BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Hipertensi

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

olahraga secara teratur, diet pada pasien obesitas, menjaga pola makan, berhenti merokok dan mengurangi asupan garam (Tedjasukmana, 2012).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

OBAT ANTI HIPERTENSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) (Purwanto,

POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA HIPERTENSI DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah

5/30/2013. dr. Annisa Fitria. Hipertensi. 140 mmhg / 90 mmhg

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya risiko terhadap

YUANITA ARDI SKRIPSI SARJANA FARMASI. Oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga meningkatkan risiko PKV seperti pembesaran ventrikel kiri, infark

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian kerena payah jantung, infark miocardium, stroke, atau gagal. ginjal (Pierece, 2005 dalam Cahyani 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

GAMBARAN KETEPATAN DOSIS PADA RESEP PASIEN GERIATRI PENDERITA HIPERTENSI DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hipertensi adalah salah satu penyakit dengan kondisi medis yang beragam.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mekanisme regulasi tekanan darah (pada pengukuran berulang tekanan darah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan

darah. Kerusakan glomerulus menyebabkan protein (albumin) dapat melewati glomerulus sehingga ditemukan dalam urin yang disebut mikroalbuminuria (Ritz

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4.10 Instrumen Penelitian Prosedur Penelitian Manajemen Data Analiasis Data BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.

Pencegahan Tersier dan Sekunder (Target Terapi DM)

HIPERTENSI OLEH : ANITA AMIR C RIZKI AMALIAH RIFAI C PEMBIMBING : Dr. SRI ASRIYANI, Sp. Rad

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Proporsi kematian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap penyakit kardiovaskuler. The Third National Health and Nutrition

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada pemeriksaan berulang (PERKI, 2015). Hipertensi. menjadi berkurang (Karyadi, 2002).

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. penyakit degeneratif dan man made diseases yang merupakan faktor utama masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI PUSKESMAS SEMPAJA SAMARINDA

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden yang Memengaruhi Tekanan Darah

DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN HIPERTENSI ESENSIAL

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. VII, 2003). Diagnosis hipertensi seharusnya didasarkan pada minimal tiga kali pengukuran

Farmaka Vol. 14 No Evaluasi Penggunaan Obat Antihipertensi pada Pasien Rawat Jalan di Fasilitas

Ditulis oleh Administrator Kamis, 07 Agustus :39 - Terakhir Diperbaharui Kamis, 02 April :21 EFEK VASKULER OBAT ANTIHIPERTENSI

Farmaka Volume 14 Nomor 2 19

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tingkat stress yang dialami. Tekanan darah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. menggunakan uji One Way Anova. Rerata tekanan darah sistolik kelompok

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB I PENDAHULUAN. manusia contohnya adalah obesitas, diabetes, kolesterol, hipertensi, kanker usus,

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Hipertensi dan Prehipertensi

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hipertensi menjangkiti kira-kira 50 juta penduduk United State dan kirakira

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kerusakan jantung, mata, otak, dan ginjal (WHO, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi tekanan darah

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kematian ketiga terbanyak di negara-negara maju, setelah penyakit jantung dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

OBAT KARDIOVASKULER. Obat yang bekerja pada pembuluh darah dan jantung. Kadar lemak di plasma, ex : Kolesterol

GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT DAN KEPATUHAN MENGKONSUMSI OBAT PADA PENYAKIT HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2013

BAB 4 HASIL. Hubungan antara..., Eni Indrawati, FK UI, Universitas Indonesia

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. mmhg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam

PENGATURAN JANGKA PENDEK. perannya sebagian besar dilakukan oleh pembuluh darah itu sendiri dan hanya berpengaruh di daerah sekitarnya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

Transkripsi:

