ISBN : PROCEEDING asmnal PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA. Yogyakarta, 12 Mei 2012 Hotel Quality

dokumen-dokumen yang mirip
Fitria Dwi Andriyani, M.Or.

METODE MELATIH FISIK SEPAKBOLA. Subagyo Irianto

PRINSIP-PRINSIP LATIHAN

BAHAN AJAR. : Pengelolaan Ekskul Olahraga Sekolah Kode Mata Kuliah : POR 309. Materi : Latihan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rahmad Santoso, 2014

KONSEP Latihan kebugaran jasmani

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Randy Suwandi Yusuf, 2013

Pengertian Pembinaan/latihan

BAHAN AJAR TEORI & METODOLOGI LATIHAN ORKES KOMPONEN KEBUGARAN JASMANI DAN LATIHANNYA. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or FIK UNY

Mata Kuliah Olahraga 1 Soal-soal dan jawaban

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN - UNIVERSITAS NEGERL YOGYAKARTA

METODE PEMBINAAN KEBUGARAN ATLIT *) Oleh: Eka Swasta Budayati (FIK UNY)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memerlukan kekuatan, daya tahan dan fleksibilitas. Menurut Irianto (2004: 2),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diberikan kepadanya (dari kerja yang dilakukan sehari-hari) tanpa. menimbulkan kelelahan yang berlebihan. ( Muhajir : 2004 )

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN PENATARAN DI BPMD. OLEH: DRA. Hj. TITE JULIANTINE M.Pd

TEORI DAN METODOLOGI LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA

PENGEMBANGAN MOTORIK SUATU PENGANTAR. Suharjana FIK UNY

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup yang aktif dan sikap sportif melalui kegiatan jasmani yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut

KETAHANAN (ENDURANCE)

Definisi aerobik Aerobik berasal dari kata aero yang berarti oksigen. Jadi aerobik sangatlah erat dengan penggunaan oksigen. Dalam hal ini berarti

PRINSIP-PRINSIP LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA

Sehat &Bugar. Sehat. Sakit

PELATIHAN PROGRAM KEBUGARAN BAGI INSTRUKTUR FITNESS SE-KABUPATEN MAGELANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pekerjaan dan bergerak. Kebugaran jasmani yang dibutuhkan untuk

Fitria Dwi Andriyani, M.Or.

MANSUR FIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

PERENCANAAN YANG BAIK MERUPAKAN SALAH SATU ELEMEN PENTING DALAM BAGAIMANA MELATIH YANG EFEKTIF

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Umbulharjo, Yogyakarta, memiliki 24 kelas, yang masing masing kelas

FLEKSIBILITAS PENGERTIAN FLEKSIBILITAS

PENGARUH SENAM AEROBIK INTENSITAS RINGAN DAN SEDANG TERHADAP PENURUNAN PERSENTASE LEMAK BADAN DI AEROBIC AND FITNESS CENTRE FORTUNA SKRIPSI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan pendidikan jasmani disekolah merupakan satu bentuk pembinaan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola

BAB I PENDAHULUAN. ternyata berhubungan dengan penurunan resiko terkena penyakit

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Djoko Pekik Irianto (2004: 2), kesegaran fisik (physical fitness)

PELATIHAN PROGRAM KEBUGARAN BAGI INSTRUKTUR FITNESS SE-KABUPATEN MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kesegaran jasmani (physical

PENGARUH METODE LATIHAN DAN INDEKS MASSA TUBUH TERHADAP DAYA TAHAN AEROB PEMAIN BULUTANGKIS PUTRA PB PG MRICAN KEDIRI

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik.

GENERAL FITNESS TRAINING

LATIHAN KETAHANAN (KEBUGARAN AEROBIK)

PROFIL VO2MAX DAN DENYUT NADI MAKSIMAL PEMAIN DIKLAT PERSIB U-21

LATIHAN KETAHANAN (ENDURANCE) Oleh: Prof. Dr. Suharjana, M.Kes Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah merupakan suatu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari masyarakat yang sedang aktif dalam melakukan pembangunan.

