sebagai dasar persekutuan. Keluarga juga adalah dasar yang pertama bagi manusia. Karena itu ditetapkan Tuhan pada permulaan dunia sebelum segala hubungan manusia yang lain karena merupakan yang pertama dalam Alkitab, maka kita harus berusaha terus menerus untuk memeliharanya. 2 Pada umumnya dalam masyarakat, perkawinan dipandang sebagai suatu-satunya lembaga yang menghalalkan persekutuan pria dan wanita, hubungan seks dan mendapatkan keturunan. Oleh karena itu, perkawinan dilindungi dan diatur oleh hukum adat dan hukum negara. Perkawinan merupakan kenyataan yang melibatkan masyarakat luas, baik sanak-saudara maupun tetangga dan kenalan. Masyarakat ikut campur dalam urusan perkawinan, karena mereka berkepentingan dalam keutuhan kehidupan kelurga, sebab kelurga adalah sel masyarakat. Dalam dekrit Tametsi dari kosili Trente yang merupakan persidangan Gereja Katolik pada tahun 1547-1563, menyampaikan beberapa ajaran atau peraturan mengenai perkawinan Kristen. Menegaskan bahwa suatu perkawinan yang sah dituntut seorang pelayan tertahbis, yang mempunyai wewenang sah sebagi saksi di samping dua orang saksi formal untuk perjanjian perkawinan itu. 3 Studi-studi sosial telah menunjukan dengan sangat jelas bahwa pasangan suami istri memerlukan dukungan dari keluarga maupun teman dekat. Ini merupakan salah satu kesempatan bagi imam yang bertindak sebagai saksi resmi dari Gereja untuk menyatakan bahwa seluruh gereja turut mendukung mereka. Di samping jaminan ini saksi resmi dapat memberikan 1 Gilarso T, Membangun Keluarga Kristen, ( Yogyakarta: Kanisuis, 1996), 9 2 Jay. E. Adams. masalah-masalah dalam rumah tangga Kristen,( Jakarta: Indonesia BPK Gunung Mulia), 57-58 3 Al. Purwa Hadiwardoyo, Perkawinan Dalam Tradisi Katolik,( Yogyakarta: Kanisius), 52 1

dukungan kepada pasangan suami istri yang akan menikah. 4 Perkawinan melibatkan masyarakat baik dalam acara perkawinan maupun setelah keluarga baru tersebut terbentuk. Masyarakat yang terlibat dalam perkawinan tersebut bertanggungjawab terhadap calon pasangan suami-istri yang akan menikah dan membentuk keluarga, dalam tulisan ini yang dimaksud adalah orang tua saksi. 5 Peran saksi ini sangat penting dalam pernikahan Kristen di pulau Timor. Saksi pernikahan merupakan salah satu persyaratan untuk melangsungkan pernikahan di Gereja. Peran saksi ini juga menjadi prasyarat dalam pengurusan akta nikah di catatan sipil. Peran saksi tidak terbatas pada pemenuhan permintaan Gereja saja melainkan pada keikutsertaan dalam mendampingi dan menemani mereka yang menikah dalam hidup perkawinan. Selain mendampingi orang tua saksi juga menjadi penasehat dan pemberi petua atau nasehat bagi calon pasangan suami-istri yang akan menikah. Tahun-tahun setelah pernikahan saksi juga tetap berperan seperti pada saat ulang tahun pernikahan dan lain-lain. Peran saksi sangat penting bagi orang Timor juga bagi perkawinan secara gereja di Timor. Mereka dianggap dapat diandalkan dan dapat dipercayai, sehingga tanggung jawab orang tua saksi sangat besar pengaruhnya dalam kelangsungan rumah tangga Kristen di pulau Timor. Saksi bukanlah sebuah formalitas saja tetapi merupakan suatu tanggung jawab yang besar terhadap keluarga Kristen yang akan dibentuk dan juga orang tua saksi akan mempertanggung jawabkan tugasnya di hadapan Tuhan, karena mereka juga ikut ambil bagian dalam peneguhan pernihakan kudus dihadapan Jemaat dan di hadapan Tuhan. Peran saksi sangat penting oleh karena itu GMIT menetapkan syarat-sayarat untuk menjadi orangtua saksi dalam pernikahan sebagai berikut: Seorang saksi