BAB II STUDI PUSTAKA 2. Tinjauan Pustaka 2... Hipertensi 2... Definisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 40 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang(8). National Istitute for Health and Care Excellece (NICE) menambah definisihipertensi parah, yaitu apabila TDS lebih dari 80 mmhg dan TDD lebih dari 0 mmhg(9). 2...2. Epidemiologi Prevalensi hipertensi di seluruh dunia diperkirakan sekitar 5-20%, sedangkan di negara-negara maju memiliki prevalensi sekitar 20% dan di Asia prevalensinya sekitar 8-8%(0). Prevalensi hipertensi menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 203 yang tertinggi ialah di Afrika dengan angka kejadian hipertensi sekitar 46% pada usia dewasa, kemudian di Amerika prevalensi hipertensi sekitar 35% pada usia dewasa, dan pada negara berkembang prevalensi hipertensi ialah sekitar 40% pada usia dewasa(). Prevalensi hipertensi di Indonesia menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 203 yang didapat melalui pengukuran pada usia 8 tahun (dewasa) terdapat sekitar 26,5%(2). Khusus yogyakarta, hipertensi merupakan pola penyakit terbanyak untuk semua golongan umur yaitu sejumlah 63.377 kasus dan termasuk dalam kategori sepuluh besar penyakit rawat jalan Puskesmas(2). 4

5 2...3. Etiologi Hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi yaitu hipertensi dengan penyebab tidak diketahui pasti (hipertensi primer) dan hipertensi yang diketahui penyebabnya (hipertensi sekunder). A. Hipertensi Primer Lebih dari 90% pasien dengan hipertensi merupakan hipertensiessensial(hipertensi primer).literatur lain mengatakan, hipertensiessensial merupakan95% dari seluruh kasus hipertensi.beberapa mekanisme yang mungkin berkontribusi untuk terjadinya hipertensiinitelah diidentifikasi, namun belum satupun teori yang tegas menyatakanpatogenesis hipertensi primer tersebut.hipertensi seringturun temurun dalamsuatu keluarga, hal ini setidaknya menunjukkanbahwa faktor genetik memegangperanan penting pada patogenesis hipertensi primer.menurut data, bila ditemukangambaran bentuk disregulasi tekanan darah yang monogenik dan poligenikmempunyai kecenderungan timbulnya hipertensi essensial. Banyak karakteristikgenetik dari gen-gen ini yang mempengaruhi keseimbangan natrium, tetapi juga didokumentasikan adanya mutasi-mutasi genetik yangmerubah ekskresi kallikreinurine, pelepasan nitric oxide, ekskresi aldosteron, steroid adrenal, danangiotensinogen (). B. Hipertensi sekunder Kurang dari 0% penderita hipertensi merupakan sekunder daripenyakitkomorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah seperti Kortikosteroid, ACTH, Estrogen (biasanya pilkb dgkadar estrogen tinggi), NSAID, Cox-2 Inhibitor, Fenilpropanolamine dan Analog, Cyclosporin dan Tacrolimus, Eritropoetin, Sibutramin, Antidepresan (terutamavenlafaxine).pada kebanyakan kasus, disfungsi renalakibat penyakit ginjal kronis ataupenyakit renovaskular adalahpenyebab sekunder yang paling sering.obat-obattertentu, baik secaralangsung ataupun tidak, dapat menyebabkan hipertensi ataumemperberat hipertensi dengan menaikkan

6 tekanan darah.apabila penyebab sekunder dapat diidentifikasi, maka denganmenghentikan obat yang bersangkutan atau mengobati/mengoreksi kondisikomorbid yang menyertainya sudah merupakan tahap pertama dalam penanganan hipertensi sekunder (). 2...4. Patofisiologi Hipertensi merupakan penyakit heterogen yang dapat disebabkan oleh penyebab yang spesifik (hipertensi sekunder) atau mekanisme patofisiologi yang tidak diketahui penyebabnya (hipertensi primer atau essensial). Multifaktor yang dapat menyebabkan hipertensi primer, antara lain: A. Ketidaknormalan humoral meliputi sistem renin-angiotensin-aldosteron, hormon natriuretik, atau hiperinsulinemia. B. Masalah patologi pada sistem syaraf pusat, serabut otonom, volume plasma, dan konstriksi arteriol. C. Peningkatan sintesis senyawa lokal vasodilator pada endotelium vaskular, misal prostasiklin, bradikinin, dan nitrit oksida, atau terjadi peningkatan produksi senyawa vasokonstriktor seperti angiotensin II dan endotelin I (2). 2...5. Diagnosis Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam kali pengukuran, hanya dapat ditetapkan setelah 2 kali atau lebih pengukuran pada kunjungan yang berbeda, kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau gejala-gejala klinis. Pengukuran tekanan darah dilakukan dalam keadaan pasien duduk bersandar, setelah beristirahat selama 5 menit, dengan ukuran pembungkus lengan yang sesuai (menutup 80% lengan). Tensimeter dengan air raksa masih tetap dianggap alat ukur yang terbaik (3).