P E N G E M B A N G A N E K T R A K U R I K U L E R O L A H R A G A S E K O L A H H E D I A R D I Y A N T O H E R M A W A N

BAB I PENDAHULUAN. wanita atau laki-laki sampai anak-anak, dewasa, dan orangtua bahwa dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. waktunya. Dari pengertian tersebut, dapat dijelaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. landasan awal dalam pencapaian prestasi (M. Sajoto, 1988)

BAB I PENDAHULUAN. Sehat adalah nikmat karunia Allah yang menjadi dasar bagi segala nikmat. Nikmatnya makan, minum, tidur, serta kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Mulai di usia 30-an, efektifitas berbagai fungsi fisiologik mulai

Oleh (Tim Pengampu) Cerika Rismayanthi, M.Or. Ahmad Nasrulloh, M.Or. Fatkhurahman Arjuna, M.Or.

PRINSIP PROGRAM OLAHRAGA UNTUK KESEHATAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. aktifitas yang dilakukan bersifat pokok (karier) maupun aktifitas rileks

MENINGKATKAN KEBUGARAN JASMANI ANAK SD MELALUI LATIHAN KEBUGARAN AEROBIK. Oleh: Banu Setyo Adi Dosen Jurusan PPSD FIP UNY

KEKUATAN PENGERTIAN KEKUATAN

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan

NARASI MENINGKATKAN KEBUGARAN JASMANI JAMAAH HAJI DENGAN LATIHAN BEBAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang membutuhkan kesegaran jasmani yang baik agar dapat

ARTIKEL ILMIAH SURVEI TINGKAT KEBUGARAN JASMANI PADA SISWA PUTRA SMA NEGERI 4 KOTA JAMBI SKRIPSI OLEH THOMI PRADODO A1D408107

KONSEP PENDIDIKAN KEB. JASMANI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Santoso Giriwijoyo (2012:73 ) Pendidikan jasmani adalah kegiatan

SENAM MASSAL DALAM RANGKA MEMPERINGATI DIES NATALIS UNY ke-46. Endang Rini Sukamti, dkk

PEMBINAAN KEBUGARAN JASMANI OLEH: YUNYUN YUDIANA

makin berat sampai kelelahan, ukurannya disebut VO 2 max.

KEBUGARAN JASMANI DAN PRODUKTIVITAS KERJA

BAB I PENDAHULUAN. manusia sangat padat dan beraneka ragam. Manusia menjalani kehidupan

AKTIVITAS PENGEMBANGAN DAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. dinamis. Olahraga juga sebagai media pendidikan sudah pula diakui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan

Olahraga Ringan Bagi Penderita Diabetes

direncanakan antara pembebanan dan recovery. Lari interval ini merupakan lari

BAB I PENDAHULUAN. sebagai penunjang kegiatan sehari-hari, baik untuk bekerja, rekreasi maupun

2015 MENINGKATKAN DAYA TAHAN CARDIOVASCULAR MELALUI ZUMBA DANCE

BAB I PENDAHULUAN. Pada dekade belakangan ini gaya hidup manusia semakin berkembang.

BAB II KAJIAN TEORI. Bucher dalam Yustinus Sukarmin (2004: 1) mengatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola

PANDUAN KESEHATAN OLAHRAGA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. merokok juga banyak dilakukan oleh remaja bahkan anak-anak. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dalam DepKes RI

MANFAAT SENAM BAGI KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini

BAB IV OLAHRAGA DAN OLAHRAGA KESEHATAN

PENDERITA JANTUNG MENJADI BUGAR MELALUI OLAHRAGA

DASAR DASAR OLAHRAGA

PENDAHULUAN. cabang-cabang olahraga. Atlet yang menekuni salah satu cabang tertentu untuk

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bahan makanan yang mengandung berbagai macam zat yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. remaja akhir dan dewasa awal berdasarkan tahap perkembangannya, yaitu

MEMBINA KEBUGARAN JASMANI ANAK DENGAN SENAM PEMBENTUKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menunjang paradigma hidup sehat hendaknya dilakukan dengan kesadaran

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi, tetapi juga dari kegiatan olahraga atau aktivitas fisik yang kita lakukan.

LATIHAN PENDAHULUAN DAN LATIHAN PENUTUP PADA OLAHRAGA

2015 KONTRIBUSI DENYUT NADI ISTIRAHAT DAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU TERHADAP KAPASITAS AEROBIK

Transkripsi:

1 ISBN : 978-602-8429-61-0 PROCEEDING asmnal PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Yogyakarta, 12 Mei 2012 Hotel Quality

membangun Insan yang Berkarakter dan Bermartabat Melalui OLahraga PRINSIP-PRINSIP DAN PROGRAM LATIHAN MENINGKATKAN KEBUGARAN 3ASMANI Oleh: Sumintarsih (UPN" Veteran" Yogyakarta) ABSTRAK Pola hidup manusia dari aktif menjadi kurang aktif untuk melakukan aktivitas jasmani. Pola hidup yang demikian akan menciptakan suasana yang cenderung pasif jasmaniah (sedentary) untuk tetap mempertahankan kebugaran jasmani maka diperlukan usaha agar bisa malakukan aktivitas untuk menjaga kebugaran jasmani melalui program latihan yang tepat. Prinsip-prinsip yang dapat dilaksanakan sebagai pedoman agar tujuan latihan tercapai dalam satu kali tatap muka, antara lain: prinsip kesiapan, individual, adaptasi, beban lebih, progresif, spesifik, variasi, pemanasan dan pendinginan, latihan jangka panjang, prinsip berkebalikan, tidak berlebihan, dan sistematik. Program Latihan Kebugaran Jasmani untuk mencapai keberhasilan kebugaran sangat ditentukan oleh kualitas latihan yang meliputi: tujuan latihan, pemilihan model latihan, penggunaan sarana latihan dan yang lebih penting lagi adalah takaran atau dosis latihan yang dijabarkan dalam konsep PITT. Komponen Kebugaran jasmani terdapat tiga kelompok yaitu: a) kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan, b) kebugaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan motorik dan c) kebugaran jasmani yang berhubungan dengan wellness. Sedangkan tahapan latihan kebugaran jasmani adalah rangkaian proses dalam setiap latihan, meliputi pemanasan, Kondisioning, dan Penenangan. Kata kunci: prinsip latihan, program latihan dan kebugaran jasmani. PENDAHULUAN Dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta berhasilnya pembangunan khususnya di bidang pendidikan dan kesehatan, telah mengubah pola hidup manusia dari aktif menjadi kurang aktif untuk melakukan aktivitas jasmani. Hal ini disebabkan oleh produk iptek telah menggantikan pekerjaan yang dahulu dikerjakan dengan otot. Pekerjaan yang dahulu diselesaikan beberapa jam bahkan beberapa hari, sekarang dapat diselesaikan beberapa detik dengan menekan tombol. Pola hidup yang demikian akan menciptakan suasana yang cenderung pasif jasmaniah (sedentary) untuk tetap mempertahankan kebugaran jasmani maka diperlukan usaha agar bisa malakukan aktivitas untuk menjaga kebugaran jasmani melalui program latihan yang tepat. 4251 Proceeding Seminar Nasional PPs UNY

Kebugaran jasmani ini mempunyai hukum reversibility, pada prinsipnya manusia itu mempunyai adaptasi yang tinggi, balk terhadap stress latihan maupun stress mental. Prinsip latihan yang harus diperhatikan adalah reversible atau berkebalikan, maksudnya fungsi organ manusia mempunyai sifat yang alami, yaitu akan meningkat jika diberi stress latihan atau berlaku sebaliknya jika menghentikan aktivitas latihan.( Mansur, 1996: 34 ). Sifat kebugaran jasmani manusia cenderung menurun sesuai dengan bertambahnya umur. Secara alami manusia akan bertambah tua, begitu juga dengan kebugaran jasmaninya, secara bertahap fungsi organ tubuh akan semakin berkurang dan akhirnya sama sekali tidak berfungsi atau matt. Kebugaran jasmani akan mencapai titik optimal, sesudahnya berangsur-angsur menurun sesuai bertambahnya usia. Proses penurunan tersebut hanya dapat diatasi dan dikendalikan dengan pola hidup sehat dan dinamis, yaitu mengatur irama kehidupan yang seimbang antara kebutuhan jasmani dan tuntutan rohaninya sehingga tidak menimbulkan stress kehidupan yang berarti. PEMBAHASAN Prinsip-Prinsip Latihan Menurut M Fur - clan H (1995: 4) prinsip-prinsip latihan adalah garis pedoman suatu latihan terorganisasi dengan baik yang harus digunakan. Prinsipprinsip semacam itu menunjuk pada semua aspek dan dalam kegiatan latihan, prinsipprinsip itu menentukan isi, cara dan metode. Menurut Sukadiyanto dan Dangsina Muluk (2011: 14-23) prinsip-prinsip yang dapat dilaksanakan sebagai pedoman agar tujuan latihan tercapai dalam satu kali tatap muka, antara lain: prinsip kesiapan, individual, adaptasi, beban Iebih, progresif, spesifik, variasi, pemanasan dan pendinginan, latihan jangka panjang, prinsip berkebalikan, tidak berlebihan, dan sistematik. 1. Prinsip kesiapan (readiness) Pada prinsip kesiapan, materi dan dosis latihan harus disesuikan dengan usia olahragawan. Oleh karena usia olahragawan berkaitan erat dengan kesiapan kondisi secara fisiologis dan psikologis dari setiap olahragawan. Artinya, para pelatih harus mempertimbangkan dan memperhatikan tahap pertumbuhan dan perkembangan dari setiap olahragawan. Sebab kesiapan setiap olahragawan akan berbeda-beda antara anak yang satu dengan anak yang lain meskipun diantara olahragawan memiliki usia yang sama. Hal ini dikarenakan perbedaan berbagai faktor faktor tersebut akan berpengaruh terhadap tingkat kematangan dan 426 Proceeding Seminar Nasional PPs UNY