haruslah anggota sidi yang sudah menikah, saksi juga harus sudah matang baik umur maupun spiritualnya, seorang saksi juga harus mempunyai karakter yang baik agar dapat diteladani dalam masyarakat. Selain itu, saksi harus adalah orang yang dekat dan mengenali dengan benar pasangan tersebut. Saksi pernikahan juga harus adalah orang yang benar-benar mengerti tentang makna dari pernikahan agar dapat memberikan dukungan dan masukan yang membangun keluarga yang terbentuk, karena jika tidak demikian maka nasehat dan masukan-masukan yang diberikan tidak membangun pertumbuhan keluarga tersebut dan hanya akan menimbulkan permasalahan dalam rumah tangga, sehingga syarat-syarat itu haruslah dipenuhi barulah seorang layak untuk menjadi saksi nikah. Bimbingan pada umumnya 4 Cooke, Bernard, Perkawinan Kristen, (Yogyakarta: Kanisius, 1987), 51-58 5 Orang tua saksi merupakan istilah yang di pakai oleh orang Timor (NTT) untuk menyebut saksi yang menjadi orang tua/pendamping bagi calon pasangan suami-istri dalam pernikahan. 2

sangat penting diadakan, khususnya dalam keluarga. Hal ini disebabkan adanya persoalan hidup manusia, yang berakhir pada suatu kebahagiaan untuk mencapai goal atau hasrat memecahkan problem dalam hidupnya. Akan tetapi, untuk mencapai hal tersebut banyak hambatan-hambatan, yang akan dihadapinya. Hambatan-hambatan tersebut bisa berupa frustrasi, konflik, krisis, ketetanggaan dan beberapa problem hidup lainnya. Dalam hubungan ini bimbingan dalam keluarga mengimplikasikan bahwa bimbingan dalam keluarga itu diakui eksistensinya melalui orang tua saksi yang mendampingi dan membimbing rumah tangga Kristen yang terbentuk. Tugas orang tua saksi nikah ini tidak terbatas pada saat pernikahan saja tetapi, berlanjut dalam pembentukan rumah tangga baru tersebut, dengan membimbing dan mendampingi mereka menjalani pernikahan sampai rumah tangga tersebut menjadi rumah tangga yang matang. Jemaat Efata Benlutu adalah sebuah warga jemaat GMIT dengan 167 kepala keluarga dan dalam tahun 2014 ada 13 pasangan yang telah menikah. Tiap-tiap pasangan didampingi oleh dua orang saksi dari kedua mempelai pria dan wanita. Ini memperlihatkan bahwa dalam jemaat Efata Benlutu juga terdapat saksi yang mendampingi pasangan suami-istri dalam melangsungkan pernikahan. 6 Dari kenyataan ini, seperti telah dijelaskan di atas bahwa saksi berperan penting dalam pembentukan Keluarga Kristen sehingga saksi perlu diberikan perhatian oleh Gereja demikian juga dengan saksi yang ada di Jemaat Efata Benlutu. Dari kenyataan ini jemaat GMIT memberikan perhatian terhadap saksi nikah dengan diadakannya pembekalan terhadap orang tua saksi nikah dan pasangan nikah pada saat penggembalaan sebelum pernikahan. Akan tetapi berdasarkan data awal pra penilitian yang diperoleh terkait peranan dari saksi pernikahan, masih banyak saksi pernikahan yang tidak ditentukan langsung oleh pasangan nikah sendiri melainkan di tentukan oleh orang Tua dan keluarga dari pasangan nikah pada saat pertemuan keluarga tanpa pertimbangan-pertimbangan lain seperti syarat-syarat dan ketentuan untuk menjadi seorang saksi. Ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi saksi nikah dalam tugas pendampingannya kepada pasangan yang akan menikah, sehingga banyak saksi yang hanya menjalankan tugasnya pada saat prosesi pernikahan di gereja, setelah masa pernikahan saksi kurang berperan mendampingi pasangan nikah. Berdasarkan hal tersebut maka penulis 6 Pdt. Kaci Franleni Naat S. Mth, Pdt di Gereja Efata Benlutu, Wawancara Pribadi, Benlutu, 12 Agustus 2014, pukul 19.00 WIB 3