7 2...6. Terapi Hipertensi Tatalaksana hipertensi pada pasien dengan penyakit jantung dan pembuluh darah ditujukan pada pencegahan kematian, infark miokard, stroke, pengurangan frekuensi dan durasi iskemia miokard dan memperbaiki tanda dan gejala.target tekanan darah yang telah banyak direkomendasikan oleh berbagai studi pada pasien hipertensi dengan penyakit jantung dan pembuluh darah, adalah tekanan darah sistolik < 40 mmhg dan atau tekanan darah diastolik < 90 mmhg. Seperti juga tatalaksana hipertensi pada pasien tanpa penyakit jantung koroner, terapi non farmakologis yang sama, juga sangat berdampak positif. Perbedaan yang ada adalah pada terapi farmakologi, khususnya pada rekomendasi obat-obatannya (4). A. Terapi non farmakologi Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan tekanan darah, dan secara umum sangat menguntungkan dalam menurunkan risiko permasalahan kardiovaskular.pada pasien yang menderita hipertensi derajat, tanpa faktor risiko kardiovaskular lain, maka strategi pola hidup sehat merupakan tatalaksana tahap awal, yang harus dijalani setidaknya selama 4 6 bulan. Bila setelah jangka waktu tersebut, tidak didapatkan penurunan tekanan darah yang diharapkan atau didapatkan faktor risiko kardiovaskular yang lain, maka sangat dianjurkan untuk memulai terapi farmakologi (4). Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan oleh banyak guidelines adalah :. Penurunan berat badan. Mengganti makanan tidak sehat dengan memperbanyak asupan sayuran dan buah-buahan dapat memberikan manfaat yang lebih selain penurunan tekanan darah, seperti menghindari diabetes dan dislipidemia. 2. Mengurangi asupan garam. Di negara kita, makanan tinggi garam dan lemak merupakan makanan tradisional pada kebanyakan daerah. Tidak

8 jarang pula pasien tidak menyadari kandungan garam pada makanan cepat saji, makanan kaleng, daging olahan dan sebagainya. Tidak jarang, diet rendah garam ini juga bermanfaat untuk mengurangi dosis obat antihipertensi pada pasien hipertensi derajat 2. Dianjurkan untuk asupan garam tidak melebihi 2 gr/ hari. 3. Olah raga. Olah raga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30 60 menit/ hari, minimal 3 hari/ minggu, dapat menolong penurunan tekanan darah. Terhadap pasien yang tidak memiliki waktu untuk berolahraga secara khusus, sebaiknya harus tetap dianjurkan untuk berjalan kaki, mengendarai sepeda atau menaiki tangga dalam aktifitas rutin mereka di tempat kerjanya. 4. Mengurangi konsumsi alcohol. Walaupun konsumsi alkohol belum menjadi pola hidup yang umum di negara kita, namun konsumsi alkohol semakin hari semakin meningkat seiring dengan perkembangan pergaulan dan gaya hidup, terutama di kota besar. Konsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau gelas per hari pada wanita, dapat meningkatkan tekanan darah. Dengan demikian membatasi atau menghentikan konsumsi alkohol sangat membantu dalam penurunan tekanan darah. 5. Berhenti merokok. Walaupun hal ini sampai saat ini belum terbukti berefek langsung dapat menurunkan tekanan darah, tetapi merokok merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskular, dan pasien sebaiknya dianjurkan untuk berhenti merokok(4). B. Terapi farmakologi Terdapat empat jenis antihipertensi utama yang dianjurkan oleh JNC 8 menurut guideline terbaru untuk terapi farmakologi hipertensi adalah golongan ACEI (Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor), ARB (Angiotensin Receptor Blockers), CCB (Calcium Channel Blockers), dan