kesiapan setiap olahragawan. Pada olahragawan yang belum memasuki masa pubertas, secara fisiologis belum slap untuk menerima beban latihan secara penuh. 2. Prinsip individual Dalam merespon beban latihan untuk setiap olahragawan tentu akan berbeda-beda, sehingga beban latihan bagi setiap orang tidak dapat disamakan antara orang yang satu dengan orang yang lainnya. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan perbedaan terhadap kemampuan anak dalam merespon beban latihan, diantaranya adalah faktor keturunan, kematangan, gizi, waktu istirahat dan tidur, kebugaran, lingkungan, sakit cidera dan motivasi. Agar para pelatih berhasil dalam melatih, perlu menyadari bahwa setiap anak memiliki perbedaan-perbedaan, terutama dalam merespon beban latihan. 3. Prinsip Adaptasi Organ tubuh manusia cenderung selalu mampu untuk berdaptasi terhadap perubahan lingkungannya. Keadaan ini tentu menguntungkan untuk keterlaksanaan proses berlatih melatih, sehingga kemampuan manusia dapat dipengaruhi dan dapat ditingkatkan melalui proses latihan. Ciri-ciri terjadinya proses adaptasi pada tubuh akibat dari latihan, antara lain pada: (a) kemampuan fisiologis ditandai dengan membaiknya sistem pernapasan, fungsi jantung, paru, sirkulasi, dan volume darah, (b) meningkatnya kemampuan fisik, yaitu ketahanan otot, kekuatan dan power, (c) tulang, ligamenta, tendo, dan hubungan jaringan otot menjadi lebih kuat. 4. Prinsip beban lebih (overload) Beban latihan harus mencapal atau melampaui sedikit diatas batas ambang rangsang. Sebab beban yang terlalu berat akan mengakibatkan tidak mampu diadaptasi oleh tubuh, sedang bila terlalu ringan tidak berpengaruh terhadap peningkatan kualitas fisik, sehingga beban latihan harus memenuhi prinsip moderat ini. Untuk itu, pembebanan yang dilakukan secara progresif dan diubah sesuai dengan tingkat perubahan yang terjadi pada did olahragawan. Adapun cara meningkatkan beban latihan dapat dengan cara diperbanyak, diperberat, dipercepat, dan diperiama. Pembebanan latihan menurut Martens (sukadiyanto, 2011: 29) berkaitan dengan tiga faktor, yaitu frekuensi, intensitas, dan durasi. 427) Proceeding Seminar Nasional PPs UNY