berhipotesa bahwa peran dari saksi pernikahan di jemaat GMIT Efata Benlutu belum berjalan secara optimal. 1.2 Rumusan dan Tujuan Penelitian Berdasarkan latarbelakang masalah diatas, penulisan tugas akhir ini hendak menjelaskan masalah penilitian antara lain, 1 Bagaimana pandangan GMIT tentang tugas-tugas saksi nikah serta syarat-syaratnya. 2 Apakah pelaksanaan penetapan saksi-saksi nikah sudah sesuai dengan ketentuan GMIT. Berdasarkan kedua masalah di atas, penulisan ini diberi udul : Pentingnya peran saksi dalam pernikahan (Suatu tinjauan terhadap pendampingan saksi nikah di jemaat GMIT Efata Benlutu). Tulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan teoritis tentang peran pendampingan saksi pernikahan dalam pembetukan keluarga Kristen. Menjelaskan pentingnya pendampingan dengan orang tua saksi terhadap keluarga-keluarga kristen, khususnya ketika menghadapi masalah-masalah rumah tangga yang sering terjadi. Serta memberikan kontribusi bagi pengembangan pelayanan Gereja, terutama dalam hal pendampingan kepada pasangan nikah dan peran orang tua saksi pernikahan. 1.3 Metode Penilitian Berdasarkan judul dan tujuan diatas maka, penelitian ini dilakukan dengan memakai metode penelitian Kualitatif. Dimana peneliti turun langsung dan mengamati penetapan saksi nikah yang sesuai dengan syarat GMIT dan mengamati peran sakni nikah di lapangan tepatnya di jemat Efata Benlutu. Selanjutnya penulis bertemu langsung dengan informan kunci dan mewawancarai 6 orang saksi nikah, 5 pasangan nikah dan pendeta di jemaat tersebut. Metode ini dilakukan bertujuan untuk mendapat informasi terkait peranan saksi yang sesuai dengan ketentuan GMIT. Setelah mereduksi data dari informan kunci di lapangan, maka langkah berikutnya adalah penyajian data (data display) dimana data sudah lebih teroganisir, tersusun dalam pola hubungan sehingga data semakin mudah dipahami. Selanjutnya penulis melakukan analisa data menggunakan teori-teori tentang saksi pernikahan. Selanjutnya verikasi data dapat dilakukan dengan cara Triangulasi yaitu membandingkan hasil wawancara, observasi, dan data-data tertulis seperti buku referensi, jurnal, media elektronik (internet) ataupun artikel-artikel 4

penelitian yang menulis tentang pentingnya peran saksi dalam pernikahan dan melakukan analisa reflektif terhadap data-data tersebut secara mendetail guna menjawab masalah penelitian. 7 Penelitian dilakukan di Gereja Masehi Injili di Timor-Efata Benlutu-TTS. 1.4 Sistematika Penulisan Penulisan ini akan dipaparkan dengan sistematika sebagai berikut: Bagian 1 berisi pendahuluan mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bagian 2 membahas landasan teori yang berisi paparan teori pernikahan dan teori tentang saksi pernikahan sebagaimana yang di rumuskan oleh GMIT. Bagian 3 dipaparkan selayang pandang gereja GMIT Efata Benlutu dan hasil penelitian yang memuat data yang berhasil diteliti dan dikumpulkan yaitu tentang peranan saksi dalam pernikahan Kristen di jemaat Efata Benlutu serta peran gereja dalam membimbing orangtua saksi. Bagian 4 membahas kesinambungan antara kerangka konseptual dengan hasil penelitian lapangan, berupa analisis data mengenai pandangan tugas-tugas saksi nikah dengan syaratsyaratnya, serta pelaksanaan saksi nikah yang sesuai dengan ketentuan GMIT. Bagian 5 merupakan akhir dari penulisan karya ini, dan akan ditutup dengan kesimpulan dan saran-saran penting terkait peran pendampingan saksi dalam pernikahan Kristen. 7 Mardalis, Metode penilitian suatu pendekatan proposal, (Jakarta: Bumi Askara, 2003), 330 5