9 diuretik(5). Keempat obat tersebut juga spesifik untuk pengobatan hipertensi dengan penyulit, seperti gagal ginjal kronik, diabetes, dan lain-lain (5).. Diuretik Diuretik tiazid adalah diuretic dengan potensi menengah yang menurunkan tekanan darah dengan cara menghambat reabsorpsi sodium pada daerah awal tubulus distal ginjal, meningkatkan ekskresi sodium dan volume urin. Tiazid juga mempunyai efek vasodilatasi langsung pada arteriol, sehingga dapat mempertahankan efek antihipertensi lebih lama. Tiazid diabsorpsi baik pada pemberian oral, terdistribusi luas dan dimetabolisme di hati(6). Efek diuretik tiazid terjadi dalam waktu 2 jam setelah pemberian dan bertahan sampai 2 24 jam, sehingga obat ini cukup diberikan sekali sehari. Efek antihipertensi terjadi pada dosis rendah dan peningkatan dosis tidak memberikan manfaat pada tekanan darah, walaupun diuresis meningkat pada dosis tinggi. Efek tiazid pada tubulus ginjal tergantung pada tingkat ekskresinya, oleh karena itu tiazid kurang bermanfaat untuk pasien dengan gangguan fungsi ginjal. Peningkatan eksresi urin oleh diuretik tiazid dapat mengakibatkan hipokalemia, hiponatriemi, dan hipomagnesiemi. Hiperkalsemia dapat terjadi karena penurunan ekskresi kalsium. Interferensi dengan ekskresi asam urat dapat mengakibatkan hiperurisemia, sehingga penggunaan tiazid pada pasien gout harus hati hati.diuretik tiazid juga dapat mengganggu toleransi glukosa (resisten terhadap insulin) yang mengakibatkan peningkatan risiko diabetes mellitus tipe 2. Efek samping yang umum lainnya adalah hiperlipidemia, menyebabkan peningkatan LDL dan trigliserida dan penurunan HDL. 25% pria yang mendapat diuretic tiazid mengalami impotensi, tetapi efek ini akan hilang jika pemberian tiazid dihentikan(6). 2 ACEI (Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor) Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEI) menghambat secara kompetitif pembentukan angiotensin II dari precursor angiotensin I yang

0 inaktif, yang terdapat pada darah, pembuluh darah, ginjal, jantung, kelenjar adrenal dan otak. Angitensin II merupakan vaso konstriktor kuat yang memacu penglepasan aldosteron dan aktivitas simpatis sentral dan perifer. Penghambatan pembentukan angiotensin II ini akan menurunkan tekanan darah. Jika sistem angiotensin renin aldosteron teraktivasi (misalnya pada keadaan penurunan sodium, atau pada terapi diuretik) efek antihipertensi ACEI akan lebih besar. ACEI juga bertanggungjawab terhadap degradasi kinin, termasuk bradikinin, yang mempunyai efek vasodilatasi. Penghambatan degradasi ini akan menghasilkan efek antihipertensi yang lebih kuat. batuk kering yang merupakan efek samping yang dijumpai pada 5% pasien yang mendapat terapi ACEI(6). 3 ARB (Angiotensin Receptor Blockers) ARB menurunkan tekanan darah dengan memblok reseptor angiotensin (AT). Obat ini mempunyai sifat yang sama ACEI, tetapi tidak menyebabkan batuk, kemungkinan karena obat-obat ini tidak mencegah degradasi bradikinin(7). 4 CCB (Calcium Channel Blockers) CCB atau antagonis kalsium terikat pada pada kanal tipe L dan, dengan menghambat masuknya Ca2+ kedalam sel, antagonis ini menyebabkan relaksasi otot polos arteriol. Hal ini menurunkan resistensi perifer dan menyebabkan penurunan tekanan darah(7). Pemerahan pada wajah, pusing dan pembengkakan pergelangan kaki sering dijumpai, karena efek vasodilatasi CCB dihidropiridin. Nyeri abdomendan mual juga sering terjadi. Saluran cerna juga sering terpengaruh oleh influks ion kalsium, oleh karena itu CCB sering mengakibatkan gangguan gastro intestinal, termasuk konstipasi(6). Alogaritma pengobatan hipertensi dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Dewasa 8 tahun dengan hipertensi Intervensi gaya hidup pasien Pengontrolan tekanan darah berdasarkan usia dan penyakit penyerta Populasi Umum Usia<60 tahun Target Tekanan Darah Dengan indikasi penyerta Semua usia dengan diabetes dan tanpa CKD Semua usia dengan CKD + diabetes atau tanpa diabetes Sistolik<40 mmhg Target Tekanan Darah Diastolik<90 mmhg : Sistolik <40 mmhg, Diastolik<90 mmhg BP goal Diuretik thiazide atau ACEI atau ARB atau CCB, tunggal atau dalam kombinasi. Diuretik thiazide atau CCB, tunggal atau kombinasi. Kulit hitam Sistolik <40 mmhg, Diastolik<90mm Hg ACEI atau ARB, tunggal atau dalam kombinasi dengan golongan lain Kulit putih Gambar 2.. Alogaritma prinsip pengobatan hipertensi menurut JNC 8(5). Data penelitian klinik hipertensi memperlihatkan bahwa mayoritas pasien hipertensi memerlukan paling sedikit dua golongan obat untuk mencapai target tekanan darah.