Membangun Insan yang Berkarakter dan Bermartabat Melalui Olahraga Penambahan frekuensi dapat dilakukan dengan cara menambah sesi latihan. Untuk intensitas latihan dapat dengan cara meningkatkan kualitas pembebanannya. Sedang durasi dapat dilakukan dengan cara menambah jam latihan atau bila jam latihan tetap dapat dengan cara memperbanyak waktu recovetydan interval, sehingga kualitas latihan menjadi naik. 5. Prinsip progresif(peningkatan) Agar terjadi proses adaptasi pada tubuh, maka diperlukan prinsip beban lebih yang diikuti dengan prinsip progresif Latihan bersifat progresif, artinya dalam pelaksanaan latihan dilakukan dari yang mudah ke yang sukar, sederhana ke yang komplek, umum ke khusus, bagian ke keseluruhan, ringan ke berat, dan dari kuantitas ke kualitas, serta dilaksanakan secara ajeg, maju dan berkelanjutan. Dalam menerapkan beban lebih harus dilaksanakan secara ajeg, maju, berkelanjutan. Dalam menerapkan beban lebih harus dilakukan secara bertahap, cermat, kontinyu, dan tepat. Artinya, setiap tujuan latihan memiliki jangka waktu tertentu untuk dapat diadaptasi oleh organ tubuh olahragawan. Setelah jangka waktu adaptasi dicapai, maka beban latihan harus ditingkatkan. Bila beban latihan ditingkatkan secara mendadak, tubuh tidak akan mampu mengadaptasinya bahkan akan merusak dan berakibat cidera serta rasa sakit. 6. Prinsip spesifikasi (kekhususan) Setiap bentuk latihan yang dilakukan oleh olahragawan memiliki tujuan yang khusus. Oleh karena setiap bentuk rangsang akan direspon secara khusus pula oleh olahragawan, sehingga materi latihan harus dipilih sesuai dengan kebutuhan cabang olahraganya. Untuk itu sebagai pertimbangan dalam menerapkan prinsip spesifikasi, antara lain ditentukan oleh: (a) spesifikasi kebutuhan energi, (b) spesifikasi bentuk dan model latihan, (c) spesifikasi ciri gerak dan kelompok otot yang digunakan, dan (d) waktu periodisasi latihannya. 7. Prinsip variasi Prinsip latihan yang baik harus disusun secara variatif untuk menghindari kejenuhan, keengganan dan keresahan yang merupakan kelelahan secara psikologis. Untuk itu program latihan perlu disusun lebih variatif agar tetap meningkatkan ketertarikan olahragawan terhadap latihan, sehingga tujuan latihan tercapai. Komponen utama yang diperlukan untuk 428 ProceedingSeminar Nasional PPs UNY ------------

memvariasi latihan menurut Martens (Sukadiyanto, 2011: 32) adalah perbandingan antara (a) kerja dan istirahat, dan (b) latihan berat dan ringan. 8. Prinsip pemanasan dan pendinginan (warm-up and coo/-down) Pemanasan bertujuan untuk mempersiapkan fisik dan psikis olahragawan memasuki latihan inti. Selain itu diawali pemanasan, diharapkan olahragawan dalam memasuki latihan dapat terhindar dari kemungkinan terjadinya cidera dan rasa sakit. Ada minimal empat macam kegiatan pada tahap pemanasan, antara lain: (a ) aktivitas fisik yang bertujuan untuk menaikkan suhu badan, (b) aktivitas peregangan (stretching) balk yang pasif maupun yang aktif (kalestenik/balistik), (c) aktivitas senam khusus cabang sesuai dengan olahraganya, dan (d) aktivitas gerak teknik sesuai dengan cabang olahraganya. Kegunaan pemanasan menurut Stone dan Kroll (Sukadiyanto, 2011: 33) membantu meningkatkan suhu badan, memperlancar peredaran darah, denyut jantung, pernapasan, pemasukan oksigen, dan mempersiapkan tulang, persendian, otot, tendo dan logamenta. Pendinginan (cooling-down) sama pentingnya dengan aktifitas seperti pemanasan. Dengan aktifitas ringan seperti jogging dan dilanjutkan dengan stretching pada saat pendinginan akan membantu kelancaran peredaran darah, menurunkan ketegangan otot, dan memperlancar pengangkutan sisa pembakaran. 9. Prinsip latihan jangka panjang (long term training) Untuk meraih prestasi terbaik diperlukan proses latihan dalam jangka waktu yang lama. Pengaruh beban latihan tidak dapat diadaptasi oleh tubuh secara mendadak, tetapi memerlukan waktu dan proses yang harus dilakukan secara bertahap dan kontinyu. Untuk itu diperlukan waktu yang lama dalam mencapai kemampuan maksimal. Pencapaian prestasi maksimal harus didukung oleh berbagai kemampuan dan keterampilan gerak. Untuk dapat menjadi gerak yang otomatis diperlukan proses dan memakan waktu yang lama. 10. Prinsip berkebalikan (reversibility) Prinsip berkebalikan (reversibility), artinya bila olahragawan berhenti dari latihan dalam waktu tertentu bahkan dalam waktu lama, maka kualitas organ tubuhnya akan mengalami penurunan fungsi secara otomatis. Sebab proses adaptasi yang terjadi sebagai basil dari latihan akan menurun bahkan 429' Proceeding Seminar Nasional PPs UNY