2 Tabel 2..Penggunaan dosis oral antihipertensi menurut JNC 8(5). Golongan antihiperten si Diuretik Thiazid β-blockers ACEI ARB CCBs Jenis Antihipertensi Bendroflumeth azide Chlorthalidone Hydrochlorothi azide Indapamide Atenolol Metoprolol Captopril Enalapril Lisinopril Candesartan Losartan Valsartan Eprosartan Irbesartan Amlodipine Diltiazem extended release Nitrendipine Range dosis (mg/hari) Target dosis dalam reviewed RCT Frekuensi perhari 5 0 2,5 2,5 25 2,5-25 25-00 -2,25 25 50 50 50 5 0 4 50 40-80 400 75,25-2,5 00 00-200 50-200 20 40 2-32 00 60-320 600-800 300-2 2 2 2-2 2,5 20-80 0 360 0 20-2 2...7. Pola Penggunaan Obat Antihipertensi Pola penggunaan obat menggambarkan profil penggunaan suatu obat dalam penggunannya. Berdasarkan Joint National Committee 7 (JNC 7) yang dirilis pada tahun 2003, golongan obat yang direkomendasikanuntuk pengobatan hipertensi adalah angiotensin converting enzyme inhibitors (ACEIs), angiotensin receptors blockers (ARBs), beta-blockers (BBs), thiazide-type diuretics, dan calcium channel blockers (CCBs), sedangkan pada JNC 8, golongan BB tidak direkomendasikan sebagai terapi utama(5).

3 Pada penelitian yang dilakukan oleh Gu dkk. di Amerika Serikat, pemakaian obat antihipertensi monoterapi meningkat dari 63,5% pada tahun 200 menjadi 77,3% pada tahun 200. Pemakaian terapi kombinasi juga mengalami peningkatan dari 26,8% pada tahun 200, menjadi 47,7% pada tahun 200. ACEI dan ARB merupakan dua golongan obat dengan pemakaian terbanyak setelah diuretik. Peningkatan pemakaian golongan diuretik dan ACEI dipengaruhi peningkatan terapi kombinasi, dimana kedua golongan tersebut adalah golongan yang sering digunakan pada terapi kombinasi (9). Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Majumder di Bangladesh yang menyatakan bahwa ACEI dan CCB memiliki persentase pemakaian lebih tinggi dibanding golongan diuretik (20). Pada periode selanjutnya, Kale dkk.menyatakan bahwa golongan CCB merupakan golongan antihipertensi yang paling banyak diresepkan pada tahun 202. Golongan diuretik menempati posisi kedua dengan perbedaan persentase penggunaan yaitu 6% lebih rendah dibanding CCB. Pada penelitian ini juga ditemukan persentase yang lebih besar pada terapi kombinasi. Golongan diuretik dan ACEI merupakan kombinasi yang paling banyak diresepkan (2). Pada penelitian lain yang dilakukan di tahun yang sama, ditemukan hasil yang sedikit berbeda. Golongan ACEI, CCB, beta bloker dan diuretik merupakan golongan yang paling banyak diresepkan pada monoterapi, sedangkan terapi kombinasi didominasi oleh golongan ACEI dan CCB. Golongan ACEI dinilai lebih berkhasiat dan lebih cocok digunakan pada pasien diabetes sehingga lebih banyak banyak digunakan (22). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pola peresepan obat antihipertensi dan menjadi penyebab terjadinya pergeseran pola peresepanantihipertensi kearah yang lebih baru (ACEIs, CCBs, dan ARB), diantaranya adalah status asuransi pasien, iklan obat, mudah atau tidaknya obat tersebut diperoleh, serta harga obat (23). Jenis kelamin dan ras juga menjadi faktor perbedaan pola penggunaan obat antihipertensi (9).

4 2...8. Permasalahan Dalam Pengobatan Hipertensi Ketidaktepatan dalam pemberian obat oleh tenaga kesehatan di puskesmas menjadi salah satu faktor penyebab ketidakrasionalan dalam terapi suatu penyakit. Ketidakrasionalan terapi dapat menyebabkan tidak tercapainya target terapi, terjadinya efek samping yang tidak diinginkan, serta mempengaruhi biaya pengobatan. Faktor yang mempengaruhi ketidakrasionalan penggunaan obat antihipertensi adalah sebagai berikut (24) :. Sistem pelayanan kesehatan. Tidak sesuainya jumlah pasokan obat yang ada di puskesmas dengan jumlah pasien yang harus ditangani mengakibatkan banyak pasien tidak mendapatkan obat yang diperlukan. Kurangnya komunikasi antara apoteker dan dokter menjadi salah satu alasan hal tersebut terjadi. 2. Peresepan obat yang ditulis oleh dokter. 3. Kepatuhan pasien. 4. Tingkat pendidikan pasien. Semakin tinggi pendidikan pasien maka akan semakin tinggi pula pengetahuan pasien terkait penyakit hipertensi, dengan begitu pasien akan semakin rasional dan berhati-hati dalam memilih obat untuk pengobatan sendiri. Masalah lain yang perlu menjadi perhatian adalah hipertensi resisten. Hipertensi resisten adalah keadaan dimana tekanan darah tetap berada diatas target sasaran meskipun telah dilakukan terapi menggunakan kombinasi 3 agen antihipertensi dari golongan yang berbeda. Pasien dengan hipertensi resisten membutuhkan 4 atau lebih kombinasi obat untuk mencapai target tekanan darah yang diinginkan (25).

5 Karakteristik pasien dengan hipertensi resisten diantaranya adalah(25):. Geriatri 2. Tingginya tekanan darah baseline 3. Obesitas 4. Mengkonsumsi makanan dengan kadar garam berlebih 5. Penyakit ginjal kronis 6. Diabetes 7. Hipertropi ventrikel kiri 2.2 Keterangan Empiris Efektivitas penggunaan obat antihipertensi dapat dipengaruhi dengan beberapa faktor. Faktor yang paling berpengaruh ialah ketidakpatuhan pasien dalam penggunaan obat antihipertensi, antara lain yaitu kesalah pahaman tentang regimen pengobatan, kompleksitas obat anti hipertensi, efek samping, kekhawatiran pada saat mengambil obat dan hubungan yang terjalin antara pasien dan dokter. Kebanyakan yang sering terjadi, pasien banyak berhenti berobat ketika merasa tubuhnya sedikit membaik. Sehingga diperlukan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan hipertensi agar didapatkan kualitas hidup pasien yang lebih baik. Kepatuhan penggunaan obat antihipertensi sangat penting karena dapat mengontrol tekanan darah, sehingga dalam jangka panjang risiko kerusakan organ-organ penting didalam tubuh. Menurut riset yang sudah dilakukan di Puskesmas, penggunaan obat antihipertensi yang paling banyak diresepkan oleh dokter untuk penderita hipertensi yang digunakan di Puskesmas adalah Amlodipin, Kaptopril, dan HCT dan yang paling banyak diberikan dengan dosis tunggal.