hilang, bila tidak dipraktekkan dan dipelihara melalui latihan yang kontinyu. Olahragawan yang tidak latihan dan beristirahat total tanpa ada aktivitas lain, tingkat kebugarannya akan mengalami penurunan rata-rata 10% setiap minggunya. Sedang pada komponen biomotorik kekuatan (strength) akan mengalami penurunan secara perlahan yang diawali dengan proses atropi (pengecilan) pada otot. 11. Prinsip tidak berlebihan (moderat) Keberhasilan latihan jangka panjang sangat ditentukan oleh pembebanan yang tidak berlebihan. Artinya, pembebanan harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan, pertumbuhan, dan perkembangan olahragawan, sehingga beban latihan yang diberikan benar-benar tepat (tidak terlalu berat dan juga tidak terlalu ringan). Sebab, bila beban latihan terlalu ringan tidak akan mempunyai dampak terhadap peningkatan kualitas kemampuan fisik, psikis, dan keterampilan. Sebaliknya, bila beban terlalu berat akan mengakibatkan cidera dan sakit. Keadaan yang sering dinamakan overtralning. 12. Prinsip sistematik Prestasi olahragawan sifatnya labil dan sementara, sehingga prinsip ini berkaitan dengan ukuran (dosis) pembebanan dan skala prioritas sasaran latihan. Setiap sasaran latihan memiliki aturan dosis pembebanan yang berbeda-beda. Skala prioritas latihan berhubungan dengan urutan sasaran dan materi latihan utama yang disesuaikan dengan periodisasi latihan. Sebab pada setiap periodisasi memiliki penekanan tujuan latihan yang berbedabeda balk dalam aspek fisik, teknik, taktik, maupun psikologis. Program Latihan Kebugaran Jasmani Keberhasilan mencapai kebugaran sangat ditentukan oleh kualitas latihan yang meliputi : tujuan latihan, pemilihan model latihan, penggunaan sarana latihan dan yang lebih penting lagi adalah takaran atau dosis latihan yang dijabarkan dalam konsep FITT (frekwensi, intensitas, tempo/waktu, tipe latihan). Menurut H Amrum Bustaman (2003: 276) frekwensi latihan 3-5 kali/minggu, intyensitas 60-90% denyut jantung maksimal, tempo/waktu 20-30 menit dan tipe latihan berlanjut dan ritmik. Frekwensi latihan Untuk meningkatkan kebugaran jasmani diperlukan latihan antara 3-5 kali perminggu, sebaiknya dilakukan berselang antara waktu 430 Proceeding Seminar Nasional PPs UNY

latihan dan istirahat misalnya senin, rabu dan jum'at atau selasa, kamis dan sabtu. Waktu yang tidak digunakan untuk latihan lainnya digunakan untuk istirahat agar tubuh memiliki kesempatan melakukan recovery (pemulihan) tenaga. Intensitas latihan menggunakan perhitungan dari mengetahui denyut jantung maksimal yaitu 220 - umur. Misalnya Nita umur 20 tahun, apabila dalam latihan dengan menentukan 65% - 70% denyut jantung maksimal maka pada waktu latihan denyut jantung harus mencapai 130 sampai 140 detak/menit. Tempo atau waktu yang digunakan pada inti latihan sebaiknya antara 20-30 menit. Tipe latihan yang baik untuk meningkatkan kebugaran jasmani adalah berlanjut dan ritmik, adapun olahraga yang ditekankan jenis olahraga yang bersifat aerobik. Menurut Mansur (1995: 57) latihan aerobik adalah aktivitas jamani yang dapat menimbulkan respon denyut jantung minimal 60% dari denyut jantung maksimal dan dipertahankan dalam waktu relative lama tanpa terjadinya oksigen debt (hutang oksigen). Contoh latihan aerobik adalah berjalan, jogging, berlari, berenang, bersepeda, loncat tali, senam aerobik. KEBUGARAN JASMANI Pengertian kebugaran jasmani. Secara umum yang dimaksud kebugaran jasmani adalah kebugaran fisik (Phycal Fitness), Yakni kemampuan seseorang melakukan kerja sehari-hari secara efisien tanpa timbul kelelahan yang berlebihan sehingga masih dapat menikmati waktu Iuangnya. Kebugaran jasmani dipandang dari aspek fisiologis adalah kapasitas fungsional untuk memperbaiki kualitas hidup (Fox, 1987: 6). Dalam kontek diatas kebugaran berarti kebugaran total (total fitness), sedangkan kebugaran jasmani merupakan salah satu bagian dari kebugaran total. Menurut ahli fisiologi olahraga, kebugaran jasmani adalah kapasitas seseorang untuk melakukan kerja dengan usaha minimal (Mangi, 1987: 11). Kebugaran jasmani juga berarti kapasitas untuk dapat menyesuaikan diri terhadap latihan melelahkan dan segera pulih dari kelelahan tersebut. Komponen Kebugaran jasmani Kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Untuk dapat mencapai kondisi kebugaran jasmani yang prima seseorang perlu melakukan latihan fisik yang melibatkan komponen kebugaran jasmani dengan 431 Proceeding Seminar Nasional PPs UNY

metoda latihan yang benar. Dalam kebugaran jasmani terdapat komponen yang dibagi dalam tiga kelompok dari: a. Kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan. Kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan terdiri dari lima komponen dasar yang saling berhubungan antara yang satu dengan yang Iainnya yaitu: 1) Daya tahan kardiovaskuler. Komponen ini meggambarkan kemampuan dan kesanggupan melakukan kerja dalam keadaan aerobik, artinya kemampuan dan kesanggupan sistem peredaran darah pernapasan, mengambil dan mengadakan penyediaan oksigen yang dibutuhkan. 2) Kekuatan otot. Kekuatan otot banyak digunakan dalam kehidupan seharihari, terutama untuk tungkai yang harus menahan berat badan. 3) Daya tahan otot. Daya tahan otot adalah kemampuan dan kesanggupan otot untuk kerja berulang-ulang tanpa mengalami kelelahan. 4) Fleksibilitas. Fleksibilitas adalah kemampuan gerak maksimal suatu persendian. 5) Komposisi tubuh. Komposisi tubuh berhubungan dengan pendistribusian otot dan lemak di seluruh tubuh dan pengukuran komposisi tubuh ini memegang peranan penting, baik untuk kesehatan tubuh maupun untuk berolahraga. Kelebihan lemak tubuh dapat menyebabkan kegemukan atau obesitas dan meningkatkan resiko untuk menderita berbagai macam penyakit. Dalam olahraga kelebihan lemak ini dapat memperburuk kinerja karena tidak memberikan sumbangan tenaga yang dihasilkan oleh kontraksi otot, malahan memberikan bobot mati yang menambahkan beban karena memerlukan energi tambahan untuk menggerakkan tubuh b. Kebugaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan motorik. Selain komponen yang berhubungan dengan kesehatan diperlukan pula keterampilan motorik yang terdiri dari enam komponen yaitu: 1) Keseimbangan Keseimbangan adalah berhubungan dengan sikap mempertahankan keadaan keseimbangan (equilibrium) ketika sedang diam atau bergerak. 2) Daya ledak (power) Daya ledak adalah berhubungan dengan laju ketika seseorang melakukan kegiatan, atau daya ledak merupakan hasil kali dari daya x percepatan (force x velocity). 3) Kecepatan Kecepatan adalah berhubungan dengan kemampuan untuk melakukan gerakan dalam waktu yang sangat singkat. 4) Kelincahan Kelincahan adalah berhubungan dengan kemampuan dengan cara mengubah arch posisi tubuh dengan kecepatan dan ketepatan yang tinggi. 5) Koordinasi Koordinasi adalah berhubungan dengan kemampuan untuk menggunakan panca indra seperti penglihatan dan pendengaran, bersama-sama dengan tubuh tertentu didalam melakukan kegiatan motorik dengan harmonis dan ketepatan yang tinggi. 6) Kecepatan reaksi 432 Proceeding Seminar Nasional PPs UNY

Kecepatan reaksi adalah yang berhubungan dengan kecepatan waktu yang dipergunakan antara rnulai adanya rangsangan dengan mulainya reaksi. c. Kebugaran jasmani yang berhubungan dengan wellness Wellness diberikan pengertian sebagai suatu tingkat dinamis dan terintregrasi dari fungsi-fungsi organ tubuh yang berorientasi terhadap upaya memaksimalkan potensi yang memiliki ketergantungan pada tanggung jawab diri sediri. Wellness dipandang sebagai keadaan yang tidak sakit saja. Tahapan Latihan Kebugaran Jasmani Tahapan latihan adalah rangkaian proses dalam setiap latihan, meliputi pemanasan, Kondisioning, dan Penenangan. Tahapan ini dikerjakan secara berurutan. Djoko Pekik Irianto (2004: 14) 1. Pemanasan Pemanasan dilakukan sebelum latihan. Ini bertujuan menyiapkan fungsi organ tubuh agar mampu menerima pembebanan yang lebih berat pada saat latihan sebenarnya. Berapa lama pemanasan sebaiknya dilakukan atau kapan pemanasan dianggap cukup?. Penanda bahwa tubuh slap menerima pembebanan antara lain detak jantung telah mencapai 60 % detak jantung maksimal, suhu tubuh naik 1-2 derajat Celsius, dan badan berkeringat. Pemanasan yang dilakukan dengan benar akan mengurangi terjadinya cedera atau kelelahan yang berlebihan. 2. Kondisioning Setelah pemanasan cukup diteruskan tahap kondisioning, yakni melakukan berbagai rangkaian gerak dengan model latihan yang sesuai dengan tujuan program latihan, misalnya jogging untuk meningkatkan daya tahan parujantung atau untuk pembakaran lemak tubuh, latihan stretching untuk meningkatkan kelentukan persendian dan latihan beban untuk kekuatan dan daya tahan otot. Latihan ini kurang lebih berlangsung antara 20 menit sampai 30 menit, atau disesuaikan dengan tujuan atau latihan yang dilakukan. Karena latihan ini merupakan latihan kebugaran jasmani sebaiknya berisikan salah satu komponen kebugaran jasmani. 3. Penenangan Penenangan merupakan periode yang sangat penting dan esensial. Tahap ini bertujuan: (1) mengembalikan kondisi tubuh seperti sebelum berla tih dengan melakukan serangkaian gerak berupa stetching dan aerobic ringan misalnya jalan di tempat atau jogging ringan. Tahapan ini ditandai dengan menurunnya frekwensi detak jantung, menurunnya suhu tubuh dan semakin berkurangnya keringat, (2) mengembali kan darah ke jantung untuk reoksigenasi sehingga mencegah genangan darah diotot kaki dan tangan. Lama tahapan ini kira-kira 5 menit sampai 10 menit. KESIMPULAN Proceeding Seminar Nasional PPs UNY

1. Prinsip-prinsip yang dapat dilaksanakan sebagai pedoman agar tujuan latihan tercapai dalam satu kali tatap muka, antara lain: prinsip kesiapan, individual, adaptasi, beban lebih, progresif, spesifik, variasi, pemanasan dan pendinginan, latihan jangka panjang, prinsip berkebalikan, tidak berlebihan, dan sistematik, 2. Program Latihan Kebugaran Jasmani untuk mencapai keberhasilan kebugaran sangat ditentukan oleh kualitas latihan yang meliputi: tujuan latihan, pemilihan model latihan, penggunaan sarana latihan dan yang lebih penting lagi adalah takaran atau dosis latihan yang dijabarkan dalam konsep FITT. 3. Komponen Kebugaran jasmani terdapat tiga komponen yaitu: a) komponen kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan terdiri dari lima komponen dasar yaitu: daya tahan kardiovaskuler, kekuatan otot, daya tahan otot, fleksibilitas dan komposisi tubuh (berat badan ideal, persentase lemak), b) kebugaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan motorik selain komponen yang berhubungan dengan kesehatan ada enam komponen yaitu: keseimbangan, daya ledak (power), kecepatan, kelincahan, kooedinasi dan kecepatan reaksi, c) kebugaran jasmani yang berhubungan dengan wellness. 4. Tahapan latihan kebugaran jasmani adalah rangkaian proses dalam setiap latihan, meliputi pemanasan, Kondisioning, dan Penenangan. DA FTA R PUSTA KA Djoko Pekik Irianto, (2004). Pedoman praktis berolahraga untuk kebugaran & kesehatan. Yogyakarta: And i Ofset. Fox, E. L. (1987). Basis of fitness, New York: McMilan Publishing Company. H. Amrum Bustaman, (2003). Perkembangan olahraga ter kini kajian para pakar (Pembinaan kesegaran jasmani untul lanjut usia). Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Mangi, R., Jok, P., (1987). Sport fitness and training adaptation. New York: Panteon Books. Mansur, (1996). OLahraga dan kebugaran jasmani. Materi Perkuliahan UPN "Veteran" Yogyakarta. M Furcion H, (1995). Terjemahan Josep Nossek General theory of training (Teori umum latihan). UNS: Sebelas Maret University press. Sukadiyanto dan Dangsina Muluk, (2011). Pengantar teori dan metodologi melatih fisik. Bandung: CV lubuk Agung. Proceeding Seminar Nasional PPs UNY